Alamat Korespondensi :
Andi Hasnawati
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
HP : 0811467402
Email: oyieobgyn@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan membandingkan ekspresi elastin ligamentum sakrouterina pada perempuan dengan prolaps
organ panggul dan tanpa prolaps organ panggul (POP). Penelitian ini dilakukan di BLU RS. dr. Wahidin
Sudirohusodo dan jejaring beberapa rumah sakit pendidikan bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin yang dimulai pada Januari 2011 sampai April 2012. Penelitian ini menilai ekspresi elastin
pada 35 perempuan dengan POP tingkat III dan IV, dan sebagai kontrol adalah 35 perempuan tanpa POP. Ekspresi
elastin dinilai dengan pemeriksaan immunohistokimia menggunakan pewarnaan antibodi elastin (clone no. BA-4
1:1600; Novacastra Laboratories LTD, UK). Penelitian ini dilakukan secara cross sectional. Data diolah dengan
chi-square. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi elastin
menurun pada perempuan dengan POP dimana ekspresi elastin pada sampel terbanyak dengan intensitas elastin
lemah (74,3%). Ekspresi elastin pada kontrol terbanyak dengan intensitas elastin moderat (48,6%). Ekspresi
elastin tampak signifikan pada perempuan dengan POP status post menopause dan dengan IMT yang overweight
(semua dengan p<0,05). Faktor lain yang ikut berperan pada kejadian prolaps organ panggul adalah umur, paritas,
riwayat jenis persalinan, dan riwayat berat bayi yang dilahirkan.
Abstract
The research aims at comparing the elastin immunolabeling in the uterosacral ligaments in women with pelvic
organ prolapse and without pelvic organ prolapse (POP). The research is done at Dr. wahidin sudirohusodo
Hospital and education networking some hospitals the Obstetrics and Gynecological School of Medicine
Hasanuddin University that began in january 2011 until april 2012. This research assessing expression of elastin
on 35 women with a pop level III and IV and as control is 35 women without POP. Immunolabeling of elastin
valued in staining checkings immunohistokimia uses antibodies elastin ( clone no. Ba-4 1: 1600; novacastra
laboratories ltd, uk ). The research was carried out by the cross sectional study. Mixed with chi-square. Level
significance used is 0.05. The results showed that the elastin immunolabeling in women withPOP is decline on
most sample expression with the intensity of elastin is weak (74,3%). The most control with the intensity of elastin
immunolabeling is moderate (48.6%). Elastin immunolabeling seem significant in women with menopause and
with BMI that overweight (all with p< 0.05). Other factors that contributed to the occurrence of pelvic organ
prolapse are age, parity, history of childbirth, and the history of newborn's weight.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan mulai 1 juli 2011 sampai dengan 31 Desember
2011 terhadap dokter umum dan bidan puskesmas di wilayah Kabupaten Takalar dan Barru,
Sulawesi Selatan. Pada penelitian ini didapatkan 126 subyek penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, terdiri dari 42 petugas puskesmas yang sudah mendapat pelatihan
PONED sebagai sampel dan 84 petugas puskesmas yang tidak mendapat pelatihan PONED
sebagai kelompok kontrol.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian di Kabupaten Takalar dan Barru sebagai suatu
laporan pendahuluan untuk memperoleh gambaran indikator status kesehatan ibu di kedua
kabupaten ini dengan melakukan evaluasi terhadap luaran maternal sebelum dan sesudah
pelatihan PONED. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah pelatihan PONED didapatkan
penurunan Angka Kematian Ibu (92%) dan penurunan jumlah kasus rujukan komplikasi
obstetri (64%). Didapatkan juga penyebab terbanyak kematian ibu di Kabupaten Takalar adalah
perdarahan pascasalin (52%), preeklamsi-eklamsi (44%) dan infeksi nifas (4%).
Karakteristik Sampel
Sebaran hubungan karakteristik antara kelompok penderita prolaps organ panggul dan
tanpa prolaps organ panggul pada penelitian ini tampak bahwa karakteristik penderita prolaps
organ panggul terbanyak pada umur di atas 45 tahun, dan kami membandingkan jumlah yang
sama pada umur tersebut pada kontrol tanpa menderita prolaps organ panggul.
Paritas terbanyak pada kelompok proplas organ panggul adalah dengan anak > 3 yaitu
sebanyak 28 kasus (80,0%), sama pada kelompok kontrol tanpa prolaps organ panggul
terbanyak memiliki anak > 3 yaitu sebanyak 19 kasus (54,3%).
Riwayat jenis persalinan pada kelompok proplas organ panggul adalah riwayat dengan
persalinan normal yaitu 32 kasus (9,4%), sedang pada kelompok tanpa prolaps organ panggul
sebanyak 27 kasus (77,1%).
Pada penelitian ini, riwayat melahirkan bayi digolongkan menjadi ≤ 3500 gram dan
diatas 3500 gram. Memiliki riwayat pernah melahirkan bayi > 3500 gram, pada kelompok
proplas organ panggul 7 kasus (20,0%), sedang pada kelompok tanpa prolaps organ panggul
sebanyak 5 kasus (14,3 %).
Status menopause pada penelitian ini digolongkan menjadi premenopause dan
menopause. Pada kelompok proplas organ panggul yaitu sebanyak 31 kasus (88,6%) telah
mengalami menopause, sedang pada kelompok kontrol tanpa prolaps sebanyak 21 kasus (60%)
belum mengalami menopause.
Indeks Masa Tubuh pada penelitian ini dibedakan IMT normal yaitu 18,5 sampai
dengan 24,99 dan obesitas dengan IMT > 25. Pada kelompok proplas organ panggul yaitu
sebanyak 24 kasus (68,6%) memilki IMT > 25 , sedang pada kelompok kontrol tanpa prolaps
sebanyak 22 kasus (62,9%) memiliki IMT normal dan hanya 13 kasus (37,1%) yang memiliki
IMT > 25.
Ekspresi Elastin Ligamentum Sakrouterina pada Perempuan Dengan dan Tanpa POP
Dari 35 sampel penelitian penderita prolaps organ panggl dengan intensitas elastin
sebagian besar didapatkan intensitas lemah yaitu 26 kasus (74,3%), sedangkan pada 35 kontrol
sebagian besar didapatkan intensitas moderat yaitu 17 kasus (48,6%). Pada tabel ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ekspresi elastin pada kedua kelompok sampel dan
kelompok kontrol. Dimana pada kelompok sampel, ekspresi elastin cenderung lebih lemah bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil uji Mann-Whitney untuk membandingkan antara
kedua kelompok menunjukkan hasil yang signifikan yaitu p<0,05.
Pada tabel 3 diperoleh hasil dari 35 sampel penelitian penderita prolaps organ panggul
dibandingkan dengan 35 kontrol tanpa prolaps organ panggul, didapatkan hasil yang signifikan
pada faktor risiko menopause dan IMT > 25 kg/m2 (overweight) merupakan faktor risiko
signifikan terhadap turunnya intensitas elastin (semua dengan nilai p<0,05).
Faktor risiko umur, pendidikan, paritas, riwayat jenis persalinan, riwayat melahirkan
bayi besar tidak menunjukkan hasil yang signifikan (semua dengan nilai p >0,05). Tetapi pada
tabel 3 dapat dilihat ekspresi elastin yang berkorelasi dengan penurunan intensitasnya bila
dihubungkan dengan kejadian prolaps organ panggul.
PEMBAHASAN
Karakteristik Perempuan Dengan Prolaps Organ Panggul (POP)
Karakteristik umur kelompok POP pada penelitian ini terbanyak pada usia di atas 45
tahun (93,4%), dan tanpa prolaps organ panggul kami seragamkan untuk membandingkan
apakah umur merupakan faktor risiko dalam terjadinya prolaps organ panggul terhadap
perubahan intensitas elastin. Umur rata-rata yang diambil adalah usia 45 tahun dengan alasan
umur ini sudah memasuki usia premenopause. Karakteristik Hal ini sesuai dengan penelitian
Swift (2000) yang mendapatkan POP tingkat I atau II kebanyakan terjadi pada perempuan
umur muda. Sedangkan POP tingkat III dan IV sebanyak 2,6% ternyata terjadi kebanyakan
pada umur di atas 40 tahun dan prevalensinya meningkat menjadi 21% pada perempuan
berumur di atas 70 tahun.
Karakteristik paritas kelompok POP pada penelitian ini terbanyak pada paritas 3 atau
lebih (80%). Hal ini sesuai dengan penelitian Chiaffarino (1999) membandingkan antara
nulipara, perempuan dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya
prolaps genital (OR 2,6). Dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah melahirkan, OR
3,0 pada perempuan dengan satu kali persalinan pervaginam, dan 4,5 untuk perempuan dengan
2 atau lebih persalinan pervaginam. Hal tersebut di atas mendukung hipotesis bahwa persalinan
pervaginam memberikan hasil yang signifikan dalam jaringan penyokong dasar panggul dan
kerusakan nervus pudendal pada seluruh perempuan yang melahirkan bayinya, dimana saat
persalinan dapat mengakibatkan longgarnya ligamentum-ligamentum di daerah panggul.
Karakteristik jenis persalinan yang pernah dialami penderita POP yang terbanyak
adalah partus normal atau partus pervaginam (91,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian Lukacz
(2006) yang mendemonstrasikan efek protektif dengan jalan persalinan operasi sesaria dalam
perkembangan prolaps organ panggul dan stres inkontinensia urin. Angka kejadian prolaps
organ panggul pada nulipara, operasi sesaria dan perempuan paritas tinggi dengan persalinan
pervaginam adalah 4%, 4%, dan 8%.
Karakteristik riwayat melahirkan bayi yang berat pada penderita POP adalah dengan
berat badan bayi di bawah atau sama dengan 3500 gram (80%). Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian Chiaffarino (1999) dimana estimasi OR untuk prolaps organ panggul adalah 0,9 pada
perempuan yang melahirkan bayi dengan berat 3500 gram atau lebih, dibandingkan dengan
perempuan yang melahirkan bayi yang lebih kecil (<3500 gram).
Karakteristik status menopause terbanyak didapatkan pada kasus POP (88,6%).
Hipotesis ini merupakan penyebab sekunder dari berbagai faktor yang terlibat di dalamnya,
seperti penurunan estrogen selama masa postmenopause. Chen menemukan reseptor estrogen
pada dinding vagina dan ligamentum sakrouterina perempuan premenopause tetapi menurun
pada dinding vagina perempuan postmenopause. (Chen, 2007).
Karakteristik indeks massa tubuh (IMT) terbanyak pada penderita POP adalah dengan
status overweight (IMT > 25) yaitu 68,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendrix (2002)
menyimpulkan bahwa obesitas juga berpengaruh sangat kuat terhadap fungsi dasar panggul.
Women’s Health Initiative (WHI) menemukan pasien dengan Indeks massa tubuh (IMT) 25-30
kg/m2 menderita prolaps uteri sebesar 31%, 38% rektokel dan 39% menderita sistokel.
Persentase ini semakin tinggi dengan meningkatnya IMT. (Hendrix, 2002)
Ekspresi Elastin Ligamentum Sakrouterina pada Perempuan Dengan POP dan Tanpa POP
Pada penelitian ini, ekspresi elastin ligamentum sakrouterin menurun pada perempuan
dengan POP dibandingkan dengan yang tanpa POP. Data ini memberikan kesimpulan bahwa
elastin memainkan peranan penting dalam patofisiologi terjadinya POP dimana akan terjadi
penurunan intensitas elastin pada perempuan yang akan berkembang menjadi penderita POP,
tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi formasi serabut elastin sampai saat ini belum diketahui
(Goepel, 2008). Abnormalitas jaringan ikat pada ligamentum yang menyokong dasar panggul
dipercaya dapat menyebabkan gangguan pada dasar panggul. Dengan hasil yang signifikan
menurunnya intensitas elastin ligamentum sakrouterina pada perempuan dengan POP ini
mendasari teori penurunan elastisitas ligamentum dan berkontribusi dalam menurunkan fungsi
penyokong dalam ligamentum pada penderita POP.
Bagian penting dari sistem pendukung panggul adalah ligamentum sakrouterina.
Ligamentum ini memberikan dukungan utama terhadap serviks dan dinding vagina bagian atas
(Delancey, 1992). Penelitian in vitro menunjukkan bahwa bagian serviks dari ligamentum
sakrouterina mendukung lebih dari 17 kg berat badan sebelum mengalami penurunan fungsi.
(Ewies, 2003)
Faktor Risiko Terjadinya Prolaps Organ Panggul
Analisis faktor risiko yang signifikan pada penelitian ini terdapat pada faktor risiko
dengan status menopause dan IMT > 25 kg/m2 (overweight) dengan nilai p<0,05. Pada masa
postmenopause terjadi penurunan estrogen, hal ini menyebabkan terjadinya dekompensasi
jaringan (Chen, 2007)
Walaupun faktor risiko umur, paritas, riwayat jenis persalinan, riwayat berat bayi yang
dilahirkan tidak menunjukkan hasil yang signifikan, tetapi hasil yang didapatkan menunjukkan
adanya hubungan terhadap penurunan ekspresi intensitas elastin.
Pada faktor risiko umur didapatkan hasil yang tampak berhubungan dengan penurunan
intensitas elastin. Pada umur di atas 45 tahun, penderita POP dengan intensitas lemah 25 kasus,
moderat 7 kasus, kuat 1 kasus. Sedangkan pada kontrol tanpa POP tampak intensitas elastin
lemah 5 kasus, moderat 17 kasus. Hal ini menunjukkan adanya hubungan umur di atas 45 tahun
dengan penurunan intesitas elastin.
Faktor risiko paritas 3 atau lebih, penderita POP dengan intensitas lemah 21 kasus,
moderat 6 kasus, kuat 1 kasus. Sedangkan pada kontrol tanpa POP tampak intensitas elastin
lemah 2 kasus, moderat 11 kasus. Hal ini menunjukkan adanya hubungan faktor risiko paritas 3
atau lebih dengan penurunan intesitas elastin.
Demikian juga kecenderungan penurunan intensitas elastin pada faktor risiko riwayat
jenis persalinan dan riwayat berat bayi yang dilahirkan.
Otot levator ani dan ligamentum bekerjasama untuk menyokong organ-organ panggul.
Delancey menggambarkan fenomena “kapal yang terapung di air dengan kedua sisinya terikat
tali ke dok“. Analogi kapal ini mewakili organ panggul, air mewakili otot levator ani, air
mewakili otot levator ani, dan tali mewakili fasia endopelvis dan jaringan penunjang. Jika air
berkurang akan menyebabkan posisi kapal turun dan menyebabkan tali berfungsi untuk
mempertahankan kapal yang apabila berlebihan muatan akan menyebabkan tali kendor atau
putus. Apabila dianalogikan dengan levator ani sebagai penyokong, dengan kelemahan otot
levator ani, penyokong dialihkan ke jaringan penyambung untuk mempertahankan posisi organ
panggul, dan pada suatu saat beban yang berlebihan akan menyebabkan jaringan penyambung
tidak berfungsi lagi. Hal ini diikuti dengan prolaps organ panggul dan kemungkinan diikuti
dengan inkontinensia urin (Valaitis, 2000)
3 Riwayat Jenis
Persalinan
Nona/paritas 0 2 5,7 4 11,4
Partus Normal 32 91,4 27 77,1
Partus dengan alat 1 2,9 0 0
Sectio Caesaria 0 0 4 11,4
4 Riwayat Melahirkan
Bayi
≤3500 gram 28 80,0 30 85,7
>3500 gram 7 20,0 5 14,3
5 Status Menopause
Premenopause 4 11,4 21 60
Menopause 31 88,6 14 40
6 IMT
Normal 18,5 – 24,99 11 3,4 22 62,9
Overweight > 25,0 24 68,6 13 37,1
Tabel 2. Ekspresi elastin ligamentum sakrouterina pada perempuan dengan POP dan
tanpa POP
Gambar 1. Analog panggul. “Kapal di dok kering” merupakan analogi dari kerusakan otot
dasar panggul. A.Jika dok berisi air, regangan tali minimal, b.Hilangnya kekuatan
otot dasar panggul menyebabkan ligamentum dan fasia bekerja untuk
mempertahankan posisi organ panggul (Valaitis, 2000)