Anda di halaman 1dari 55

Basic Medical Science 1

Tugas UTS Semester I


Mata kuliah Blok BMS 1

Pembimbing :
dr. Dyah Puspitarini

Disusun oleh :

Tyara Wijaya Novilia Ananti Sitohang (202308010001)


Endy Satya Rahmanto (202308010002)
Endah Susanti (202308010003)
Upik Wulandari (202308010004)
Nozhy Kalingga Herlambang (202308010005)
Anisa Hajar Mufida Aksari (202308010006)
Diut Okto Inarmadanu (202308010007)
Sih Anggara Dharma P (202308010008)

PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS KADIRI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah, rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehinga makalah yang berjudul “
BMI 1 (Basic Medical Science 1)” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu penilaian yang terdapat di
blok BMS 1 (Basic Medical Science 1). Karena banyaknya pihak yang
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam makalah ini,
kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Dyah
Puspitarini selaku dosen pembimbing blok BMS 1 (Basic Medical Science 1)
Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak disebutkan secara satu-persatu oleh kami.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki
banyak kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf
sebesar- besarnya. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.

Kediri, Januari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

1.1. Latar Belakang ........................................................................................................

1.2. Tujuan ......................................................................................................................

1.3. Manfaat ....................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................

2.1. Perbedaan sel Eukaryotik dan Prokaryotik..............................................................

2.2. Respirasi Sel (Aerob dan Anaerob)........................................................................

2.3. Metabolisme Karbohidrat, Lemak, Protein............................................................

2.4. Genetika (Replikasi DNA dan RNA).......................................................................

2.5. Histologi Jaringan Cavum Oris................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................

3.2. Kritik........................................................................................................................

3.3. Saran.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Biologi sel salah satu dari cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang
sel merupakan kumpulan materi paling sederhana dan sebagai dasar kehidupan
dan bagaimana struktur dan fungsi sel bekerja dalam kehidupan. Hal yang
dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat sel seperti struktur sel dan
organel yang terdapat di dalam sel, fungsi sel, respirasi sel, perkembangan dan
evolusi sel, pembelahan sel, hingga kematian sel. Hal-hal tersebut dipelajari baik
pada skala mikroskopis yang diamati menggunakan mikroskop, dan Biologi Sel
mempelajari baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun organisme
multiseluler seperti manusia (Alberts, 2008).
Salah satu kebutuhan utama makhluk hidup adalah makanan. Makanan
merupakan bahan utama yang kita perlukan untuk menghasilkan energi guna
menjalankan semua aktivitas hidup. Perubahan makanan menjadi energi, tentu
saja terjadi dalam sel sebagai suatusatuan fungsional dan struktural terkecil yang
menyusun tubuh makhluk hidup.Dalam makhluk hidup, sel merupakan unit
penyusun terkecil. Di dalam sel tersebutlahterjadi aktivitas perubahan reaksi-
reaksi untuk menghasilkan energi yang dibutuhkanoleh manusia. Metabolisme
adalah suatu proses perubahan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh.
Metabolisme terdiri dari pembentukan makanan (anabolisme) dan juga penguraian
makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana (katabolisme). Pentingnya proses
metabolisme dalam tubuh berpengaruh penting pada kesehatan.
Karenadidalamnya meliputi organ-organ yang dijadikan tempat mesin untuk
membantumenguraikan senyawa-senyawa kompleks (karbohidrat, lemak, dan
protein) sepertilambung, usus halus, hati, dan pankreas.
1.2. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari
dan mengidentifikasi berkaitan dengan :
1. Perbedaan sel eukariotik dan Prokaryotik.
2. Respirasi Sel (Aerob dan Anaerob)
3. Metabolisme Karbohidrat, Lemak, Protein.
4. Genetika (Replikasi DNA dan RNA)
5. Histologi Jaringan Cavum Oris - Fasialis (epitel, otot, jaringan ikat dan saraf)

1.3. Manfaat
Semoga bermanfaat bagi yang membaca serta khususnya bagi penulis
dapat menambah pengetahuan dan memahami berkaitan dengan :
1. Perbedaan sel eukariotik dan Prokaryotik.
2. Respirasi Sel (Aerob dan Anaerob)
3. Metabolisme Karbohidrat, Lemak, Protein.
4. Genetika (Replikasi DNA dan RNA)
5. Histologi Jaringan Cavum Oris - Fasialis (epitel, otot, jaringan ikat dan saraf)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbedaan Sel Eukaryotik dan Prokaryotik


Hirarki Biologik
1. Molekul : komponen kimia dari sel.
2. Sel : unit struktural terkecil dari kehidupan.
3. Jaringan : sekumpulan sel sejenis yang melakukan fungsi yang sama.
4. Organ : kumpulan 2 atau lebih jaringan yang bekerjasama untuk
mencapai fungsi tertentu.
5. Sistem organ : Gabungan organ yang bekerjasama menjalankan fungsi
Tertentu.
6. Individu : organisme tunggal.
7. Populasi : Kumpulan dari individu sejenis dalam suatu area.
8. Komunitas : seluruh makhluk hidup (tidak sejenis) dalam daerah
tertentu
9. Ekosistem : Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
Lingkungannya.
10. Biosfer : Bagian dari bumi yang mendukung kehidupan.

Arsitektur sel
Pada dasarnya sel terdiri dari nukleus, sitoplasma, dan organel sel di dalamnya
serta membran plasma. Ada juga protoplasma (cairan seperti jelly di dalam sel).
Sel jika dilihat di bawah mikroskop yang dapat dilihat adalah bentuk sel, ukuran
sel, inti sel, membran plasma.
Komponen Penyusun Organ
- Definisi organ : Strukrur yang terdiri dari dua atau lebih jaringan dan
melaksanakan fungsi tertentu.
- Penyusun Organ ialah jaringan
- Jaringan : Kumpulan sel yang memiliki komponen karateristik, komposisi,
struktur, dan fungsi yang sama.
Macam-macam jaringan
- Jaringan Ikat -> Jaringan yang memiliki fungsi dan tujuan untuk
mengikat suatu jaringan lainnya. Macam-macamnya :
- Jaringan ikat longgar
- Jaringan lemak
- Jaringan ikat padat
- Jaringan tulang rawan
- Jaringan tulang
- Jaringan darah
- Jaringan epitel -> Jaringan yang melapisi sesuatu struktur dan saluran
yang berfungsi sebagai pelindung, sebagai kelenjar yang menghasilkan
cairan getah, penerima rangsangan. Macam-macamnya :
- J. Epitel selapis pipih
- J. Epitel selapis kubus
- J. Epitel selapis silindris
- J. Epitel berlapis pipih
- J. Epitel berlapis kubus
- J. Epitel berlapis silindris
- J. Epitel transisional
- Jaringan Otot -> Jaringan yang memiliki daya elastis yang terdiri
dari sekumpulan sel otot . Macam-macamnya :
- Otot polos
- Otot lurik
- Otot jantung
- Jaringan Saraf -> Jaringan yang menerima rasangan-rangsangan
dari luar dan dalam serta meneruskannya ke dalam tubuh sampai
ke susunan saraf pusat. Diklasifikasikan ada 3 :
- Sel saraf motorik :
Merupakan sel saraf yang bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal
atau impuls dari sumsum tulang belakang dan otak hingga ke seluruh
tubuh. Dengan kata lain, sel saraf motorik adalah sel saraf yang berfungsi
untuk mengirimkan impuls atau sinyal berupa perintah dari sistem saraf
pusat menuju ke jaringan otot untuk melakukan respon.
- Sel saraf sensorik :
Sel saraf yang bertanggung jawab untuk menyampaikan impuls atau
rangsangan dari reseptor ke sel saraf penghubung atau sel saraf pusat, yaitu
otak dan sumsum tulang belakang. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sel
saraf sensorik bekerja berlawanan arah dari sel saraf motorik.
- Sel saraf otonom :
Sel saraf yang berfungsi untuk mengontrol otot jantung, seperti otot polos
yang terletak di perut dan kelenjar, serta organ lainnya. Sel saraf otonom
mampu untuk bekerja dengan sendirinya tanpa rangsangan dari manusia.
Sel saraf otonom berperan dalam mengatur proses organ-organ tubuh
penting, seperti tekanan darah, laju pernapasan, dan detak jantung.
Pembagian Sel
A. Sel Prokariotik
- Sel Uniseluler.
- Sel tunggal yang dikelilingi membran plasma dan memiliki DNA
yang tidak dipisahkan dari bagian sel lainnya oleh selubung yang
berada didalam nukleus yang dibatasi membran Nukleoid.
Contoh : Bakteria, archae
B. Sel Eukariotik
- Sel multiseluler
- Terdiri dari membran tertentu, nukleus dan ekstensif membran
internal yang menyertai ruang terpisah lainnya.
- Memiliki nukleus yang mengandung DNA sel
Contoh : Tumbuhan, hewan, jamur, ragi
Pembeda Prokariotik Eukariotik
Ukuran Kecil Besar
Membran Inti - +
Organel - +
Mikrofilamen - +
Intermediet Filamen - +
Eksositosis & Endositosis - +
Model Pembelahan Sel Cell-fussion Mitosis & Meiosis
Nukleus Tidak Jelas Jelas
RNA Procces Sedikit Banyak
Terdiri dari Bacteria, Archae Planate, animalia, fungi
DNA information with
DNA complex with protein
Informasi Genetik relatively fewprotein/single
(histon) double helix)
arcular

Protoplasma : merupakan cairan seperti jelly yang terbagi atas dua bagian
yaitu:
1. Nukleoplasma :
Cairan di dalam nukleus yang mempunyai komposisi yang berbeda dengan
sitosol. Fungsinya adalah semua fungsi organel terjadi di dalam nukleus
2. Sitoplasma : Cairan di luar nukleus terdiri dari matriks, organel, dan inklusi
Matriks :
Larutan koloid yang hidrofilik, dimana terjadi metabolisme sel dan merupakan
komponen utama dari sitoplasma dimana protein melakukan perannya sebagai
peran dari keadaan sol dan gel.
Organel : Organel bisa dilihat menggunakan mikroskop elektron
Organel adalah organ kecil pada sel yang memiliki fungsi tertentu dengan
melaksanakan proses kimiawi spesifik untuk menjalankan kehidupan sel. Terdiri
atas:
1. Membran plasma
2. Nukleus
3. Nukleolus
4. Kromatin/kromosom
5. Ribosom
6. RE halus dan RE kasar
7. Aparatus Golgi
8. Lisosom
9. Peroksisom
10. Mitokondria
11. Vesikel
12. Sitoskeleton
Inklusi
Kumpulan bahan-bahan yang tidak larut dan yang tidak memiliki membran.
Sitosol
Struktur: cairan sel yang ada di luar organel
Fungsi: tempat metabolisme seluler

2.2 Respirasi Sel (Aerob dan Anaerob)


Respirasi sel adalah reaksi oksidasi-reduksi bahan makanan menjadi
energi dalam bentuk ATP yang terjadi di dalam organel mitokondria, respirasi
terbagi 2 yaitu :
1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah reaksi katabolisme yang membutuhkan suasana
aerobik sehingga dibutuhkan oksigen, dan reaksi ini menghasilkan energi dalam
jumlah besar. Energi ini dihasilkan dan disimpan dalam bentuk energi kimia
yang siap digunakan, yaitu ATP. Pelepasan gugus posfat menghasilkan energi
yang digunakan langsung oleh sel untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia,
pertumbuhan, transportasi, gerak, reproduksi, dll. Reaksi respirasi aerob secara
sederhana adalah :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
Proses respirasi aerob berlangsung dalam 3 tahap yang berurutan, yaitu :
 Glikolisis
✓ Terjadi di sitoplasma sel.
✓ Proses penguraian I molekul glukosa menjadi 2 molekul Asam
piruvat, 2 ATP dan 2 NADH2

 Siklus Krebs
✓ Terjadi di lumen mitokondria.
✓ Proses pembentukan senyawa antara, 2 ATP, 2 FADH2, 10 NADH
2
✓ Senyawa antara digunakan untuk sintesis senyawa lain.
✓ 2 FADH2, 10 NADH 2 di oksidasi di rantai respiratoris untuk
dikonversi menjadi energi dalam bentuk ATP
 Dekarboksilasi Oksidatif
✓ Terjadi di membran luar mitokondria.
✓ Proses penguraian 2 molekul Asam piruvat menjadi 2 molekul
asetil KoA, 2 CO2 dan 2 NADH2.
 Rantai Respiratoris
✓ Terjadi pada membran dalam mitokondria
✓ Reaksi oksidasi NADH2 dan FADH2 yang dihasilkan dari tiga
reaksi sebelumnya untuk menghasilkan ATP
✓ Melalui rangkaian enzim/komplek dalam membrane
✓ 1 molekul NADH2 menghasilkan 3 ATP
✓ 1 molekul FADH2 menghasilkan 2 ATP
✓ Hasil oksidasi gula menghasilkan :
- - ATP
- - NADH2 dan FADH2 (pembawa elektron berenergi tinggi)
✓ Elektron berenergi tinggi dalam NADH2 dan FADH2
✓ dilewatkan setahap demi setahap ke tingkat energi yang rendah
dan akhirnya diterima oksigen (O2)
2. Respirasi Anaerob
Respirasi sel yang tidak membutuhkan oksigen. Oksigen diperlukan
dalam respirasi aerob sebagai penerima H yang terakhir dan membentuk H2O.
Bila berlangsung aktivitas respirasi yang sangat intensif seperti pada kontraksi
otot yang berat akan terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan
berlangsungnya respirasi anaerob. Contoh respirasi anaerob adalah fermentasi
asam laktat pada otot, dan fermentasi alkohol yang dilakukan oleh jamur
Sacharromyces (ragi).

 Fermentasi asam laktat

Asam piruvat yang terbentuk pada glikolisis tidak memasuki daur Krebs
dan rantai transpor elektron karena tak ada oksigen sebagai penerima H yang
terakhir. Akibatnya asam piruvat direduksi karena menerima H dari NADH yang
terbentuk saat glikolisis, dan terbentuklah asam laktat yang menyebabkan rasa
lelah pada otot. Peristiwa ini hanya menghasilkan 2 ATP untuk setiap mol
glukosa yang direspirasi.
CH3.CO.COOH + NADH —–> CH3.CHOH.COOH + NAD + E
(asam piruvat) (asam laktat)
Fermentasi pada otot hewan dan manusia saat kontraksi berlebihan :

Konsekuensi fermentasi asam laktat :


✓ Timbunan asam laktat menurunkan pH otot sehingga
kapasitas serat otot menurun, menimbulkan rasa lelah.
✓ Asam laktat dibawa ke liver, dan diubah kembali menjadi asam piruvat
jika oksigen telah
cukup kembali.
✓ Pada respirasi anaerob hanya dihasilkan 2 ATP (per 1 molekul glukosa)

 Fermentasi alkohol

Pada fermentasi alkohol asam piruvat diubah menjadi asetaldehid yang


kemudian menerima H dari NADH sehingga terbentuk etanol. Reaksi ini juga
menghasilkan 2 ATP.
CH3.CO.COOH —–> CH3.CHO + NADH —–> C2H50H + NAD + E
(asam piruvat) (asetaldehid) (etanol)

2.3 Metabolisme Karbohidrat, Lemak, Protein


Metabolisme
- serangkaian reaksi kimia di dalam tubuh yang dimanfaatkan untuk
mengekstraksi energy dari lingkungan dan digunakan untuk mensintesis bahan
untuk pembentukan karbohidrat, protein, dan lemak dari building block.
- Istilah yang digunakan untuk menjelaskan interkonversi senyawa kimia di
dalam tubuh, jalur yang diambil oleh setiap molekul, hubungan antar molekul,
dan mekanisme yang mengatur aliran metabolit melalui jalur-jalur
metabolisme.
Macam-macam metabolisme:
- Katabolisme  reaksi memecah molekul-molekul kompleks menjadi unit yang
lebih sederhana dengan melepaskan energy (exergonic)
Contoh : - ProteolisisPemecahan Protein menjadi Asam Amino
- Lipolisis  Pemecahan Lemak menjadi Asam Lemak dan Gliserol
- Anabolisme  reaksi yang membentuk molekul-molekul sederhana menjadi
molekul kompleks dengan membutuhkan energy (endergonic)
Contoh : - Glikogenesis  Sintesis glikogen dari glukosa
- Lipogenesis  Sintesis lemak dari asam lemak dan gliserol
- Amfibolik  reaksi yang menghubungkan antara reaksi katabolisme dan
anabolisme
Contoh : - Siklus asam sitrat.

1. Glukosa sebagai bahan bakar utama metabolisme akan mengalami glikolisis


(dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan
energi berupa ATP.
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam
tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa
tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut
glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka
pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat
harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen
dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan
oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka
sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini
dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid
dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami
katabolisme untuk memperoleh energi.

2.4 Genetika (Replikasi DNA dan RNA)

Gen
Gen adalah unit hereditas yang merupakan suatu transmisi pewarisan sifat yang
terdiri atas sekuens nukleotida spesifik dalam DNA.
Fungsi :
1. Memberi informasi genetic
2. Mengarahkan sintesis protein melalui proses replikasi dan translasi
3. Mengatur sifat dan karakteristik sel dari jaringan secara khusus
Letak gen pada kromosom disebut lokus
Penyusun gen adalah molekul DNA yang panjang
DNA
DNA adalah polimer besar yang tersusun atas unit-unit nukleotida dengan gula
deoxiribosa yang berbentuk rantai ganda (double helix)
Struktur :
1. Gugus fosfat : menghubungkan 1 molekul gula dengan molekul gula lainnya.
2. Gula pentose : gula deoxiribosa yang salah 1 atom C-nya kehilangan OH.
3. Basa nitrogen : purin (Adenin dan Guanin), pirimidin (Timin dan Sitosin)
Fungsi :
1. Pembawa informasi genetic untuk pembentukan cirri dan sifat Makhluk hidup.
2. Duplikasi diri dan pewarisan sifat.
Sintesis protein melalui transkripsi DNA-> RNA Blue print untuk sintesis protein.
RNA
RNA adalah molekul asam nukleat hasil transkripsi DNA yang menghubungkan
DNA dengan sintesis protein.
Struktur :
1. Rantai tunggal
2. Pendek
3. Tidak terpilin
Penyusun :
1. Fosfat
2. Gula ribose
Basa nitrogen : Purin (Adenin dan Guanin), Pirimidin (Sitosin dan Urasil)
Fungsi: Pembawa instruksi pengkode protein dari DNA ke ribosom sintesis
protein.
Macam Tipe RNA
a. mRNA (messenger RNA) atau RNA duta
merupakan urutan awal dari suatu tipe RNA yang paling dekat dengan DNA
dimana urutan basa dari RNA ini berpasangan dengan salah satu urutan basa
dari DNA.
Fungsinya untuk membawa pesan kode genetic dari DNA (kromosom) ke
mekanisme penyintesis protein, kemudian menjadi cetakan untuk menentukan
urutan asam amino.
Terdapat pada proses transkripsi.
b. tRNA (transfer RNA/RNA transfer)
merupakan RNA yang mentransfer/membawa asam amino dari kumpulan
asam amino di sitoplasma satu persatu ke ribosom.
Fungsinya untuk pengurutan asam amino sesuai kodon pada mRNA untuk
sintesis protein. Terdapat pada sintesis protein.
c. rRNA (ribosomal RNA)/RNA ribosom
Merupakan komponen structural utama penyusun ribosom, sekitar dua pertiga
massa ribosom terdiri dari rRNA.
Perbedaan DNA dan RNA
Pembeda DNA RNA
Letak Inti sel Inti sel, sitoplasma, ribosom
Bentuk Pita spiral ganda Pita tunggal
Komponen gula Deoxiribosa Ribose
Ukuran Panjang Pendek
Basa nitrogen Purin (Adenin dan Guanin) Purin (Adenin dan Guanin)
Pirimidin (Sitosin dan Timin) Pirimidin (Sitosin dan Urasil)
Fungsi Mengendalikan faktor Sintesis protein
keturunan dan sintesis
protein serta pembawa
informasi genetik

Central Dogma
Prinsip utama dari sintesis protein
Alur transmisi : DNA -> RNA -> Protein

DNA disintesis dan mengurutkan RNA. Lalu RNA mensintesis dan mengurutkan
polipeptida dan polipeptida spesifik terlibat dalam sintesis dan metabolisme DNA
dan RNA.
Konsep ini tidak 100% benar-> enzim reverse transcriptase. mengubah RNA-
>DNA
Definisi dari central dogma adalah sebuah konsep yang DNA genomic
mengarahkan DNA sintesis dan urutan DNA. Kemudian RNA mengarahkan
sintesis dan urutan polipeptida dan protein tertentu yang terlibat dalam sintesis
dan metabolism DNA dan RNA.

Sintesis protein
A. Replikasi
 Suatu proses penggandaan DNA untuk memulai suatu pembelahan sel dan
untuk menghasilkan salinan DNA.
 Enzim yang berperan adalah helikase, topoisomerase, primase, DNA
polimerase I, DNA polimerase III, dan DNA ligase
B. Transkripsi
 Proses mengubah/mengkonversi sebagian DNA yang beruntai ganda untuk
membentuk mRNA berantai tunggal di nuklus.
C. Translasi
 Proses perubahan dari mRNA menjadi protein yang terjadi di sitoplasma
 Prosesnya memiliki 3 tahap, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi.
Definisi replikasi DNA :
Replikasi DNA adalah proses perbanyakan atau penggandaan DNA untai
ganda. Pada sel eukariotik, proses replikasi terjadi selama fase S (sintesis)
selama siklus sel. DNA merupakan molekul hidup karena mampu melakukan
penggandaan diri (replikasi). Fungsi ini disebut fungsi autokatalisis karena DNA
mampu mensistesis dirinya sendiri. Replikasi merupakan peristiwa sintesis
DNA. Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida baru
dari rantai nukleotida lama. Prosesnya dengan menggunakan komplementasi
pasangan basa untuk menghasilkan suatu molekul DNA baru yang sama dengan
molekul DNA lama. Proses yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh enzim
helikase, enzim polimerase, dan ligase serta komponen lainnya.
Replikasi DNA merupakan awal mula dari ekspresi suatu gen hingga
membentuk protein. Gen spesifik yang akan diekspresikan, biasanya akan
direplikasi terlebih dahulu (dikopi) hingga membentuk salinan gen yang identik
dengan induk. Akibatnya, salinan gen tersebut nantinya dapat diekspresikan
dalam tahapan transkripsi dan translasi. Dengan demikian urutan nukleotida
yang spesifik terhadap gen tersebut, pada sel induk tetap ada/ dipertahankan. Alur
dari ekspresi gen yang diawali oleh adanya replikasi DNA secara umum dapat
dilihat pada Bagan 1 berikut:

Bagan 1. Replikasi DNA – Ekspresi Gen (Transkripsi dan Translasi)


Seperti yang dikemukakan oleh Watson dan Crick, duplikasi DNA dimulai
dengan “terbukanya molekul induk”, yaitu ikatan hidrogen antara pasangan
basa lepas dan kedua belahan molekul itu melurus. Sekali terbuka urutan basa
pada masing-masing pita yang terpisah berperan sebagai cetakan untuk mengatur
pengikatan suatu rangkaian basa komplementer pada pita yang sedang dibentuk.
Pita baru ini disusun dari trifosfat deoksiribonukleotida. Pada waktu tiap-tiap
nukleotida terikat pada pita yang sedang tumbuh ini, maka fosfat kedua dan ketiga
dilepaskan (Gambar 1).

Gambar 1. Mekanisme replikasi DNA. Setelah kedua pita molekul DNA


terpisah, masing-masing berperan sebagai cetakan untuk perakitan pita
komplementer.
Enzim yang bertanggung jawab atas pengikatan nukleotida pada pita ini
disebut DNA polimerase. Nukleotida tersebut disusun dalam urutan yang
komplementer dengan muatan basa pada pita induk yang berperan sebagai
cetakan. Jadi tiap C pada cetakan mengarahkan pengikatan G pada pita
yang baru terbentuk, begitupun sebaliknya. Pada akhir proses terbentuklah
dua molekul DNA yang identik satu sama lain dan identik dengan molekul induk
(Gambar 2).
Replikasi sel berlangsung melalui proses transfer informasi genetik pada sel
induk ke sel anak, setelah proses replikasi DNA kromosomal. Untai DNA terdiri
dari 4 komponen penyusun yaitu: deoksiribonukleotida, masing-masing dATP,
dCTP,dGTP, dan dTTP, yang sering ditulis dengan A = Adenin, C = Sitosin, G =
Guanin, T = Timin, yang terikat satu dengan yang lain melalui ikatan fosfodiester.
Dua untai DNA pada struktur heliks ganda diikat dengan ikatan hidrogen di antara
masing-masing nukleotida yang berpasangan. Struktur heliks ganda DNA terdiri
dari basa-basa DNA yang komplementer, dimana A selalu berpasangan dengan T,
sedangkan C selalu berpasangan dengan G. Selain itu, DNA untai ganda selalu
berjalan anti paralel seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur DNA heliks ganda.


Replikasi DNA melibatkan beberapa jenis enzim yang dibutuhkan
selama proses replikasi yaitu: (i) Enzim topoisomerase yang melonggarkan
pilinan dan memperbaiki rotasi DNA heliks ganda. (ii) Enzim helikase, yang
mengkatalisis untuk membuka DNA heliks ganda. (iii) DNA polimerase yang
menjalin penambahan basa-basa nukleotida dan pemanjangan untai DNA yang
komplementer terhadap cetakan DNA serta enzim dan komponen lainnya.
Selama proses replikasi masing-masing untai DNA bertindak sebagai cetakan dan
di replikasi menjadi untai DNA yang komplementer, yang berjalan dari arah
ujung 5` ke ujung 3`.
Teori Replikasi DNA
Terdapat tiga kemungkinan terjadinya replikasi DNA, yaitu konservatif,
semi konservatif, dan dispersif. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Terori replikasi DNA


Keterangan:
Konservatif
Heliks ganda induk tetap utuh dan sebuah salinan kedua yang sama sekali baru
telah dibuat.
Semikonservatif
Kedua untai molekul induk berpisah, dan setiap untai berfungsi sebagai cetakan
untuk mensintesis untai komplementer yang baru.
Dispersif
Setiap untai dari kedua molekul anak terdiri dari campuran antara bagian untai
lama dan bagian untaian yang baru disintesis.

REPLIKASI DNA
Definisi Sintesis DNA selama fase S tidak sinkron di semua kromosom.
Sebaliknya, di sepanjang setiap kromosom, ia dimulai di ratusan hingga ribuan
situs, yang disebut replikasi DNA. Suatu proses pengkopian dari DNA pada
pembelahan sel yang menghasilkan dua salinan DNA yang identik. Proses
tersebut disebut semi konservatif.
Proses
1. GETTING STARTED
a. Replikasi molekul DNA dimulai di situs tertentu yang disebut origins of
replication. Protein yang memulai replikasi DNA mengenali urutan ini dan
menempel pada DNA, memisahkan dua untai dan membuka “Bubble”
replikasi. Replikasi DNA kemudian berlangsung di kedua arah sampai
seluruh molekul disalin. Di setiap ujung gelembung replikasi adalah
replication fork, wilayah berbentuk Y di mana untaian DNA induk
dilepaskan.
b. Pada tahap pertama proses replikasi melibatkan enzim helikasi. Fungsi dari
enzim helikasi ini adalah untuk membuka untai DNA, yang awalnya
double helix menjadi single helix. Arah dari enzim helix ini berjalan dari
3’- 5’.

Pada tahap berikutnya terdapat protein binding site. Fungsi dari protein binding
site ini adalah untuk menstabilkan untai DNA yang terbuka.
2. LEADING STRAND
Proses yang terjadi setelah proses getting started. Pada proses Leading
Strand ini melibatkan enzim DNA polimerase III. Fungsi dari DNA
polimerasi III adalah untuk pembentukan untai DNA baru dari arah 5’-3’
yang baru. Berbeda dengan bagian atas, pada bagian bawah proses
pembentukan menuju sebaliknya yang disebut dengan proses Lagging
Strand.

3. Lagging strand
Tahap pertama pada proses lagging strand ini melibatkan enzim primase.
Fungsi dari enzim primase adalah untuk membentuk RNA primer dari arah
5’-3’.
Pada tahap berikutnya melibatkan enzim polymerase III pada tahap ini bagian
yang kosong tadi diisi dengan pembentukan DNA baru. Karena terdapat beberapa
RNA primer maka DNA baru yang disintesis berbentuk fragmen sehingga terjadi
pembentukan fragmen okazaki.
Setelah DNA baru terbentuk tahap berikutnya melibatkan enzim DNA polymerase
I. Pada tahap ini akan terjadi pembuangan RNA primer dan diganti dengan
DNA.Tahap terakhir melibatkan Enzim ligase. Fungsi dari enzim ligase
menyambung untai DNA yang terputus.
4. Fragmen okazaki
Fragmen okazaki adalah kebalikan dengan untai maju, yang diperpanjang
terus-menerus, untai lamban disintesis secara terputus-putus sebagai
rangkaian segmen-segmen.
5. Proof reading
Nukleotida yang tidak cocok terkadang menghindari proofreading oleh DNA
polimerase. Dalam perbaikan ketidakcocokan, enzim lain menghilangkan dan
mengganti nukleotida yang dipasangkan secara tidak benar yang dihasilkan
dari kesalahan replikasi. Para peneliti menyoroti pentingnya enzim perbaikan
tersebut ketika mereka menemukan bahwa cacat bawaan pada salah satunya
dikaitkan dengan bentuk kanker usus besar. Rupanya, cacat ini
memungkinkan kesalahan penyebab kanker terakumulasi dalam DNA lebih
cepat dari biasanya.
Nukleotida yang dipasangkan dengan salah atau diubah juga dapat muncul setelah
replikasi. Faktanya, pemeliharaan informasi genetik yang dikodekan dalam DNA
membutuhkan perbaikan berulang-ulang terhadap berbagai jenis kerusakan DNA
yang ada. Molekul DNA terus-menerus terkena bahan kimia dan fisik yang
berpotensi berbahaya, seperti asap rokok dan sinar-X. Selain itu, basa DNA sering
mengalami perubahan kimiawi spontan dalam kondisi sel normal. Namun,
perubahan pada DNA ini biasanya dikoreksi sebelum menjadi perubahan
permanen, mutasi diabadikan melalui replikasi yang berurutan. Setiap sel terus
menerus memantau dan memperbaiki materi genetiknya. Karena perbaikan DNA
yang rusak sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu organisme, tidak
mengherankan jika banyak enzim perbaikan DNA yang berbeda telah berevolusi.
Hampir 100 dikenal di E. coli, dan sekitar 130 telah diidentifikasi sejauh ini pada
manusia.

RESUME REPLIKASI DNA


LANGKAH – LANGKAH
TABEL ENZIM PADA REPLIKASI DNA
TRANSKRIPSI DNA
- EKSPRESI GEN
Proses dimana kode – kode informasi yang ada pada gen di ubah menjadi
protein di dalam sel. Semua informasi yang terdapat pada dna, dan akan
digunakan pada rna melalui transkripsi, dan sebagian rna tersebut akan diubah
menjadi protein dalam proses translasi.
- DNA -> TRANSKRIPSI -> PRE mRNA -> RNA PROCESSING -> mRNA
-> TRANSLATION -> PROTEIN
- RNA PROCESSING
ALTERATION of mRNA ENDS
MODIFIKASI ujung 5’ dan ujung 3’ mRNA
- 5’ menerima cap dan ditambahi guanine yang telah dimodifikasi sekitar 20-
40 nukleotida pertama.
- 3’ sebelum mRNA keluar dari nucleus ditambahkan 50 – 250 adenin oleh
enzim yang membentuk poly A- tail.
Fungsi
1. Memfasilitasi transport
2. Membantu melindungi mRNA dari degradasi oleh enzim hidrolitik
3. Membantu ribosom menempel ke ujung 5’ pada mRNA pada saat mRNA
mencapai sitoplasma.

a. SPLIT GEN AND RNA SPLICING


- Pekerjaan memotong dan menempel disebut RNA Splicing
- Sebagian besar dari RNA mempunyai noncoding area yang terletak antara
coding area
- Intron -> bagian noncoding area yang terletak antara coding area
- Exon -> bagian coding area yang biasanya ditranslate menjadi asam
amino. ( RNA yang keluar dari nucleus)
- Dalam proses transkripsi rna polymerase II menyalin intron dan exon dari
dna tetapi mRNA molekul yang memasuki sitoplasma meringkas. Yang
mengakibatkan intron terpotong dan exon menyambung satu sama lain,
membentuk mRNA molekul yang mempunyai urutan pengkodean
berlanjut. Ini dinamakan RNA Splicing.

PROSES TRANSKRIPSI
Transkripsi terdiri atas tiga tahap:
1. Inisiasi
2. Elongasi
3. Terminasi

1. INISIASI
- Promoter, sekuens DNA tempat RNA polimerase melekat (TATA BOX)
dikat oleh RNA polimerase II.
- Untai-untai DNA terbuka.
- Sintesis RNA dimulai di titik mulai, sintesi RNA terjadi dari arah 5’ ke 3’

2. ELONGASI
- RNA polimerase membuka puntiran double helix DNA
- RNA polimerase menambahkan nukleotida ke ujung 3’
- RNA baru terbentuk, lalu melepaskan diri dari DNA
3. TERMINASI
- RNA polimerase mentranskripsikan sekuens sinyal poliadenilasi
- Nukleotida mengarah ke hilir dari sinyal AAUAAA
- Protein-protein yang berasosiasi dengan transkrip RNA yang sedang
tumbuh memotong bagian itu hingga terlepas dari polimerase, dan pre-mRNA pun
terlepas

4. POST TRANSKRIPSI
- Pada eukariotik, m-RNA perlu terlebih dahulu dimodifikasi untuk
digunakan. Modifikasi ini dilakukan oleh enzim dalam nukleus. Selama proses
modifikasi ini (RNA processing), kedua ujung transkrip primer diubah agar m-
RNA siap digunakan untuk translasi
- Pengubahan ujung mRNA
Ujung 5’ disintesis terlebih dahulu, dan menerima tudung 5’ (5’ cap), bentuk
termodifikasi dari nukleotida guanin. Tudung ini ditambahkan setelah transkripsi
20-40 nukleotida pertama
Pada ujung 3’, ditambahkan 50-250 nukleotida adenin. Tudung 3’ disebut dengan
poly-A tail.
Fungsi tudung
- Memfasilitasi ekspor mRNA matang dari nukleus
- Membantu melindungi mRNA dari degradasi enzim hidrolitik
- Membantu pelekatan mRNA ke ribosom

Gambar kode genetik mRNA

TRANSLASI DNA
DEFINISI
Translasi adalah RNA yang terbentuk dari hasil transkripsi akan melakukan
penerjemahan (translasi) informasi dari mRNA ditranslasikan dalam bentuk asam
amino
PROSES
Informasi yang dibawa oleh m-RNA kemudian ditranslasikan membentuk struktur
primer protein melalui 4 tahapan:
1. Activation
2. Initiation
3. Elongasi
4. Terminasi

ACTIVATION
Terjadi di sitoplasma
Asam amino initiator (metionin) berikatan dengan tRNA membentuk gugus
aminoasil-tRNA
Membutuhkan:
• ATP, GTP dan ion Mg2+
• tRNA sintetase

1. INITIATION
- Tahap ini terjadi ujung 5’ mRNA yang membawa sandi terikat pada
subunit kecil ribosom di dekat kodon inisiasi AUG diikuti dengan
pengikatan inisiasi amino asil tRNA (Met-tRNA) yang berisi antikodon
UAC pada kodon inisiasi AUG (ikatan hidrogen) pada sisi P subunit besar
ribosom untuk membentuk kompleks inisiasi yang berfungsi memberi
sinyal untuk memulai translasi.
- Setelah subunit S bergabung dengan subunit L maka terbentuklah ribosom
utuh. S tempat melekat mRNA dan L tempat perutaian asam amino yang
ditranslasi. Ribosom kini punya P (peptidil) dan A (aminoasil) site.
- Ada 20 macam asam amino untuk tiap macam tRNA khusus.

Kemudian dilanjutkan dengan elongasi.


2. ELONGATION (ELONGASI)
Proses ini memperpanjang polipeptida satu persatu asam amino pada asam amino
pertama sebelumnya. Subunit besar ribosom berfungsi sebagai enzim yang
mengkatalisis ikatan peptida yang menggabungkan polipeptida yang memanjang
ke asam amino yang baru tiba.Poin penting adalah ribosom dan mRNA bergerak
relatif satu sama lain, secara arah, kodon demi kodon (5’ – 3’) pada mRNA.
Siklus perpanjangan membutuhkan waktu kurang dari sepersepuluh detik pada
bakteri dan diulangi untuk setiap asam amino ditambahkan ke rantai sampai
polipeptida selesai.
2.5 Histologi jaringan cavum oris-facialis

Anatomi Rongga Mulut (Tortorra et al., 2009)

Cavum oris dikelilingi oleh labium oris dan pipi pada bagian samping dan
anterior, palatum molle dan palatum durum di bagian atas dan dasar mulut bagian
bawah. Di dasar cavum oris terdapat lingua dan gigi geligi. Bagian belakang
cavum oris membuka ke oropharynx melalui fauces atau isthmus oropharyngeus
yang dikelilingi di kedua bagian lateralnya oleh plica palatoglossus yang terletak
tepat di depan tonsila palatina. Arcus palatopharyngeus atau pilar posterior dan
fauces, terletak tepat di belakang tonsila palatina. Di dalam cavum oris terdapat
ductus-ductus glandulae salivaniae submandibulanis, parotidea, sublingualis dan
beberapa glandula mucous. Gigi geligi dan processus alveolaris penopangnya
membagi cavum oris menjadi regio vestibularis yang dikelilingi oleh labium oris
dan pipi di bagian luar gigi geligi gusi, dan cavum otis proprlum di dalam arcus
dentalis. Bila gigi geligi saling beroklusi, regio vestibularis akan berhubungan
dengan cavum oris bagian dalam terletak di belakang arcus dentalis (dibelakang
gigi molar tiga pada individu dewasa), melalui spatium yang terbentuk dari gigi-
gigi yang sudah tanggal.
Membrana mucosa pada cavum oris melekat erat terhadap tulang di
bawahnya, yang terletak di atas processus alveolaris dan platum durum, sehingga
membentuk muscoperiosteum. Muscoperiosteum mempunyai ikatan yang erat
dengan otot-otot lingua melalui lamina propria, namun tidak berkaitan terlalu erat
terhadap muskulo. buccinator, otot labium oris dan otot-otot palatum molle.
Perlekatan muscoperiosteum ke dasar mulut dan region vestibularis umumnya
lebih longgar, sehingga lingua, pipi dan labium oris dapat bergerak lebih bebas.
Di seluruh cavum oris, epitel membrana mucosa adalah tipe epithelium
stratificatum squamosum. Epitel terbentuk dari beberapa lapisan berikut ini:
1. Stratum gemlinativum atau lapisan sel basal terletak pada lamina basalis
dan secara berkesinambungan membentuk daerah origo untuk lapisan epitel
yang lebih superficial melalui mitosis dan sel-selnya.
2. Stratum spimosum dimana sel-selnya berhubungan longgar satu terhadap
yang lain, disertai adanya penonjolan atau jembatan ‘intercellular’ yang
tampak melintasi spatium interce Ilularis. Mikrograf electron menunjukkan
bahwa antar sel-sel berdekatan tidak ada kesinambungan protoplasma,
tetapi terdapat kontak pada regio- regio membrane sel tertentu yang
membentuk perlekatan plak atau desmosoma.
3. Stratum granulosum dimana sel-selnya lebih datar dan
mengandung granula keratohyalina, suatu precursor dan keratin.
4. Stratum corneum terdiri dan sel-sel tanpa struktur yang sudah mati, datar,
dan kornifikasi, dengan jumlah cukup banyak di atas gingiva, palatum molle
dan dorsum lingua. Stratum corneum terbentuk dengan baik pada daerah-
daerah ini karena stratum corneum lebih sering berkontak dengan tekanan
friksional dan abrasi yang lebih besar bila dibanding dengan bagian
membrana mukosa cavum oris yang lain. Selsel permukaan mati secara
berkesinambungan dan digantikan oleh lapisan epitel yang Iebih dalam
Warna mukosa cavum oris berwarna pink terbentuk dan vaskulanisasi
lamina propria yang terletak di bawahnya dan epitel yang relatif tipis. Pada
region-region di mana stratum corneum berkembang dengan baik, warna
mukosa umumnya kelihatan lebih pucat. Ketiga tipe membrana mukosa
adalah:
1. Mukosa pembatas dasar mulut, di bawah permukaan lingua, permukaan
dalam labium oris dan pipi, pars oralis palatum molle dan processus
alveolaris, kecuali gingiva. Epitel pada daerah ini tidak mempunyai keratin
dan lamina propnianya jarang.
2. Mukosa pengunyahan dan palatum durum dan gingiva. Epitelnya
parakeratinisasi dan lamina propnia melekat erat pada periosteum.
3. Mukosa khusus dan dorsum lingua adalah tipe ortokeratiriisasi, dengan
lamina propria yang melekat erat pada bundel otot intrinsik.

Bagian dalam membrana mukosa disebut dermis atau lamina propria,


lapisan epitel kadang-kadang disebut juga sebagai epidermis. Lamina basalis
berfungsi memisahkan lapisan epitel paling dalam dari dermis di atasnya. Pada
mikrograf elektron, garis elektron padat disebut lamina densa adalah struktur
lamina basalis yang paling menonjol. Lamina propria mengandung serabut
kolagen, beberapa jaringan elastik, terutama pada regio-regio seperti dasar mulut,
ujung saraf sensorik, vasa lymphatica, dan glandula mukosa. Sel-sel yang
terdapat pada lamina propria terdiri dari fibroblast, makrofag, sel mast, dan sel-
sel yang berasal dari aliran darah, seperti polimorfonukleat leukosit. Di atas
gingiva dan palatum durum, lapisan dalam lamina propnia biasanya berhubungan
dengan peniosteum tulang, sedemikian rupa membentuk muko periosteum. Pada
regio ini, jaringan umumnya kurang vaskular dan kurang sensitif, kecuali pada
regio palatum durum tepat di belakang incisivus atas banyak mendapat suplai
ujung-ujung saraf.
Mukoperiosteum yang menutupi palatum durum mempunyai beberapa
crista transversal yang jumlah dan bentuknya bervariasi, crista ini sering disebut
sebagai crista atau rugae palatina. Perkembangan rugae lebih menonjol pada
hewan, seperti binatang pengerat, karnivora, dan ungulata. Di belakang incisivus
pertama dan di atas onifisium canalis incisivus di palatum membrana mukosa
biasanya membentuk tonjolan garis median, yang rendah, sering disebut sebagai
papilla incisiva. Di antara canalis incisivus terdapat sisa epitel dan ductus
nasopalatinus embnio dan timbunan sel-sel jamur yang disebut epithelial pearls.
Sisa epitel ini juga terdapat di sepanjang garis median palatum dan berasal dari
epitel plica palatina yang saling bergabung. Epithelial pearls menjadi lebih
sedikit setelah bayi dilahirkan namun dapat membentuk kista pada palatum dan
canalis incisivus. Sampai gigi incisivus susu bererupsi, frenulum labii superioris
biasanya tetap melekat di depan papilla dan pada anak di mana frenulum sangat
besar (abnormal), frenulum sering melintas di antara gigi incisivus susu ke arah
papilla. Keadaan ini akan menimbulkan celab antara kedua gigi yang
sesungguhnya harus saling berkontak.
Persarafan sensorik bagi membrana mukosa cavum oris berasal dari cabang-
cabang saraf mandibularis dan maxillaris yang merupakan cabang saraf
trigeminus (saraf. cranialis V): perdarahannya berasal dari cabang-cabang arteri
facialis. Lingualis dan Maxillanis. Vasa lymphatica dan membrana mukosa
cavum oris berdrainase ke lymphonodus submentales, submandibulares, dan
cervicales superiores profundi.
Regio cavum oris yang paling sensitif adalah labium oris, ujung lingua dan regio
papilla incisiva. Kedua regio terakhir ini terletak pada posisi fungsional sehingga
memungkinkan dilakukannya identifikasi yang tepat dan sifat partikel makanan
yang terdapat dalam cavum oris.
Gerak mandibula yang menimbulkan aksi pengunyahan gigi geligi berasal
dari otot pengunyahan. Ukuran cavum oris diatur oleh aksi otot buccinator dan
mylohyoideus; bentuk dan gerak lingua diatur oleh otot intrinsik dan ekstrinsik,
sedang posisi palatum molle diatur oleh otot palatum. Tulang-tulang yang
membentuk rangka cavum oris adalah maxilla, os palatinum, mandibula, dan os
hyoldeum.
1. Regio Cavum Oris
Cavum oris dapat dibagi menjadi beberapa regio yang penting pada
pemeriksaan sistematik rongga mulut misalnya untuk prosedur diagnosa penyakit
dan penentuan desain geligi tiruan. Regio yang paling penting adalah:

2. Vestibulum oris
Dikelilingi oleh pipi dan labium oris di bagian luar dan gingiva serta gigi
geligi di bagian dalam. Pada bagian anterior, vestibulum oris berhubungan dengan
labium oris; sedang bagian posterior berhubungan dengan pipi. Membrana
mukosa pembatas vestibulum melekat di bagian atas dan bawah dengan gingiva
yang menutupi processus alveolaris (gingiva alveolaris) dan berhubungan erat
dengan otot buccinator dan otot labium oris. Membuka ke vestibulum pada regio
molar dua atas permanen pada individu dewasa adalah ductus parotideus. Satu
atau beberapa plica membrana mukosa berjalan melintasi dinding lateral (buccal)
dan vestibulum dan gingiva; mengandung jaringan ikat dan kadang-kadang juga
mengandung sepotong kecil jaringan otot.
Pada garis median, labium oris superius dan inferius melekat pada gingiva
melalui frenulum labii superioris dan inferioris. Frenulum labii superioris
berjalan di antara gigi incisivus susu ke arah papilla incisiva, di mana gigi
incisivus dapat saling terpisah dengan adanya celah atau diastema. Catatan kilnis:
Frenulum maxillae dapat mengandung sejumlah besar jaringan kolagen yang
menghalangi aksi penutupan diastema garis median. Secara ortodonti, pada kasus
seperti ini dapat dilakukan frenektomi untuk memotong frenulum dan sepotong
kecil jaringan ikat yang terletak di antara gigi incisivus satu.
3. Lingua

Penampang Lidah (Netter, 2011)


Lingua adalah organ otot yang dapat bergerak dan berperan penting dalam
proses pengunyahan, menelan, mengisap dan bicara. Pada keadaan istirahat dan
ketika cavum oris tertutup, lingua akan mengisi cavum oris, terletak bersandar
terhadap permukaan lingua gigi geligi di balik permukaan inferior palatum molle
dan palatum durum. Ujung lingua biasanya berkontak dengan palatum durum di
balik incisivus atas. Bagian belakang lingua mengarah ke pharynx dan
membentuk sebagian dan dindirig anterior oropharynx. Palatum molle pada
keadaaan istirahat biasanya berkontak dengan bagian depan lingua.
Lingua terbentuk dari serabut otot intrinsik dan ekstrinsik yang diselubungi
oleh membrana mukosa. Bentuk lingua dapat berubah karena aktivitas otot
intrinsik yang seluruhnya terletak di dalam substansi lingua. Otot-otot ini adalah
otot longitudinal, vertikal dan transversal, sesuai dengan susunan serabutnya.
Posisi lingua dalam hubungannya dengan cavum oris dapat berubah-ubah sesuai
dengan aksi otot intrinsic yang mempunyai daerah origo di luar lingua dan daerah
insersi pada lingua.
Pada penampang koronal, lingua terlihat terbelah sebagian oleh adanya
pemisah jaringan fibrosa vertikal atau septum, yang bergabung di belakang os
hyoideum dan merupakan daerah perlekatan beberapa serabut otot intrinsik.
Serabut otot juga melekat pada permukaan dalam membrana mukosa yang
membungkusnya. Hanya pembuluh darah kecil yang berjalan dari satu sisi lingua
ke sisi lain melalui septum garis median. Walaupun demikian terdapat
anastomosis yang cukup besar antara arteri lingualis pada ujung lingua. Catatan
klinis: Karena hanya terdapat daerah anastomosis arteri yang terbatas pada septum
ganis median, lingua dapat dibedah dengan hanya menimbulkan perdarahan
ringan. Keadaan ini tentu menguntungkan pada situasi pembedahan untuk
mengangkat tumor lingua.
Permukaan atas atau dorsum lingua tertutup oleh membrana mukosa yang
meluas pada bagian samping dan permukaan inferior pada tepi bebas anterionya.
Di sekitar basis lingua, membrana mukosa berhubungan dengan membrana
mukosa yang membungkus dasar cavum oris. Pada garis median, refleksi
membrana mukosa berjalan dan permukaan inferior lingua ke dasar cavum oris.
ini adalah frenulum lingualis. Frenulum ini mengandung cabang terminal dan
arteri sublingualis. Catatan klinis: Bila frenulum pendek, dapat terjadi tongue-tie,
disebut ankiloglosia. Kadang-kadang keadaan ini harus diperbaiki dengan cara
pembedahan bila mengganggu kenormalan bicara.
Gambar 1.3. Penampang Lidah (Victor P. Eroschenko, 2002)

Membrana mukosa yang menutupi pars anterior dorsum lingua tidaklah


sehalus membrana yang menutupi pars posterior. Membrana ini mengandung
beberapa papillae fungifomiis dan filiformis yang memberikan tekstur permukaan
yang kasar. Pada daerah pertautan antara pars anterior dan posterior dan lingua
terdapat barisan papillae circumvalatae yang besar. Tepat di belakangnya terdapat
sulcus dangkal berbentuk V yang disebut sulcus temilnalis, memisahkan pars
anterior dan posterior lingua, yang masing- masing mempunyai origo yang secara
perkembangannya, berbeda. Pada apex sulcus terminalis terdapat foramen caecum
yang dangkal, menandai posisi pertumbuhan ke bawah dan epitel rongga mulut
semasa fetus, di mana membentuk glandula thyroidea. Pertumbuhan ke bawah
ini, yang melekat pada dasar mulut sebagai ductus thyroglossus, akan kehilangan
hubungannya dengan cavum oris pada akhir masa kehidupan fetus, sedang bagian
terminal inferiomnya akan menjadi salah satu penghasil hormon terbesar,
glandulae endocrinae.
Pars posterior lingua umumnya terbungkus membrana mukosa halus yang
terletak di atas lymphonodus-lymphonodus bersama dengan tonsilla palatina dan
jaringan limfoid nasopharynx, membentuk jaringan limfoid yang mengelilingi
pharynx. Glandula-glandula mukosa kecil terletak pada membrana mukosa pars
posterior dan di sepanjang tepi pars anterior lingua. Glandula serosa membuka ke
trenches papillae circumvallatae. Di balik membrana mukosa yang menutupi
bagian anterior facies inferior lingua, pada kedua sisi frenulum, terletak gabungan
glandula mukosa dan serosa lingualis yang lebih besar dan Blandin dan Nuhn,
menyebabkan tekstur regio ini lembek. Catatan klinis: Lingua yang berfisur
merupakan tanda khas penderita Down’s syndrome. Pembesaran dan protrusi
lingua juga dapat ditemukan pada keadaan ini walaupun keadaan tersebut dapat
juga disebabkan karena lingua yang besarnya lebih dari normal terdapat dalam
cavum oris yang sempit dengan palatum yang tinggi. Kista ductus thyroglossus
juga dapat terbentuk di sepanjang arah perjalanan ductus semasa kehidupan
fetus, dan sisa-sisa ductus yang normalnya akan menghilang setelah
pembentukan awal glandula thyroidea. Jaringan thyroidea accessorius juga dapat
terbentuk di daerah manapun di sepanjang ductus, sedangkan jaringan thyrodea
lingua juga tidak jarang terlihat.
Membrana mukosa yang menutupi lingua umumnya akan memberi respons
terhadap sensasi umum (panas, dingin, sentuhan dan sakit). dan terhadap sensasi
pengecap khusus. Setelah berjalan melalui plexus saraf pada lamina propria,
serabut saraf dan ujung-ujung saraf akan membentuk sensasi umurn pada lingua,
melalui dua arah perjalanan ke sistem saraf pusat. Dan dua pertiga anterior lingua
(regio oral), serabut saraf sensorik berjalan bersama saraf lingualis (cabang saraf
cranialis V). Dari sepertiga posterior lingua (regio pharyngeal), serabut saraf
sensorik berjalan bersama saraf glossopharyngeus. Serabut pengecap dan regio
oral lingua akan berjalan mula-mula bersama dengan saraf lingualis, tetapi sampai
di daerah pterygoideus serabut akan meninggalkan saraf lingualis melalui suatu
lingkaran penghubung, yaitu saraf chorda tympani, untuk bergabung dengan saraf
facialis pada os tern porale. Serabut pengecap dan regio pharyngea lingua dan
papillae circurnvallatae akan berjalan bersama dengan serabut, sensasi umum
pada saraf glossopharyngeus. Otot-otot lingua kecuali palatoglossus mendapat
suplai saraf motorik dan saraf cranialis x (saraf hypoglossus). Lingua melekat
pada os hyoideum melalui saraf hyoglossus; ke processus styloideus melalui otot
styloglossus ke mandibula melalui otot genioglossus dan ke aponeurosis palatum
serta bagian belakang palatum durum melalui otot palatoglossus. Catatan klinis:
Karena otot ekstrinsik lingua berhubungan terutama dengan bagian lateral dan
inferior, sejumlah besar bagian tengah dan atas lingua dapat disekresi secara
bedah tanpa menimbulkan gangguan fungsi lingua.
Suplai darah lingua berasal dari arteri lingualis dan cabang-cabangnya,
sedang arus balik vena berasal dan vena lingualis yang berdrainase ke vena
jugularis interna. Karena dua pertiga anterior lingua terbentuk dan pembengkakan
lingual yang bilateral, maka suplai darah pada garis median ujung lingua
umumnya relatif kurang, karena itu insisi saat bedah atau trauma hanya akan
menimbulkan perdarahan ringan saja. Di balik membrana mukosa lingua terdapat
sejumlah besar plexus vasa lymphatica selain pembuluh darah dan saraf. Dari
plexus ini vasa lymphatica berdrainase ke lymphonodus submentales,
submandibulares dan cervicales profundi. Drainase anterior atau pembuluh
afferent dan ujung lingua dan permukaan inferior bagian anterior lingua akan
menembus diaphragma mylohyoidea dan sebagian besar di antaranya akan masuk
ke lymphonodus submentales. Beberapa di antaranya akan berjalan melintasi os
hyodieum, berakhir langsung pada rantai cervicales profundi (nodus jugulo-
omohyoideus) di dekat daerah di mana otot omohyoideus berjalan melintasi vena
jugularis interna. Drainase bagian medial atau pembuluh afferent, dan sebagian
besar dorsum dan lateral lingua, akan menembus bagian posterior diaphragma
mylohyoidea kemudian masuk ke lymphonodus submandibulares. Selain itu vasa
lymphatica akan berjalan ke belakang di antara otot mylohyoideus dan hyoglossus
atau ke dalam menuju otot hyoglossus, untuk masuk ke lymphonodus cervicales
profundi.
Lymphonodus ini merupakan salah satu di antaranya yang berhubungan
dengan venter posterior rom. Otot digastrici (nodus jugulodigastnicus), di mana
otot berjalan melintasi vena jugulanis intema. Drainase posterior berjalan
menembus dinding lateral pharynx di bawah tonsil, masuk ke kelompok superior
lymphonodus cervicales profundi. Catatan klinis: Semua sistem drainage
jugularis yang berjalan ke nodus jugulo-omohyoideus bersama dengan drainage
lympha dan region sub mentalis dan bagian anterior lingua. Vasa lymphatica
efferent dan nodus juguomohyoideus berjalan ke lymphonodus supraclaviculares
dan bersama-sama membentuk ‘nodus sentinel’ cervicales yang digunakan untuk
deteksi lesi kanker atau lesi ganas yang sudah menyebar atau bermetastase dan
daerah kepala atau leher. Lesi metastase dan ujung lingua dan bagian anterior
dasar mulut biasanya menyebar di sepanjang vasa lymphatica yang berhubungan
dengan plexus venosus juguiaris extema atau anterior, melalui trigonum
caroticum ke sistem lymphaticus jugularis interna.

4. Dasar mulut
Membrana mukosa pembatas dasar mulut umumnya melekat erat pada
bagian perifer permukaan dalam corpus mandibulae, dan berhubungan dengan
mukoperiosteum gingiva pada facies lingualis gigi geligi. Di bagian tengah,
membrana mukosa berhubungan dengan membrana mukosa yang menutupi dua
pertiga anterior lingua. Agar lingua dapat bergerak bebas, membrana mukosa
umumnya juga dapat bergerak bebas, kecuali pada daerah perlekatan mandibulae.
Membrana mukosa membentuk atap spatium atau kompartemen sub lingualis
yang berbentuk celah, di antara corpus mandibulae dan otot lingua. Mengandung
glandula sublingualis, plica sublingualis yang menonjol dan meluas ke
posterolateral pada kedua sisi, bagian dalam glandula subrnandibularis dan
ductusnya, arteri dan lingualis serta hypoglossus. Batas atas glandula
sublingualis membentuk crista di balik lingua dan ductus submandibularis
membuka pada kedua sisi frenulum lingualis di belakang incisivus bawah.
Diaphragma mylohyoideus yang terbentuk dan otot mylohyoldeus terletak lebih ke
dalam dan membrana mukosa dn membentuk dasar kompartemen sublingualis.
Pada bagian samping lingua, dasar mulut meluas ke belakang dan menjadi lebih
dangkal pada daerah di mana perlekatan mylohyoideus naik ke tepi alveolaris,
untuk berakhir pada culde sac sebagian pada permukaan dalam gigi molar dan di
depan plica palatoglossus. Luas dan bentuk regio berperan penting dalam
menentukan desain geligi tiruan bawah.

5. Regio retromolar
Merupakan daerah penting yang meluas dan bagian belakang molar terakhir
rahang bawah kebawah menuju bagian belakang molar terakhir rahang atas. Regio
ini berhubungan dengan trigonum retromolar, otot buccinator dan constrictor
pharyngis superior, plica palatoglossus, tepi anterior otot pterygoideus medialis,
hamulus pterygoideus dan tendon. Otot tensor tympani serta tuber maxillae.
Membrana mukosa melekat erat pada otot dan tulang di bawahnya serta
mengandung beberapa glandula mukosa. Pada rahang bawah, membrana mukosa
dan glandula membentuk retromolar pad yang terletak di atas trigonum
retromolanis osseum, tepi-tepinya berlanjut ke anterior dan berhubungan dengan
crista alveolaris pada fades buccalis dan lingualis gigi molar terakhir.
Catatan klinis: Retromolar pad sering mengalami peradangan selama erupsi
molar ketiga, terutama bila gigi ini impaksi dan dapat merupakan tempat infeksi
bakteri kroris, perikoronitis. Daerah retromolar mandibulae juga merupakan
petunjuk penting dalam menentukan daerah pendepositan larutan anastesi yang
tepat, yang dapat menghasilkan efek anastesi blok dan saraf alveolanis inferior
dan lingualis.

6. Atap cavum oils


Terbentuk dari palatum durum dan molle dan dikelilingi di bagian depan
serta bagian samping oleh arcus dentalis superior. Pada pemeriksaan perlu
diperhatikan derajat lengkungan dan lebar palatum durum, rugae palatina, garis
perlekatan palatum molle dan rentang pergerakannya. Pada bagian belakang
cavum oris perlu diperhatikan lebar isthmus faucium (fauces) dan besar tonsilla.
Membrana mukosa yang menutupi palatum durum adalah mukoperiosteum yang
melekat erat terhadap tulang di bawahnya, kecuali pada permukaan dalam
processus alveolaris gigi geligi bukal. Mukoperiosteum tidak terlalu kencang
melekat pada bagian sampingnya, di mana terdapat arteri dan saraf palatinus yang
berjalan ke depan dan foramina palatina major.
Membrana mukosa yang menutupi permukaan dalam palatum molle
melekat terhadap otot di bawahnya kecuali pada regio sentral anterior di mana
terdapat glandula mukosa palatina berada di antara otot dan membrana mukosa.
Facies superior (nasalis) dan palatum molle biasanya tertutup epithelium
pseudostratiuicatum columnare dilatum. Epitel cavum nasi dan cavum oris
bertemu pada tepi bebas posterior dengan epitel cavum nasi yang menutupi bagian
tepi, yang meluas ke pharynx selama proses penelanan. Palatum molle umumnya
lebih vaskular, lebih sensitif dan mengandung lebih banyak vasa lymphatica
daripada palatum durum. Pada posisi istirahat, palatum molle akan terletak
bersandar terhadap bagian posterior dorsum lingua, membentuk seal antara
cavum oris dengan oropharynx. Selama menelan, atau bernapas melalui mulut,
palatum molle akan terangkat dan cavum oris akan berhubungan dengan pharynx.
Catatan kilnis: Rugae palatina menghasilkan permukaan yang tidak rata
yang akan berkontak dengan dorsum lingua selama pengunyahan makanan dan
bicara. Bila pada regio ini basis geligi tiruan terlalu rata, maka pasien umumnya
akan mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Pertemuan
palatum durum dan palatum molle biasanya terlihat sebagai sulcus transversus
yang kecil tepat di depan garis vibrasi, merupakan batas antara bagian vibrasi dan
nonvibrasi dan mukosapalatum. Garis ini dapat ditentukan dengan meminta
pasien mengucapkan bunyi - bunyi. Potongan mukosa yang sempit antara daerah
pertemuan palatum molle dan palatum durum dan garis vibrasi biasanya tidak
dapat bergerak. Daerah ini perlu ditentukan letaknya karena daerah ini merupakan
batas daerah perluasan posterior dan basis geligi tiruan atas, untuk mendapat
geligi tiruan dengan stabilitas maksimal.
7. Gigi geligi dan gingiva
Gigi Susu dan Gigi Permanen (Tortorra et al., 2009)

Gigi geligi atas dan bawah, didukung oleh processus alveolaris tempat
terletaknya soket gigi, umumnya membentuk lengkungan atau arcus yang sesuai
dengan bentuk lengkung. Pada manusia biasanya tidak ada celah alami antar gigi
geligi. Tiap gigi terbentuk dan jaringan klasifikasi, enamel, dentin, cementum dan
cavum pulpa yang terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf. Mahkota
gigi geligi biasanya tertutup enamel sedang akar gigi tertanam dalam soket di
processus alveolaris. Gigi susu berjumlah 20 buah sedang gigi permanen
berjumlah 32 buah. Gigi permanen dapat dikelompokkan menjadi incisivus,
kaninus (eve teeth), premolar dan molar. Gigi susu dapat dikelompokkan menjadi
incisivus, kaninus dan molar. Premolar dan molar ditandai dengan adanya
tuberculum atau cusp pada facies occiusalis (permukaan gigitnya). Gigi incisivus,
kaninus, premolar bawah, dan premolar dua atas umumnya hanya mempunyai
satu akar. Sedang gigi premolar pertama atas mempunyai dua akar (palatal dan
bukal); gigi molar atas mempunyai tiga akar (satu palatal dan dua bukal): gigi
molar tiga mempunyai dua akar (mesial dan distal). Facies mesialis gigi adalah
facies yang terdekat ke garis median arcus dentalis, sedang fades distalis adalah
fades yang terletak berlawanan arah.
Gingiva atau gusi membentuk regio membrana mukosa cavum oris yang
khusus dan pada tepi bebasnya membentuk penggabungan antara epitel cavum
oris dengan epitel yang menutupi sebagian enamel gigi yang tidak terlihat dalam
cavum oris. Melalui epitel ini gingiva dapat melekat erat terhadap leher gigi,
disebut perlekatan epitel. Lamina propria dan gingiva terdiri dari
mukoperiosteum, sama seperti mukopeniosteum yang menutupi palatum durum.
Mukoperiosteum ini mengandung bundel serabut kolagen yang
menghubungkan gingiva terhadap processus alveolaris di bawahnya dan terhadap
cementum yang menutupi akar gigi tepat di dekat tepi enamel. Pada gingiva tidak
terdapat glandula. Gingiva daerah incisivus — kaninus jauh lebih sensitif daripada
gingiva di regio gigi belakang. Radang gingiva (gingivitis) adalah penyakit yang
umum menyerang baik penduduk kota maupun penduduk daerah terpencil.

8. Glandula Cavum Oris


Glandula-glandula yang membuka ke cavum oris terdiri dari tiga glandulae
salivaniae majores, ductusnya membuka ke vestibularis (parotidea) dan dasar
mulut (submandibulanis dan sublingualis). Dari ketiganya ini, glandula parotidea
adalah glandula sekretoris serosa, gandula submandibulanis adalah glandula
gabungan sedang glandula sublingualis dominan mensekresi mukosa. Sekresi
serosa umumnya jernih, encer seperti air, berbeda dengan sekresi unit glandula
mukosa yang kental dan lengket.
Glandulae salivariae minores dapat dikelompokkan menurut lokasi dan
sifat sekresinya sebagai berikut:
 Glandula labiales dan buccales, membuka ke vestibularis dan dominan
mensekresi mukosa.
 Glandula palatinae, pada palatum durum dan palatum molle, mensekresi
mukosa.
 Glandula lingualis anterior (dari Blandin atau Nuhn), ke samping garis median
di dekat ujung lingua, pada permukaan ventralnya.
 Glandula lingualis gustatoris posterior (von Ebner), pada papillae
circumvallatae,
merupakan tipe glandula serosa.
 Kesemua glandula minores ini terletak pada lamina propnia dan membrana
mukosa atau submukosa di sekitarnya.
 Glandula cavum oris dapat membentuk saliva yang dapat dicerna, karena
mengandung enzim ptialin (amilase dan saliva). Saliva juga mempunyai fungsi
pembersihan dan pelumas untuk mukosa cavum oris. Saliva memberikan kualitas
adhesif yang dibutuhkan untuk menahan makanan yang sudah dikunyah dalam
bentuk bolus sebelum akhirnya ditelan. Peranan enzim saliva tidaklah terlalu
penting karena makanan hanya tinggal dalam waktu singkat di dalam cavum oris,
aktivitas amilase akan segera hilang setelah bolus makanan masuk ke gaster.

9. Otot-otot Cavum Oris


Otot-otot cavum oris secara terpisah sudah pernah dibicarakan. Pada bab ini
beberapa otot tersebut akan dikelompokkan menurut fungsinya:
1) Otot labium oris dan pipi
2) Otot lingua
3) Otot dasar mulut (otot mylohyoideus dan geniohyoideus)
4) Otot palatum molle
5) Otot pengunyahan
Semua otot ini berperan penting dalam proses pengunyahan, penelanan dan
bicara.
Catatan klinis: Pada keadaan istirahat biasanya labium oris akan saling berkontak
pada facies labialis gigi geligi. Walaupun demikian bila incisivus atas protrusi,
labium oris inferius dapat terletak di facies lingualis incisivus atas, di antara
incisivus atas dan bawah. Pada posisi ini, labium oris yang ‘terjebak’ cenderung
menggeser incisivus bawah ke belakang dan incisivus atas ke depan dan malokiusi
yang terjadi akan terus memburuk.
Labium oris dan pipi bersama-sama membentuk lapisan otot, terletak pada
permukaan luar arcu dentalis. Keadaan ini diimbangi oleh otot-otot lingua yang
terletak di antara kedua arcus dentalis. Abnormalitas aksi otot labium oris, pipi
maupun lingua dapat menyebabkan deformasi arcus dentalis, karena
terganggunya keseimbangan normal otot-otot di sekitarnya.
Sphincter cavum oris: Bagian belakang cavum oris otot buccinator
umumnya berhubungan dengan constrictor pharyngis superior melalui
perlekatannya pada raphe pterygomandibula, sehingga cavum oris dan pharynx
kadang- kadang dianggap dikelilingi oleh sphincter otot yang tersusun horizontal
serta terbentuk dan otot constrictor pharyngis superior, buccinator dan otot
labium oris. Walaupun demikian perlu diingat bahwa elemen- elemen yang
membentuk ‘sphincter’ ini dapat dan memang berfungsi sebagai elemen yang
terpisah dan bahwa pada otot buccinator arah serabut otot tidak seluruhnya
horizontal.
Pada regio palatum molle terdapat dua mekanisme sphincter lain yang penting:
 Sphincter palatoglossus atau post-oral, berfungsi mengurangi pembukaan antara
cavum oris dan pharynx. Pembukaaan mi tertutup bib palatum molle terdepresi
dan berkontak dengan permukaan posterior (pharyngeal) lingua dan plica
palatoglossus yang saling bertautan.
 Sphincter palatopharyngeal terbentuk oleh otot palatopharyngeus dan crista
horizontal yang dibentuk oleh beberapa serabut superior muscular constrictor
pharyngis superior (crista Passavant). Sphincter ini berfungsi membantu
memperkecil hubungan antara nasopharynx dan oropharynx, akan tertutup bila
palatum molle bergerak naik.

Kapasitas cavum oris meningkat bila cavum oris dalam keadaan tertutup
dan labium oris berkontak melalui:
1) Gerak turun mandibular.
2) Gerak turun otot mylohyoideus dan diaphragma oral serta lingua.
3) Relaksasi otot buccinator. Otot ini bekerja bersama dengan otot labium oris, otot
lingua juga berfungsi secara terkoordinasi pada aktivitas seperti mengisap dan
memainkan alat musik tiup.

Catatan klinis: Lingua menimbulkan tekanan pada palatum durum dan


palatum molle misalnya pada saat menelan. Lingua juga dapat menimbulkan
tekanan yang kuat terhadap gigi geligi, terutama terhadap incisivus atas dan
bawah. Bila keadaan ini menjadi suatu kebiasaan, akan terjadi protrusi yang hebat
dan segmen anterior arcus dentalis atau open bite anterior.
Otot-otot pengunyahan tidak hanya berfungsi menggerakkan mandibula
pada articulation temporomandibularis dan mempertahankan posisi mandibula
terhadap gaya gravitasi, tetapi juga berperan penting dalam menentukan posisi
mandibula dalam hubungannya dengan rangka wajah bagian atas. Sebelum gigi
geligi bererupsi, tidak ada hubungan yang benar-benar pasti dan selama periode
ini mandibula dianggap bertumbuh sebagai unit terpisah dan rangka wajah
lainnya. Setelah gigi susu bererupsi, dan setelah akhirnya gigi permanen
bererupsi, hubungan yang lebih pasti akan terbentuk melalui oklusi gigi geligi atas
dan bawah dan otot terpaksa beradaptasi terhadap mandibula yang sedang
bertumbuh ke posisi tersebut. Bila hubungan okiusi tidak normal, hubungan antar
juga cenderung menjadi tidal normal dan mandibula dapat terletak terlalu
belakang (disebut anomali tipe Angle klas II) atau terlalu ke depan (anomali
Angle klas III). Walaupun demikian pada beberapa kasus hubungan gigi yang
abnormal merupakan keadaan sekunder dan hubungan rahang yang abnormal,
merupakan akibat baik karena pertumbuhan rangka wajah yang abnormal ataupun
karena postur otot abnormal, terutama semasa tahun-tahun kehidupan pertama.
Posisi mandibula normal ditentukan selama masa kanak-kanak melalui pola
oklusi gigi geligi, dipertahankan melalul aktivitas habitual otot-otot pengunyahan
baik saat istirahat maupun selama berfungsi, keadaan ini akan tetap dipertahankan
pada masa dewasa oleh aksi otot bahkan setelah permukaan okiusal gigi geligi
aus akibat atrisi. Atrisi terjadi pada gigi geligi yang sudah digunakan terus
menerus untuk mengunyah makanan yang keras dan kasar. Bila geligi tiruan tidak
dapat merestorasi hubungan gigi ash, sering terjadi nyeri otot dan sendi sebelum
akhirnya otot dapat mengadaptasikan rahang ke hubungan yang baru. Dengan
terhentinya pertumbuhan atau melambatnya pertumbuhan, tidak akan dapat terjadi
adaptasi yang baik antara fossa mandibulae, oklusi gigi dan aksi otot.

10. Dasar Mulut Dan Regio Submandibularis


Regio ini mengandung struktur-struktur penting berikut ini:
1) Otot suprahyoidei selain otot lingua; yaitu venter anterior otot digastrici,
otot
mylohyoideus dan genioyoideus.
2) Glandula subrnandibularis dan sublingualis serta ductusnya
3) Sebagian dari nerves lingualis dan hypoglossus; ganglion sub
mandibularis parasympathicus.
4) Sebagian arteri facialis dan lingualis serta venanya.
5) Lymphonodus sub mentales dan submandibulares dengan vasa lymphatica
efferent
dan afferent.
6) Lingua, termasuk otot intrinsiknya.

Dasar mulut dikelilingi di bagian atas oleh membrana mukosa yang


menutupi lingua dan dasar cavum oris di balik lingua; di bagian depan dan
samping oleh permukaan dalam corpus mandibula; di bawah oleh otot
suprahyoidei dan fascia cervicales profunda, otot platysma dan cutis di balik
rahang bawah. Di postenior, region mi berhubungan dengan dinding samping
pharynx, os hyoideum, pembuluh arteri leher dan glandula parotidea.
Gambar 1.5. Papila Sirkumvalata (Victor P. Eroschenko., 2002)

Gambar 1.6. Papila Foliata


(Victor P. Eroschenko., 2002)

Mukosa khusus dan dorsum lingua adalah tipe ortokeratiriisasi, dengan


lamina propria yang melekat erat pada bundel otot intrinsik.
Lamina basalis berfungsi memisahkan lapisan epitel paling dalam dari
dermis di atasnya. Pada mikrograf elektron, garis elektron padat disebut lamina
densa adalah struktur lamina basalis yang paling menonjol. Lamina propria
mengandung serabut kolagen, beberapa jaringan elastik, terutama pada regio-
regio seperti dasar mulut, ujung saraf sensorik, vasa lymphatica, dan glandula
mukosa. Sel-sel yang terdapat pada lamina propria terdiri dari fibroblast,
makrofag, sel mast, dan sel-sel yang berasal dari aliran darah, seperti
polimorfonukleat leukosit.
Lingua adalah organ otot yang dapat bergerak dan berperan penting dalam
proses pengunyahan, menelan, mengisap dan bicara.
Lingua terbentuk dari serabut otot intrinsik dan ekstrinsik yang diselubungi
oleh membrana mukosa. Bentuk lingua dapat berubah karena aktivitas otot
intrinsik yang seluruhnya terletak di dalam substansi lingua.
Gigi susu berjumlah 20 buah sedang gigi permanen berjumlah 32 buah. Gigi
permanen dapat dikelompokkan menjadi incisivus, kaninus (eve teeth), premolar
dan molar. Gigi susu dapat dikelompokkan menjadi incisivus, kaninus dan molar.

Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan,
pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi
terbentuk melalui interaksi yang sangat kompleks antara ektoderm, epitel oral dan
sel mesenkim adalah dasar/awal pembentukan gigi.

A. GIGI

Jaringan Gigi (Victor P. Eroschenko, 2002)

B. PENGERTIAN, STRUKTUR DAN FUNGSI GIGI MANUSIA

Gigi merupakan alat yang digunakan dalam mengolah makanan saat kita
makan. Dengan gigi kita dapat menggigit, memotong, merobek, mengunyah
makanan yang kita makan. Selain untuk mengunyah makanan gigi juga berfungsi
sebagai pemercantik wajah. Karena jika seseorang tidak memiliki gigi maka bisa
dipastikan orang tersebut terlihat kurang menarik dan cantik / tampan.

1. Macam-Macam Bentuk Gigi


Berdasarkan bentuknya, gigi manusia dibedakan menjadi 4 macam dan memiliki
fungsi yang berbeda beda. Berikut ini adalah macam-cam gigi dan fungsinya:
 Gigi seri (identis insisivus) adalah gigi yang terdiri dari satu akar, Gigi seri
berfungsi untuk memotong dan mengerat makanan atau benda lain yang masuk
dalam mulut. Gigi seri terletak pada bagian depan dan memiliki bentuk yang
tegak dengan tepi tajam seperti sekop atau tatah.
 Gigi taring (identis kaninus) adalah gigi yang terdiri dari satu akar, gigi taring
berfungsi untuk mengoyak atau merobek makanan atau benda lain yang masuk
dalam mulut. Gigi taring memiliki bentuk yang tinggi dan runcing.
 Gigi geraham depan (pramolar) adalah gigi yang terdiri atas 2 akar, gigi
geraham depan berfungsi untuk menggilas dan mengunyah makana atau benda
lain yang masuk dalam mulut. Gigi geraham depan memiliki bentuk yang lebih
rendah dan rata dengan benjolan kecil.
 Gigi geraham belakang (molar) adalah gigi yang terdiri atas 3 akar, gigi
geraham belakang berfungsi untuk melumat, menghancurkan, menghaluskan dan
mengunyah makanan atau benda lain yang masuk dalam mulut.

2. Bagian-Bagian Gigi
 Mahkota gigi (Korona) atau biasa disebut dengan puncak gigi adalah bagian
yang tampak dari luar. Setiap jenis memiliki bentuk mahkota gigi yang berbeda.
 Leher gigi (Kolum) adalah bagian yang berada dalam gusi yang terlindung.
Leher gigi ini merupakan batas antara mahkota dengan akat gigi.
 Akar gigi (Radiks) merupakan bagian gigi yang terdapat pada bagian dalam atau
tertanam dalam rahang. Akar gigi menancap pada tulang rahang dengan jumlah
satu atau dua.

3. Lapisan-Lapisan Gigi
1. Bagian Gigi
Setiap gigi manusia memiliki 3 bagian utama :
 Korona atau Mahkota Gigi yaitu bagian gigi yang terlihat dari luar yang
berwarna putih seperti tulang.
 Leher Gigi yaitu bagian gigi yang berada di gusi. Gigi ini dibawah mahkota
gigi dan diatas akar gigi.
 Akar Gigi, yaitu bagian gigi yang tidak tampak dari luar. Gigi ini tertanam
didalam rahang manusia.

Macam-macam Jaringan Otot


(Victor P. Eroschenko, 2002)
2. Lapisan Gigi
Gigi manusia yang sempurna dan terstruktur memiliki 4 lapisan, yaitu :
1) Enamel /Email Gigi: Bervariasi dari kekuning-kuningan sampai putih keabu-
abuan, email Gigi, adalah lapisan yang melapisi bagian korona gigi. Email gigi
paling keras terletak pada bagian mahkota yang fungsinya sebagai pelindung gigi,
kemudian semakin ke bawah maka email gigi semakin tipis hingga akhirnya
hilang ketika memasuki akar gigi
 Melapisi seluruh mahkota gigi (secara anatomis) dan melindungi dentin
 Merupakan bagian yang paling keras dari tubuh
 Dapat menerima tekanan yang besar kira-kira 100,000 psi.
 Dibentuk oleh sel-sel epitel (ameloblast) yang kehilangan fungsinya ketika
mahkota telah lengkap
Struktur Enamel Antara Lain :
a. Enamel Prismata/Enamel Rod
 Berjalan ke permukaan gigi
 Hampir tegak lurus dengan arah bergelung (huruf S)
 Penampang melintang à hexagonal tidak sempurna (seperti lubang kunci)
 Mikroskop à gelap terang à garis HUNTER SCHREGER
b. Garis Retzius
 garis pembentukan email
 garis dari dento enamel junction ke permukaan gigi
 dentino enamel junction à batas dentin dan enamel
c. Enamel Cuticula
 membran yang menutupi permukaan enamel
 menghilang sesudah enamel (gigi) menjalankan fungsinya
d. Enamel Lamellae
 matriks dentin yang berkembang masuk ke dalam enamel,
 panjang lebih dari ½ tebal enamel
e. Enamel Tuft
 matriks dentin yang masuk ke dalam enamel dengan akhiran mengurai
f. Enamel Spindle
 matriks dentin yang masuk ke dalam enamel dengan akhiran menebal

2) Cementum: seperti jaringan tulang yang melapisi akar gigi sebagai lapisan tipis,
Sementum Gigi adalah bagian gigi yang melapisi akar gigi. Sementum berfungsi
untuk menghubungkan gigi dengan rahang tempatnya tumbuh.
 Berwarna kuning terang It is light yellow in color, slightly lighter than
dentin
 Berhubungan dengan enamel pada cementoenamel junction (CEJ).
 Fungsi utama : mencengkeram gigi ke dinding tulang pada soket di jaringan
periodontium
 Terbentuk sepanjang gigi masih vital

Lapisan Yang Menutupi (Meliputi) Dentin Bagian Akar ada 2 macam :


a. Semen Aselluler
Bagian cementum yang menutupi 1/3 (sepertiga) sampai ½ (setengah) akar,
terdiri dari sabut-sabut kolagen
b. Semen Selluler

3) Dentin : berwarna kuning terang yang terlihat radiolucent daripada enamel dan
merupakan bagian terbesar dari gigi. Dentin adalah lapisan gigi yang terdapat
setelah lapisan email gigi pada mahkota dan terdapat setelah lapisan sementum
pada akar gigi. Dentin melapisi seluruh tubuh gigi, dari mahkota sampai akar.
Ruang pulpa terletak pada permukaan dalam dentin
 Lebih keras dari tulang tetapi lebih lunak dibandingkan enamel
 Mempunyai kemampuan tetap tumbuh dan memperbaiki

1) Struktur-Struktur Dentin adalah :


a. Tubulus D (tubulus Dentin)
 Canal yang terdapat pada jaringan dentin
 Berjalan dari pulpa ke perifer à s shape
b. Interglobular Space
 Daerah yang tampak sebagai bercak-bercak hipokalsifikasi
 Pada sediaan gosok tampak sebagai bercak hitam yang berderet pada daerah di
sekitar dento enamel junction à interglobular dentin
c. Tome’s Granular Layer
 Bintik-Bintik Hipokalsifikasi Halus Pada Daerah Daerah Perbatasan Antara
Dentin Dengan sementum

d. Garis Owen / Ebner


 Cross sections in dentin tubulus
 Identik dengan garis-garis retzius à garis kontur dari dentin
 Beberapa keadaan à garis bener jelas
 Sebagai garis gelap à garis- garis dari owen
2) Macam – macam dentin :
 Peritubular dentin ; dinding tubuli ; kalsifikasi : tinggi
 Interlobular dentin ; diantara tubuli ; kalsifikasi : tinggi
 Mantle dentin lapisan paling luar dentin yang pertama kali terbentuk
 Circumpulpal dentin ; lapisan sekitar pulpa ; dibentuk setelah mantle dentin
 Primary dentin
* dibentuk sebelum foramen apical sempurna
* dibentuk lebih cepat
* mineralnya lebih banyak dibandingkan secondary
 Secondary dentin
* dibentuk setelah foramen apical sempurna
* dibentuk lebih lambat dan mineral lebih berkurang dibanding- kan primary dentin
 Tertiary dentin; dibentuk karena ada rangsangan ; pola tubuli tidak teratur

4) Pulpa Gigi : merupakan jaringan lunak gigi, yang berkembang dari jaringan ikat
dental papilla. Pulpa atau rongga gigi adalah jaringan lunak pada tengah gigi yang
berbentuk rongga dan terisi oleh pembuluh darah dan pembuluh saraf.
 Terletak dalam mahkota : disebut ruang pulpa
 Terdapat pembuluh darah dan saraf melalui foramen apical
 Fungsi utama pulpa membentuk dentin Fungsi Pulpa adalah
a. untuk memberikan nutrisi pada gigi karena memiliki pembuluh darah.
b. untuk mengidentifikasi ketika terdapat zat asing dalam
gigi karena memiliki pembuluh saraf.
c. untuk membentuk lapisan dentin.

4. Susunan dan Jumlah Gigi


Berdasarkan tahapan perkembangannya, gigi manusia dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu gigi susu dan gigi dewasa. Gigi susu (dentis desidue) merupakan
gigi yang tumbuh pada anak berumur 6-8 bulan. Gigi susu tersebut akan mulai
tanggal satu persatu dan berganti menjadi gigi dewasa setelah berumur 6-14
tahun.
Jumlah Gigi Susu yaitu 20 buah, yang terdiri atas:
 8 buah gigi seri
 4 buah gigi taring
 8 buah gigi geraham
Jumlah gigi dewasa atau gigi tetap (identis permanen) yaitu 32 buah, yang terdiri
atas:
 8 buah gigi seri
 4 buah gigi taring
 8 buah gigi geraham
 12 buah gigi geraham belakang

Berdasarkan usia manusia gigi dapat dibagi menjadi dua yaitu:


1. Gigi Susu, merupakan gigi yang tumbuh pertama kali pada manusia. Gigi susu
pada manusia mulai tumbuh ketika manusia berusia ± 8 bulan, dan gigi yang
pertama kali tumbuh adalah gigi seri yang terletak di rahang bawah. Gigi ini
akan tumbuh lengkap pada saat manusia berusia ± 3 tahun. Kemudian akan
tanggal satu per satu sejak usia 6 tahun dan mulai digantikan oleh gigi permanen.
Gigi susu berjumlah 20 buah seluruhnya yaitu 8 Gigi seri, 4 Gigi taring, dan 8 gigi
graham lunak.
2. Gigi permanen seluruhnya berjumlah 32 buah, yaitu 8 gigi seri, 4 gigi taring, 8
Gigi Premolar, dan 12 Gigi Molar dan gigi ini adalah gigi pengganti dari gigi susu
yang tanggal seiring pertambahan umur manusia.

Jaringan gigi
1. Enamel : bervariasi dari kekuning-kuningan sampai putih keabu-abuan
2. Dentin : berwarna kuning terang yang terlihat radiolucent daripada enamel
dan merupakan bagian terbesar dari gigi
3. Cementum: seperti jaringan tulang yang melapisi akar gigi sebagai lapisan tipis
4. Pulpa gigi : merupakan jaringan lunak gigi, yang berkembang dari jaringan ikat
dental papilla

Sejarah Replikasi DNA


Hukum pewarisan Mendel
Hukum mendelmerupakan pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh
Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
• Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan
• Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum segregasi (hukum pertama Mendel)

Hukum segregasi bebas merupakan pembentukan gamet, kedua gen yang


merupakan pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima
satu gen dari alelanya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini
adalah konsep mengenai alel.
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua
betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
terekspresikan. Alel resesif yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada
gamet yang dibentuk.

Alel/gen dominan dan resesif pada orang tua (1, P), anak (2, F1) dan cucu (3, F2) menurut Mendel
Hukum Segregasi (Hukum I mendel)

 Selama proses pembentukkan gamet (ovum dan sperma), dua buah alel yang
bertanggung ..jawab terhadap suatu sifat, terpisah sehingga masing-masing gamet
hanya mengandung satu ..alel yang mengendalikan suatu sifat.

 Alel-alel dalam gamet kemudian “berekombinasi" melalui fertilisasi, dihasilkan


komposisi alela baru yang merupakan genotip dari keturunan.

PERSILANGAN MONOHIBRID
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I hukum segregasi, pasangan kromosom berpisah secara bebas
Tidak berpasangan kembali Dapat dijelaskan dan hanya berlakupada persilangan
monohibrid.
Contoh : Contoh Salah satu contoh persilangan Mendel, antara biji bulat dengan
biji keriput sampai generasi kedua yang menghasilkan perbandingan bulat :
keriput = 3 : 1
Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman
F1 hanya ciri (sifat) dari salah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua
ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua
yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan
yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaan monohibrid untuk 7 sifat
yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah
individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel
menyatakan bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian
disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-
masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari
tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut
setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat
pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa
ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi.
HUKUM ASORTASI BEBAS (HUKUM KEDUA MENDEL)
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua
pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat
yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
mempengaruhi.

Hukum Asortasi (Hukum II Mendell)


Alel-alel dengan sifat berbeda tersebar secara acak satu dengan yang lain, yang terjadi
pada proses pembentukkan gamet. Hukum ini dapat dapat dibuktikan dengan
menggunakan persilangan dihibrid atau lebih. persilangan dihibrid adalah persilangan
yang digunakan untuk mengetahui pola pewarisan dari dua sifat beda
Disebut hukum assortasi atau pengelompokkan gen-gen secara bebas nya mendel
Masing-masing pasangan alel berkelompok secara bebas selama proses pembentukkan
gamet Rumus: 2n (n = sifat heterozigot).

PERSILANGAN DIHIBRID
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat
berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi (independent assortment of
genes). Atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing
kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel
menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat
beda, yaitu bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk
warna kuning dan k untuk warna hijau.
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., Alexander, J., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., & Walter, P. (2008).
Molecular Biology of The Cell (5th ed.). New York.

Campbell. N.A. et all. Eight Edition 2008 p: 305-348.

Dellmann, H.D. dan E.M. Brown (1989). Buku teks Histologi Veteriner I. 3rd Ed.
Penerjemah Jan Tambayong. Buku Kedokteran, Jakarta : EGC.

Genneser, F. (1994). Buku teks Histologi. Jilid I. Jakarta : Binapura Aksara.

Kasiati dan Dwi Rosmalawati , 2017, Modul Praktikum Kebutuhan Dasr Manusia,
Jakarta: Pusdik PPSDM

Nussbaum, Mc.Innes Willard. Introduction in Thompson & Thompson Genetics


in Medicine, WB Saunder p:1-3.

Slomianka, L (2006). Blue Histology-Muscle. School of Anatomy and Human


Biology- Australia : University of Western. Subowo. (2002). Histologi Umum

Anda mungkin juga menyukai