Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp. 021-7818718
Jln. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp. 021-87797409
Webiste: http///www.unindra.ac.id

Petunjuk:
1. Peserta Ujian mengerjakan pada template lembar jawaban yang sudah disediakan.
Tidak diperkenankan mengubah template yang sudah ada!
2. Nama file dibuat dengan format: NPM_Nama Lengkap_Mata Kuliah_Kelas. Contoh:
202115500124_Darmawan Rahmadi_Pembinaan Kompetensi Mengajar
Sejarah_R7C
3. Kirimkan file jawaban dalam bentuk pdf tersebut ke: from dari perwakilan kelas

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL

Nama Mahasiswa : Robiatul Adawiyah Mata Kuliah : Sejarah PGRI


NPM : 201915500126 Dosen Penguji : Umi Kholisya,s.Hum.,M.Pd

Kelas : R7B Tanggal : 08 Nov 2022

Semester : 7 Waktu : 10.20-18.00

No. Urut : Tanda Tangan : kosongkan


kosongkan
No Handphone :

1. Tujuan Mempelajari Sejarah PGRI:


 What: Kami sebagai mahasiswa yang juga menempuh pendidikan tinggi dalam
institusi PGRI, dalam mempelajari sejarah PGRI ini menjadikan kita lebih
mengetahui terkait Apa sih PGRI itu? Maka, ketika kita mendapatkan pertanyaan
yang berkaitan dengan Apa itu PGRI?, tentunya Kami harus mengetahui bahwa
PGRI adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang memiliki dasar hukum UU no 8
pasal 28 tahun 1985. Dimana, organisasi kemasyarakatan sebagai sarana untuk
menyalurkan pendapat dan pikiran bagi anggota masyarakat/ warga negara RI.
 When: dengan mempelajari sejarah PGRI, tentunya kita dapat mengetahui pada
tanggal berapa organisasi kemasyarakatan PGRI ini didirikan? Maka, mahasiswa
yang mempelajarinya diharapkan mampu menjawabnya bahwa PGRI didirikan
pada 25 November 1945, dalam kongres guru Indonesia di Surakarta yang
kemudian baru terdaftar di Departemen kehakiman pada 20/09/1954 –
no.1A.5/82/R
 Where: Mahasiswa yang mempelajari sejarah PGRI juga diharapkan mampu
menjawab pertanyaan terkait Dimana pusat lokasi organisasi kemasyarakatan PGRI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp. 021-7818718
Jln. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp. 021-87797409
Webiste: http///www.unindra.ac.id

ini? Maka mahasiswa diharapkan mampu menjawabnya bahwa organisasi tingkat


pusat yang berkedudukan di Ibukota negara memiliki kantor di gedung guru
Indonesia Jl.Tanah Abang III/24 Jakarta Pusat
 Why: Mengapa PGRI dibentuk? Maka, mahasiswa mampu menjawab bahwa
dibentuknya PGRI didorong oleh keinginan luhur untuk secara aktif menegakkan,
mengamankan + melestarikan NKRI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 serta
untuk mewujudkan peningkatan harkat, martabat dan kesejahteraan guru.
mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan keikutsertaan secara
aktif seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Pancasila
berdasarkan UndangUndang Dasar 1945 dalam rangka menjamin pemantapan
persatuan dan kesatuan bangsa, menjamin keberhasilan pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila, dan sekaligus menjamin tercapainya tujuan
nasional.
 Who: Siapa yang mendirikan PGRI? Maka dengan mempelajari sejarah PGRI,
mahasiswa mengetahui bahwa PGRI dibentuk oleh Guru/tendik yang secara
sukarela mengajukan permohonan menjadi anggota (stelseel aktif) serta memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam ART PGRI
 How: Bagaimana sistem kedaulatan PGRI? Mahasiswa mampu menjawab bahwa
kedaulatan organisasi ada ditangan anggotanya dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
kongres dalam mencapai tujuannya.

Dalam kerangka inilah letak pentingnya peranan Organisasi Kemasyarakatan, sehingga


pengaturan serta pembinaannya perlu diarahkan kepada pencapaian dua sasaran pokok,
yaitu:

1. terwujudnya Organisasi Kemasyarakatan yang mampu memberikan


pendidikan kepada masyarakat Warganegara Republik Indonesia ke arah :

a. makin mantapnya kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. tumbuhnya gairah dan dorongan yang kuat pada manusia dan


masyarakat Indonesia untuk ikut serta secara aktif dalam pembangunan
nasional;

2. terwujudnya Organisasi Kemasyarakatan yang mandiri dan mampu berperan


secara berdaya guna sebagai sarana untuk berserikat atau berorganisasi bagi
masyarakat Warganegara Republik Indonesia guna menyalurkan aspirasinya
dalam pembangunan nasional, yang sekaligus merupakan penjabaran Pasal 28
Undang-Undang Dasar 1945.
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp. 021-7818718
Jln. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp. 021-87797409
Webiste: http///www.unindra.ac.id

2. Penyebab tidak tercapainya pendidikan pemerintah Hindia Belanda


untuk Pribumi Abad 20:
Pendidikan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada dasarnya bertujuan
untuk menjadikan warga negara yang mengabdi pada kepentingan penjajah. Dengan
kata lain, pendidikan dimaksudkan untuk mencetak tenaga-tenaga yang dapat digunakan
sebagai alat untuk memperkua kedudukan penjajah, mengabdi kepada kepentingan
Belanda, karena itu tujuan pendidikan diarahkan kepada kepentingan kolonial, sehingga
isi pendidikan itu pun hanya sekadar pengetahuan dan kecakapan yang dapat membantu
mempertahankan kekuasaan politik ekonomi penjajah. Sifat pendidikan mulai abad ke-
20 didasarkan pada pokok-pokok pikiran seperti:

1) Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan


penduduk Bumiputera. Untuk itu, bahasa Belanda diharapkan dapat menjadi
bahasa pengantar di sekolah-sekolah
2) Pemberian pendidikan rendah bagi golongan bumiputera disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.

Atas dasar itu, maka corak dan sistem pendidikan serta persekolahan di Hindia Belanda
pada abad ke-20 dapat ditempuh melalui 2 jalur. Di satu pihak diharapkan dapat
terpenuhi kebutuhan akan unsur-unsur dari lapisan atas serta tenaga terdidik bermutu
tinggi bagi keperluan industri dan ekonomi, dan di lain pihak terpenuhi tenaga
menengah dan rendah yang berpendidikan.

Pada awal abad ke-20 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Sekolah Desa
yaitu tahun 1907 atas perintah Jenderal Van Heutz, sekoah ini tidak diselenggarakan
oleh Gubernamen melainkan oleh Desa, guru-gurunya bukan pegawai Gubernamen
melainkan pegawai desa, karena sekolah ini diselenggarakan desa, maka
perkembangannya sangat lambat. Sekolah desa pada hakikatnya dimaksudkan untuk
menghasilkan kaum tani dan kaum buruh yang terpelajar. Namun, untuk sebagian besar
orang tua bumiputera dari kalangan rendah tidak menghendaki anak-anaknya pergi ke
sekolah dan lebih baik mereka membantu orang tua bekerja di sawah atau di rumah. Hal
ini sebagai tradisi sosial ekonomi bumiputera kalangan rendah. Faktor lainnya, bahwa
Sekolah Desa tidak sesuai dengan gaya hidup pedesaan. Mereka berlibur sendiri jika
mereka diperlukan untuk menuai padi di sawah, atau jika ada perkahwinan maupun
keagamaan di rumah. Banyak anak-anak yang jarang masuk ke sekolah bahkan keluar
dari sekolah sebelum tamat belajar. Hal ini tentu mengurangi efesiensi sistem
pendidikan sekolah Desa. Maka dari itu, hal-hal yang tertuang di atas menjadi faktor
ketidakpuasan masyarakat terhadap pendirian sekolah desa untuk masyarakat pribumi.

Sumber: Heru Sukardi,op.cit hlm.123-126


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp. 021-7818718
Jln. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp. 021-87797409
Webiste: http///www.unindra.ac.id

3. Isi 3 garis besar protes Kongres I PGRI:


Kongres I PGRI di Surakarta tanggal 24 November 1945 disepakati pembentukan dan
nama organisasi, sifat dan ketetapan tentang pusat administratif organisasi di Jakarta,
tetapi untuk sementara waktu di Solo. Namun, pada kongres ini disampaikan protes
kepada seluruh dunia terhadap tindakan-tindakan tentara pendudukan di Indonesia.
Garis besar protes tersebut adalah:

1) Alasan Protes: perbuatan-perbuatan tentara pendudukan yang tidak sesuai


dengan maksud pendidikan
2) Maksud Protes: agar tentara pendudukan ditarik kembali dan tidak perlu diganti
karena Negara Republik Indonesia telah cakap menyelenggarakan keamanan dan
ketenteraman dalam negeri
3) Protes ditujukan kepada: Negeri-negeri Serikat, Vatikan, dan Negeri-negeri Arab

Sumber: Kosasih,Ahmad. “PERJUANGAN ORGANISASI GURU DI MASA REVOLUSI


SEJARAH PGRI DI AWAL PENDIRIANNYA”. SOSIO-E-KONS Vol.8, No.2 Agustus
2016: hal. 100. Diakses melalui situs:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.lppmunindra.
ac.id/index.php/sosio_ekons/article/download/916/852&ved=2ahUKEwjj45Ok_J37Ah
VIUGwGHZWpAekQFnoECCgQAQ&usg=AOvVaw2QTynT-4wup7UXgUQ-6lv2

4. Tugas utama KAGI pasca G 30 S/PKI:


1. Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari urusan-urusan PKI dan Orde
Lama PGRI non Vaksentral, serikat sekerja pendidikan dan PETI (Persatuan
Guru Tehnik Indonesia) PETI adalah organisasi guru yang berafiliasi ke Partai
Komunis Indonesia.
2. Menyatukan guru di dalam satu wadah organisasi guru yaitu PGRI
3. Memperjuangkan agar PGRI menjadi organisasi guru unitaristik, independen
dan non partai politik.

5. Tantangan yang dihadapi dalam melestarikan JSN’45 di Era


Reformasi:
Jiwa, Semangat dan Nilai 45 atau yang disebut JSN’45 dilihat sebagai nilai perjuangan
bangsa Indonesia memiliki tugas: Melestarikan jiawa, semnagat dan nilai-nilai 45 sebagai
nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan watak dan kepribadian
bangsa sebagai bangsa pejuang melalui pelaksanaan gerakan nasional, juga dijadikan
sebagai kesadaran kebangsaan guna mempersiapkan warga negara terutama calon –calon
pemimpin bangsa yang berkualitas serta menciptakan pemimpin sesuai cita-cita
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp. 021-7818718
Jln. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp. 021-87797409
Webiste: http///www.unindra.ac.id

kebangsaan yang mampu mengemban citra Proklamasi 1945 dan menjadi perekat
berbangsa dan bernegara.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan di era globalisasi ini semakin mempermudah
kehidupan manusia, dapat kita lihat juga bahwa di era reformasi ini adanya perembesan
budaya dari negara luar ke dalam sebuah negara dan memberikan dampak buruk bagi
generasi muda yang tidak dapat memfiltrasinya. Salah satu yang mulai terasa adalah telah
hilangnya kecintaan terhadap budaya lokal. Maka, penerapan metode JSN’45 ini dapat
dilakukan dengan Pendekatan Edukasi dan Pendekatan Keteladanan.
1) Pendekatan Edukasi
Pendekatan edukasi melalui jalur pendidikan formal (sekolah), kurikulum, dan
jenjang persekolahan yang bertujuan untuk menanamkan JSN 45 melalui proses
belajar mengajar

2) Pendekatan Keteladanan
Menyangkut sikap, tingkah laku serta penghayatan dan pengamalannya. Misalnya,
seperti Guru yang berperan penting dalam proses yang memungkinkan
menciptakan kondisi para anak didik akan dapat menghayati dan mengamalkan
Jsn’45, maka diharapkan melalui guru yang berada ditengah-tengah lingkungan
masyarakat sangat membantu dan menentukan untuk penghayatan dan pengamalan
JSN’45.

Tantangan selanjutnya adalah ekslusivisme sosial terkait derasnya arus globalisasi


yang mengarah pada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi
dan fragmentasi sosial berbasis SARA. JSN’45 yang mencerminkan Pancasila sejatinya
sebagai ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat
bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun disisi lain, harus adanya kewaspadaan
nasional terhadap ideologi baru sebab apabila masyarakat Indonesia tidak cermat, maka
masyarakat akan cenderung mengikuti arus ideologi luar tersebut dan ideologi bangsa
akan terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-
hari.

Anda mungkin juga menyukai