Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

ASMA BRONKIAL

Disusun oleh :
dr. Tobias Patriono Waruwu
Dokter Internship periode 2018-2019

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALANGAN


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BALANGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini jumlah
penderita asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan angka ini
akan terus meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun 2025.

Asma dapat ditemukan pada laki–laki dan perempuan di segala usia, terutama pada
usia dini. Perbandingan laki–laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan pada usia
remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa. Laki-laki lebih
memungkinkan mengalami penurunan gejala di akhir usia remaja dibandingkan dengan
perempuan.

Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC)


pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat
dari 4,2% menjadi 5,4%

Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia,


artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggia D pada tahun 2005 di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru didapatkan kelompok umur terbanyak yang menderita asma adalah 25–34 tahun
sebanyak 17 orang (24,29%) dari 70 orang, dan perempuan lebih banyak dari pada laki–laki
(52,86%).

.
BAB II
PENYAJIAN KASUS

STATUS PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. J.
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 9 Tahun
Pendidikan : SD
Alamat : Ds. Mantimin
Tanggal masuk : 01/09/2018

2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak nafas.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang dialami sejak sore hari SMRS. Diberi
obat oleh mantri tetapi sesak tidak berkurang. Sesak memberat jika terkena udara dingin
atau minum minuman yang dingin. Keluhan disertai batuk berdahak (+), demam (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Alergi (-), Asma (+)

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan serupa (+),Asma (+) ibu pasien, Hipertensi (-) Diabetes (-), Alergi (-),

Riwayat operasi dan penyakit yang pernah dijalani


Pasien tidak pernah melakukan operasi

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
Tekanan darah: -
Nadi : 128x/menit
Pernafasan : 40x/menit
Suhu badan : 36,50C
Antropometri :
Tinggi badan : 133 Cm
Berat badan : 23 Kg
Kepala : Normochepal
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada secret
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe leher, tidak ada
peningkatan JVP
Dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada deformitas, tidak ada ketertinggalan
gerak nafas (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan=kiri,ictus cordis di SIC V linea
medioclavicularis sinistra
Perkusi : sonor pada paru-paru kanan dan kiri
Auskultasi : suara dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing +/+
Jantung :S1/S2 reguler, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, striae(-), sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltik (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Anggota gerak
Kekuatan otot : atas (5)/bawah (5)
Edema : atas (-)/ bawah (-)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin

Hasil Nilai Normal

Hb 11,3 11-16

Eritrosit 4,98 4,6-5,5

Leukosit 19.290 4.000-10.000

Hematokrit 34,0 31-43


Trombosit 465.000 150000-450000

Gol. Darah A -

5. DIAGNOSIS AKHIR
Asma bronkial serangan berat.

6. FOLLOW UP
Tanggal 01/09/2018
S : Sesak (+), batuk berdahak (+)
O : KU : CM, lemah
HR : 150 x/i
RR : 44 x/i
T : 37,3 C
SpO2 : 98 %
A: Asma bronkial serangan berat.
P: O2 6 lpm
1
IVFD D5 /2NS 18 tpm
Inf. Paracetamol 3x230mg
Nebul ventolin 1 amp + NS 3cc / 8 jam

Tanggal 02/09/2018
S : sesak , batuk (+)
O : KU : sedang, CM
HR : 114 x/menit
RR : 27 x/menit
T : 36,8 C
SpO2 : 96 %
A: Asma bronkial serangan berat
P: O2 2 lpm
1
IVFD D5 /2NS 18 tpm
Inj. Methilprednisolon 6mg/6 jam/iv
Nebul ventolin 1 amp + NS 2cc / 6 jam
Inf. Paracetamol 230mg (k/p)

Tanggal 03/09/2018
S : sesak , batuk (+)
O : KU : sedang, CM
HR : 106 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,5 C
SpO2 : 98 %
A: Asma bronkial serangan berat
P: O2 2 lpm
1
IVFD D5 /2NS 18 tpm
Inj. Methilprednisolon 6mg/6 jam/iv
Nebul ventolin 1 amp + NS 2cc / 6 jam
Inf. Paracetamol 230mg (k/p)

Tanggal 04/09/2018
S : sesak , batuk (+)
O : KU : sedang, CM
HR : 100 x/menit
RR : 26 x/menit
T : 37 C
SpO2 : -
A: Asma bronkial serangan berat
P: IVFD D51/2NS 18 tpm
PO: - Salbutamol 3 mg pulv 3x1 pulv
- Methilprednisolon 4mg
- Ibuprofen 200mg (k/p)

7. TINDAKAN/PROSEDUR
- O2 nasal kanul 6 lpm
- Dexametason 6mg/12jam/iv (4x pemeberian)
- Pasang Infus
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang dihubungkan
dengan hiper responsif, keterbatasan aliran udara yang reversibel dan gejala
pernapasan.
Asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang termasuk dalam
kelompok penyakit paru alergi dan imunologi yang merupakan suatu penyakit yang
ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap
berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas yang
disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini
bersifat dinamis dan derajat penyempitan dapat berubah, baik secara spontan maupun
karena pemberian obat.

II. Etiologi

Penyebab asma sampai sekarang belum diketahui pasti. Telah banyak penelitian yang
dilakukan oleh para ahli dibidang asma untuk menerangkan sebab terjadinya asma, namun
belum ada teori ataupun hipotesis yang dapat diterima atau disepakati para ahli (Slamet
Hariadi, dkk 2010).

a. Faktor predisposisi
Genetik merupakan faktor pendukung timbulnya asma. Bakat alergi merupakan hal
yang diturunkan, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Bakat alergi ini membuat penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial jika
terpapar factor pencetus. Penderita biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga
menderita penyakit alergi (Slamet Hariadi, dkk 2010). Apabila kedua orang tua
memiliki riwayat penyakit asma maka hampir 50% dari anak-anaknya memiliki
kecenderungan asma, sedangkan jika hanya salah satu orang tuanya yang menderita
asma maka kecenderungannya hanya 35%.
b. Faktor Presipitasi
Menurut (GINA,2006), beberapa faktor pencetus / triger serangan asma, yaitu :
 Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan : masuk melalui saluran pernapasan misal : debu, serbuk
bunga, bulu binatang, polusi, asap rokok.
2. Ingestan : masuk melalui mulut. misal : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan : masuk melalui kontak dengan kulit. misal : perhiasan,
logam, jam tangan.
 Stres atau gangguan emosi, Stres dapat menjadi pencetus serangan asma,
bahkan memperberat serangan asma yang sudah ada.
 Lingkungan Kerja
Serangan asma yang timbul berhubungan langsung dengan lingkungan kerja
penderita, misalnya polisi lalu lintas, pekerja pabrik asbes, pekerja industri
tekstil. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
 Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan udara dingin juga dapat mempengaruhi asma. Terkadang
serangan asma berhubungan dengan musim.
 Olahraga.
Serangan asma timbul pada sebagian besar penderita jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga berat. Serangan asma karena aktivitas biasanya terjadi
setelah selesai aktivitas tersebut.

III. Manifestasi klinis


Kejadian utama pada serangan asma adalah obstruksi jalan napas secara luas
yang merupakan kombinasi dari spasme otot polos bronkus, edema mukosa karena
sumbatan mukus. Tanda serangan asma yang dapat kita ketahui adalah napas cepat,
merasa cemas dan ketakutan, tak sanggup bicara lebih dari 1-2 kata setiap kali tarik
napas, dada dan leher tampak mencekung bila tarik napas, bersin-bersin, hidung
mampat atau hidung ngocor, gatal-gatal tenggorokan, susah tidur, turunnya toleransi
tubuh terhadap aktivitas. (Iwan Hadibroto, 2010)
Tiga gejala yang sering muncul pada asma adalah sesak napas, napas bunyi/
wheezing, batuk-batuk terutama malam hari. Tingkat keparahan serangan asma
tergantung pada tingkat obstruksi saluran napas, kadar saturasi oksigen, pembawaan
pola napas, perubahan status mental, dan bagaimana tanggapan penderita terhadap
status pernapasannya (Smeltzer & Bare, 2006).

IV. Patofisiologi

Tanda patofisiologi asma adalah penurunan diameter jalan napas yang


disebabkan oleh kontraksi otot polos, kongesti pembuluh darah, edema dinding
bronkus dan sekret kental yang lengket. Hasil akhir adalah peningkatan resistensi
jalan napas, penurunan ekspirasi paksa (forced expiratory volume) dan kecepatan
aliran udara, hiperinflasi paru dan toraks,peningkatan kerja bernapas, perubahan
fungsi otot-otot pernapasan, perubahan rekoil elastik (elastic recoil), penyebaran
abnormal aliran darah ventilasi dan pulmonal dengan rasio yang tidak sesuai dan
perubahan gas darah arteri. Pada dasarnya asma diperkirakan sebagai penyakit saluran
napas, sesungguhnya semua aspek fungsi paru mengalami kerusakan selama serangan
akut. Pada pasien yang sangat simtomatik seringkali ditemukan hipertrofi ventrikel
kanan dan hipertensi paru pada elektrokardiografi. Seorang pasien yang dirawat,
kapasitasvital paksa (forced vital capasity) cenderung kurang dari atau sama dengan
50% dari nilai normal. Volume ekspirasi 1 detik rata-rata 30% atau kurang dari yang
diperkirakan, sementara rata-rata aliran mid ekspiratori maksimum dan minimum
berkurang sampai 20% atau kurang dari yang diharapkan. Untuk mengimbangi
perubahan mekanik udara yang terperangkap (air trapping) ditemukan dalam jumlah
besar.

V. Klasifikasi
Pedoman Nasional Anak Indonesia (PNAA) membagi asma menjadi 3 yaitu
asma episodik ringan, asma episodik sedang, dan asma persisten. Dasar pembagian
atau klasifikasi asma pada anak adalah frekuensi serangan, lamanya serangan,
aktivitas diluar serangan dan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti pada tabel:

Berdasarkan pembagian derajat asma menurut PNAA, pasien mengalami asma


episodik sering dimana frekuensi serangan lebih dari 1x/bulan, sering adanya gejala,
tidur pasien terganggu, dan pada pemeriksaan fisik di luar serangan dapat ditemukan
kelainan, dalam hal ini mengi tetap ditemukan pada pasien.

VI. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
 Anamnesis. Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan
dengan cuaca. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan
adanya riwayat alergi.
 Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari
derajat obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi
pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta
ronki kering, mengi.
 Pemeriksaan Penunjang.
- Pemeriksaan Laboratorium Darah (terutama Eosinofil, Ig E), sputum
(eosinofil, Spiral Cursshman, Kristal Charcot Leyden).
- Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi
paru. Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan ciri khas
asma dapat dinilai dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik
pertama (VEP1) dan atau kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 20% atau
lebih sesudah pemberian bronkodilator.
- Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada
penderita dengan gejala sma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji
provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara
untuk membuktikan secara objektif hiper reaktivitas saluran napas pada
orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus terdiri dari tiga jenis yaitu
uji provokasi dengan beban kerja(exercise), hiperventilasi udara dan
alergen non-spesifik seperti metakolin dan histamin

VII. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
- Hindari faktor pencetus (alergen)
2. Farmokologi
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol.
1) Pengontrol (controller) Pengontrol adalah medikasi asma jangka
panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai
dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
Pengontrol sering disebut pencegah. Yang termasuk obat pengotrol :
- Kortikosteroid inhalasi
- Kortikosteroid sistemik
- Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
- Agonis beta-2 kerja lama, oral
- Antihistamin generasi ke dua (antagonis-H1)2.
2) Pelega (reliever) Prinsipnya adalah untuk mendilatasi jalan napas
melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat
bronko konstriksi yang berkaitan dengan gejala akut,seperti mengi,
rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan
napas.yang termasuk obat pelega adalah :
- Agonis beta-2 kerja singkat
- Kortikosteroid sistemik
- Antikolinergik
- Aminofilin
- Adrenalin
Medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai cara, yaitu inhalasi, oral dan
parenteral (subkutan, intramuskular dan intravena).

Alur tatalaksana serangan asma pd anak brdsrkn PNAA 2004

VIII. Komplikasi

Komplikasi akut asma bila tidak ditangani adalah asidosis respiratorik yang
dapat mengancam terjadinya gagal napas. Komplikasi lainnya yang sangat jarang
namun dilaporkan pernah terjadi adalah pneumotoraks dan emfisema subkutan pada
asthma berat.
Komplikasi psikologis dapat terjadi apabila sesak napas pada asma
menyebabkan serangan panik dan kecemasan yang dapat memperburuk eksaserbasi
asma.

Apabila asma tidak terkontrol dengan baik dan berlangsung terus-menerus


dapat terjadi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Komplikasi lainnya secara tidak langsung adalah komplikasi akibat


penggunaan kortikosteroid sistemik jangka panjang antara lain gangguan sistem
kardiovaskular, gangguan sistem pencernaan dan skeletal, misalnya penurunan massa
tulang.

IX. Prognosis

Pasien anak dengan asma yang masuk rumah sakit empat kali atau lebih dalam
tahun pertama sejak didiagnosis asma cenderung mengalami asma persisten.
Kematian akibat asma meningkat pada anak usia pra sekolah (5 tahun ke bawah).
Pasien anak dengan asma cenderung mengalami remisi pada masa remaja akhir.
Sebuah penelitian longitudinal menunjukkan bahwa pada usia 19 tahun, remisi
ditemukan pada 21% pasien, asma periodik pada 38%, dan 41 % lainnya mengalami
asma persisten. Anak laki-laki lebih tinggi tingkat remisinya dibandingkan dengan
anak perempuan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data – data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang pda kasus ini didaptakan diagnosis pasien menderita Asma
bronkial serangan berat.
Dasar diagnosis ini adalah berdasarkan anamnesis pada tanggal 1 September
2018 dibangsal tulip, pasien datang keluhan sesak nafas yang dialami sejak sore hari
SMRS. Diberi obat oleh mantri tetapi sesak tidak berkurang. Sesak memberat jika
terkena udara dingin atau minum minuman yang dingin. Keluhan disertai batuk
berdahak (+), demam (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sadar. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan HR: 128 x/menit, RR: 40 x/menit, T: 36,5 C. Dan juga didapatkan
pernafasan cuping hidung, retraksi cubcostal, rhonki +/+, serta whizzing +/+
Tatalaksana pada kasus ini adalah pemberian Pengggunaan O 2 6 lpm, nebul
ventolin, inj. Metilprednisolon 4x20mg, salbutamol 3x3 mg, dan pasang infus.
BAB V
KESIMPULAN

 Asma bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh
kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik
bronkospasme, hiper sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan.
 Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai
berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara.
 Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain infeksi,
alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja atau latihan fisik,
bau-bauan yang merangsang dan emosi.
 Penatalaksanaan menggunakan kortikostreroid dan SABA
 Komplikasi tersering dari penyakit asma gagal nafas, dan jika tidak terkontrol
dalam waktu lama kemungkinan bisa menyebabkan PPOK
 Prognosis biasanya baik jika dilakukan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

1) Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I edisi 3. Jakarta Media.
2) Mangunnegoso, H. dkk , 2004. Asma Pedoman Diagnois dan Penatalaksanaan di
Indonesia, Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
3) Pribadi A, Darmawan BS. Serangan Asma Berat pada Asma Episodik Sering, Sari
Pediatri. Maret 2004.
4) Nataprawira HMD. Diagnosis Asma pada Anak. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B,
Setyanto DB, editors. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2010.
5) Badan POM RI Agonis Adrenoseptor Beta-2 Selektif. [cited September 27th
2018]. Available from URL: http://pionas.pom.go.id/book/ioni-bab-3-sistem-
saluran-napas-31-antiasma-dan-bronkodilator-312-agonis-adrenoseptor.

Anda mungkin juga menyukai