id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Sistem Rem
a. Pengertian Rem
Rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat penting
pada sebuah kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang saat ini
banyak digunakan oleh masyarakat dari perkotaan sampai pedesaaan. Rem
ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan
sesuai dengan yang kita harapkan. Pengaturan kecepatan ataupun
diberhentikannya lajunya kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan
antara komponen rem dengan roda yang berputar (Andun, Adhari, dan
Agus, 2005:10).
Tujuan dipasangnya rem pada kendaraan untuk menuruti
kemauan pengemudi dalam mengurangi kecepatan, berhenti ataupun
memarkir kendaraan pada jalan yang mendaki. Dengan kata lain
melakukan kontrol terhadap kecepatan kendaraan untuk menghindari
kecelakaan dan merupakan alat pengaman yang berguna untuk
menghentikan kendaraan secara berkala (Toyota step 2:4-1). Adapun rem
yang digunakan untuk kendaraan arus memenui syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Dapat bekerja dengan baik cepat.
2) Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus
sama dengan atau gaya pengereman seimbang dengan beban yang di
terima oleh masing-masing roda.
3) Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup.
4) Mudah disetel dan diperbaiki.
Menurut Andun, Adhari, dan Agus jenis rem yang biasa
commit
digunakan dalam kendaraan to user
yaitu (2005:10):
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
4) Backing Plate
Backing plate berfungsi sebagai tumpuan untuk menahan
putaran drum sekaligus sebagai dudukan silinder roda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
12
2) Kaliper
Bagian yang tidak bergerak dari rem pad cakram adalah
kaliper, dimana terdapat silinder-silinder rem berikut sepatu rem dan
pirodonya. Apabila pedal rem diinjak maka silinder-silinder rem akan
bekerja secara hidrolik sehingga sepatu-sepatu rem atau pad akan
menjepit, manahan dan menghentikan cakram rem yang sedang
berputar. Caliper terbagi dalam dua type fixed (tipe tetap) dan type
floating caliper (tipe meluncur).
a) Type Fixed caliper (tipe tetap)
Tipe caliper ini konstruksinya terpasang dua silinder yang
bekerja secara hidroponik menekan pad dari dua arah. Prinsip
Kerjanya yaitu pada saat terjadi tekanan akibat hidropolik oil pres-
sure maka piston akan mendorong kedua pad dan pegas karet
hingga pad menekan cakram. Pada saat tekanan hilang maka pegas
karet akan mengembang (reaksi) dan kedudukan pad rem kembali
pada keadaan semula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
3) Master cylinder
Master cylinder berfungsi mengubah gerak pedal/tuas rem
commit to user
ke dalam tekanan hidrolis. Master cylinder terdiri atas reservoir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
2. Kampas Rem
15
16
antaranya kevlar, steel fiber, rock wool, cellulose dan carbon fiber
yang memiliki serat panjang. Hal ini bertujuan agar efek licin dapat
teratasi. Rem non asbestos mempunyai keuntungan bertahan sampai
suhu 360oC sehingga cenderung stabil (tidak blong). Kampas rem non
asbestos yang terbuat dari material berkualitas seperti kevlar/aramid.
Kevlar adalah bahan yang digunakan untuk baju anti peluru di mana
kevlar mampu menghambat laju putaran peluru sampai berhenti.
Kampas non asbestos mempunyai kekurangan yaitu harganya yang
cenderung lebih mahal dibandingkan kampas rem asbestos. Kampas
rem non asbestos mempunyai keuntungan yaitu lebih ramah
lingkungan karena bebas dari bahan asbes.
c. Karakteristik Bahan Kampas Rem
1) Material Kampas Rem
Bahan baku yang digunakan pada kampas rem standar
umumnya terdiri dari serbuk aluminum, grafit, barium, alumina,
asbestos, cashew dust, NBR powder, dan lainnya sebagai bahan
penguat atau serat sedangkan bahan untuk matriknya atau pengikat
adalah resin phenolic. Serat dalam komposit berperan sebagai bagian
utama yang menahan beban serta memberikan sifat kekakuan,
kekuatan, stabilitas panas dalam komposit.
Matrik dalam komposit berperan sebagai pengikat serat dan
mendistribusikan tegangan pada saat pembebanan. Bahan matriks yang
sering digunakan dalam pembuatan komposit adalah matriks polimer,
adapun jenisnya antara lain thermoset dan thermoplastic. Yang
termasuk thermoset antara lain epoxy, polyester, dan phenolic. Yang
termasuk thermoplastic antara lain polyetylene, dan polypropylene.
2) Proses Produksi Kampas Rem
Pembuatan kampas rem adalah melalui proses penekanan
sekaligus pemanasan pada saat pencetakan. Dengan proses tersebut
akan dihasilkan kekuatan, kekerasan serta gaya gesek yang semakin
meningkat. Pemanasancommit to user
dilakukan pada temperatur berkisar antara 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
3. Komposit
a. Pengertian Komposit
Komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan
atau gabungan. Kata komposit (composite) berasal dari kata “to compose”
yang berarti menyusun atau menggabung.
Menurut Matthews dkk. (1993), komposit adalah suatu material
yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya
melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-
masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan
commit yang
dihasilkan material komposit to usermempunyai sifat mekanik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
19
Young/density) yang lebih tinggi dari pada logam, tahan korosi, memiliki
sifat isolator panas dan suara, serta dapat dijadikan sebagai penghambat
listrik yang baik, dan dapat juga digunakan untuk menambal kerusakan
akibat pembebanan dan korosi (Sirait, 2010).
Dari beberapa pengertian komposit di atas dapat disimpulkan
komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua
atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama
lainnya baik itu sifat kimia maupun fisika dan tetap terpisah dalam hasil
akhir bahan tersebut (bahan komposit).
Jika perpaduan ini terjadi dalam skala makroskopis, maka disebut
sebagai komposit. Sedangkan jika perpaduan ini bersifat mikroskopis
(molekular level), maka disebut sebagai alloy (paduan). Komposit berbeda
dengan paduan, untuk menghindari kesalahan dalam pengertiannya, oleh
Van Vlack (1994) menjelaskan bahwa alloy (paduan) adalah kombinasi
antara dua bahan atau lebih dimana bahan-bahan tersebut terjadi peleburan
sedangkan komposit adalah kombinasi terekayasa dari dua atau lebih
bahan yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan dengan cara
kombinasi sistematik pada kandungan-kandungan yang berbeda tersebut.
Berikut ini adalah tujuan dari dibentuknya komposit, yaitu
sebagai berikut (Nurun, 2013):
1) Memperbaiki sifat mekanik dan/atau sifat spesifik tertentu.
2) Mempermudah design yang sulit pada manufaktur.
3) Keleluasaan dalam bentuk/design yang dapat menghemat biaya.
4) Menjadikan bahan lebih ringan.
Ada tiga faktor yang menentukan sifat-sifat dari material
komposit, yaitu (Isaac, 1994):
1) Material pembentuk.
Sifat-sifat intrinsik material pembentuk memegang peranan
yang sangat penting terhadap pengaruh sifat kompositnya.
2) Susunan struktural komponen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
b. Penyusun Komposit
Secara umum material komposit tersusun dari dua komponen
utama yaitu matrik (bahan pengikat) dan filler (bahan pengisi). Filler
adalah bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan komposit,
biasanya berupa serat atau serbuk. Gibson (1994) mengatakan bahwa
matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam,
maupun keramik. Matrik secara umum berfungsi untuk mengikat serat
menjadi satu struktur komposit.
1) Matrik
Matrik adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian
atau fraksi volume terbesar (dominan). Matrik mempunyai fungsi yaitu
sebagai:
a) Mentransfer tegangan ke serat
b) Membentuk ikatan koheren permukaan matrik/serat
c) Melindungi serat
d) Memisahkan serat
e) Melepas ikatan
f) Tetap stabil setelah proses manufaktur.
Pada komposit serat (Fibrous Composites) matriks yang
digunakan adalah resin (plastik yang berfasa cair). Matriks harus
memiliki perpanjangan saat patah yang lebih besar dibanding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
22
23
c. Klasifikasi Komposit
1) Berdasarkan struktur penyusunnya
Komposit dibedakan menjadi 5 kelompok menurut bentuk
struktur dari penyusunnya (Rianto, 2011), yaitu:
a) Komposit Serat (fiber composite)
24
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
2) Berdasarkan matriknya
Berdasarkan bentuk dari matriksnya komposit dibedakan
menjadi sebagai berikut (Rianto, 2011):
a) Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
Komposit jenis ini terdiri dari polimer sebagai matriks
baik itu thermoplastic maupun jenis thermosetting. Thermoplastic
adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycle)
dengan menggunakan panas. Thermoplastic merupakan polimer
yang akan menjadi keras apabila didinginkan. Thermoplastic akan
meleleh pada suhu tertentu, serta melekat mengikuti perubahan
suhu dan mempunyai sifat dapat kembali (reversibel) kepada sifat
aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Thermoplastic
yang lazim dipergunakan sebagai matriks misalnya polyolefin
(polyethylene, polypropylene), vinylic (polyvinylchloride,
polystyrene, polytetrafluorethylene), nylon, polyacetal,
polycarbonate, dan polyfenylene.
Thermosets tidak dapat mengikuti perubahan suhu
(irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan
melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan
terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai
tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Thermosets yang banyak
digunakan saat ini adalah epoxy dan polyester tak jenuh. Resin
polyester tak jenuh adalah matrik thermosetting yang paling
banyak dipakai untuk pembuatan komposit. Resin jenis ini
digunakan pada proses pembuatan dengan metode hand lay-up.
b) Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
Metal Matrix composites adalah salah satu jenis komposit
yang memiliki matrik logam. Komposit ini menggunakan suatu
logam seperti alumunium sebagai matrik dan penguatnya dengan
serat seperti silikoncommit to user
karbida. Material MMC mulai dikembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
28
29
30
selulosa yang bisa menyerap air namun mempunyai sifat cukup kesat
(Purboputro, 2014).
Bonggol memiliki sifat-sifat seperti salah satu bagiannya keras
dan sebagian bersifat menyerap (absorbent), juga sifat-sifat yang
merupakan gabungan beberapa sifat, seperti: tidak terjadi reaksi kimia bila
dicampur dengan zat kimia lain (inert), dapat terurai secara alami dan
ringan (Teguh Wikan, dkk., 2007).
b. Serbuk Kuningan
31
32
kuningan lebih keras dan membuat struktur internal yang lebih kecil
sehingga kuningan dapat dibentuk berulang dalam proses yang disebut
penempaan. Arsenik dan antimony kadang-kadang ditambahkan ke dalam
kuningan yang mengandung seng lebih dari 20% untuk menghambat
korosi. Bahan lain yang dapat digunakan dalam jumlah yang sangat kecil
yaitu mangan, silikon, dan fosfor.
Cara pembuatan logam kuningan adalah dengan cara pengecoran,
karena cara pengecoran ini adalah satu-satunya cara yang biasa digunakan
dalam industri logam kecil ataupun industri besar. Pengecoran logam
adalah proses peleburan atau proses pencairan logam kemudian logam cair
dituangkan ke dalam cetakan dan logam kemudian dibiarkan dingin
membeku. Proses pengecoran meliputi pembuatan cetakan, persiapan,
peleburan,penuangan logam cair kedalam cetakan dan proses lanjutan
logam hasil coran. Pada proses pengecoran logam kuningan di industri
kecil yang ada masih menggunakan sistem cetakan pasir, dalam peleburan
kuningan cor ini umumnya dimanfaatkan dari bahan bekas yang dilebur
dengan tanur krus atau dengan tanur induksi frekuensi rendah. Temperatur
cairan sebaiknya jangan terlalu tinggi jika terlalu tinggi menyebabkan
kehilangan kadar seng karena penguapan.
33
dikenal sebagai magnesia alba (secara literatur, mineral putih ini dari
Magnesia sumber lain yang memberikan magnesia alba sebagai MgCO3),
untuk membedakannya dari magnesia negra, suatu mineral hitam yang
mengandung apa yang kini dikenal sebagai mangan.
34
d. Resin Polyester
35
Penggunaan resin jenis ini dapat dilakukan dari proses hand lay-
up sampai dengan proses yang kompleks yaitu dengan proses mekanik.
Resin ini banyak digunakan dalam aplikasi komposit pada dunia industri
dengan pertimbangan harga relatif murah, curing yang cepat, warna
jernih, kestabilan dimensional dan mudah penanganannya (Rianto, 2011)
e. Katalis
Gambarto2.20.
commit userKatalis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
g. Pencampuran (mixing)
Dalam proses pencampuran (mixing), ada dua macam
pencampuran, yaitu pencampuran basah (wet mixing) dan Pencampuran
kering (dry mixing). Pencampuran basah (wet mixing) yaitu proses
pencampuaran dimana serbuk matrik dan filler dicampur terlebih dahulu
dengan pelarut polar. Metode ini dipakai apabila material (matrik dan
filler) yang digunakan mudah mengalami oksidasi. Tujuan pemberian
pelarut polar adalah untukcommit to user proses pencampuaran material
mempermudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
38
2) Fraksi Volume
𝑣𝑐 = 𝑣𝑚 + 𝑣𝑓
𝑣𝑚
Vm =
𝑣𝑐
𝑣𝑓
Vf =
𝑣𝑐
Vm + Vf = 1
Keterangan : 𝑣𝑐 = Volume komposit
𝑣𝑓 = Volume filler
𝑣𝑚 = Volume matriks
Vf = Fraksi volum filler
Vm = Fraksi volim matriks
h. Penekanan (kompaksi)
Kompaksi merupakan proses pemadatan serbuk menjadi sampel
dengan bentuk tertentu sesuai dengan cetakannya. Ada 2 macam metode
kompaksi yaitu cold compressing dan hot compressing. Cold compressing,
yaitu penekanan dengan temperatur kamar. Metode ini dipakai apabila
bahan yang digunakan mudah teroksidasi, seperti Al. Sedangkan hot
compressing, yaitu penekanan dengan temperatur di atas temperatur
kamar. Metode ini dipakai apabila material yang digunakan tidak mudah
teroksidasi (Nurun Nayiroh, 2013).
Pemberian tekanan yang sangat besar terhadap material serbuk
yang bertujuan untuk mendapatkan spesimen benda uji yang diinginkan,
proses kompaksi dapat dilihat pada Gambar 2.12 dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
40
41
42
5. Pengujian Spesimen
a. Pengertian Prony Brake
commit to user
Gambar 2.22. Mesin Prony brake
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
44
Keterangan : T = Torsi ( Nm )
w = Gaya berat (N)
L = Panjang lengan ( m )
m = Gaya pada timbangan (kg)
g = Percepatan grafitasi bumi (m/ )
Fµ = Gaya efektif pengereman ( N )
R = Jari-jari efektif pengereman ( m )
Fp = Gaya yang menekan kampas rem (N)
Pe = Tekanan minyak rem (Pa)
D = Diameter Piston Kaliper rem (m)
µ = Koefisien gesek
Konstanta = 0,785 (π/4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
1) Gaya berat : w = m x g
2) Torsi : T = w × L
3) Gaya efektif pengereman :
Fµ = T / R
4) Gaya penekan kampas rem :
Fp = Pe × 0,785 x D²
5) Koefisien Gesek µ = Fµ /Fp
Suatu penelitian tidak selalu beranjak dari nol secara murni, akan tetapi
pada umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh
karena itu, dirasa perlu mengenal penelitian yang terdahulu sebagai bahan
relevansinya. Dalam hal ini penelitian yang relevan antara lain dari:
Dita Satyadarma, Yanuar, dan Burhan Noerdin (2011) Jurusan Teknik
Mesin Universitas Gunadarma. Berjudul “ANALISIS GAYA PADA REM
CAKRAM (DISK BRAKE) UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besaran gaya yang terjadi pada rem
cakram untuk kendaraan roda empat dengan analisis perhitungan dari komponen
rem dengan pembebanan pedal 5kgf, 10kgf, 15kgf, 20kgf, 25kgf. Besar diameter
master silinder 1,58 cm, Yang berfungsi untuk mengubah gerak pedal rem
kedalam tekanan hidrolik. Diameter silinder cakram 2,20 cm dan perbandingan
tuas pedal menunjukan semakin besar pembebanan pedal rem maka gaya yang
menekan master rem (Fk), gaya tekanan minyak rem (Pe), gaya yang menekan
pad rem (Fp), dan gaya gesek pengereman (Fμ) akan semakin besar, sedangkan
commit to user
semakin besar gaya yang menekan pedal rem maka jarak waktu pengereman akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
semakin kecil. Dari alat uji yang kami buat untuk penelitian ini dapat disimpulkan
: (1) Semakin besar gaya pijak pedal menghasilkan pengereman yang singkat. (2)
Semakin tinggi kecepatan roda semakin membutuhkan waktu untuk pengereman
bila besar gaya pijak pedal konstan. (3) Koefisien gesek antara piringan dengan
sepatu rem dimungkinkan tidak konstan karena waktu yang didapat tidak
proposional kenaikannya.
Fuad Dwi Fitrianto (2012) Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai
“PEMANFAATAN SERBUK BONGGOL JAGUNG SEBAGAI
ALTERNATIF BAHAN FRIKSI KAMPAS REM NON ASBESTOS
SEPEDA MOTOR”. Dalam penelitian ini disimpulkan komposisi yang paling
optimal yang mendekati tingkat kekerasan dan keausan kampas rem non asbestos
merk Indoparts dengan nilai kekerasan brinell 18,5 kg/mm2 dan nilai keausanya
0,87 × 10-8 mm2/kg yaitu pada komposisi 30% serbuk bonggol jagung, 30%
serbuk kuningan dan 20% MgO dan resin. Pada komposisi tersebut nilai
kekerasannya sebesar 17,1 kg/mm2 dan nilai keausannya sebesar 0,80 × 10-8
mm2/kg.
Yudi Agus Sarwanto (2010) meneliti tentang “PENGARUH
PENEKANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAHAN
KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DENGAN SERAT ALAM BONGGOL
JAGUNG”. Dalam penelitiannya variasi penekanan (kompaksi) yang digunakan
yaitu beban 0,5 ton, 1 ton dan 1,5 ton selama 10 menit, kemudian disintering
dengan suhu 200 oC. Hasil penelitian ini diperoleh nilai kekerasan yang paling
optimal pada penekanan 1,5 ton yaitu 12,71 HB dan nilai keausan yang paling
optimal pada penekanan 1 ton yaitu 0,000000954 mm2/kg pada bahan 30% Al,
30% serbuk bonggol jagung, 30% MgO, 10% resin. Dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa peningkatan tekanan pada saat proses kompaksi sangat
berpengaruh terhadap nilai kekerasan dan nilai keausan.
Andi Priyanto (2015) Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai
commit to user PENGEREMAN KAMPAS
”KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
C. Kerangka Berfikir
Kampas rem merupakan bagian dari mekanisme pengereman yang
bersentuhan langsung dengan cakram atau piringan. Bahan kampas rem yang
terdapat dipasaran biasanya bahan asbestos yang berbahaya terhadap kesehatan
dan tidak ramah lingkungan. Penggunaan bahan baku bukan asbes pada kampas
rem ini sangat aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan, memiliki daya
cengkram kuat pada suhu pengereman di atas 200oC dan faktor keamanan yang
lebih baik.
Kampas rem merupakan material komposit yaitu kombinasi dari dua
bahan atau lebih yang digabungkan secara makroskopis. Dengan adanya
penggabungan bahan dapat dihasilkan bahan yang memiliki sifat fisis lebih baik
serta merupakan penggabungan sifat-sifat bahan penyusunnya.
Salah satu unsur penyusun komposit adalah harus adanya serat. Serat
dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang menahan beban,
sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung dengan
kekuatan pembentuknya. Serat ini juga yang menentukan karakteristik komposit
seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik lainnya.
Pencampuran komposisi serat yang tepat dalam pembuatan spesimen
diduga akan menyebabkan meningkatnya nilai koefisien gesek serta sifat
mekanik lainnya. Campuran komposisi yang seimbang diduga akan menghasilkan
nilai koefisien gesek yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
Pada penelitian ini, bahan penyusun utama spesimen komposit terdiri dari,
serbuk bonggol jagung sebagai seratnya, kuningan dan MgO sebagai bahan pengisi,
resin polyester sebagai bahan pengikat. Serbuk bonggol jagung dan serbuk kuningan
yang digunakan berukuran mesh 60. Komposisi resin dibuat tetap yaitu 20% dan
MgO juga dibuat tetap yaitu 20% mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Andi Priyanto (2015) dengan hasil yang paling optimal pada 30% serbuk bonggol
jagung, 30% serbuk kuningan dan 20% MgO dan resin. Dalam penelitian ini yang
menjadi variasi ialah perbandingan fraksi massa antara serbuk bonggol jagung dan
serbuk kuningan.
Serbuk bonggol jagung dan serbuk kuningan mempunyai kandungan dan
karakteristik yang sangat berbeda, sehingga variasi komposisi di antara keduanya
akan menghasilkan nilai koefisien gesek yang berbeda-beda pada spesimen uji
kampas rem. Ada dua variabel pokok yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi
komposisi bahan kampas rem. Variabel terikatnya adalah nilai koefisien gesek dari
kampas rem berbahan bonggol jagung. Untuk lebih jelasnya hubungan antar variabel
bebas dan variabel terikat dapat dilihat pada Gambar 2.24. di bawah ini:
49
D. Hipotesis Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
commit to user