Anda di halaman 1dari 2

Dalam tasawuf, tarekat berjumlah sangat banyak.

Secara garis besar kaum sufi


mengelompokkan tarekat dalam dua jenis, yaitu tarekat muktabar dan tarekat ghairu
muktabar. Tarekat muktabar muktabar berarti sanadnya tersambung kepada Nabi
Muhammad SAW, sementara tarekat ghairu muktabar tidak tersambung sanadnya kepada
Nabi Muhammad. Beberapa jenis tarekat muktabar, antara lain Tarekat Naqsyabandiyah,
Tarekat Qadariyah, Tarekat Syatariyah, Tarekat Chistiyah, Tarekat Qadariyah wa
Naqsyabandiyah, Tarekat Tijaniah.

Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah adalah tarekat sufi terbesar dari kelompok islam sunni. Inti dari
tarekat ini adalah mengutamakan pada pemahaman hakikat dan tasawuf yang mengandung
unsur-unsur pemahaman rohani yang spesifik, seperti tentang rasa, dan dalam
pemahamannya melibatkan zikir-zikir hati (hudurun kalbu).Tarekat Naqsyabandiyah
didirikan oleh Bahauddin Naqshband Bukhari, seorang syekh yang hidup di Bukhara,
Kekaisaran Chagatai pada abad 14 M. Nama tarekat mengambil nama dari sang pendiri
“Naqshband” yang bisa juga diartikan “pembuat jalan”, “pembuat perhiasan”, “jalan rantai”,
“rantai emas”, dan lain-lain.

Tarekat Naqsyabandiyah bersanadkan langsung kepada Nabi Muhammad melalui Abu


Bakar. Praktik-praktik di Naqsyabandiyah banyak bersumber dari ajaran Yusuf Hamdani dan
Abdul Khaliq Gajadwani yang hidup pada abad 12 M, yang mengajarkan penekanan pada
zikir yang diam dan khusyu’. Tarekat ini menekankan untuk mengingat Allah SWT melalui
semua panca indra, dalam setiap saat, dan dimanapun berada.

Adapun 11 prinsip utama sebagai anggota tarekat dalam mengingat Allah:


1. Kesadaran ketika bernapas.
Menarik napas dan menghembuskan napas tanpa melupakan Allah.
2. Memperhatikan langkah.
Tidak tergoda dari tujuan dari perjalanan akhir.
3. Perjalanan ke rumah.
Perjalanan individu dari hal yang tercela hingga menjadi terpuji. Sering ditafsirkan
sebagai makna dari kalimat syahadat.
4. Kesendirian/kesunyian di tengah keramaian.
Meskipun di dunia ini perjalanan individu dari dalam ke luar, tetapi perjalanan kita
kepada Allah adalah dari luar ke dalam.
5. Selalu Mengingat.
Secara lisan dan hati selalu berzikir.
6. Pengulangan.
Mengulang-ulang di dalam hati kalimat "La-ilaha il-allah muhammadur rasul-allah".
7.

Anda mungkin juga menyukai