Anda di halaman 1dari 59

HUBUNGAN MANAJEMEN STRES DALAM PELAKSANAAN ASUHAN

KEPERAWATAN DENGAN KINERJA PERAWAT BARU DI RSUD


PROF. DR. H. ALOEI SABOE

HASIL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti


ujian Sarjana Keperawatan

Oleh:

KRISTIANDA K. BIDJUNI

NIM : 841420008

281417035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 7

1.3 Rumusan masalah .......................................................................................... 8

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 8

1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 8

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 8

1.5.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 10

2.1 Manajemen Stres ........................................................................................... 10

2.1.1 Pengertian Manajemen Stres ................................................................. 10

2.1.2 Aspek-aspek Manajemen Stres .............................................................. 14

2.1.3 Pengertian Stres ..................................................................................... 16

2.1.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Stres ................................................. 18

2.1.5 Pemicu Stres ......................................................................................... 19

2.1.6 Macam-macam Stres ............................................................................. 22

2.2 Kinerja Perawat Baru ...................................................................................... 25

2.2.1 Kinerja Perawat ..................................................................................... 25

2.2.2 Definisi Perawat .................................................................................... 26

i
2.2.3 Peran Perawat ........................................................................................ 27

2.2.4 Fungsi Perawat ...................................................................................... 29

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat .............................. 29

2.2.6 Tugas dan Tanggung Jawab Perawat ..................................................... 30

2.3 Kajian Penelitian yang Relevan ...................................................................... 31

2.4 Kerangka Penelitian ....................................................................................... 34

2.4.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 34

2.4.2 Kerangka Konsep .................................................................................. 35

2.5 Hipotesis ........................................................................................................ 35

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 36

3.2 Desain Penelitian ......................................................................................... 36

3.3 Variabel Penelitian ........................................................................................ 36

3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 38

3.6 Teknik Pengolahan Data .............................................................................. 41

3.7 Teknik Analisa Data .................................................................................... 42

3.8 Hipotesis Statistik ........................................................................................ 43

3.9 Etika Penelitian ............................................................................................ 43

3.10 Alur Penelitian ............................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 46

LAMPIRAN ....................................................................................................... 49

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus

dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di Indonesia

maupun di dunia internasional. Kinerja perawat yang rendah dapat mengakibatkan

adanya ketidakpuasan pasien dalam menerima pelayanan yang diberikan. Maka

perlu diperhatikan kompenen kualitas kehidupan kinerja perawat yaitu

keterlibatan karyawan, pengembangan karir, penyelesaian masalah kominikasi,

fasilitas yang didapat, rasa aman terhadap pekerjaan, keselamatan lingkungan

kerja, kompensasi yang seimbang dan perasaan bangga terhadap institusi. Jika

lingkungan tempat kerja baik maka akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien

mengenai mutu pemberian pelayanan keperawatan (Sugiyono, 2017).

Menurut International Labour Organization (2016) saat ini stres kerja

merupakan isu global yang berpengaruh pada seluruh profesi dan pekerja di

negara maju maupun berkembang. Menurut Greenberg (2013), sumber stres pada

pekerja dapat berasal dari stressor terkait pekerjaan, seperti faktor intrinsik

pekerjaan (lingkungan kerja yang buruk, beban kerja berlebih, dan lain-lain),

peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta

struktur dan iklim organisasi; karakterisitik individu, seperti tingkat kecemasan,

batas-batas toleransi, tipe kepribadian dan sumber stres ekstra-organisasi, seperti

masalah keluarga, krisis hidup, masalah finansial, dan faktor-faktor lingkungan.

1
Menurut data Word Health Organisation (WHO) tahun 2020 penyakit

yang ditimbulkan akibat kerja adalah depresi dibanyak Negara sebesar 8%. Hasil

penelitian labour force survey pada tahun 2021 menemukan adanya 440.000 kasus

stres akibat kerja, di Inggris angka kejadian sebanyak 1.380 kasus per 100.000

pekerja mengalami stres akibat kerja. Menurut hasil survei dari PPNI (Persatuan

Perawat Nasional Indonesia) tahun 2021 menunjukkan bahwa 51% perawat

mengalami stres dalam bekerja, lelah, sering pusing, kurang istirahat akibat beban

kerja yang tinggi dan penghasilan yang tidak memadai. Jika hal ini dibiarkan

tentunya akan menimbulkan dampak yang lebih buruk. Menurut data Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2021 jumlah perawat mencapai 296.876

orang, maka angka kejadian stres perawat cukup besar (Profil Kesehatan

Indonesia, 2022). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

didapatkan jumlah tenaga keperawatan yang ada di rumah sakit yang berbeda

pada tahun 2020 sebanyak 5,289 perawat, 2021 sebanyak 5,519 perawat dan 2022

sebanyak 6,025 perawat.

Total Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) yang ada di Kota

Gorontalo pada tahun 2022 sebanyak 2.458 orang yang terdiri dari laki-laki

sebanyak 639 orang (26,0 %) dan perempuan sebanyak 1.819 orang (74,0 %).

Jumlah SDMK yang bertugas di puskesmas sebanyak 617 orang (25,1 %) yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 92 orang (14,9 %) dan perempuan sebanyak 525

orang (85,1 %). Jumlah SDMK yang bertugas di rumah sakit sebanyak 1.797

orang dan terdiri dari laki-laki sebanyak 524 orang (29,2 %) dan perempuan

sebanyak 1.273 orang (70,8 %). Proporsi tenaga kesehatan tertinggi adalah tenaga

2
keperawatan sebanyak 874 orang (46,1 %) (Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo,

2022).

Berdasarkan data yang diambil dari penelitian Rachmawaty tahun 2022

tentang Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit di Kota Gorontalo, menunjukkan

bahwa terdapat sebanyak 65% perawat baru yang mengalami stress kerja.

Sebanyak 22 orang (40,0 %) mempunyai stress kerja yang berat, sebanyak 20

orang (36,4 %) mempunyai stres kerja yang ringan dan sebanyak 13 orang (23,6

%) mempunyai beban kerja yang sedang dari total 55 perawat. Perawat dari

RSUD M.M. Dunda Limboto sebanyak 9 orang (37,5 %) mengalami stres kerja

yang ringan dan juga sebanyak 9 orang (37,5 %) yang mengalami stress berat,

perawat dari RSUD Toto Kabila sebanyak 11 orang (64,7 %) mengalami stres

kerja yang berat, sedangkan perawat dari RSUD Otanaha Kota Gorontalo

sebanyak 7 orang (50,0 %) mengalami stress kerja yang ringan. Hal ini

menunjukkan perawat baru cukup banyak mengalami stress yang diakibatkan oleh

penyesuaian diri terhadap jadwal kerja yang padat, tanggung jawab atas

keselamatan dan kesehatan orang lain maupun diri sendiri, dan harus dapat

menyesuaikan diri untuk bekerja dalam tim.

Kinerja yang baik diperlukan untuk memberikan kepuasan terhadap

pelayanan yang diberikan kepada orang lain. Begitu pula dengan kinerja perawat

baru. Perawat baru diharapkan mempunyai kinerja kerja yang baik dalam

melaksanakan pekerjaan berdasarkan tanggung jawabnya. Perawat-perawat baru

atau baru lulus dari bangku kuliah telah dibekali oleh ilmu pengetahuan dan

kemampuan klinik. Tetapi perawat baru belum terlatih dalam hal pengambilan

3
keputusan tentang asuhan keperawatan dan masih asing dalam lingkungan yang

baru. Perbedaan peran saat di bangku kuliah dan tempat kerja saat ini sering

menimbulkan stress kerja bagi perawat baru sehingga dapat menurunkan motivasi,

kinerja dan semangat kerja menjadi tidak maksimal (Robbins, 2013).

Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang juga ikut dalam

melaksanakan penanganan terhadap pasien yang ada di rumah sakit. Tenaga

keperawatan merupakan the caring profession yang memiliki peranan penting

dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan yang

diberikan berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual. Setiap hari, dalam

melaksanakan pengabdiannya seorang perawat tidak hanya berhubungan dengan

pasien, tetapi juga dengan keluarga pasien, teman pasien, rekan kerja sesama

perawat, berhubungan dengan dokter dan peraturan yang ada di tempat kerja serta

beban kerja yang terkadang dinilai tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan

emosionalnya (Maulana, 2018).

Tugas perawat yang banyak menuntut perawat untuk perlu adanya

manajemen stres dari diri sendiri dalam mengatasi stress kerja, manajemen stres

kerja sebagai langkah awal mengatasi stres dengan cara mengetahui tanda-tanda

stres. Manajemen stres sangat perlu dilakukan dengan tidak membebani diri

sendiri dan bersikap optimis dengan kemampuan yang dimiliki (Rahmawati,

2021). Manajemen stres sangat membantu agar pekerja khususnya perawat dapat

melewati masa stres yang dialami, manajemen stres setiap individu berbeda-beda,

tergantung dari individu itu sendiri saat memahami stres, bagaimana tingkat stres

yang diterima, dan bagaimana lingkungan pendukungnya. Ada yang manajemen

4
dengan pola pikir positif, ada pula yang tidak dapat memanajemen stres nya

dengan baik, yang dapat berakibat sakit atau bahkan gangguan kejiwaan. Maka

dari itu sangat penting untuk mempelajari stres, memahami stresor dan

memanajemen stress (Luthan, 2006).

Manajemen stres juga dapat dipelajari dengan mengenali sumber stres,

tindakan yang paling tepat, tindakan yang mengarah kepada perbuatan positif.

Dapat dilakukan dengan jasmaniah, emosional, maupun bentuk mekanisme

pertahanan diri lainnya. Misalnya manajemen stres dengan cara bercerita tentang

stres yang dialami kepada orang lain, menangis, humor (melucu), istirahat dan

sebagainya. Manajemen stres juga dapat dilakukan secara positif, misalnya

memperkuat diri sendiri dengan memahami diri sendiri, memahami orang lain,

mengembangkan kreativitas, berolahraga, melakukan ibadah dan mendekatkan

diri kepada Tuhan, mengembangkan tujuan dan nilai yang realistis (Mentari et al.,

2020).

Hasil penelitian terdahulu oleh Henida (2008) tentang hubungan stress

kerja dengan kinerja di Rumah Sakit Islam Malang menunjukan bahwa

didapatkan adanya hubungan signifikan antara tingkat stress kerja dengan kinerja.

Menurut hasil penelitian Henida, seluruh perawat baru memang merasakan

adanya stress dalam pekerjaan mereka, terlebih lagi saat terjadi kondisi darurat

atau overload kapasitas pasien namun hal ini dapat diselesaikan dengan adanya

penerapan manajemen stress dalam lingkungan kerja, seperti berbagi cerita

bersama-sama baik sesama rekan kerja maupun dengan atasan karena perawat di

5
RS Islam Malang memiliki rasa kebersamaan dan keterbukaan pola pikir dalam

menyelesaikan masalah.

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe adalah salah satu

rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Gorontalo yang saat ini mejadi

rumah sakit terbesar di Provinsi Gorontalo dan menjadi rumah sakit rujukan

dengan jumlah seluruh perawat 236 dan 47 perawat diantaranya merupakan

perawat baru. Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 17 Oktober 2023

terdapat informasi dari kepala ruangan Gedung Lantai 2, SP2KP Maternitas dan

Ruangan Anak bahwa jumlah perawat baru diruangan Gedung Lantai 2 berjumlah

16 perawat baru. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 4

perawat baru yang sedang bertugas saat itu, keempat perawat baru tersebut

menyatakan mereka sedang mengalami stress kerja yang ditandai dengan susah

tidur, susah berkonsentrasi, mudah lelah, sering menguap saat bertugas dan

terkadang kurang bersemangat dalam bekerja. Keempat perawat baru menyatakan

hal tersebut mempengaruhi kinerja mereka dalam bertugas seperti kurangnya

konsentrasi yang dapat menyebabkan adanya kesalahan pelayanan saat bekerja,

perawat mengatakan sangat lelah karena banyaknya pasien tidak sebanding

dengan jumlah perawat, merasa kelelahan dan menjadi beban karena sering

menguap, sering mengalami lelah, letih, lesu, stres, susah berkonsentrasi saat jam

kerja.

Berdasarkan hal tersebut maka stres pada perawat sangat perlu

diperhatikan, karena apabila seorang perawat mengalami stres yang tinggi akan

berdampak pada kualitas pelayanannya. Pada dasarnya perawat dituntut untuk

6
mampu memberikan pelayanan secara teratur dan tepat waktu yang harus

didukung oleh sikap ramah tamah, sopan santun dan mau bersabar serta mau

menyisihkan waktunya untuk mendengarkan keluhan pasien dengan memberikan

informasi yang jelas dan mudah dimengerti. Berdasarkan penjelasan tersebut,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan

Manajemen Stres dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan Kinerja

Perawat Baru di RSUD Prof Dr.H. Aloei Saboe.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, ditemukan identifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Hasil survei dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2021

menunjukkan bahwa 51% perawat mengalami stres dalam bekerja.

2. Menemukan bahwa Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit di Kota Gorontalo

sebanyak 22 orang (40,0 %) mempunyai stress kerja yang berat, sebanyak

20 orang (36,4 %) mempunyai stres kerja yang ringan dan sebanyak 13

orang (23,6 %) mempunyai beban kerja yang sedang dari total 55 perawat.

3. Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 17 Oktober 2023 terdapat

informasi dari kepala ruangan Gedung Lantai 2, SP2KP Maternitas dan

Ruangan Anak bahwa jumlah perawat diruangan Gedung Lantai 2

berjumlah 16 perawat, SP2KP Maternitas 6 perawat dan Ruangan Anak 8

orang perawat.

7
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang akan

dibahas mengenai “Bagaimana Hubungan Manajemen Stres dalam Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan dengan Kinerja Perawat Baru di RSUD Prof Dr.H. Aloei

Saboe”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Hubungan Manajemen Stres dalam Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan dengan Kinerja Perawat Baru di RSUD Prof Dr.H. Aloei

Saboe”.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Manajemen Stress di RSUD Prof Dr.H. Aloei Saboe

2. Mengidentifikasi Kinerja Perawat Baru di RSUD Prof Dr.H. Aloei Saboe

3. Menganalisis Hubungan Manajemen Stres dalam Pelaksanaan Asuhan

Keperawatan dengan Kinerja Perawat Baru di RSUD Prof Dr.H. Aloei

Saboe

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian dibagi atas 2 yaitu:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan referensi dalam

hal mengembangkan knsep, teori dan terutama dalam hal penyesuaian masalah

8
dalam pemberian layanan kesehatan yang akan diberikan oleh pihak rumah sakit

maupun instansi terkait.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Diguanakan sebagai sumber informasi dibidang penelitian dan pendidikan

untuk bisa mempermuda bagi peneliti selanjutnya. Digunakan sebagai

sumber referensi terkait masalah mengenai hubungan manajemen stress

dengan kinerja perawat baru sesuai dengan saran dari penelitian ini.

2. Bagi Perawat

Penelitian ini merupakan media untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan serta informasi bagi perawat maupun tenaga kesehatan yang

bersangkutan lainnya selama menjalankan dan melaksanakan tugas

dirumah sakit dalam mengetahui “Hubungan manajemen stress dengan

kinerja perawat baru”.

3. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini sebagai media bagi rumah sakit maupun instansi kesehatan

lain yang berkaitan dengan adanya penilaian kebjakan dalam pengelolaan

sumber daya manusia lebih memajukan dan mengembangkan rumah sakit.

9
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Manajemen Stres

2.1.1 Pengertian Manajemen Stres

Robbins (2013) mejelaskan manajemen stress adalah alternative pada

seseorang dalam mengelola stress yang diterima. Stress sendiri merupakan kondisi

yang disebabkanoleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan

tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,

psikologis, dan kondisi sosial seseorang (Serafino, 2008). Infikator manajemen

stress yaitu identifikasi gejala stress, analisa gejala stress, strategi terhindar dari

stress dan coping stress. Manajemen stress bisa digunakan keada individu yntuk

mencegah datangnya stress, mengelola stress agar tidak terlalu berpengaruh di

dalam diri maupun kehidupan, selain itu manajemen stress bisa digunakan untuk

menyembuhkan stress (coping).

Manajemen stress merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang

untuk mengontrol sumber stress yang dialaminya agar tidak menimbulkan efek

negative kedepannya. Manajemen stress merupakan dimana individu melakukan

pengontrolan atau pengaturan stress yang bertujuan untuk mengenal penyebab

stress dan mengetahui teknik-teknik mengelola stress, sehingga orang lebih baik

dan menguasai stress dalam kehidupan. Stress ialah sumber dari berbagai penyakit

pada manusia, apabila stress tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik,

maka akan berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena

penyakit ( Greenberg, 2019).

10
Stress biasanya muncul saat seseorang menghadapi ancama, tekanan, atau

sesuatu yang baru. Adapun beberapa penyebab timbulnya stress adalah saat

berada ti tempat kerja. Penyebab Stress yang terjadi di lingkungan pekerjaan

antara lain beban kerja yang sulit dan berlebihan, waktu dan peralatan kerja yang

kurang memadai, pengetahuan, dan kemampuan karyawan yang kurang memadai,

kurang jelasnya penerapan peraturan dalam pekerjaan, kurang dukungan dari

rekan sejawat dan pimpinan, dan lain sebagainya.

Pekerjaan dapat memicu stress, akan tetapi karyawan yang dapat

melakukan manajemen stress kerja secara efektif, seperti menerima masalah

sebagai tantangan melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan dilingkungan

kerja, adalah karyawan yang cenderung memiliki kecerdasan emosional (EQ)

yang tinggi. Kecerdasan emosional menggambarkan kemampuan karyawan dalam

mengendalikan, menggunakan, atau mengekspresikan emosi dengan cara yang

dapat menghasilkan sesuatu yang baik. Karyawan yang memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi dapat mengelola stress dan menemukan cara yang tepat

menghadapi stress. Sebaliknya, jika karyawan memiliki kecerdasan emosional

yang rendah, mereka akan sulit menemukan cara menghadapi stress (Salovey,

2014).

Karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan

memaknakan hubungan interpersonal dengan rasa nyaman sehingga tidak

menimbulkan ketegangan emosi pada diri, dan mampu mengatasi ketegangan

emosi yang dialami, memiliki kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri

empatik sehingga membuat orang lain merasa nyaman, tenang, dan senang

11
bergaul dengannya, memiliki relasi yang baik dalam organisasi, tidak emosi serta

dapat bekerja sama. Sebaliknya, karyawan yang memiliki kecerdasan emosional

rendah lebih menarik diri dari pergaulan datau masalah sosial, seperti lebih suka

menyendiri, kurang bersemangat, sering cemas, depresi dan afresif (Salovey,

2014).

Manajemen stres adalah tentang bagaimana kita melaksanakan suatu tugas

dengan memusatkan perhatian pada aktivitas emosional, mental, atau praktis, serta

teknik pemecahan masalah. Pengelolaan stres dilakukan dengan mengidentifikasi

stresor yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukanlah tugas yang mudah

untuk kami selesaikan. Terkadang, pemicu stres yang kita temui tidak jelas dan

sulit dipahami, sehingga kita tidak menganggapnya sebagai cara untuk

mengurangi kecemasan, stres, dan kegagalan. Misalnya, kami memahami bahwa

pekerjaan yang tunduk pada tekanan tenggat waktu selalu menghasilkan kualitas

yang buruk; namun, karena kita tidak terganggu oleh tekanan tersebut, kita

menjadi lebih bergantung pada pekerjaan secara keseluruhan.

Langkah selanjutnya dalam manajemen stres adalah mengembangkan

strategi pemecahan masalah yang efektif. Secara umum ada dua pendekatan,

yaitu:

a) Memperbaiki situasi (hindari sumber masalah)

b) Meningkatkan respon kita terhadap sumber stres tersebut di atas.

Mengamati pendekatan pertama, yaitu menyesuaikan keadaan, tidak akan

membiarkan kita mengubah segalanya sesuai keinginan. Misalnya jika terjadi

bencana, kematian, dan sebagainya, maka situasi seperti ini memerlukan software

12
yang lebih fleksibel. Cara untuk membuat situasi lebih sesuai dengan potensi

tingkat stres kita. Sederhananya, jika kita menunggu beberapa hari untuk

menghadapi tantangan, cara terbaik untuk mengelola stres adalah dengan

mempersiapkan mental dan fisik menghadapi tantangan di depan sehingga ketika

tantangan itu tiba, kita akan lebih siap.

Strategi kedua untuk mengelola stres adalah dengan mengubah reaksi kita.

Sulit melihat sisi positif dari hal buruk yang dialami. Namun, terkadang ketika

kita mencoba menganalisis situasi yang tidak menarik dan tidak dapat diubah,

sebenarnya ini adalah langkah awal untuk bisa melihat sisi positif dari apa yang

kita pahami. Langkah selanjutnya adalah mengurangi standar swasta. Tanpa

memberikan apa pun, kami mengidentifikasi tingkat saat ini yang perlu dicapai.

Tidak ada yang salah dengan keadaan ini, namun ketika kita mulai merasa tidak

enak dan tidak nyaman, ada baiknya kita mulai sadar akan kondisi tersebut dan

mencermati apa yang ingin kita capai dalam hidup. Frasa seperti "aku harus" atau

"tidak boleh" dapat diganti dengan frasa yang secara jelas menunjukkan

kompromi, seperti "Aku akan berusaha dan bila hasilnya belum sesuai maka aku

akan mencoba lagi”.

Teknik manajemen stres lainnya adalah melakukan aktivitas yang

menyenangkan. Kegiatan tersebut bisa berhubungan dengan hobi kita atau

melakukan sesuatu bersama dengan orang yang kita sayangi, seperti pergi ke

tempat favorit, mengunjungi tempat baru, dan lain-lain. Selain itu, menerapkan

pola hidup sehat juga merupakan cara efektif untuk mengatasi stres. Cara

termudahnya adalah dengan melakukan olahraga ringan secara teratur,

13
mengonsumsi makanan bergizi, menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan

yang dijual bebas, serta mengurangi jumlah gula dan kafein dalam pola makan

Anda.

Terakhir, kita juga bisa berlatih mempraktikkan teknik relaksasi. Bila kita

menganggap pengalaman-pengalaman di atas sebagai pengalaman langsung dari

suatu keadaan yang tidak kita antisipasi dan kemudian menimbulkan kerugian

bagi tubuh kita (misalnya mudah terkejut, mudah gelisah, mudah hancur, dan

sebagainya), maka situasi tersebut adalah memprihatinkan. Setelah mengetahui

adanya berbagai macam nyeri dan pengaruhnya terhadap tubuh, langkah

selanjutnya yang harus kita lakukan adalah memberikan perhatian guna

meringankan atau memperparah nyeri tersebut. Hal ini disebut sebagai relaksasi.

Relaksasi berguna untuk mengurangi denyut nadi dan tekanan darah, serta

mengurangi keringat dan mengatur pernafasan. Misalnya reaksi yang digunakan

ketika hewan sedang tegang, dikategorikan dalam kecemasan, sulit tidur,

kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan punggung, serta tekanan darah tinggi.

Secara umum, relaksasi dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing

orang. kebutuhan; misalnya dapat dilakukan dua kali sehari dengan durasi lima

belas menit. Setiap orang dapat menikmatinya sendiri tanpa bantuan.

2.1.2 Aspek-aspek Manajemen Stres

Aspek-aspek Manajemen Stress Lazarus & Folkman (Sarafino, 1998;

Safaria & Saputra, 2005), membagi aspek manajemen stres menjadi dua yaitu:

a. Problem focused coping (PFC) merupakan strategi atau usaha untuk

mengurangi situasi stress dengan cara mengembangkan kemampuan atau

14
mempelajari keterampilan yang baru untuk mengubah dan menghadapi

situasi, keadaan atau pokok permasalahan. Sub aspek problem focused

coping, yaitu:

1. Confrontive Coping ialah strategi yang ditandai oleh usaha-usaha yang

bersifat agresif untuk mengubah situasi, termasuk dengan cara

mengambil resiko. Hal ini dilakukan individu dengan cara tetap

bertahan pada apa yang diinginkan.

2. Planful Problem-Solving yaitu menganalisa setiap situasi yang

menimbulkan masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung

terhadap masalah yang dihadapi.

3. Seeking social support adalah strategi yang ditandai oleh usaha-usaha

untuk mencari nasihat, informasi atau dukungan emosional dari orang

lain.

b. Emotion focused coping (EFC) merupakan strategi untuk mengontrol

respon emosional terhadap situasi yang sangat menekan Emotion focused

coping cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa

tidak mampu mengubah kondisi yang stressful. Sub aspek emotion

focused coping, yaitu:

1. Distancing adalah usaha mengeluarkan upaya kognitif untuk

melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif.

2. Self-Control strategi dimana seseorang mencoba untuk mengatur

perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya ntuk

menyelesaikan masalah.

15
3. Accepting Responsibility adalah suatu strategi dimana individu

menerima bahwa dirinya memiliki peran dalam masalah yang

dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.

4. Escape-avoidance strategi berupa perilaku menghindar atau melarikan

diri dari masalah dan situasi stres dengan cara berkhayal atau

berangan-angan juga dengan cara makan, minum, merokok,

menggunakan obat-obatan dan beraktivitas. Dengan melakukan

strategi ini individu berharap bahwa situasi buruk yang dihadapi akan

segera berlalu.

5. Positive Reappraisal strategi yang ditandai oleh usahausaha untuk

menemukan makna yang positif dari masalah atau situasi menekan

yang dihadapi, dan dari situasi tersebut individu berusaha untuk

menemukan suatu keyakinan baru yang difokuskan pada pertumbuhan

pribadi.

2.1.3 Pengertian Stres

Secara etimologi stress merupakan gangguan atau kekacauan mental dan

emosional yang disebabkan oleh faktor luar, stress juga berarti ketegangan

ketegangan syaraf. Vincent Cornelli berpendapat stress merupakan konsep stress

sebagai gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan

tuntutan kehudupan. Sters dipengaruh oleh lingkungan maupun penampilan

individu didalam lingkungan tersebut. Dadang Hawari meyatakan bahwa stress

merupakan tanggapan/reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya

yang bersifat non spesifik. Hans Selye juga mengemukakan bahwa stress

16
merupakan sebagai respon diak spesifik tubuh atau segala macam perintah dari

tubuh (Mohamad, 2015).

Dari terminology di atas dapat dipahami bahwa Stress merupakan suatu

perasaan ragu terhadap kemampuan diri untuk dapat mengatasi sesuatu dalam

kehidupan, suatu anggapan bahwa persediaan yang ada tidak dapat memenuhi

permintaan yang muncul. Stress merupakan respon organisme untuk

menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan tersebut

dapat berupahal-hal yang faktual terjadi, atau hal-hal baru yang mungkin akan

terjadi, tetapi dipersepsi secara actual. Jika ia tidak sanggup mengatasinya maka

akan terjadilah gangguan pada suatu atau lebih organ tubuh yang dapat

mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan fungsi pekerjaannya

dengan baik. Stress juga merupakan suatu keadaan tidak mengenakan atau tidak

nyaman yang dialami oleh seseorang dan keadaan tersebut menganggu pikiran,

emosional, tindakan atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersbut

bersifat individual dan subyaktif. Artinya kondisi stress yang dialami oleh setiap

orang tidak sama dan cara penganggulangannya pun berbeda-beda karena sifatnya

subyektif dan pribadi.

Dengan demikian stress dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang

dialami sesorang ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima

dan kemampuan untuk mengatasinya. Respon terhadap situasi dan adaptasi

terhadap lingkungan yang berdampak positif diseebut eustress. Sebaliknya,

apabila respon negative yang ada, maka akan terjadi stress. Respo negative ini bila

17
tidak dikelola dengan baik dan segera ada solusi/terapi akan menyebabkan

seseorang terganggu mentalnya.

Setiap individual menghadapi dua hal atau situasi stress (stressful

situation) adan adaptasi terhadap lingkungannya. Kedua hal tersebut berada dalam

satu situasi. Stress dapat terjadi pada setiap orang dan pada setiap waktu, karena

stress sebagai bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan. Pada

umumnya orang menyadari adanya stress, namun ada juga yang tidak menyadari

bahwa dirinya mengalami stress. Reaksi seseorang terhadap stress dapat bersifat

positif maupun dapat bersifat negative. Reaksi yang bersifat negative atau bersifat

positif jika menimbulkan dampak yang menjadi pendorong agar orang berusaha.

Stress yang bersifat negative/merugikan dapat terjadi apabila stress terlalu berat

atau berlangsung cukup lama ( Moh,2015).

2.1.4 Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Stres (Stressor)

Stressor merupakan tuntutan-tuntutan untuk menyesuaikan diri. Strain

merupakan tegangan yang terdapat atau terjadi pada seseorang akibat adanya

sumber ketegangan. Dengan kat lain, stressor merupakan segala sesuatu yang

menyebabkan kita mejadi stress. Stressor adalah hal yang dianggap suatu ancaman

yang nyatadan dirasakan menganggu stabilitas atau kenyamanan seseorang.

Stressor bisa terjadi saat akut, kronis, dari dalam atau luar, baik secara jasmani

atau rohani, nyata atau hanya suatu khayalan. Dan stressor dapat dirasakan oleh

tubuh kita tanpa kita sadari (Iskandar Juanidi, 2006).

18
Menurut Coleman terdapat tiga sumber dimasukan dalam kategori

stressor, yaitu frustasi, konflik dan tekanan (pressure). Adapun faktor-faktor

penyebab stress antara lain:

1. Stressor fisik/jasmani, antara lain : suhu dingin/panas, suara bising, rasa

sakit, kelelahan fisik, polusi udara, tempat tinggal tak memadai dan

sebagainya.

2. Stressor psikologi, antara lain: rasa takut, kesepian, pata hati, marah,

jengkel, cemburu dan lain sebagainya.

3. Strssor sosial-budaya, antara lain: hubungan sosial, kesulitan pekerjaan,

menganggur, pension, PHK, perpisahan, perceraian, keterasingan, konflik

rumah tangga.

Secara umum penyebab stress adalah beban kerja berlebihan, tekanan

waktu dan target waktu yang tidak mungkin terpenuhi, seberapa baik dan sejauh

mana anda merasa keahlian dan kemamuan anda dipergunakan, peran kerja yang

dipahami didefinisikan dengan buruk, perubahan prosedur, dan kumunikasi buruk

tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak merasa sebagai bagian dari

organisasi.

2.1.5 Pemicu Stres

Ada banyak hal yang dapat memicu stress dalam kehidupan (stressor)

beberapa diataranya adalah stress besar, masalah kesehatan, trauma kecelakaan,

ketidakmampuan mengtaasi stress, kelaparan yang hebat, faktor pisikologis, faktor

fisik, lingkungan yang tidak sehat, stres atau kejanggalan kecil, suatu perubahan

yang penting, karakter atau sifat bawaan, sifat tamak dan ambisius, sikap tidak

19
menerima dirinya apa adanya, hidup yang penuh dengan kepura-puraan, iri hati

dan dengki, pendendam, rasa tidak berdaya, rasa panik, masalah karir,

pertambahan usia, kegagalan dan ketidakpuasan keuangan (Iskandar Juanidi,

2006).

Rice menyimpulkan hasil kajian beberapa ahli bahwa ada tiga gejala dari

stress kerja pada individu, yaitu gejala psikologis, fisiologis dan gejala perilaku.

Gejala psikologis yang sering ditemui mengenai stress yaitu kecemasan,

ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan kecewa, rasa marah,

dan dendam (kebencian), sensitive dan hipertektif, memendam perasaan,

penarikan diri, dan depresi, komunkasi ang tidak efektif, perasaan terkucilkan dan

terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi

intelektualdan kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreatifitas, serta

menurunnya rasa percaya diri (Waluyo, 2019).

Gejala fisiologis utama dari stres meliputi peningkatan tekanan darah,

detak jantung, dan kemauan untuk menderita penyakit kardiovaskular,

peningkatan kadar hormon stres (contoh: hormon adrenal dan nonadrenal),

gangguan saluran cerna (misalnya gangguan lambung), meningkatkan frekuensi

ringan fisik dan kecelakaan, kelelahan ciri-ciri fisik dan kemungkinan mengalami

kejang kronik (menahun), sindrom kelelahan, angguan pernapasal, termasuk

gangguan dari kondisi itu misalnya gangguan pada lidah, sakit kepala, sakit pada

bibir bawah, rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk gangguan tidur dan ambang

batas risiko berkembangnya keratitis (Wuluyo, 2019).

20
Penyebab utama stres yang berhubungan dengan pekerjaan adalah sebagai

berikut:

1. Menghancurkan, meremehkan, dan menghilangkan stres yang

berhubungan dengan pekerjaan

2. Mengurangi produktivitas dan ekspektasi kinerja

3. Peningkatan penggunaan minuman obat keras dan obat bebas

4. Perilaku sabotase di tempat kerja

5. Perilaku makan yang tidak khas (sering) sebagai alat pemeriksaan

sehingga menyebabkan obesitas

6. Kebiasaan makan (kekurangan) yang tidak biasa sebagai metode

pemeriksaan diri dan penurunan warna rambut secara tiba-tiba, berpotensi

dipadukan dengan gejala yang berhubungan dengan depresi

7. Menaikkan ambang batas untuk mengalami risiko tinggi, seperti menyetir

dengan tidak hati-hati dan berjudi

8. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

9. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman

10. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri (Wuluyo, 2019).

Gejala stres dapat dialami secara berbeda oleh orang yang berbeda;

beberapa orang sering mengalami stres, sementara yang lain lebih jarang

mengalami stres. Pertanyaan yang diajukan tergantung persepsi dan respon

masing-masing orang. tentang stresor tertentu serta kemampuan seseorang untuk

mengelola stresor tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan bisnis secara tepat

21
dengan menyusun strategi. penanggulangan yang tepat untuk mengatasi

kelembaban yang lebih parah yang terjadi individu.

2.1.6 Macam-Macam Stres

Kondisi dapat terjadi dimana-mana, adapun kondisi stress berdasarkan

tempatnya yakni:

1. Stress di tempat kerja, Stress ditempat kerja dikategorikan menjadi dua

penyebab yang pertama penyebab umum stress di tempat kerja, yang lebih

disebabkan problem organisasi yang meliputi insufficient back-up, terlalu

lama bekerja, tidak memunyai kedudukan, rendah upah/gaji dan tidak ada

promosi kedepan yang baik, kebiasaan yang tidakperlu dan procedural,

tidak memenuhi kebutuhan dan tidak nyaman. Kemudian penyebab kedua

adalah penyebab khusus stress di tempat kerja yang meliputi tidak jelas

pekerjaan yang akan dilakukan, terjadi konflik peran/pekerjaan, tidak

realistic dan terlalu tinggi harapannya, tidak mampu mempengaruhi

pembuat kebijakan/tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan, seling

berselisih dan merasa supersionr, terisolasi (tersisih) dari dukungan

kolega, menoton, miskin komunikasi, kepemimpinan yang lemah, konflik

dengan kolega, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dan Fighting

Unnecessary Batters (Henry dalam Moh Muslim, 2015).

2. Stres di rumah, Terdapat beberapa penyebab stress di rumah antara lain

adalah stress disebabkan pasangan, stress disebabkan masalah anak, stress

disebabkan pengurusan rumah tangga dan stress karena tekanan

lingkungan disekitar rumah.

22
3. Psikososial, Secara global Dadang Hawari (2007) menjelaskan jenis

stressor psikososail dalam bentuk sebagai berikut:

a. Perkawinan, berbagai permasalahan perkawinan yaitu sumber stress

yang diderita seseorang misalnya: pertengkaran, perpisahan,

perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan dan lain

sebagainya. Stressor perkawinan ini dapat menyebabkan seseorang

jatuh sakit.

b. Problem orang tua, permasalahan yang dihadapi orang tua misalnya:

tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit dan

hubungan yang tidak baik antara mertua, ipar, besan dan sebagainya.

Permasalahan tersebut bila tidak dapat diatasi oleh yang bersangkutan

dapat menimbulkan sumber stress yang paada gilirannya seseorang

dapat jatuh sakit.

c. Hubungan interpersonal (antar pribadi), gangguan ini dapat berupa

hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik atau konflik

dengan kekasih, konflik dengan rekan sekerja, konflik antar atasan dan

bawahan dan lain sebagainya. Konflik antar pribadi ini dapat

merupakan sumber stress bagi seseorang yang bila tidak dapat

diperbaiki (silahturahmi) pada gilirannya yang bersangkutan dapat

jatuh sakit.

d. Pekerjaan, masalah pekerjaan dapat merupakan sebagai sumber stress

pada diri seseorang yang bila tidak dapat diatasi yang bersangkutan

dapat jatuh sakit. Misalnya kehilangan pekerjaan (PHK), pension,

23
pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi jabatan dan

lain sebagainya.

e. Lingkungan hidup, faktor ini tidak hanya dilihat dari lingkungan itu

bebas polusi, sampah dan lain sejenisnya tetapi terutama kondisi

lingkungan sosial dimana seseorang itu hidup. Beberapa contoh

masalah lingkungan hidup yang dapat mejadi stressor pada diri

seseorang antara lain masalah perumahan, pindah tempat tinggal,

hidup dalam lingkungan yang rawan, dan lain sejenisnya. Rasa tidak

aman dan tidak terlindung membuat jiwa seseorang tercekam sehingga

menganggu ketenangan dan ketentraman hidup yang lama kelamaan

daya tahan seseorang menurun sehingga jatuh sakit.

f. Keuangan, masalah ini (kondisi sosial ekonomi) yang tidak sehat,

misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat

hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya.

g. Hukum, keterlibatan seseorang dalam masalah hukum, pengalidan,

penjara dan lain sejenisnya. Stress dibidang hukum ini dapat

menyebabkan seseorang jatuh sakit.

h. Perkembangan, perkembangan fisik maupun mentasl sesorang,

misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause, usia lanjut dan lain

sebagainya. Kondisi setiap perubahan fase-fase perkembangan tersebut

tidak selamanya dapat dilampaui dengan baik, ada sementara orang

yang tidak mampu sehingga jatuh sakit.

24
i. Penyakit fisik atau cedera, sumber stress yang dapat mempengaruhi

kondisi kejiwaan seseorang antara lain adalah penyakit terutama

penyakit yang kronis, jantung, kangker, kecelakaan, operasi, aborsi,

dan lainsebagainya.

j. Faktor keluarga, faktor stress yang dialami oleh anak dan remaja yang

disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik yaitu sikap orang

tua misalnya: hubugan kedua orang tua yang dingin atau penuh dengan

ketenangan dan acuh tak acuh, kedua orang tua jarang dirumah dan

tidak ada waktu untuk bersama dengan anak-anak, komunikasi antara

orang tua dan anak yang tidak baik, kedua orang tua berpisah atau

bercerai, salah satu orang tua menderita gangguan jiwa/kepribadian,

serta orangtua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras dan

otoriter dan lain sebagainya. Stresor kehidupan lainnya juga dapat

menimbulkan gangguan kewajiban (stress pasca trauma) adalah antara

lain bencana alam, huru-hara, peperangan, kebakaran, perkosaan,

kehamilan diluar nikah, aborsi dan lain sebagainya (Dadang Hawari,

2007).

2.2 Kinerja Perawat Baru

2.2.1 Kinerja Perawat

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab

yang diberikan kepadanya. Menurut Mangkunegara kinerja dapat didefenisikan

sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang

25
pcgawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungiawab yang diberikan

kepadanya. Simamora menyatakan bahwa kinerja (performance) diartikan sebagai

suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tenentu yang akhimya secara langsung

dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun kualitasnya

(Muhammad, 2017).

Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan

sebaik–baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka

pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit

organisasi. Kinerja perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja diperusahaan.

Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar obyektif yang terbuka dan

dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan dihargai sampai

penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu untuk mencapai prestasi pada

tingkat lebih tinggi. Kinerja perawat akan dipengaruhi oleh Faktor individu,

Faktor psikologis (persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan

kerja), dan faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan (Usatiawaty, 2018).

2.2.2 Definisi Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus menyelesaikan pendidikan

tinggi pada bidang keperawatan, baik didalam maupun luar negeri yang sudah

disetujui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (UU

No.38 Tahun 2014). Perawat dapat dibedakan menurut stratanya yaitu D3

(Diploma), SI (Sarjana) dan juga Profesi (Ners). Untuk praktik pemberian asuhan

26
keperawatan sendiri dijalankan oleh perawat sesuai dengan target pada pasien dan

fasilitas pelayanan yang akan diberikan.

Menurut UU No.36 Tahun 2014 mengenai tenaga kesehatan dimana

perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan sendiri

adalah seseorang yang mendedikasikan dirinya dalam bidang kesehatan, memiliki

pengetahuan dan juga keterampilan pada bidang keperawatan yang dalam hal ini

tentu perlu adanya kewenangan dalam menjalalankan tugas dan tupoksinya

masing-masing dengan upaya pemberian asuhan keperawatan yang maksimal.

2.2.3 Peran Perawat

Peran perawat menurut Konsorsium Kesehatan Tahun 1989 adalah :

1. Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan dan

kebutuhan dasar manusia yang sangat dibutuhkan melalui pemberian

pelayanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan

dari yang sederhana hingga komplek.

2. Advokat pasien/klien, dengan menginterpretasikan berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, serta

mempertahanakan dan melindungi hak dari pasien.

3. Pendidik/edukator, perawat yang bertugas memberikan pendidikan

kesehatan kepada klien baik secara individu, keluarga, maupun masyarakat

upaya untuk menciptakan perilaku dari individu hingga masyarakat yang

mendukung bagi kesehatan untuk menjalankan peran sebagai pendidik

(edukator). Namun, harus ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki

27
oleh seorang perawat yang menjadi persayaratan utama, yakni memiliki

wawasan dan ilmu pengetahuan yang ekstensif, mampu berkomunikasi

dengan baik dan jelas, memiliki pemahaman psikologis, dan kemampuan

menjadi contoh dalam berperilaku sebagai perawat profesional.

4. Koordinator, dimana mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi

pemberian pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian

layanan kesehatan sendiri bisa terarah sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja dengan berbagai

macam tim kesehatan yang didalamnya ada dokter, fisioterapi, ahli gizi,

dan lain sebagainya yang memiliki upaya untuk mengidentifikasi

pelayanan keperawatan termasuk didalamnya diperlukan diskusi atau

tukar-menukar pendapat dalam menentukkan bentuk pelayanan

selanjutnya.

6. Konsultan, perawat juga sebagai penerima konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Untuk peran ini

dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi mengenai tujuan

pelayanan keperawatan yang akan diberikan.

7. Peran perawat sebagai pengelola (manager). Perawat memiliki peran dan

tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan disemua strata

pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai dengan konsep

manajemen keperawatan.

8. Peneliti dan pengembangan ilmu dalam bidang kesehatan khususnya,

sebagai sebuah profesi dan cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus

28
melakukan upaya untuk mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap

perawat harus mampu melakukan percobaan dalam bidang keperawatan.

2.2.4 Fungsi Perawat

Fungsi perawat menurut (Suryanah, 1996 dalam Hidayah 2018) yang

dibagi atas beberapa yang meliputi :

1. Mengkaji Kebutuhan Pasien, Keluarga, Kelompok, dan masyarakat,

2. Merencanakan Tindakan Keperawatan Kepada Individu, Keluarga,

Kelompok, dan Masyarakat Berdasarkan Diagnosa Keperawatan

3. Melaksanakan Rencana Keperawatan,

4. Mengevaluasi Hasil Usaha Keperawatan,

5. Mendokumentasikan Proses Keperawatan,

6. Mengidentifikasi Hal-hal yang perlu Diteliti ataupun Dipelajari serta

Merencanakan Studi Kasus,

7. Berperan serta dalam Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Kepada

Pasien, Keluarga, Kelompok Serta Masyarakat,

8. Bekerja sama dengan Disiplin Ilmu Terkait dalam Pelayanan Kesehatan

Kepada Pasein, Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat,

9. Mengelola Perawatan Pasien dan Berperan sebagai Ketua Tim dalam

Melaksanakan Kegiatan Keperawatan.

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat

Menurut Pabundu (2006) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja

perawat yaitu :

29
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan,

keterampilan, kestabilan emosi, sifat–sifat seseorang, meliputi sikap, sifat–

sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin,

pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel

personal lainnya.

2. Faktor eksternal yaitu faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan ketenagakerjaan,

keinginan pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi, kebijakan organisasi,

kepemimpinan, tindakan– tindakan rekan kerja jenis latihan dan

pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial. Karakteristik individu

yang berhubungan dengan kinerja perawat adalah pendidikan, pelatihan,

promosi, jenjang karir, lama bekerja, sistem penghargaan, gaji, tunjangan,

insentif dan bonus. Hasil penelitian Daryanto, (2008) menunjukkan bahwa

sistem penghargaan yang paling dominan berhubungan dengan kinerja

adalah gaji dan pengakuan. Isesreni, (2009) tingkat pendidikan perawat

mempengaruhi kinerja perawat, dan tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara umur, jenis kelamin, status perkawinan, serta lama

bekerja perawat dengan kinerja perawat.

2.2.6 Tugas dan Tanggung jawab Perawat

Perawat menjalankan perannya sebagai pemberi layanan asuhan

keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan.

Tugas keperawatan ini sesuai kesepakatan pada lokakarya tahun 1983 berdasarkan

tugas dan tanggungjawab perawat pada saat memberikan asuhan keperawatan

30
yang dibagi atas beberapa yaitu : Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada

klien (sincere interest), Bila perawat dengan terpaksa menunda pelayanan, maka

perawat harus bersedia memberi penjelasan dengan baik kepada klien

(explanantion about the delay), menunjukkan kepada klien sikap menghargai.

Misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, dan bersalaman/berjabat

tangan, berbicara di sesuaikan dengan perasaan klien (subjects the patients

desires). Bukan hanya pada kepentingan dan kemauan atau keinginan perawat,

Tidak membicarakan privasi klien yang satu didepan klien yang lain dengan

maksud menghina atau menjatuhkan, Menerima sikap kritis dari klien dan

mencoba untuk memahami klien bai dalam sudut pandang klien manapun (see the

patient point of view). Adapun Tanggungjawab Perawat, yaitu Responsibility to

god (Tanggungjawab utama kepada tuhannya), Responsibility to client and society

(tanggungjawab terhadap pasien dan masyarakat, Responsibility to colleague and

supervisor (tanggungjawab terhadap rekan sejawat dan atasan). (Suryanah, dalam

Hidayah 2018).

2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian Metode Hasil


No Judul
(Tahun) Penelitian Penelitian
1 Sari Yunita Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian
Sidabalok Kebahagiaan dan merupakan menunjukkan bahwa
dan Andita Manajemen Stres penelitian kebahagiaan
Sayekti terhadap Kinerja kuantitatif berpengaruh
(2020) Perawat Rawat Metode signifikan dan
Inap (Studi analisis yang memiliki hubungan
Kasus di RSUD digunakan positif dengan
dr. Djasamen adalah uji kinerja. Sedangkan
Saragih validitas, uji manajemen stres
Pematangsiantar, reliabilitas, memiliki hubungan
Sumatera Utara) analisis positif namun tidak
deskriptif, uji berpengaruh

31
Chi-Square signifikan dengan
dan analisis kinerja. Dapat
regresi disimpulkan bahwa
berganda perawat di RSUD dr.
menggunakan Djasamen Saragih
Statistic ratarata memiliki
Product and kebahagiaan yang
Service tinggi dan stres kerja
Solution yang rendah.
(SPSS) versi
22.0.
2 Enny Hubungan Desain Hasil dari penelitian
Nurcahyani, Tingkat Stres penelitian ini ini diketahui bahwa
Dyah Kerja Dengan adalah korelasi responden memiliki
Widodo dan Kinerja Perawat dengan cross tingkat stres ringan
Yanti sectional. sebanyak 108 orang
Rosdiana Populasi (99,1%), sebagian
(2016) adalah perawat besar responden
diruang memiliki kinerja yang
perawatan inap baik sebanyak 87
Rumah Sakit orang (71,5%), dan
Panti Waluya ada korelasi antara
Sawahan tingkat stres kerja dan
Malang. kinerja perawat di
Sampel adalah rawat inap Panti
109 orang Waluya Sawahan
dengan teknik Rumah Sakit Malang.
sampling Direkomendasikan
proportional bagi
random perawat di unit
sampling. Data pelayanan rawat inap
dianalisis untuk
dengan mempertahankan
menggunakan kinerja perawat.
korelasi
product
moment
pearson.

Berdasarkan penjelasan dari 2 penelitian sebelumnya yang dijadikan

kajian relevan bahwa :

Penelitian ini akan meneliti bagaimana manajemen stress dapat

berpengaruh dalam kinerja perawat. Peneliti akan meneliti lebih lanjut apa saja hal

32
yang membuat adanya stress kerja terhadap perawat baru yang akan dibagi

menjadi tiga tingkatan stress yaitu stress ringan, stress sedang dan stress berat.

Selanjutnya penelitian ini akan melihat apakah perawat memiliki manajemen

stress sehingga manajemen stress dalam upaya menurunkan tingkat stress yang

ada dapat meningkatkan kinerja perawat baru. Oleh karena itu, peneliti

mengambil penelitian terdahulu di atas sebagai kajian relevan untuk meneliti lebih

lanjut lagi tentang variabel manajemen stress dan kinerja perawat baru.

33
2.4 Kerangka Penelitian

2.4.1 Kerangka Teori

Faktor Penyebab Stress Perawat


Internal :
- Kecerdasan
- Keterampilan
- Kestabilan emosi
- Sikap Tugas Perawat

Eksternal :
- Lingkungan
- Peraturan
ketenagakerjaan Kinerja Perawat
- Keinginan pelanggan
- Kondisi ekonomi
- Kebijakan organisasi
- Kepemimpinan
Baik Cukup Kurang
- Sistem upah

Manajemen Stress

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Ariandi, A (2019), As’ad (2001).
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Penghubung

34
2.4.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Manajemen Stres Kinerja Perawat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

:Garis Penghubung

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

2.5 Hipotesis

Dari kerangka konsep tersebut diatas, dapat ditarik hipotesis yakni:

1. Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada hubungan antara manajemem stress dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kinerja perawat baru di RSUD

Prof. Dr. H. Aloei Saboe.

2. Hipotesis Alternatif (Ha): Ada hubungan antara manajemem stress dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kinerja perawat baru di RSUD

Prof. Dr. H. Aloei Saboe.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Profesor Dr. H. Aloei Saboe

Kota Gorontalo.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2024.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang

digunakan adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu

suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran observasi data variabel

independen dan dependen hanya pada suatu waktu, dimana variabel independen

dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak terdapat tindak

lanjut (Nursalam, 2015).

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam

penelitian ini variabel yang digunakan adalah :

3.3.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel Independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

36
(Sugiyono, 2015). Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah

kualitas Kehidupan kerja perawat.

3.3.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel tergantung (variabel terikat) adalah merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,

2012). Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan

klien/pasien.

3.3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel bersangkutan (Notoatmodjo,

2012).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Alat
Variabel Definisi Operasioanl Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Tindakan yang Kuesioner Dikatakan Skor: Ordinal
Independen dilakukan perawat Baik :
dalam menyelesaikan 96-136 (70% -
Manajemen masalah agar tidak 100%)
Stres berdampak buruk bagi Cukup :
kesehatan fisik dan 69-95 (50% -
mental. 69%)
Kurang:
34-68 (25% -
49%)

(Safira, 2022)
Variabel Kegiatan perawat baru Kuesioner Dikatakan Skor: Ordinal
Dependen dalam melaksanakan Baik :
asuhan keperawatan 21-30 (70% -
Kinerja sesuai dengan standar 100%)
Perawat baru operasional prosedur Cukup :
dan tanggung jawab 11-20 (50% -
yang diberikan. 69%)
Kurang:

37
0-10 (0% -49%)

(Amalia, 2018)

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi berupa sumber atau objek yang akan

diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan, atau dengan kata lain, populasi

adalah totalitas dari seluruh objek peneliti (Ishaq, 2017). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh perawat baru di wilayah kerja RSUD Prof. Dr. H.

Aloei Saboe berjumlah 47 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah objek pengamatan yang dipilih dari populasi, sehingga

sampel merupakan bagian dari populasi dan mencerminkan karakteristik

populasinya (Ishaq, 2017). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel

menggunakan Total Sampling. Metode Total Sampling merupakan teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan

mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian semuanya (Sugiyono,2020). Untuk sampel

perawat baru sendiri berjumlah 47 orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer didalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara

langsung dari kuesioner. Menurut sugiyono (2017) kuesioner adalah

teknik pengumpulan data dengan cara peneliti memberikan daftar

38
pertanyaan atau pernyataan yang tertulis untuk dijawab oleh responden.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pembagian kuesioner secara

langsung.

2. Data Sekunder

Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data. Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung

keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang

berkaitan dan menunjang penelitian ini (Sugiyono, 2017). Data sekunder

dari penelitian ini didapatkan kuesioner dan lembar pengamatan untuk

Instrumen Penelitian.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian

sesuai dengan masing-masing variabel, yaitu:

1. Lembar Data Demografi

Pada lembar data demografi berisi tentang identitas responden yaitu inisial

nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir. Untuk tingkatan usia

menggunakan tingkatan usia menurut (Depkes, 2015). Sedangkan untuk

jenis kelamin menggunakan (BPS,2020). Untuk tingkat pendidikan

menggunakan (Depdiknas, 2017).

2. Variabel Independent

Variabel manajemen stress menggunakan instrument kuesioner. Format

yang dipakai kuesioner adalah format skala likert. Skala likert adalah

menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap

39
terhadap objek, sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat

positif (Widoyoko, 2012). Instrumen penelitian skala likert disusun dalam

bentuk checklist (√). Kuesioner ini menggunakan penilaian dengan Skala

Likert berisi 34 pernyataan terdiri dari 26 pernyataan positif dan 8

pernyataan negatif. Untuk pilihan jawaban pernyataan positif terdiri dari

tidak pernah diberi nilai 1, jarang diberi nilai 2, sering diberi nilai 3, selalu

diberi nilai 4. Dan untuk pilihan jawaban negatif, tidak pernah diberi nilai

4, jarang diberi nilai 3, sering diberi nilai 2, selalu diberi nilai 1.

3. Variabel Dependent

Untuk kuesioner kinerja perawat yang terdiri dari 30 pernyataan dengan 6

aspek pernyataan yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi /

perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi keperawatan. Untuk

pilihan jawaban pernyataan yang digunakan yaitu skor 1= Ya dan skor 0=

Tidak. Semua pertanyaan dalam kuesioner adalah pertanyaan yang

favorable.

4. Uji Validasi dan Rehabilitas Instrument Penelitian

Instrument penelitan untuk variabel manajemen stress merupakan

kuesioner baku yang diadopsi dari penelitian Safira (2022) dalam penelitan

yang berjudul hubungan manajemen stress dengan tingkat stress, yang

telah di uji rehabilitas dengan nilai 0,760 yang menunjukkan bahwa hasil

rhitung lebih besar dari nilai rtabel 0,60, sehingga instrumen penelitian

dinyatakan reliabel (handal).

40
3.6 Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoadmodjo (2012), data penelitian kuantitatif diolah dengan

menggunakan komputer, ada 4 tahap :

1. Editing / memeriksa Editing

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner

(kelengkapan, tulisan jelas terbaca, jawaban relevan dan konsisten dengan

pertanyaan). Dengan melakukan pengecekan data pada kuesioner yang

sudah dilengkapi dari segi pertanyaan yang relevan dengan jawaban

dariresponden.

2. Coding / memberi tanda kode

Coding merupakan kegiatan untuk mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Dimana coding ini dapat

mepermudah pada saat analisis data dan juga melakukan entry dat

3. Processing /entri data

Processing merupakan data dari jawaban masing-masing responden yang

telah diubah ke dalam bentuk kode dimasukkan ke Software komputer,

yaitu SPSS.

4. Cleaning / pembersihan data

Cleaning merupakan kegiatan pembersihan data dari kesalahan yang

mungkin bisa terjadi. Ataupun melakukan pengecekan kembalimengenai

data yang telah dimasukkan, agar meminimalisir kesalahan data.

41
3.7 Teknik Analisis Data

Analisa data di artikan sebagai upaya data yang mudah tersedia, kemudian

diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah

dalam penelitian (Sujarweni,2014). Dalam melakukan analisis khususnya terhadap

data penelitian akan menggunakan bantuan progres koputer SPSS.

3.7.1 Analisa Univariat

Analisa data univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti. Variabel-variabel penelitian yang diteliti

meliputi kualitas pelayanan dan kepuasan klien/pasien. Analisa ini digunakan

untuk memperoleh distribusi frekuensi dan presentase dari masing-masing

variabel sehingga diperoleh gambaran umum data yang disajikan dalam bentuk

tabel. Pada penelitian ini karakteristik demografinya terbagi yaitu distribusi

perawat. Data distribusi perawat terbagi atas beberapa karakteristik meliputi

nama, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

3.7.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat menggunakan uji chi square (Notoatmodjo, 2018a).

Untuk melihat hubungan antara variabel independen manajemen stress dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan dengan variabel dependen yaitu kinerja

perawat baru.

42
3.8 Hipotesis Statistik

H0: Tidak ada hubungan antara Manajemen Stres dalam Pelaksanaan Asuhan

Keperawatan dengan Kinerja Perawat Baru RSUD Prof. Dr. H. Aloei

Saboe.

Ha: Ada hubungan antara Manajemen Stres dalam Pelaksanaan Asuhan

Keperawatan dengan Kinerja Perawat Baru RSUD Prof. Dr. H. Aloei

Saboe.

3.9 Etika Penelitian

Menurut Notoadmodjo (2012), secara umum terdapat empat prinsip utama

dalam etika penelitian keperawatan :

1) Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect For Human Dignity).

Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk

menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak boleh

ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam

penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi

yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan

48 dan manfaat penelitian, prosedur penelitian, keuntungan yang mungkin

didapat dan kerahasiaan informasi.

2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (Respect For Privacy and

Confidentiality) manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan

hak asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa

dipungkiri bahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi tentang

43
subjek. Sehingga peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang

menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi

tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat diharapkan

dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek

kemudian diganti dengan kode tertentu. Dengan demikian segala informasi

yang menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara luas

3) Menghormati dan keadilan dan inklusivitas (Respect For

JusticeInclusiveness) prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung

makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.

4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing

Harm and Benefits) prinsip ini mengandung makna bahwa setiap

penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan

(Beneficience) kemudian meminimalisir resiko/dampak yang merugikan

bagi subjek penelitian (Nonmalaficience).

44
3.10 Alur Penelitinan

Studi Pendahuluan

Permohonan Penelitian dari jurusan

Mengantar surat Permohonan Penelitian kepada kepala KESBANGPOL

Rekomendasi Surat Penelitian

Mengajukan surat izin untuk melakukan penelitian di RSUD Prof. Dr.


H. Aloe saboe

informed consent dengan responden

Menjelaskan tujuan Peneiltian

Membagikan kuesioner kepada responden perawat

Tidak Setuju Setuju

Tidak Mengisi Kuesioner


dilanjutkan
Data yang terkumpul
dicek kembali

Data diolah sesuai


dengan tujuan
penelitian

45
DAFTAR PUSTAKA

Berliana, Wardani IY. ( 2018) Stres dan Strategi Koping Anak Jalanan di Kota
Depok. Jurnal Persat Perawat Nas Indones JPPNI 2.(2). 108

Bunyamin, A. (2021). Mengelola Stres Dengan Pendekatan Islami dan Psikologis.


Jurnal IDDARAH, 5.(1). 151

Cik, U. Andri, N. (2018). Pengaruh Reward Dan Kepuasan Kerja Terhadap


Motivasi Dan Kinerja Perawat. Holistik Jurnal Kesehatan, 12. (4). 236

Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta ; Penelitian dan


pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Fauzan M, (2017). Pengaruh Stress Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja


Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Pematangsiantar, Jurnal
Wawasan Manajemen 5, (1). 96

Hakim, Tantiani FF, Shanti P. (2017) Efektifitas Pelatihan Manajemen Stres pada
Mahasiswa. Jurnal Sains Psikol, 6.(2). 1641

Hatugalung , I (2014). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komunikasi Interersonal,


Komitmen Organisasi Terhadap Manajemen Stres Kerja. Jurnal
INTERAKSI. 3.(2). 103

Hawari, D. (2008) .Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,


DanaBhakti Prima Yasa, Yogyakarta

Henida, (2008). Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Islam Malang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Brawijaya

Hidayah, Devi Nailil, A., (2018) Gambaran Quality Of Work Life Pada Perawat
DiSalah Satu Rumah Sakit DiSurakarta. Naskah Skripsi Departemen Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ; Semarang.

Idris I, Pandang A. (2018). Efektivitas Problem Focused Coping Dalam


Mengatasi Stress Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika. Jurnal Psikol
Pendidik Dan Konseling, 4(1). 68

ILO. 2016. Workplace Stress: A Collective Challenge. Geneva. Switzerland: ILO


Publication.

46
Junaidi, I. (2006) The Power Of Soul For Great Health Cara Menjadi Sehat dan
Bahagia Melalui Keseimbangan Fisik dan Mental. Bhuana Ilmu Populer.
Jakarta.

Kalonio, G. Silvya M, & Victor, P, K, L (2019). Pengaruh Kualitas Kehidupan


Kera Dan Kepercayaan Diri Terhadap Manajemen Stress Dan Peningkatan
Kinerja Karyawan Hotel Mercute Manado. 7. (3) : 4215
Mahfudoh, & Ikhwanul M, (2020). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap

Kepuasan Pasien Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. 40

Makhbul, Z. M., N. L. Abdullah, N. A. Hashim. 2013. Stres di Tempat Kerja: Isu


Global dalam Melestarikan Organisasi. eBangi, Journal of Social Sciences
and Humanities, 8(1), pp. 41-59.

Mawaddah N, Titiani E. (2016). Efektifitas Group Discussion Therapy Dalam


Menurunkan Stres Remaja di MTs Pesantren Al-Amin Mojokerto. Medica
Majapahit
Muslim, M, (2015). Manajemen Stres Upaya Mengubah Kecemasan Menjadi
Sukses. Jurnal ESENSI 18.(2) : 149

Notoadmodjo, S (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. (2020). Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 5. Jakara: Salemba Medika.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktid


Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Perwitasari, D. T., N. Nurbeti dan I. Armyanti. 2016. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Tingkatan Stres pada Tenaga Kesehatan di RS Universitas
Tanjungpura Pontianak Tahun 2015. Cerebellum, 2(3), pp. 553-61.

Semaraputri, S. Rustika IM. ( 2018) Peran Problem Focused Coping dan Konsep
Diri Terhadap Penyesuaian Diri Pada Remaja Akhir yang Menjadi
Pengurus Organisasi Kemahasiswaan di Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Jurnal Psikol Udayana 5. (01). 35

Serafino, E.P. (2008). Health Psychology : Biopsychosocial Interaction, New


York: Jhon Wiley & Sons

Sriyono,. (2015). Buku saku prosedur klinis keperawatan. Edisi 5. Jakarta: EGC

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

47
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Suprihatin, T (2015). Managemen Stres Kerja Pada Perawat ICU, Jurnal


Keperawatan, 8(1). 103

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tentang Keperawatan. (2014), 1-


32.

Waluyo, M. (2019). Manajemen Psikologi Industri (Revisi). Jakarta: Literasi


Nusantara.

48
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada

Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari

Ditempat,

Dengan Hormat,

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi, saya Nur Kholifatul

Hidayati mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri

Gorontalo bermaksud mengadakan penelitian tentang “Hubungan Manajemen

Stress dengan Kinerja Perawat Baru di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe”.

Penelitian ini melibatkan perawat yang bertugas di instalasi rawat inap

RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Kami mohon bantuan Bapak/Ibu untuk

memberikan informasi dengan cara mengisi kuesioner ini secara lengkap sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Semua keterangan dan jawaban yang diperoleh

semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya.

Oleh sebab itu jawaban Bapak/Ibu berikan besar sekali artinya bagi kelancaran

penelitian ini. Atas bantuan Bapak/Ibu, peneliti mengucapkan terima kasih.

Gorontalo, Januari 2024

Hormat Saya,

Kristianda K. Bidjuni

49
Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini setelah membaca dan memahami

penjelasan tentang surat pengantar menjadi responden penelitian, saya

menyatakan bersedia menjadi responden yang dilakukan oleh mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo yang sedang melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Manajemen Stress dengan Kinerja

Perawat Baru di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe”.

Saya memahami bahwa keikutsertaan saya sebagai responden dalam

penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di

RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe ini. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak

berdampak negatif kepada saya dan rumah sakit.

Gorontalo, Januari 2024

Responden

(................................)

50
Lampiran 3. Kuesioner 1

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN MANAJEMEN STRESS DENGAN KINERJA PERAWAT

BARU DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah identitas responden dengan jawaban singkat dan jelas.

2. Berikan jawaban anda dengan memberikan tanda (√) pada kuesioner stres

kerja dan kuesioner kinerja perawat pada kolom yang tertera yang ada di

sebelah kanan pada masing-masing butir pertanyaan dengan pilihan sesuai

dengan yang anda alami.

Identitas Responden :

1. Nomor Responden :

2. Nama :

3. Umur : .........Tahun

4. Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

5. Pendidikan terakhir : a. D3 Keperawatan

b. Ners

51
KUESIONER MANAJEMEN STRESS

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan teliti

2. Isilah lembar kuesioner ini sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan responden

3. Berikan tanda (✓) pada kotak yang tersedia.

Keterangan

1. SL : Selalu

Jawaban selalu apabila bapak/ibu dalam bekerja melakukan atau mengalami

setiap hari peristiwa seperti dalam pernyataan.

2. S : Sering

Jawaban sering apabila bapak/ibu dalam bekerja melakukan atau mengalami

minimal 3-4 kali dalam satu minggu peristiwa seperti dalam pernyataan.

3. J : Jarang

Jawaban jarang apabila bapak/ibu dalam bekerja melakukan atau mengalami

minimal 1-2 kali dalam seminggu peristiwa seperti dalam pernyataan.

4. TP : Tidak Pernah

Jawaban tidak pernah apabila Bapak/Ibu dalam bekerja tidak pernah

melakukan atau mengalami peristiwa seperti dalam pernyataan.

No. Pernyataan SL SR J TP
Melakukan suatu kegiatan yang lain untuk
1.
mengatasi masalah.
Melakukan langkah awal untuk menyelesaikan
2.
masalah
Mengkomunikasikan masalah dengan orang yang
3.
terlibat dengan masalah tersebut
4. Menyusun rencana sebelum melakukan tindakan

52
Menganalisis dampak positif dari rencana yang
5.
telah disusun sebelum melakukan tindakan
Menganalisis dampak negatif dari rencana yang
6.
telah disusun sebelum melakukan tindakan
Berusaha penuh menjalankan rencana yang telah
7.
saya buat
8. Optimis dengan rencana yang telah saya buat
Memilih untuk berkonsentrasi pada suatu
9.
masalah
Menunggu kesempatan yang tepat untuk
10.
melakukan kegiatan dalam mengatasi masalah
Menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang
11.
merugikan
12. Cermat dalam mengambil keputusan
13. Sabar dan tenang dalam menghadapi masalah
Menerima masukan dari orang lain terkait
14.
masalah saya
Meminta bantuan orang lain setiap ada
15.
permasalahan
Mempertimbangkan nasihat dari orang lain untuk
16.
saya gunakan dalam menyelesaikan masalah
17. Melihat permasalahan dari sisi positifnya
Meyakini bahwa akan ada hikmah di balik setiap
18.
masalah
19. Berpikiran jernih atas masalah yang dihadapi
Menganggap masalah sebagai pelajaran, bukan
20.
sebagai hambatan
21. Mempercayai bahwa permasalahan itu pasti ada
Meyakini bahwa masalah adalah suatu proses
22.
pendewasaan
Berserah diri kepada Tuhan YME setiap ada
23.
masalah
Meminta petunjuk kepada Tuhan YME atas
24.
masalah yang sedang saya hadapi
Menyerahkan hasilnya kepada Tuhan YME atas
25.
usaha yang telah saya lakukan
Meyakini bahwa Tuhan YME akan membantu
26. umat-Nya dalam menghadapi masalah dan
cobaan
Menganggap bahwa masalah sebenarnya itu tidak
27.
ada
Menganggap masalah itu tidak berpengaruh pada
28.
kehidupan sehari hari saya
29. Mengurangi usaha dalam menyelesaikan masalah
30. Menyerah dengan masalah yang saya hadapi

53
31. Melamun ketika memikirkan masalah
32. Berkhayal tentang kelanjutan masalah saya
Memilih tidur daripada menyelesaikan
33.
penyelesaian masalah
Mengkonsumsi obat-obatan warung ketika
34.
menghadapi masalah
(Safira, 2022)

54
KUESIONER KINERJA PERAWAT

Penilaian : Ya / Tidak

No. Pernyataan Y T
A. Pengkajian
Melakukan pengkajian data klien pada saat klien masuk rumah
1.
sakit
Setiap melakukan pengkajian data, dilakukan dengan
wawancara, pemeriksaan fisik, dan pengamatan serta
2.
pemeriksaan penunjang (misalnya: laboratorium, foto rontgen,
dll)
Data yang diperoleh melalui pengkajian dikelompokkan
3.
menjadi data bio-psiko-sosio-spiritual
Mengkaji data subjektif dan objektif berdasarkan keluhan klien
4.
dan pemeriksaan penunjang
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan format dan pedoman
5.
pengkajian yang baku
B. Diagnosa Keperawatan
Merumuskan diagnosis/masalah keperawatan klien berdasarkan
1. kesenjangan antara status kesehatan dengan pola fungsi
kehidupan (kondisi normal)
Rumusan diagnosis keperawatan dilakukan berdasarkan
2.
masalah keperawatan yang telah ditetapkan
Rumusan diagnosa keperawatan dapat juga mencerminkan
3.
problem etiology (PE)
Rumusan diagnosis keperawatan bisa dalam bentuk aktual dan
4.
risiko
Menyusun prioritas diagnosis keperawatan lengkap problem
5.
etiology (PE)
C. Intervensi / Perencanaan
Rencana keperawatan dibuat berdasarkan diagnosis
1.
keperawatan dan disusun menurut urutan prioritas
Rumusan tujuan keperawatan yang dibuat mengandung
2.
komponen tujuan dan kriteria hasil
Rencana tindakan yang dibuat mengacu pada tujuan dengan
3.
kalimat perintah, terperinci, dan jelas
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat menggambarkan
4.
keterlibatan klien dan keluarga di dalamnya
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat menggambarkan
5.
kerja sama dengan tim kesehatan lain
D. Implementasi
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat menggambarkan
1.
kerja sama dengan tim kesehatan lain
2. Observasi terhadap setiap respons klien setelah dilakukan

55
tindakan keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan bertujuan untuk promotif,
3.
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan mekanisme koping
Implementasi tindakan keperawatan bersifat holistik dan
4.
menghargai hak-hak klien
Implementasi tindakan keperawatan melibatkan partisipasi aktif
5.
klien
E. Evaluasi
Komponen yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien
1. meliputi spek kognitif, afektif, psikomotor klien melakukan
tindakan, perubahan fungsi tubuh, tanda, dan gejala
2. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
Evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
3.
mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil
Evaluasi terhadap pengetahuan klien tentang penyakitnya,
4. pengobatan dan risiko komplikasi setelah diberikan promosi
kesehatan
Evaluasi tehadap perubahan fungsi tubuh dan kesehatan klien
5.
setelah dilakukan tindakan
F. Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian setiap tahap proses keperawatan ditulis
1. dengan jelas, ringkas, dapat dibaca, serta memakai istilah yang
baku dan benar dengan menggunakan tinta
Setiap melakukan tindakan keperawatan perawat
2. mencantumkan paraf, nama jelas, tanggal, dan jam dilakukan
tindakan
Dokumentasi proses keperawatan di ruangan ditulis
3.
menggunakan format yang baku sesuai dengan pedoman di RS
Prinsip dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah
4. tulis apa yang yang telah dilakukan dan jangan lakukan apa
yang ditulis
Setiap melakukan pencatatan yang bersambung pada halaman
5. baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu dan tanggal serta
identitas klien pada bagian halaman tersebut
(Amalia, 2018)

56

Anda mungkin juga menyukai