Anda di halaman 1dari 44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Sistem Rem
a. Pengertian Rem
Rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat penting
pada sebuah kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang saat ini
banyak digunakan oleh masyarakat dari perkotaan sampai pedesaaan. Rem
ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan
sesuai dengan yang kita harapkan. Pengaturan kecepatan ataupun
diberhentikannya lajunya kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan
antara komponen rem dengan roda yang berputar (Andun, Adhari, dan
Agus, 2005:10).
Tujuan dipasangnya rem pada kendaraan untuk menuruti
kemauan pengemudi dalam mengurangi kecepatan, berhenti ataupun
memarkir kendaraan pada jalan yang mendaki. Dengan kata lain
melakukan kontrol terhadap kecepatan kendaraan untuk menghindari
kecelakaan dan merupakan alat pengaman yang berguna untuk
menghentikan kendaraan secara berkala (Toyota step 2:4-1). Adapun rem
yang digunakan untuk kendaraan arus memenui syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Dapat bekerja dengan baik cepat.
2) Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus
sama dengan atau gaya pengereman seimbang dengan beban yang di
terima oleh masing-masing roda.
3) Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup.
4) Mudah disetel dan diperbaiki.
Menurut Andun, Adhari, dan Agus jenis rem yang biasa
commit
digunakan dalam kendaraan to user
yaitu (2005:10):

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Ditinjau dari pelayananya:


a) Rem Tangan
b) Rem Kaki
2) Ditinjau dari Mekanismenya:
a) Rem Mekanik
b) Rem Hidrolik
c) Rem Vacum
d) Rem Booster
e) Rem Udara
3) Ditinjau dari Konstruksinya:
a) Internal Ekspander Brake (rem pengembangan dari dalam)
b) Eksternal Contrakting Brake
c) Disc Brake (rem piringan)
4) letaknya:
a) Rem pada roda
b) Rem pada propellershaft (poros penggerak belakang)
Cara kerja rem adalah pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga
gesekan dengan jalan menekan sepatu rem (kampas rem) terhadap tromol
yang berputar. Tenaga dinamik kendaraan akan diatasi oleh gesekan dan
dirubah menjadi tenaga panas yang menyebabkan kendaraan berhenti.
Panas yang diasilakan akan dihilangkan oleh udara. Pada umumnya rem
dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Rem tromol (drum brake), dan 2) Rem
cakram (disc brake).
b. Rem tromol (drum brake)
Rem tromol adalah salah satu konstruksi rem yang cara
pengereman kendaraan dengan menggunakan tromol rem (brake drum),
sepatu rem (brake shoe), dan silinder roda (wheel cylinder). Pada dasarnya
jenis rem tromol yang digunakan roda depan dan belakang tidak sama, hal
ini dimaksudkan supaya sistem rem dapat berfungsi dengan baik dan
sesuai dengan persyaratan (Andun, Adhari, dan Agus, 2005:12). Adapun
commitadalah
bagian-bagian utama rem tromol to usersebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Silinder Roda (Wheel cylinder)


Fungsi dari silinder roda adalah untuk menekan brake shoe
(sepatu rem) ke brake drum (Tromol rem). Didalam silinder roda
terpasang satu atau dua buah piston beserta seal tergantung dari
konstruksi rem tromolnya. Bila pedal rem diinjak, tekanan minyak rem
dari master silinder disalurkan ke semua wheel silinder, tekanan di
dalam wheel silinder menekan piston kearah luar dan selanjutnya
piston menekan menekan brake shoe menggesek tromol sehingga roda
berhenti. Bila pedal rem dilepas maka, brake shoe kembali keposisi
semula oleh tarikan pegas, roda bebas.

Gambar 2.1. Silinder Roda


(Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:12)

2) Sepatu Rem (Brake shoe)


Sepatu rem (brake shoe) berfungsi untuk menahan putaran
brake drum melalui gesekan. Pada bagian luar brake shoe terbuat dari
asbes dengan tembaga atau campuran plastik yang tahan panas.

Gambar 2.2. Sepatu Rem


(Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:12)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

3) Pegas pengembali (Return Spring)


Pegas pengembali berfungsi untuk mengembalikan sepatu
rem (Brake shoe) ke posisi semula pada saat tekanan silinder roda
turun.

Gambar 2.3. Pegas Pengembali


(Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:13)

4) Backing Plate
Backing plate berfungsi sebagai tumpuan untuk menahan
putaran drum sekaligus sebagai dudukan silinder roda.

Gambar 2.4. Backing Plate


(Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:13)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

c. Rem Cakram (Disk Brake)


Penggunaan rem cakram dewasa ini sangat banyak digunakan,
pada umumnya dipasang pada roda depan dan sudah merupakan standar
pada kendaran pada model baru. Konstruksi pada rem cakram hampir
sama dengan rem tromol, dimana tromolnya ditiadakan dan sebagai
gantinya dipasang sekeping cakram. Pada rem cakram terdapat sepatu-
sepatu rem yang dilengkapi dengan pelapis sepatu rem, cara kerja rem ini
secara hidrolik. Daya pengereman terjadi karena adanya gesekan antara
cakram dengan pad, sehingga pengereman terjadi (Andun, Adhari, dan
Agus, 2005:12).

Gambar 2.5. Rem Cakram


(Sumber: Toyota step 2)

Kelebihan dari sistem rem ini adalah cakram yang merupakan


pengganti tromol rem secara langsung berhubungan dengan udara luar,
sehingga pendingin jauh lebih sempurna dan lebih efektif. Cakram yang
tipis sangat mudah dan cepat meneruskan penyebaran panas yang timbul.
Perawatan dan perbaikan sangat mudah. Keburukan jenis rem ini adalah
cakram dalam keadaan terbuka dan berhubungan langsung dengan udara
luar menyebabkan mudah sekali kena kotoran, debu dan Lumpur.
Adapun komponen-komponen utama rem cakram adalah sebagai
berikut:
commit to user
1) Cakram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Pada rem cakram komponen cakram atau piringan merupakan


bagian yang secara langsung menghasilkan pegereman dengan adanya
gesekan dengan pad. Cakram atau piringan terbesar dari besi tuang
yang mampu menahan panas akibat gesekan dan tahan korosi.

Gambar 2.6. Cakram


(Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:17)

2) Kaliper
Bagian yang tidak bergerak dari rem pad cakram adalah
kaliper, dimana terdapat silinder-silinder rem berikut sepatu rem dan
pirodonya. Apabila pedal rem diinjak maka silinder-silinder rem akan
bekerja secara hidrolik sehingga sepatu-sepatu rem atau pad akan
menjepit, manahan dan menghentikan cakram rem yang sedang
berputar. Caliper terbagi dalam dua type fixed (tipe tetap) dan type
floating caliper (tipe meluncur).
a) Type Fixed caliper (tipe tetap)
Tipe caliper ini konstruksinya terpasang dua silinder yang
bekerja secara hidroponik menekan pad dari dua arah. Prinsip
Kerjanya yaitu pada saat terjadi tekanan akibat hidropolik oil pres-
sure maka piston akan mendorong kedua pad dan pegas karet
hingga pad menekan cakram. Pada saat tekanan hilang maka pegas
karet akan mengembang (reaksi) dan kedudukan pad rem kembali
pada keadaan semula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Gambar 2.7. Kaliper Tipe Tetap


(Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:17)

b) Type floating caliper (tipe meluncur)


Pada tipe ini hanya dilengkapi satu silinder yang terpasang
pada slide pins yang bekerja secara hidrolik. Piston akan bergerak
menekan dari sisi dalam, sedangkan caliper terpasang tetap pada
knakel kemudi. Akibat tekanan ini maka pad akan terdorong
dengan pegas karet. Ketika tekanan hilang maka pad akan kembali
ke posisi semula.

Gambar 2.8. Kaliper Tipe Meluncur


(Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:18)

3) Master cylinder
Master cylinder berfungsi mengubah gerak pedal/tuas rem
commit to user
ke dalam tekanan hidrolis. Master cylinder terdiri atas reservoir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

tank yang berisi minyak rem, piston dan silinder yang


membangkitkan tekanan hidrolis.
4) Brake pad/kampas rem
Brake pad adalah komponen dari sistem pengereman yang
sangat penting kedudukannya. Pada brake pad melekat kampas
rem atau bahan friksi yang bersinggungan langsung dengan cakram
serta menerima gaya tekan dari kaliper rem.
5) Pipa/Selang Rem
Pipa/selang rem, merupakan saluran yang berfungsi
menyalurkan tekanan hydraulic fluida dari master cylinder ke
kaliper.
6) Minyak Rem
Minyak rem, merupakan fluida yang berfungsi sebagai
media penerus gaya pengereman dalam bentuk tekanan hidrolis
(hydraulic pressure) ke brake piston pada kaliper.

2. Kampas Rem

Gambar 2.9. Kampas rem

a. Pengertian Kampas Rem


Kampas rem merupakan media yang berfungsi untuk
memperlambat maupun menghentikan laju kendaraaan. Terutama pada
commit
saat kendaraan berkecepatan to user
tinggi fungsi kampas rem memiliki beban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

mencapai 90% dari komponen lainnya. Kampas rem memiliki peranan


yang sangat penting, bahkan keselamatan jiwa manusia tergantung pada
kualitas dari komponen tersebut. Dibutuhkan kampas rem dengan
kemampuan yang baik dan efisien agar didapatkan daya pengereman yang
optimal (Arif Kurniawan, 2015:18).
b. Jenis Kampas Rem
Kampas rem memiliki 2 jenis varian berdasarkan bahan utama
penyusun kompositnya.
1) Kampas rem asbestos
Kampas rem jenis yang pertama adalah kampas rem asbestos.
Kampas rem asbestos merupakan kampas rem yang bahan utama
penyusunnya adalah asbes. Asbes yaitu bahan yang bermanfaat dengan
kemampuan tahan api alami, hal ini membuat kampas rem dengan
bahan asbes menjadi awet. Kampas rem asbestos cenderung lebih
murah, tetapi mempunyai kelemahan dalam kondisi basah. Karena
asbestos hanya terdiri dari satu jenis fiber, ketika kondisi basah bahan
tersebut akan mengalami efek licin seperti menggesekkan jari di atas
kaca basah (licin/tidak pakem), juga dapat membuat piringan menjadi
cepat abis, rem kurang pakem.
Rem asbestos hanya bisa bertahan sampai dengan suhu 200oC
hal ini berarti bahwa rem asbestos akan blong (fading) pada temperatur
250oC. Kampas rem asbestos juga mempunyai kekurangan yaitu tidak
ramah lingkungan, karena asbes merupakan komponen yang
menimbulkan karsinogenik yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
Banyak negara-negara maju telah menghentikan produksi bahan gesek
asbes, karena bahan asbes dapat menyebabkan penyakit kanker
(Kiswiranti, 2009).
2) Kampas rem non asbestos
Kampas rem non asbestos merupakan kampas rem yang
bahannya tanpa menggunakan asbes. Kampas rem yang terbuat dari
commit toterdiri
bahan non asbestos biasanya user dari 4 s/d 5 macam fiber di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

antaranya kevlar, steel fiber, rock wool, cellulose dan carbon fiber
yang memiliki serat panjang. Hal ini bertujuan agar efek licin dapat
teratasi. Rem non asbestos mempunyai keuntungan bertahan sampai
suhu 360oC sehingga cenderung stabil (tidak blong). Kampas rem non
asbestos yang terbuat dari material berkualitas seperti kevlar/aramid.
Kevlar adalah bahan yang digunakan untuk baju anti peluru di mana
kevlar mampu menghambat laju putaran peluru sampai berhenti.
Kampas non asbestos mempunyai kekurangan yaitu harganya yang
cenderung lebih mahal dibandingkan kampas rem asbestos. Kampas
rem non asbestos mempunyai keuntungan yaitu lebih ramah
lingkungan karena bebas dari bahan asbes.
c. Karakteristik Bahan Kampas Rem
1) Material Kampas Rem
Bahan baku yang digunakan pada kampas rem standar
umumnya terdiri dari serbuk aluminum, grafit, barium, alumina,
asbestos, cashew dust, NBR powder, dan lainnya sebagai bahan
penguat atau serat sedangkan bahan untuk matriknya atau pengikat
adalah resin phenolic. Serat dalam komposit berperan sebagai bagian
utama yang menahan beban serta memberikan sifat kekakuan,
kekuatan, stabilitas panas dalam komposit.
Matrik dalam komposit berperan sebagai pengikat serat dan
mendistribusikan tegangan pada saat pembebanan. Bahan matriks yang
sering digunakan dalam pembuatan komposit adalah matriks polimer,
adapun jenisnya antara lain thermoset dan thermoplastic. Yang
termasuk thermoset antara lain epoxy, polyester, dan phenolic. Yang
termasuk thermoplastic antara lain polyetylene, dan polypropylene.
2) Proses Produksi Kampas Rem
Pembuatan kampas rem adalah melalui proses penekanan
sekaligus pemanasan pada saat pencetakan. Dengan proses tersebut
akan dihasilkan kekuatan, kekerasan serta gaya gesek yang semakin
meningkat. Pemanasancommit to user
dilakukan pada temperatur berkisar antara 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

s/d 180°C, yang menyebabkan bahan tersebut akan mengalami


perubahan struktur dimana antara partikel satu dengan yang lain saling
melekat serta akan diperoleh bentuk solid yang baik dan matriks
pengikat yang kuat.
3) Sifat mekanik kampas rem
Masing-masing tipe mobil memiliki bentuk serta kualitas
bahan kampas rem khusus. Pada aplikasi sistem pengereman otomotif
yang aman dan efektif, bahan friksi harus memenuhi persyaratan
minimum mengenai unjuk kerja, noise dan daya tahan.
Bahan rem harus memenuhi persyaratan keamanan, ketahanan
dan dapat mengerem dengan halus. Selain itu juga harus mempunyai
koefisien gesek yang tinggi, keausan kecil, kuat, tidak melukai
permukaan roda dan dapat menyerap getaran. Sifat mekanik
menyatakan kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat
dari bahan tersebut) untuk menerima beban/gaya/energi tanpa
menimbulkan kerusakan pada bahan/komponen tersebut. Untuk
mendapatkan standar acuan tentang spesifikasi teknik kampas rem,
maka nilai kekerasan, keausan, bending dan sifat mekanik lainnya
harus mendekati nilai standar keamanannya (Arif Kurniawan,
2015:18).

3. Komposit
a. Pengertian Komposit
Komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan
atau gabungan. Kata komposit (composite) berasal dari kata “to compose”
yang berarti menyusun atau menggabung.
Menurut Matthews dkk. (1993), komposit adalah suatu material
yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya
melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-
masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan
commit yang
dihasilkan material komposit to usermempunyai sifat mekanik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

karakteristik ini yang berbeda dari material pembentuknya. Material


komposit mempunyai sifat dari material konvensional pada umumnya dari
proses pembuatannya melalui percampuran yang tidak homogen, sehingga
kita leluasa merencanakan kekuatan material komposit yang kita inginkan
dengan jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya.
Kroschwitz dan rekan telah menyatakan bahwa komposit adalah
bahan yang terbentuk apabila dua atau lebih komponen yang berlainan
digabungkan. Rosato dan Di Matitia pula menyatakan bahwa plastik dan
bahan-bahan penguat yang biasanya dalam bentuk serat, dimana ada serat
pendek, panjang, anyaman pabrik atau lainnya. Selain itu ada juga yang
menyatakan bahwa bahan komposit adalah kombinasi bahan tambah yang
berbentuk serat, butiran atau cuhisker seperti pengisi serbuk logam, serat
kaca, karbon, aramid (kevlar), keramik, dan serat logam dalam julat
panjang yang berbeda-beda didalam matriks.
Definisi yang lebih bermakna yaitu menurut Agarwal dan
Broutman, yaitu menyatakan bahwa bahan komposit mempunyai ciri-ciri
yang berbeda untuk dan komposisi untuk menghasilkan suatu bahan yang
mempunyai sifat dan ciri tertentu yang berbeda dari sifat dan ciri
konstituen asalnya. Disamping itu konstituen asal masih kekal dan
dihubungkan melalui suatu antara muka. Konstituen-konstituen ini dapat
dikenal pasti secara fisikal. Dengan kata lain, bahan komposit adalah
bahan yang heterogen yang terdiri dari dari fasa tersebar dan fasa yang
berterusan. Fasa tersebar selalunya terdiri dari serat atau bahan pengukuh,
manakala yang berterusannya terdiri dari matrik.
Material komposit merupakan material yang terbentuk dari
kombinasi antara dua atau lebih material pembentuknya melalui
pencampuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-
masing material pembentuknya berbeda. Material komposit memiliki sifat
mekanik yang lebih bagus dari pada logam, memiliki kekuatan bisa diatur
yang tinggi (tailorability), memiliki kekuatan lelah (fatigue) yang baik,
commit to user dan kekakuan jenis (modulus
memiliki kekuatan jenis (strength/weight)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Young/density) yang lebih tinggi dari pada logam, tahan korosi, memiliki
sifat isolator panas dan suara, serta dapat dijadikan sebagai penghambat
listrik yang baik, dan dapat juga digunakan untuk menambal kerusakan
akibat pembebanan dan korosi (Sirait, 2010).
Dari beberapa pengertian komposit di atas dapat disimpulkan
komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua
atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama
lainnya baik itu sifat kimia maupun fisika dan tetap terpisah dalam hasil
akhir bahan tersebut (bahan komposit).
Jika perpaduan ini terjadi dalam skala makroskopis, maka disebut
sebagai komposit. Sedangkan jika perpaduan ini bersifat mikroskopis
(molekular level), maka disebut sebagai alloy (paduan). Komposit berbeda
dengan paduan, untuk menghindari kesalahan dalam pengertiannya, oleh
Van Vlack (1994) menjelaskan bahwa alloy (paduan) adalah kombinasi
antara dua bahan atau lebih dimana bahan-bahan tersebut terjadi peleburan
sedangkan komposit adalah kombinasi terekayasa dari dua atau lebih
bahan yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan dengan cara
kombinasi sistematik pada kandungan-kandungan yang berbeda tersebut.
Berikut ini adalah tujuan dari dibentuknya komposit, yaitu
sebagai berikut (Nurun, 2013):
1) Memperbaiki sifat mekanik dan/atau sifat spesifik tertentu.
2) Mempermudah design yang sulit pada manufaktur.
3) Keleluasaan dalam bentuk/design yang dapat menghemat biaya.
4) Menjadikan bahan lebih ringan.
Ada tiga faktor yang menentukan sifat-sifat dari material
komposit, yaitu (Isaac, 1994):
1) Material pembentuk.
Sifat-sifat intrinsik material pembentuk memegang peranan
yang sangat penting terhadap pengaruh sifat kompositnya.
2) Susunan struktural komponen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Dimana bentuk serta orientasi dan ukuran tiap-tiap komponen


penyusun struktur dan distribusinya merupakan faktor penting yang
memberi kontribusi dalam penampilan komposit secara keseluruhan.
3) Interaksi antar komponen.
Karena komposit merupakan campuran atau kombinasi
komponen-komponen yang berbeda baik dalam hal bahannya maupun
bentuknya, maka sifat kombinasi yang diperoleh pasti akan berbeda
(Sirait, 2010).

b. Penyusun Komposit
Secara umum material komposit tersusun dari dua komponen
utama yaitu matrik (bahan pengikat) dan filler (bahan pengisi). Filler
adalah bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan komposit,
biasanya berupa serat atau serbuk. Gibson (1994) mengatakan bahwa
matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam,
maupun keramik. Matrik secara umum berfungsi untuk mengikat serat
menjadi satu struktur komposit.
1) Matrik
Matrik adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian
atau fraksi volume terbesar (dominan). Matrik mempunyai fungsi yaitu
sebagai:
a) Mentransfer tegangan ke serat
b) Membentuk ikatan koheren permukaan matrik/serat
c) Melindungi serat
d) Memisahkan serat
e) Melepas ikatan
f) Tetap stabil setelah proses manufaktur.
Pada komposit serat (Fibrous Composites) matriks yang
digunakan adalah resin (plastik yang berfasa cair). Matriks harus
memiliki perpanjangan saat patah yang lebih besar dibanding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

perpanjangan saat patah serat serta serat harus mampu berdeformasi


sehingga beban dapat diteruskan antar serat.
Berdasarkan karakteristik thermalnya, resin dapat
digolongkan menjadi dua yaitu thermoplastic dan thermoset.
Thermoplastic adalah resin yang mencair dan mengalir kembali bila
dipanaskan, contohnya nylon, polythylene, polysulfone, dan
polycarbonate. Thermoset bersifat sebaliknya bahkan bila dipanaskan
pada suhu yang tinggi akan terbakar dan menjadi arang, contohnya
epoxy, polyester, phenolic.
2) Serat (Reinforcement atau Filler atau Fiber)
Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement
(penguat) yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada
komposit.
Serat berperan sebagai filler yaitu penyangga kekuatan dari
struktur komposit. Beban yang awalnya diterima oleh matrik kemudian
diteruskan ke serat oleh karena itu serat harus mempunyai kekuatan
Tarik dan elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik. Serat secara
umum terdiri dari dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis.
Serat alam adalah serat yang dapat langsung diperoleh dari
alam. Biasanya berupa serat yang dapat langsung diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan dan binatang. Serat ini telah banyak digunakan oleh
manusia diantaranya adalah kapas, wol, sutera, pelepah pisang, sabut
kelapa, ijuk, bambu, nanas dan kenaf atau goni. Keunggulan serat alam
sebagai filler komposit dibandingkan dengan serat sintetis sudah dapat
diterima dan mendapat perhatian khusus dari para ahli material di
dunia. Keunggulan tersebut antara lain densitas rendah, harga lebih
murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun. Serat alam memiliki
kelemahan yaitu ukuran serat yang tidak seragam dan kekuatan serat
sangat dipengaruhi oleh usia.
Serat sintetis adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan
commit kimia
anorganik dengan komposisi to usertertentu. Serat sintetis mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

beberapa kelebihan yaitu sifat dan ukurannya yang relatif seragam,


kekuatan serat dapat diupayakan sama sepanjang serat. Serat sintetis
yang telah banyak digunakan antara lain serat gelas, serat karbon,
kevlar, nylon, dan lain-lain (Yanu Rianto, 2011).
Adanya dua penyusun komposit atau lebih menimbulkan
beberapa daerah dan istilah penyebutannya; Matrik (penyusun dengan
fraksi volume terbesar), Penguat (Penahan beban utama), Interphase
(pelekat antar dua penyusun), interface (permukaan phase yang
berbatasan dengan phase lain)

Gambar 2.10. Komposisi Komposit


(Sumber: Isaac, 1994:3)

Secara strukturmikro material komposit tidak merubah


material pembentuknya (dalam orde kristalin) tetapi secara
keseluruhan material komposit berbeda dengan material pembentuknya
karena terjadi ikatan antar permukaan antara matriks dan filler. Syarat
terbentuknya komposit: adanya ikatan permukaan antara matriks dan
filler. Ikatan antar permukaan ini terjadi karena adanya gaya adhesi
dan kohesi Dalam material komposit gaya adhesi-kohesi terjadi
melalui 3 cara utama:
1) Interlocking antar permukan: ikatan yang terjadi karena kekasaran
bentuk permukaan partikel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

2) Gaya elektrostatis: ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-


menarik antara atom yang bermuatan (ion).
3) Gaya vanderwalls: ikatan yang terjadi karena adanya pengutupan
antar partikel.
Kualitas ikatan antara matriks dan filler dipengaruhi oleh
beberapa variabel antara lain:
1) Ukuran partikel
2) Rapat jenis bahan yang digunakan
3) Fraksi volume material
4) Komposisi material
5) Bentuk partikel
6) Kecepatan dan waktu pencampuran
7) Penekanan (kompaksi)
8) Pemanasan (sintering)

c. Klasifikasi Komposit
1) Berdasarkan struktur penyusunnya
Komposit dibedakan menjadi 5 kelompok menurut bentuk
struktur dari penyusunnya (Rianto, 2011), yaitu:
a) Komposit Serat (fiber composite)

a. unidirectional fiber composite b. random fiber composite


Gambar 2.11. Komposit Serat
(Sumber: Yanu Rianto, 2011: 8)

Komposit serat merupakan jenis komposit yang


menggunakan seratcommit to bahan
sebagai user penguatnya. Dalam pembuatan
komposit, serat dapat diatur memanjang (unidirectional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

composites) atau dapat dipotong kemudian disusun secara acak


(random fibers) serta juga dapat dianyam (cross-ply laminate).
Komposit serat sering digunakan dalam industri otomotif dan
pesawat terbang.

b) Komposit Serpih (flake composite)

Gambar 2.12. Komposit serpih


(Sumber: Yanu Rianto, 2011: 8)

Flake Composites adalah komposit dengan penambahan


material berupa serpih kedalam matriksnya. Flake dapat berupa
serpihan mika, kaca dan metal.

c) Komposit Butir (particulate composite)

Gambar 2.13. Komposit Butir


(Sumber: Yanu Rianto, 2011: 9)

Particulate composites adalah salah satu jenis komposit di


mana dalam matrik ditambahkan material lain berupa serbuk/butir.
Perbedaan dengancommit
flake todan
userfiber composites terletak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

distribusi dari material penambahnya. Dalam particulate


composites, material penambah terdistribusi secara acak atau
kurang terkontrol dari pada flake composites

d) Komposit Isian (filled composite)


Filled composites adalah komposit dengan penambahan
material ke dalam matriks dengan struktur tiga dimensi dan
biasanya filler juga dalam bentuk tiga dimensi.

Gambar 2.14. Komposit Isian


(Sumber: Yanu Rianto, 2011: 9)

e) Komposit Lapisan (laminar composite)


Laminar composites adalah komposit dengan susunan dua
atau lebih layer, dimana masing-masing layer dapat berbeda-beda
dalam hal material, bentuk, dan orientasi penguatannya.

Gambar 2.15. Komposit Lapisan


(Sumber: Yanu Rianto, 2011: 10)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

2) Berdasarkan matriknya
Berdasarkan bentuk dari matriksnya komposit dibedakan
menjadi sebagai berikut (Rianto, 2011):
a) Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
Komposit jenis ini terdiri dari polimer sebagai matriks
baik itu thermoplastic maupun jenis thermosetting. Thermoplastic
adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycle)
dengan menggunakan panas. Thermoplastic merupakan polimer
yang akan menjadi keras apabila didinginkan. Thermoplastic akan
meleleh pada suhu tertentu, serta melekat mengikuti perubahan
suhu dan mempunyai sifat dapat kembali (reversibel) kepada sifat
aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Thermoplastic
yang lazim dipergunakan sebagai matriks misalnya polyolefin
(polyethylene, polypropylene), vinylic (polyvinylchloride,
polystyrene, polytetrafluorethylene), nylon, polyacetal,
polycarbonate, dan polyfenylene.
Thermosets tidak dapat mengikuti perubahan suhu
(irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan
melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan
terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai
tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Thermosets yang banyak
digunakan saat ini adalah epoxy dan polyester tak jenuh. Resin
polyester tak jenuh adalah matrik thermosetting yang paling
banyak dipakai untuk pembuatan komposit. Resin jenis ini
digunakan pada proses pembuatan dengan metode hand lay-up.
b) Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
Metal Matrix composites adalah salah satu jenis komposit
yang memiliki matrik logam. Komposit ini menggunakan suatu
logam seperti alumunium sebagai matrik dan penguatnya dengan
serat seperti silikoncommit to user
karbida. Material MMC mulai dikembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

sejak tahun 1996. Komposit MMC berkembang pada industri


otomotif digunakan sebagai bahan untuk pembuatan komponen
otomotif seperti blok silinder mesin, pully, poros, dan gardan.
c) Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi
sebagai reinforcement dan 1 fasa sebagai matriks, dimana
matriksnya terbuat dari keramik. Reinforcement yang umum
digunakan pada CMC adalah oksida, carbide, dan nitrid. Salah satu
proses pembuatan dari CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu
proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan
logam untuk pertumbuhan matriks keramik di sekeliling daerah
filler (penguat).
3) Berdasarkan Strukturnya
a) Struktur laminat
Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau
lebih yang digabung menjadi satu dan disetiap lapisnya memiliki
karakteristik sifat sendiri.
b) Struktur sandwich
Komposit sandwich merupakan gabungan dua lembar skin
yang disusun pada dua sisi material ringan (core) serta adhsive.
Fungsi utama skin adalah menahan beban aksial dan bending,
sedangkan core berfungsi untuk menditribusikan beban aksial
menjadi beban geser pada seluruh luasan yang terjadi akibat
pembebanan gaya dari luar.

4. Bahan dan Proses Pembuatan Kampas Rem


a. Seruk Bonggol Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan
dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber
karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi
alternatif sumber pangan commit to user
di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan


jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil
minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah
tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir
dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui
bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian
selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang
lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000
tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada
4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea
mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays
ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling
tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari
subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte
sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus
Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung
merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara
liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal
maupun kultivar.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.
Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m,
ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur
dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada


umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan
diharapkan akan terus meningkat sejalan dengan program pemerintah
dalam meningkatkan produksi jagung secara nasional. Limbah jagung
diantaranya adalah bonggol jagung. Bonggol jagung dapat dimanfaatkan
untuk bahan pakan tenak dan sebagai bahan bakar konvensional.
Pemanfaatan bonggol jagung sebagai pakan ternak perlu diikuti oleh
penambahan bahan lain sebagai sumber protein mineral, dan vitamin agar
ternak dapat tumbuh optimal. Hal ini menyebabkan pemanfaatan bonggol
jagung sebagai pakan tenak kurang begitu maksimal dan masih banyak
yang terbuang sebagai sampah.
Serbuk bonggol jagung ini mempunyai bentuk yang halus dan
lembut. Serbuk ini sifatnya mudah terbakar dan serbuk bonggol jagung ini
biasanya berfungsi sebagai serat penguat dari sebuah adonan fiberglass
ketika akan dicetak, agar hasilnya menjadi lebih kuat dan tidak mudah
terjadi retakan pada bahan (Sarwanto, 2010).

Gambar.2.16. Serbuk Bonggol Jagung

Kandungan serat yang cukup tinggi menyebabkan bonggol jagung


memiliki pori-pori yang cukup banyak. Bonggol jagung termasuk bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

selulosa yang bisa menyerap air namun mempunyai sifat cukup kesat
(Purboputro, 2014).
Bonggol memiliki sifat-sifat seperti salah satu bagiannya keras
dan sebagian bersifat menyerap (absorbent), juga sifat-sifat yang
merupakan gabungan beberapa sifat, seperti: tidak terjadi reaksi kimia bila
dicampur dengan zat kimia lain (inert), dapat terurai secara alami dan
ringan (Teguh Wikan, dkk., 2007).

b. Serbuk Kuningan

Gambar 2.17. Serbuk Kuningan

Kuningan (Cu-Zn) adalah logam yang merupakan campuran dari


tembaga (Cu) dan seng (Zn). Tembaga merupakan komponen utama dari
kuningan, dan kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan
tembaga. Warna kuningan bervariasi dari coklat kemerahan gelap hingga
ke cahaya kuning keperakan tergantung pada jumlah kadar seng. Seng
lebih banyak mempengaruhi warna kuningan tersebut. Kuningan lebih
kuat dan lebih keras daripada tembaga, tetapi tidak sekuat atau sekeras
seperti baja. Kuningan sangat mudah untuk di bentuk ke dalam berbagai
bentuk, sebuah konduktor panas yang baik, dan umumnya tahan terhadap
korosi dari air garam. Karena sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

digunakan untuk membuat pipa, tabung, sekrup, radiator, alat musik,


aplikasi kapal laut, dan casing cartridge untuk senjata api.
Keunggulan dari logam kuningan, antara lain: 1) Logam yang
tahan korosi, 2) Alat penukar panas yang baik (biasa digunakan pada
onderdil kendaraan), 3) Memiliki keuletan yang tinggi & mudah di bentuk,
4) Sebagai katalis yang baik (Katalis merupakan suatu zat yang
mempengaruhi kecepatan reaksi tetapi tidak dikonsumsi dalam reaksi dan
tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia pada akhir reaksi)
Komponen utama kuningan adalah tembaga (Cu). Jumlah
kandungan tembaga bervariasi antara 55% sampai dengan 95% menurut
beratnya tergantung pada jenis kuningan dan tujuan penggunaan kuningan.
Kuningan yang mengandung persentase tinggi tembaga terbuat dari
tembaga yang dimurnikan dengan cara elektrik. Yang setidaknya
menghasilkan kuningan murni 99,3% agar jumlah bahan lainnya bisa di
minimalkan. Kuningan yang mengandung persentase rendah tembaga juga
dapat dibuat dari tembaga yang dimurnikan dengan elektrik, namun lebih
sering dibuat dari scrap tembaga. Ketika proses daur ulang terjadi,
persentase tembaga dan bahan lainnya harus diketahui sehingga produsen
dapat menyesuaikan jumlah bahan yang akan ditambahkan untuk
mencapai komposisi kuningan yang diinginkan.
Komponen kedua dari kuningan adalah seng (Zn). Jumlah seng
bervariasi antara 5% sampai dengan 40% menurut beratnya tergantung
pada jenis kuningan. Kuningan dengan persentase seng yang lebih tinggi
memiliki sifat lebih kuat dan lebih keras, tetapi juga lebih sulit untuk
dibentuk, dan memiliki ketahanan yang kurang terhadap korosi. Seng yang
digunakan untuk membuat kuningan bernilai komersial dikenal sebagai
spelter.
Beberapa kuningan juga mengandung persentase kecil dari bahan
lain untuk menghasilkan karakteristik tertentu, Hingga 3,8% menurut
beratnya. Timbal dapat ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan.
commit toketahanan
Penambahan timah meningkatkan user terhadap korosi, Membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

kuningan lebih keras dan membuat struktur internal yang lebih kecil
sehingga kuningan dapat dibentuk berulang dalam proses yang disebut
penempaan. Arsenik dan antimony kadang-kadang ditambahkan ke dalam
kuningan yang mengandung seng lebih dari 20% untuk menghambat
korosi. Bahan lain yang dapat digunakan dalam jumlah yang sangat kecil
yaitu mangan, silikon, dan fosfor.
Cara pembuatan logam kuningan adalah dengan cara pengecoran,
karena cara pengecoran ini adalah satu-satunya cara yang biasa digunakan
dalam industri logam kecil ataupun industri besar. Pengecoran logam
adalah proses peleburan atau proses pencairan logam kemudian logam cair
dituangkan ke dalam cetakan dan logam kemudian dibiarkan dingin
membeku. Proses pengecoran meliputi pembuatan cetakan, persiapan,
peleburan,penuangan logam cair kedalam cetakan dan proses lanjutan
logam hasil coran. Pada proses pengecoran logam kuningan di industri
kecil yang ada masih menggunakan sistem cetakan pasir, dalam peleburan
kuningan cor ini umumnya dimanfaatkan dari bahan bekas yang dilebur
dengan tanur krus atau dengan tanur induksi frekuensi rendah. Temperatur
cairan sebaiknya jangan terlalu tinggi jika terlalu tinggi menyebabkan
kehilangan kadar seng karena penguapan.

Tabel 2.1. Titik Cair Kuningan


Titik Standart Kuningan
Komposisi Bahan Titik Cair (°𝐶)
85% Cu - 15% Zn 1150 – 1200
70% Cu - 20% Zn 1080 – 1130
60% Cu - 40% Zn 1030 – 1080

c. Magnesium Oksida (MgO)


Magnesium Oksida (MgO) atau magnesia ialah suatu mineral
padat higroskopis berwarna putih yang terjadi secara alami sebagai
periklas dan merupakan sumber magnesium. Magnesium oksida memiliki
rumus empiris MgO dan terdiri dari satu kisi ion Mg2+ dan ion O2− yang
commit to user
berpegangan melalui ikatan ionik. Magnesium oksida secara historis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

dikenal sebagai magnesia alba (secara literatur, mineral putih ini dari
Magnesia sumber lain yang memberikan magnesia alba sebagai MgCO3),
untuk membedakannya dari magnesia negra, suatu mineral hitam yang
mengandung apa yang kini dikenal sebagai mangan.

Gambar 2.18 Magnesium Oksida

Magnesium oksida diproduksi melalui kalsinasi magnesium


karbonat atau magnesium hidroksida atau melalui pengolahan magnesium
klorida dengan kapur yang diikuti dengan pemanasan.
MgO dipilih sebagai bahan pengisi yang juga berfungsi sebagai
bahan abrasif dan penguat karena karakteristik yang baik. Magnesium
oksida adalah logam yang agak kuat, dengan warna putih keperakan
beratnya ringan (satu pertiga lebih ringan dari alumunium) dan akan
menjadi kusam bila diungkapkan pada udara.
MgO adalah material berstruktur logam yang sangat ringan
dengan berat jenis (1,74 gr/cm3), titik lebur (650 oC), titik didih (1097 oC),
modulus elastis (110 MPa), kekuatan luluh (255 MPa), kekerasan (12
VHN). Serbuk MgO merupakan jenis zat tambahan yang dicampurkan
pada pembuatan CMCs, selain itu juga magnesium oksida sebagai wetting
agent yang membuat ikatan antar Alumina dan Aluminium lebih kuat,
tidak mudah terkikis permukaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

Komposit dengan penambahan sedikit kadar MgO dengan yang


tanpa serbuk MgO lebih baik dengan yang memakai kadar MgO. Serbuk
MgO walaupun persentasenya kecil memegang peranan penting dalam
meningkatkan kemampuan pembasahan (wettability) dengan
mengkodisikan permukaan padat juga mempunyai kemampuan untuk
mengisi setiap perbedaan ketinggian dari permukaan yang kasar dan
menurunkan tegangan interfacial. Ketahanan aus dapat ditingkatkan
melalui penambahan unsure magnesium oksida. Selain MgO ada beberapa
pilihan bahan yang dapat dijadikan alternatif sebagai zat pengisi seperti
Al2O3, SiO2, Fe3O4, Cr2O3, SiC, ZrSiO4 namun harganya relatif lebih
mahal dibandingkan dengan MgO (Andi Priyanto, 2015)

d. Resin Polyester

Gambar 2.19 Resin Polyester BQTN 157

Polyester paling banyak digunakan terutama untuk aplikasi


konstruksi ringan, harganya murah, resin ini mempunyai karakteristik
yang khas yaitu dapat diwarnai, transparan, dapat dibuat kaku, fleksibel,
tahan air, tahan cuaca dan bahan kimia. Keuntungan lain matriks polyester
adalah mudah dikombinasikan dengan resin lain dan dapat di gunakan
untuk semua bentuk penguatan plastik. Salah satunya polyester tersebut
dipergunakan sebagai bahan pembuatan kampas rem, aksesoris visor dan
commit to user
lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Penggunaan resin jenis ini dapat dilakukan dari proses hand lay-
up sampai dengan proses yang kompleks yaitu dengan proses mekanik.
Resin ini banyak digunakan dalam aplikasi komposit pada dunia industri
dengan pertimbangan harga relatif murah, curing yang cepat, warna
jernih, kestabilan dimensional dan mudah penanganannya (Rianto, 2011)

Tabel 2.2. Spesifikasi resin Unsaturated Polyester Yukalac BQTN 157


Item Satuan Nilai Tipikal Catatan
Berat jenis Gr/cm3 1.215
Barcol GYZJ
Kekerasan 40
934-1
o
Suhu distorsi panas C 70
Penyerapan air
% 0.188 1 hari
(Suhu ruangan)
Kekuatan Fleksural Kg/mm2 9.4
Modulus Fleksural Kg/mm2 300
Daya rentang Kg/mm2 5.5
Modulus rentang Kg/mm2 300
Elongasi % 1.6
Sumber : Justus Kimia Raya,1996

e. Katalis

Gambarto2.20.
commit userKatalis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Katalis berupa suatu cairan, dan cairan ini biasanya berwarna


bening dan berbau. Katalis berfungsi sebagai zat yang mempercepat reaksi
pembentukan komposit, sehingga mempercepat proses pengerasan adonan.
Semakin banyak katalis maka akan semakin cepat adonan mengeras tetapi
hasilnya kurang bagus. Penambahan katalis yang baik sejumlah 1% dari
jumlah total resin yang dipakai. Apabila cairan ini jika mengenai kulit
akan terasa panas, seperti cairan air zuur.

f. Bentuk dan Ukuran Partikel


Bentuk dan ukuran partikel memegang peranan penting dalam
menentukan kualitas ikatan material komposit. Semakin kecil ukuran
partikel yang berikatan maka kualitas ikatannya semakin baik, karena
semakin luas kontak permukaan antar partikel. Ukuran partikel juga
berpengaruh pada distribusi partikel, semakin kecil partikel kemungkinan
terdistribusi secara merata lebih besar, sehingga pada proses pencampuran
akan diperoleh distribusi yang homogen. Kehomogenan campuran
menentukan kualitas ikatan komposit, karena selama proses kompaksi
gaya tekan yang diberikan akan terdistribusi secara merata. Ikatan antar
partikel dalam material komposit salah satunya disebabkan karena adanya
interlocking antar partikel yang dipengaruhi oleh bentuk partikel yang
digunakan (Nurun Nayiroh, 2013).

g. Pencampuran (mixing)
Dalam proses pencampuran (mixing), ada dua macam
pencampuran, yaitu pencampuran basah (wet mixing) dan Pencampuran
kering (dry mixing). Pencampuran basah (wet mixing) yaitu proses
pencampuaran dimana serbuk matrik dan filler dicampur terlebih dahulu
dengan pelarut polar. Metode ini dipakai apabila material (matrik dan
filler) yang digunakan mudah mengalami oksidasi. Tujuan pemberian
pelarut polar adalah untukcommit to user proses pencampuaran material
mempermudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

yang digunakan dan untuk melapisi permukaan material supaya tidak


berhubungan dengan udara luar sehingga mencegah terjadinya oksidasi
pada material yang digunakan (Nurun Nayiroh, 2013).
Pencampuran kering (dry mixing) yaitu proses pencampuran yang
dilakukan tanpa menggunakan pelarut untuk membantu melarutkan dan
dilakukan di udara luar. Metode ini dipakai apabila material yang
digunakan tidak mudah mengalami oksidasi.
Faktor penentu kehomogenan distribusi partikel, antara lain:
1) Kecepatan pencampuran
2) Lamanya waktu pencampuran
3) Ukuran partikel
4) Jenis material
5) Temperatur
6) Media pencampuran
Semakin besar kecepatan pencampuran, semakin lama waktu
pencampuran, dan semakin kecil ukuran partikel yang dicampur, maka
distribusi partikel semakin homogen. Kehomogenan campuran sangat
berpengaruh pada proses penekanan (kompaksi), karena gaya tekan yang
diberikan pada saat kompaksi akan terdistribusi secara merata sehingga
kualitas ikatan antar partikel semakin baik.
Perhitungan fraksi berat dan fraksi volume komposit
1) Fraksi berat
𝜔𝑐 = 𝜔𝑚 + 𝜔𝑓
𝜔𝑓
Wm =
𝜔𝑐
Wm + Wf = 1
Keterangan : 𝜔𝑐 = berat komposit
𝜔𝑐 = berat filler
𝜔𝑓 = berat matriks
Wf = fraksi berat filler
commit to user
Wm = fraksi berat matriks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

2) Fraksi Volume
𝑣𝑐 = 𝑣𝑚 + 𝑣𝑓
𝑣𝑚
Vm =
𝑣𝑐
𝑣𝑓
Vf =
𝑣𝑐
Vm + Vf = 1
Keterangan : 𝑣𝑐 = Volume komposit
𝑣𝑓 = Volume filler
𝑣𝑚 = Volume matriks
Vf = Fraksi volum filler
Vm = Fraksi volim matriks

h. Penekanan (kompaksi)
Kompaksi merupakan proses pemadatan serbuk menjadi sampel
dengan bentuk tertentu sesuai dengan cetakannya. Ada 2 macam metode
kompaksi yaitu cold compressing dan hot compressing. Cold compressing,
yaitu penekanan dengan temperatur kamar. Metode ini dipakai apabila
bahan yang digunakan mudah teroksidasi, seperti Al. Sedangkan hot
compressing, yaitu penekanan dengan temperatur di atas temperatur
kamar. Metode ini dipakai apabila material yang digunakan tidak mudah
teroksidasi (Nurun Nayiroh, 2013).
Pemberian tekanan yang sangat besar terhadap material serbuk
yang bertujuan untuk mendapatkan spesimen benda uji yang diinginkan,
proses kompaksi dapat dilihat pada Gambar 2.12 dibawah ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Gambar 2.21. Proses Kompaksi


(Sumber: Fitrianto, 2012: 25)

Pada proses kompaksi, gaya gesek yang terjadi antar partikel


yang digunakan dan antar partikel komposit dengan dinding cetakan akan
mengakibatkan kerapatan pada daerah tepi dan bagian tengah tidak merata.
Untuk menghindari terjadinya perbedaan kerapatan, maka pada saat
kompaksi digunakan lubricant/pelumas yang bertujuan untuk mengurangi
gesekan antara partikel dan dinding cetakan. Dalam penggunaan
lubricant/bahan pelumas, dipilih bahan pelumas yang tidak reaktif
terhadap campuran serbuk dan yang memiliki titik leleh rendah sehingga
pada proses pemanasan tingkat awal lubricant dapat menguap.
Tekait dengan pemberian lubricant pada proses kompaksi, maka
terdapat 2 metode kompaksi, yaitu:
1) Die-wall compressing
Penekanan dengan memberikan lubricant pada dinding
cetakan
2) Internal lubricant compressing
Penekanan dengan mencampurkan lubricant pada material
yang akan ditekan

Pada proses kompaksi ada 3 kemungkinan model ikatan yang


commit to user
disebabkan oleh gaya vanderwals:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

1) Pola ikatan bola-bola


Terjadi bila besarnya gaya tekan yang diberikan lebih kecil
dari yield strength (ys) matrik dan filler sehingga serbuk tidak
mengalami perubahan bentuk secara permanen atau mengalami
deformasi elastis baik pada matrik maupun filler sehingga serbuk tetap
berbentuk bola.
2) Pola ikatan bola-bidang
Terjadi bila besarnya gaya tekan yang diberikan diantara yield
strength (ys) dari matrik dan filler. Penekanan ini menyebabkan salah
satu material (matrik) terdeformasi plastis dan yang lain (filler)
terdeformasi elastis, sehingga berakibat partikel seolah-olah berbentuk
bola-bidang.
3) Pola ikatan bidang-bidang
Terjadi bila besarnya gaya tekan yang diberikan lebih besar
pada dari yield strength (ys) matrik dan filler. Penekanan ini
menyebabkan kedua material (matrik dan filler) terdeformasi plastis,
sehingga berakibat partikel seolah-olah berbentuk bidang-bidang.
i. Proses Curing
Proses curing adalah proses pengeringan bahan-bahan penyusun
komposit, baik itu matriknya maupun serat penguatnya. Kecepatan proses
curing ini berbeda-beda tergantung dari prosentase katalis yang dipakai
dan tergantung dari besarnya panas yang dipakai dalam proses curing.
Diharapkan pada proses curing ini bisa mengurangi rongga-rongga yang
ada di dalam komposit sehingga dihasilkan komposit yang berkualitas baik
(Ari, 2014).
Tujuan proses curing antara lain sebagai berikut:
1) Memobilitas molekul matrik agar bereaksi secara sempurna.
2) Membuang unsur air atau bahan yang mudah menguap lainnya.
3) Memberi kesempatan resin untuk mengalir sehingga dicapai distribusi
yang merata yang dapat meningkatkan kekuatan tarik komposit.
commityang
4) Mereaksikan kembali katalis to user
tidak bereaksi dibawah suhu kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Terdapat bermacam-macam proses curing, antara lain dengan:


Oven, Minyak Panas, Lampu, Uap Panas, Autoclave, Microwave dan lain-
lain.
1) Proses Curing dengan Oven
Oven bertenaga listrik atau gas dengan sirkulasi udara panas
adalah jenis oven yang sering digunakan. Model ini tergolong mahal
dan dapat digunakan dalam skala besar. Tekanan sering ditambahkan
dalam proses ini dengan shrink tape atau dengan sebuah kantong
vacum. Energi yang digunakan jelas lebih besar dibanding proses
curing yang lain. Hal ini disebabkan karena energi dipakai untuk
memanaskan seluruh ruang termasuk udara, cashing, penyangga oven
bahkan lantai juga ikut terkena panas.
2) Proses Curing dengan Minyak Panas
Metode ini sering dipakai pada komposit atau matrik dengan
waktu sangat cepat, biasanya membutuhkan waktu kurang dari 15
menit. Minyak panas digunakan untuk mendapatkan pemanasan yang
sangat cepat. Suhu curing pada metode ini berkisar antara 150-240°C.
3) Proses Curing dengan Lampu
Panas lampu digunakan pada komposit yang permukaannya
memantulkan cahaya. Panasnya mencapai sekitar 170°C. Selain mudah
digunakan, penanganan yang tepat juga diperlukan agar proses curing
bisa merata pada seluruh bahan komposit. Metode lain pada proses ini
menggunakan lampu xenon (Pulsed Xenon Lamp), dimana katalis yang
dipakai adalah katalis yang peka terhadap cahaya.
4) Proses Curing dengan Steam/Uap
Metode ini memakai uap sebagai sumber panas. Pada proses
ini memakai beberapa saluran pipa untuk sirkulasi air dan udara. Pada
ujung mandrel besi (alat penggulung serat) terdapat alat pengatur
jalannya air dan uap. Setelah katup dibuka, uap panas mengalir dan
disirkulasikan melaluicommit to user
mandrel berongga (hollow mandrel) untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

melakukan proses curing. Setelah proses curing selesai, air dingin


dialirkan untuk mendinginkan mandrel.
5) Proses Curing dengan Autoclave
Untuk mendapatkan komposit berkualitas baik untuk bahan
pesawat luar angkasa maka perlu memakai proses curing autoclave,
dengan bantuan ruang hampa udara (vacum). Meskipun tidak
digunakan dalam produksi massal, cara ini mampu menghasilkan
tekanan 1,4 - 2,1 Mpa dan temperatur sekitar 371°C. Kelemahan dari
proses curing ini adalah lamanya proses dan tidak dapat digunakan
dalam produksi massal.
6) Proses Curing dengan Microwave
Penggunaan metode ini dapat memberikan keuntungan yang
signifikan, terutama pada serat glass dan serat aramid. Panas bisa
diserap dengan cepat oleh matrik/resin dan seratnya. Energi yang
digunakan dalam proses ini tidak sedikit dan membutuhkan biaya yang
cukup besar. Proses curing dengan microwave tidak boleh digunakan
pada bahan yang bersifat konduktif, seperti serat karbon.

5. Pengujian Spesimen
a. Pengertian Prony Brake

commit to user
Gambar 2.22. Mesin Prony brake
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

Prony brake merupakan salah satu alat uji performansi


pengereman kampas rem dimana prinsip kerjanya sama dengan
pengereman pada rem kendaraan. Pada Prony brake ini menggunakan
komponen dari rem cakram depan mobil Honda Prestige. Motor
penggerak Prony brake berupa motor listrik bertenaga 2 HP, dengan
putaran motor 2880 rpm. Putaran motor ditransmisikan dengan
menggunakan pully dan karet belt untuk menggerakan piringan cakram
rem. Pada rumah kampas rem diberi tambahan lengan yang
panjangnya 50 mm yang bertujuan untuk meneruskan gaya, kemudian
gaya pada lengan ayun tersebut diukur dengan timbangan (massa).
Timbangan yang digunakan adalah timbangan digital merk
FORTUNO.
Prinsip kerja Prony brake adalah dengan melawan torsi yang
dihasilkan dengan suatu gaya pengereman. Besarnya gaya berat diukur
dengan menambahkan suatu lengan ayun, kemudian gaya pada ujung
lengan ayun diukur dengan timbangan (massa). Besarnya torsi didapat
dari mengalikan gaya berat dengan panjang lengan ayun. Jari-jari
efektif pengereman dan diameter piston diukur dengan jangka sorong.
Tekanan minyak rem dapat dibaca di manometer yang dipasang pada
saluran minyak rem. Setelah kita dapat data tersebut, kita masukan ke
rumus untuk mengetahui koefisien gesek kampas rem.

b. Rumus Perhitungan Prony Brake


Torsi atau usaha adalah hasil kali antara gaya berat yang
dihasilkan pada timbangan dikalikan dengan jarak antara titik tekan
timbangan dengan poros benda yang bergerak (panjang lengan).
Dengan catatan bahwa lengan ayun tidak ikut berputar. Dari
pernyataan berikut maka didapat rumus :
T = w × L …………………………………….. (1)
Gaya berat yang terukur ditimbangan (w)
commit to user
Dimana w = m x g .......................................................... (2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Untuk menghitung gaya efektif pengereman menggunakan


persamaan dibawah ini :
T = Fµ x R ........................................................ (3)
Dimana Fµ = T /R .......................................................... (4)
Untuk menghitung gaya yang menekan kampas rem
menggunakan persamaan, yaitu :
Fp = Pe × 0,785 x D² .......................................... (5)
Serta koefisien gesek didapat dari :
Fµ = µ x Fp …………………………… (6)
Dimana µ = Fµ /Fp ……………………………. (7)

Keterangan : T = Torsi ( Nm )
w = Gaya berat (N)
L = Panjang lengan ( m )
m = Gaya pada timbangan (kg)
g = Percepatan grafitasi bumi (m/ )
Fµ = Gaya efektif pengereman ( N )
R = Jari-jari efektif pengereman ( m )
Fp = Gaya yang menekan kampas rem (N)
Pe = Tekanan minyak rem (Pa)
D = Diameter Piston Kaliper rem (m)
µ = Koefisien gesek
Konstanta = 0,785 (π/4)

Rumus perhitungan mesin prony brake telah dijabarkan diatas. Untuk


memudahkan memahami prinsip kerja mesin prony brake beserta hitungannnya
maka dibuat skema gambar mesin prony brake. Gambar 2.23 dibawah ini adalah
skema pengujian koefisien gesek dengan mesin prony brake.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

1) Gaya berat : w = m x g
2) Torsi : T = w × L
3) Gaya efektif pengereman :
Fµ = T / R
4) Gaya penekan kampas rem :
Fp = Pe × 0,785 x D²
5) Koefisien Gesek µ = Fµ /Fp

Gambar 2.23. Skema Prinsip Kerja dan Perhitungan Prony Brake

B. Penelitian Yang Relevan

Suatu penelitian tidak selalu beranjak dari nol secara murni, akan tetapi
pada umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh
karena itu, dirasa perlu mengenal penelitian yang terdahulu sebagai bahan
relevansinya. Dalam hal ini penelitian yang relevan antara lain dari:
Dita Satyadarma, Yanuar, dan Burhan Noerdin (2011) Jurusan Teknik
Mesin Universitas Gunadarma. Berjudul “ANALISIS GAYA PADA REM
CAKRAM (DISK BRAKE) UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besaran gaya yang terjadi pada rem
cakram untuk kendaraan roda empat dengan analisis perhitungan dari komponen
rem dengan pembebanan pedal 5kgf, 10kgf, 15kgf, 20kgf, 25kgf. Besar diameter
master silinder 1,58 cm, Yang berfungsi untuk mengubah gerak pedal rem
kedalam tekanan hidrolik. Diameter silinder cakram 2,20 cm dan perbandingan
tuas pedal menunjukan semakin besar pembebanan pedal rem maka gaya yang
menekan master rem (Fk), gaya tekanan minyak rem (Pe), gaya yang menekan
pad rem (Fp), dan gaya gesek pengereman (Fμ) akan semakin besar, sedangkan
commit to user
semakin besar gaya yang menekan pedal rem maka jarak waktu pengereman akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

semakin kecil. Dari alat uji yang kami buat untuk penelitian ini dapat disimpulkan
: (1) Semakin besar gaya pijak pedal menghasilkan pengereman yang singkat. (2)
Semakin tinggi kecepatan roda semakin membutuhkan waktu untuk pengereman
bila besar gaya pijak pedal konstan. (3) Koefisien gesek antara piringan dengan
sepatu rem dimungkinkan tidak konstan karena waktu yang didapat tidak
proposional kenaikannya.
Fuad Dwi Fitrianto (2012) Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai
“PEMANFAATAN SERBUK BONGGOL JAGUNG SEBAGAI
ALTERNATIF BAHAN FRIKSI KAMPAS REM NON ASBESTOS
SEPEDA MOTOR”. Dalam penelitian ini disimpulkan komposisi yang paling
optimal yang mendekati tingkat kekerasan dan keausan kampas rem non asbestos
merk Indoparts dengan nilai kekerasan brinell 18,5 kg/mm2 dan nilai keausanya
0,87 × 10-8 mm2/kg yaitu pada komposisi 30% serbuk bonggol jagung, 30%
serbuk kuningan dan 20% MgO dan resin. Pada komposisi tersebut nilai
kekerasannya sebesar 17,1 kg/mm2 dan nilai keausannya sebesar 0,80 × 10-8
mm2/kg.
Yudi Agus Sarwanto (2010) meneliti tentang “PENGARUH
PENEKANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAHAN
KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DENGAN SERAT ALAM BONGGOL
JAGUNG”. Dalam penelitiannya variasi penekanan (kompaksi) yang digunakan
yaitu beban 0,5 ton, 1 ton dan 1,5 ton selama 10 menit, kemudian disintering
dengan suhu 200 oC. Hasil penelitian ini diperoleh nilai kekerasan yang paling
optimal pada penekanan 1,5 ton yaitu 12,71 HB dan nilai keausan yang paling
optimal pada penekanan 1 ton yaitu 0,000000954 mm2/kg pada bahan 30% Al,
30% serbuk bonggol jagung, 30% MgO, 10% resin. Dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa peningkatan tekanan pada saat proses kompaksi sangat
berpengaruh terhadap nilai kekerasan dan nilai keausan.
Andi Priyanto (2015) Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai
commit to user PENGEREMAN KAMPAS
”KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

REM KOMPOSIT SERBUK BONGGOL JAGUNG SEBAGAI SUPLEMEN


MATERI KAJIAN MATA KULIAH KOMPOSIT DI PRODI PTM JPTK
FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA”. Dalam penelitian
ini dinyimpulkan bahwa komposisi yang paling optimal yang mendekati nilai
koefisien gesek dari kampas rem pembanding merk Indopart dengan nilai
koefisien gesek sebesar 0,368 dengan komposisi 30% serbuk bonggol jagung,
30% serbuk kuningan, 20% MgO dan 20% resin polyester. Kampas rem yang
diteliti adalah kampas rem sepeda motor.

C. Kerangka Berfikir
Kampas rem merupakan bagian dari mekanisme pengereman yang
bersentuhan langsung dengan cakram atau piringan. Bahan kampas rem yang
terdapat dipasaran biasanya bahan asbestos yang berbahaya terhadap kesehatan
dan tidak ramah lingkungan. Penggunaan bahan baku bukan asbes pada kampas
rem ini sangat aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan, memiliki daya
cengkram kuat pada suhu pengereman di atas 200oC dan faktor keamanan yang
lebih baik.
Kampas rem merupakan material komposit yaitu kombinasi dari dua
bahan atau lebih yang digabungkan secara makroskopis. Dengan adanya
penggabungan bahan dapat dihasilkan bahan yang memiliki sifat fisis lebih baik
serta merupakan penggabungan sifat-sifat bahan penyusunnya.
Salah satu unsur penyusun komposit adalah harus adanya serat. Serat
dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang menahan beban,
sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung dengan
kekuatan pembentuknya. Serat ini juga yang menentukan karakteristik komposit
seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik lainnya.
Pencampuran komposisi serat yang tepat dalam pembuatan spesimen
diduga akan menyebabkan meningkatnya nilai koefisien gesek serta sifat
mekanik lainnya. Campuran komposisi yang seimbang diduga akan menghasilkan
nilai koefisien gesek yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

Pada penelitian ini, bahan penyusun utama spesimen komposit terdiri dari,
serbuk bonggol jagung sebagai seratnya, kuningan dan MgO sebagai bahan pengisi,
resin polyester sebagai bahan pengikat. Serbuk bonggol jagung dan serbuk kuningan
yang digunakan berukuran mesh 60. Komposisi resin dibuat tetap yaitu 20% dan
MgO juga dibuat tetap yaitu 20% mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Andi Priyanto (2015) dengan hasil yang paling optimal pada 30% serbuk bonggol
jagung, 30% serbuk kuningan dan 20% MgO dan resin. Dalam penelitian ini yang
menjadi variasi ialah perbandingan fraksi massa antara serbuk bonggol jagung dan
serbuk kuningan.
Serbuk bonggol jagung dan serbuk kuningan mempunyai kandungan dan
karakteristik yang sangat berbeda, sehingga variasi komposisi di antara keduanya
akan menghasilkan nilai koefisien gesek yang berbeda-beda pada spesimen uji
kampas rem. Ada dua variabel pokok yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi
komposisi bahan kampas rem. Variabel terikatnya adalah nilai koefisien gesek dari
kampas rem berbahan bonggol jagung. Untuk lebih jelasnya hubungan antar variabel
bebas dan variabel terikat dapat dilihat pada Gambar 2.24. di bawah ini:

Gambar 2.24. Kerangka Berfikir


Keterangan :
X : Variasi komposisi kampas rem
X1 : Komposisi I (Serbuk bonggol jagung 20%)
X2 : Komposisi II (Serbuk bonggol jagung 30%)
X3 : Komposisi III (Serbuk bonggol jagung 40%)
Y commit
: Nilai Koefisien to user
Gesek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas dapat


diambil hipotesis yaitu sebagai berikut :
1. Ada pengaruh variasi komposisi bahan kampas rem serbuk bonggol jagung,
kuningan (Cu-Zn), Magnesium Oksida (MgO), dan resin polyester terhadap
uji performansi pengereman (nilai koefisien gesek) kampas rem.
2. Komposisi campuran pada variasi serbuk bonggol jagung dan serbuk
kuningan yang berimbang (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) diduga
mempunyai nilai koefisien gesek yang paling tinggi.
3. Kampas rem dengan memanfaatkan limbah bonggol jagung diduga dapat
mempunyai performansi pengereman yang baik mendekati kampas rem
pembanding (kampas rem rem merk Nissin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai