Anda di halaman 1dari 20

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kapita selekta pendidikan

Dosen Pengampu : Ikbar Fauzi M.pd

KELOMPOK 12

Disusun oleh :

Tia Monica 20.1.2062 Yudiansyah 20.1.2073

Nabila Febriola 20.1.2015 Erni Suryani 20.1.2093

Nida Septian 20.1.2023 Rifqoh Tsania 20.1.2085

Asyifa N 20.1.2093 Tubagus M 20.1.2158

Nur Alifah 20.1.2025 Tegar Hafidz D 20.1.2068

FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK (IAID)

Sawangan - Depok
KATAPENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN ISLAM" tepat pada waktu yang diberikan. Lewat bagian pengantar ini pula
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah baik dalam entuk moril ataupun materil.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini atau pun dalam hasil jadi
makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan, sehingga makalah inipun masih sangat jauh
dari kata sempurna Oleh sebab itulah, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
tentunya bersifat membangun. Dengan tujuan dapat diadakannya perbaikan kepada makalah
ini sehingga makalah ini pun dapat menjadi lebih aikk dan dapat berguna bagi siapapun yang
membacanya.

Terima kasih

Depok , Desember 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4

C. Tujuan...................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemimpin...........................................................................................................4

B. Pengertian Pendidikan Islam................................................................................................5

C. Pendidikan Islam di Sekolah................................................................................................8

D. Kepemimpinan Manajerial mewujudkan Pendidikan Islam di Sekolah.............................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan adalah bagian dari sebuah karakter/kepribadian, dan manusia


telah diberikan wewenang untuk memimpin, bahkan menurut kodrat serta irodatnya
bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan (khalifah) adalah
suatu proses yang memberi arti pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk
memimpin dalam mencapai tujuan. Dewasa ini, setiap individu sadar akan pentingnya
ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin
besar jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan
relevansi dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat
manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan
pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya
manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan
manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan
untuk menjadi seorang pemimpin1.

Pendidikan Islam merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan umat
Islam. Pendidikan merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk meningkatkan
kadar keimanannya terhadap Allah SWT, karena orang semakin banyak mengerti
tentang dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam maka kemungkinan besar mereka akan
lebih tau dan lebih mengerti akan terciptanya seorang hamba yang beriman. Manusia
hidup dalam dunia ini tanpa mengenal tentang dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,
maka jelas bagi mereka sulit untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, apa lagi
menjadi hamba yang beriman2

Memasuki era global dan milenial pengelolaan lembaga pendidikan lebih-lebih


lembaga pendidikan Islam membutuhkan paradigm baru dalam pengelolaanya. Tanpa
dilakukan perubahan, maka penyelenggaraan pendidikan akan mengalami krisis
kepercayaan yang bermuara akan ditinggalkan oleh stake holder. Prinsip umum dalam
penyelenggaraan sekolah atau lembaga pendidikan adalah prinsip efektif. Lembaga
pendidikan dikatakan efektif jika terdapat ketepatan dan kesesuaian antara tujuan yang
ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Dalam mewujudkan ini semua peran kepala
sekolah selaku manajer dan leader sangat iv penting dalam melakukan koordinasi,
menggerakkan serta menyerasikan semua sumber daya yang ada. Peran pemimpin
disini leading sector harus mampu mendorong semua stakeholder untuk bisa
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah atau lembaga pendidikan melalui
program-program yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Oleh sebab itu kepala

1
Jaja Jahari & A. Rusdiana. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM.(Kota Bandung: Yayasan Darul Hikam
Jl. Ir. H. Juanda No. 285 2020) Hlm 01
2
Achmad Patoni. ILMU PENDIDIKAN ISLAM.( Kabupaten Purbalingga: EUREKA MEDIA AKSARA 2022)
Hlm 6
3
sekolah dituntut untuk memiliki kecakapan dan kemampuan dalam mengambil
keputusan yang tepat bijak dengan menyesuaikan dengan sumber daya yang ada3.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian pemimpin ?

2. Dan apa pengertian pendidikan Islam ?

3. Bagaimana pendidikan islam di sekolah ?

4. Bagaimana kepemimpinan manajerial mewujudkan pendidikan Islam disekolah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian pemimpin

2. Menjelaskan pengertian pendidikan Islam.

3. Menjelaskan pendidikan Islam di sekolah

4. Menjelaskan kepemimpinan manajerial mewujudkan pendidikan Islam disekolah

BAB II

3
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021) Hlm iii

4
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMIMPIN
Kodrat serta irodatnya manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak
Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi
sebagai Khalifah fil ardhi.Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah
ayat 30 yang berbunyi: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”;
“Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka
Bumi”.Bachtiar Surin menyampaikan yang dikutip oleh Maman Ukasbahwa
“Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu”.(Ukas, 1999) Dari uraian tersebut jelaslah
bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin.
Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai
petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya
serta komplek persoalannya4.
Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran
yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu.Dengan demikian
upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan
tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang
baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.Pemimpin
adalah individu yang memiliki kemampuan mempengaruhi dan memanfaatkan
kemampuan tersebut melalui sikap dan perilaku yang mengarahkan serta memotivasi
individu ataupun kelompok untuk mencapai tujuan organisasi melalui kesatuan
pemahaman dan kerja sama. Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang
baik setidaknya memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
1. Pengaruh: Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang
mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan.
2. Kekuasaan/power: Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia
memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.
3. Wewenang: Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada
pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu
hal/kebijakan.

4
Djoko Soelistya. KEPEMIMPINAN STRATEGIS. ( Kota Sidoarjo: Nizamia Learning Center 2022) Hlm 3

5
4. Pengikut: Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh,kekuasaan/power, dan
wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki
pengikut yangberada di belakangnya yang memberi dukungan danmengikuti apa yang
dikatakan sang pemimpin5.
Dalam hal ini pemimpin pun harus memiliki pengetahuanyang luas dan
berpendidikan, bertanggung jawab, dapat dipercaya,tertib dan teratur, dapat mengatur
waktunya dengan baik, keputusan dan dapat memberi contoh terhadap suatu golongan
atau organisasi tertentu dikarenakan adanya kekuasaan untuk mencapai suatu tujuan
bersama.6

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

Dalam Islam, kata pendidikan dapat bermakna tarbiyah, berasal dari kata kerja
rabba. Di samping kata rabba terdapat pula kata ta’dib, berasal dari kata addaba.
Selain itu, ada juga kata talim. Berasal dari kata kerja allama. Ketiga istilah tersebut
akan dibahas secara ringkas satu persatu sebagai berikut7:

1. Tarbiyah

Kata tarbiyah merupakan bentuk mashdar dari rabba yurabbiy tarbiyatan. Dalam
Alquran dijelaskan:

‫غی ًرا‬
ِ ‫ص‬
َ ‫ص صّ صحمھ صَ ص‬ َ ِ‫ص غ‬
‫ص‬ َ ‫ص ص‬
َ ‫ ّا كص‬ṿ َُْ
‫ص یصي‬ ‫اِّذ اًّح صم‬ َ ‫ْ ِْغ ّصھ‬
َ ‫ص‬
‫ِغ‬ ‫غ‬
ِ ‫ص‬
َ‫ي‬

“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua denganpenuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilahmereka berdua, sebagaimana mereka berdua
telah mendidikku sewaktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 24).

Dalam terjemahan ayat di atas, kata tarbiyah digunakan untuk mengungkapkan


pekerjaan orangtua yang mengasuh anaknya sewaktu kecil. Menurut Bukhari Umar
bahwa makna kata tarbiyah meliputi 4 unsur:

a. menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh;


b. mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yangbermacam-macam;

6
5
Djoko Soelistya. KEPEMIMPINAN STRATEGIS. ( Kota Sidoarjo: Nizamia Learning Center 2022) Hlm 4
6
Ibid.Hlm 5
7
Rahmat Hidayat. Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia”. (Kota Medan:
Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia 2016) Hlm 5

7
c. mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya;
d. proses ini pendidikan ini dilakukan secara bertahap8.
2. Ta’dib
Muhammad Nadi al-Badri, sebagaimana dikutip olehRamayulis,
mengemukakan bahwa pada zaman klasik, orang hanya mengenal kata ta‘dib untuk
menunjukkan kegiatan pendidikan. Pengertian seperti ini terus terpakai sepanjang
masa kejayaan Islam, hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal
manusia waktu itu disebut adab, baik yang berhubungan langsung dengan Islam
seperti: fiqh, tafsir, tauhid, ilmu bahasa Arab dan sebagainya maupun yang tidak
berhubungan langsung seperti ilmu fisika, filasafat, astronomi,kedokteran, farmasi
dan lain-lain. Semua buku yang memuat ilmu tersebut dinamai kutub al-adab. Dengan
demikian terkenallah al-Adab al-Kabir dan al-Adab al-Shaghir yang ditulis oleh Ibn
al-Muqaffa (w. 760 M). Seorang pendidik pada waktu itu disebut Mu‘addib.Ta‘dib
adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada
manusia tentang tempattempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan
keberadaannya.9 Pengertian ini berdasarkan Hadis Nabi Saw.:

‫ِِّأى َّى َْْ ََ َِِْْى‬

"Tuhanku telah mendidikku dan telah membaguskan pendidikanku"

Dalam struktur telaah konseptualnya, ta‘dib sudah mencakup unsur-unsur


pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta'lim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).10
Dengan demikian,ta'dib lebih lengkap sebagai term yang mendeskripsikan proses
pendidikan Islam yang sesungguhnya. Dengan proses ini diharapkan lahir insan-insan
yang memiliki integritas kepribadian yang utuh dan lengkap9.

3. Ta`lim

Kata allama mengandung pengertian memberi tahu ataumemberi pengetahuan, tidak


mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan
8
Ibid. Hlm 6
9
Rahmat Hidayat. Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia”. (Kota Medan:
Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia 2016) Hlm 6

8
membina kepribadian Nabi Adam as. melalui nama benda-benda yang diajarkan oleh
Allah dalam firman-Nya:

َ ‫غ َكُ صَ غُی‬
‫ص‬ ِ ‫غ َص أبغصس ص‬
ْ ِ‫غ‬ ِ ‫ص‬َ ‫صع‬ ‫ص صع‬ َ ‫ص اأ س‬ َ ‫ص‬ َ
‫ص‬
‫ي‬ ‫ص صَ ھؤا‬ ِ ‫صي‬ َ ّ‫ص ا‬
َ ً
‫ص‬ ‫ص َك صھي ث‬
ِ ‫ْآ‬ ‫صع‬
‫ِغ‬ ‫غ ص‬ ِ ِ‫صھ صما أصن غبئي غ‬ َ ‫ص‬
‫ص ِغ‬ ِ

“Dan Allah mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama(benda) semuanya, kemudia


dikemukan kepada para malaikat. Maka Allah berfirman, “Sebutkanlah nama-nama
benda itu semua, jika kamu benar.” (QS. Al-Baqarah: 31)10.

Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan


yang memungkinkan seseorang dapat sehingga dengan mudah ia dapat membentuk
hidupnya sesuai dengan ajaran Islam. Pengertian itu mengacu pada perkembangan
kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip Islami yang
diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek. Dilain pihak Dr.
Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk
pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun
perbuatan. Sedangkan Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam
adalah bimbingan atau pemimpin secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama
(insan kamil). Dan dilain pihak Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran islam11.

C. PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH (MADRASAH)

Pendidikan Islam telah berlangsung sejak awal masuknya Islam ke Indonesia,


dilaksanakan dengan cara tradisional Setelah memasuki awal abad kedua puluh di
kalangan dunia Islam termasuk Indonesia telah dimasuki oleh semangat pembaharuan,
digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan dan pencerahan .Ide-ide
pembaharuan itu juga memasuki dunia pendidikan. Timbulnya ide pembaharuan

9
dalam bidang pendidikan adalah karena banyaknya orang dan organisasi Islam tidak
10
Ibid
11
Rahmat Hidayat. Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia”. (Kota Medan:
Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia 2016) Hlm 11

10
puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Al-Qur'an dan studi Islam.
Pribadi-pribadi dan organisasi Islam pada awal abad ke 20 berusaha memperbaiki
pendidikan Islam baik dari segi isi maupun metode (Steenbrink, 1986: 27-28).
Realisas dari ide pembaharuan tersebut timbulnya usaha mendirikan madrasah.
Sampai pada tahun 1930 mata pelajaran yang diajarkan di madrasah-madrasah ini
adalah semata-mata pelajaran agama, kemudian sebagian madrasah mulai 1930-an
memasukian mata pelajaran umum. Kendatipun mata pelajaran umum telah
dimasukkan namun tekanan madrasah adalah tetap mata pelajaran agama dengan
tujuan untuk menciptakan manusia manusia yang ahli dalam ilmu agama12

Tumbuh dan berkembangnya madrasah di Indonesia tidak dapat dipisahkan


dengan tumbuh dan berkembangnya ide-ide pembaharuan pemikiran di kalangan umat
Islam terutama pada awal abad ke-20 dan adanya respon pendidikan Islam terhadap
kebijakan pendidikan Hindia Belanda. Munculnya gerakan pembaharuan di Indonesia
pada awal abad ke-20 dilatarbelakangi oleh kesadaran dan semangat yang kompleks.
Streenbrink mengidentifikasi empat faktor yang mendorong gerakan pembaharuan
Islam di Indonesia awal abad ke-20, antara lain: 1) faktor keinginan untuk kembali al-
Qur‘an dan al-Hadith; 2) faktor semangat nasionalisme dalam melawan penjajah; 3)
faktor memperkuat basis gerakan sosial, ekonomi, budaya, dan politik; dan 4) faktor
pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Meskipun demikian, ia menyatakan
bahwa keempat faktor tersebut tidak secara terpadu mendorong gerakan pembaharuan,
melainkan disebabkan oleh salah satu atau dua faktor tersebut. Dengan kata lain,
menurut Steenbrink, gerakan pembaharuan tersebut memiliki alasan atau motif yang
berbeda-beda. Perlu diketahui bahwa selama menjajah Indonesia, pemerintah Hindia
Belanda menunjukkan sikap diskriminatif terhadap umat Islam13.

Misalnya, pemerintah Belanda melarang pendidikan agama diajarkan di


sekolah umum milik pemerintah dengan alasan pemerintah bersikap netral. Kebijakan
yang demikian memunculkan reaksi umat Islam, yang dapat dikelompokkan ke dalam
dua corak, baik secara defensif maupun progresif. Reaksi defensif ditunjukkan dengan
cara menghindari sejauh mungkin pengaruh politik Belanda terhadap sistem
pendidikan Islam. Sikap ini terlihat pada sistem pendidikan tradisional pesantren yang

12
Haidar Putra Daulay.Pendidikan Islam Di Indonesia .( Kota Medan : Perdana Publishing 2012)Hlm 80
13
Siswanto. PENDIDIKAN ISLAM DALAM DIALEKTIKA PERUBAHAN.(Kota Surabaya: Pena Salsabila 2015)
Hlm 93

11
mengambil tempat di daerah-daerah pedalaman untuk menjauh/menghindar dari
pengaruh dan pantauan Belanda. Dengan cara ini, pesantren di satu sisi memang
berhasil menjauh dari intervensi Belanda, tapi di sisi lain pesantren menjadi terasing
dari perkembangan masyarakat sehingga agak terlambat melakukan pembaharuan14.

Corak responsi umat Islam juga bersifat progresif memandang bahwa tekanan
pemerintah Hindia Belanda itu merupakan kebijakan diskriminatif. Usaha umat Islam
diarahkan untuk mencapai kesetaraan dan kesejajaran, baik dari sudut kelembagaan
ataupun kurikulum. Ketergantungan pada tekanan penjajah justru semakin akan
melemahkan posisi umat Islam sendiri. Begitu pun sebaliknya, membiarkan sikap
defensif terus menerus akan semakin memberikan ruang lapang bagi gerakan
pendidikan Hindia Belanda. Untuk itu, diperlukan upaya mengembangkan lembaga
pendidikan secara mandiri ala Belanda tetapi berbasis Islam, yakni tidak tercerabut
dari akar keagamaannya. Dengan demikian, cara progresif ini dilakukan umat islam
dengan cara ―menolak sambil meniru‖. Reaksi progresif ini terutama dipelopori
sejumlah ulama pembaharu, yaitu mereka yang mulai bersentuhan dengan gerakan
pembaharuan yang telah menggema di Timur Tengah sejak awal abad ke 19. Wujud
konkrit dari upaya ini adalah berdirinya sejumlah madrasah dan sekolah umum berciri
khas Islam dengan beberapa corak, yaitu: Pertama, pendirian madrasah dengan
dominasi mata pelajaran agama ditambah mata pelajaran umum (madrasah plus),
sebagaimana dilakukan Madrasah. Adabiyah Padang Panjang (1909). Kedua,
pendirian sekolah umum model Belanda ditambah mata pelajaran agama (sekolah
plus), seperti yang ditawarkan Sekolah Adabiyah Padang (1915). Ketiga, pendirian
madrasah dengan bidang kajian sepenuhnya agama (madrasah diniyah) yang dikelola
secara modern, sebagaimana ditawarkan Madrasah Sumatera Thawalib (1919). Dalam
perkembangan berikutnya, pendirian lembaga pendidikan Islam modern dilakukan
secara massif oleh umat Islam di berbagai penjuru tanah air15.

Madrasah pasca Undang-Undang Sistem Pendididkan Nasional disebutkan


sebagai sekolah yang berciri khas Islam. Pemaknaan ini adalah madrasah sama
dengan sekolah yang diperkuat dengan ciri-ciri keislaman berupa ilmu keislaman dan
lain sebagainya. Madrasah pada tingkat Aliyah sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003

14
Siswanto. PENDIDIKAN ISLAM DALAM DIALEKTIKA PERUBAHAN.(Kota Surabaya: Pena Salsabila 2015)
Hlm 95
15
Ibid. Hlm 96

12
dibagi kepada dua: Pertama, Madrasah Aliyah (MA) dan kedua Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK). Madrasah Aliyah (MA) adalah sekolah umum yang berciri khas
Islam. Dengan demikian, kurikulumnya persis seperti yang ada pada sekolah umum
yang diberi ciri keislaman. Sedangkan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
dipersiapkan untuk siswa yang akan mempelajari ilmu-ilmu keterampilan16.

D. KEPEMIMPINAN MANAJERIAL MEWUJUDKAN PENDIDIKAN ISLAM


DI SEKOLAH

Kepemimpinan dalam manajerial pendidikan Islam memiliki peran yang


sangat sentral, Sebagaimana di sampaikan oleh Stephen P Robbins bahwa
kepemimpinan merupakan sebuah seni untuk mempengaruhi peran dan tindakan
sosial dalam dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pengaruh yang di berikan
meliputi motivasi kinerja, budaya kinerja, dan semangat kinerja yang dibangun
mealalui hubungan interpersonal. Potret kepemimpinan dalam pengelolaan
pendidikan Islam merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh seorang pemimpin
untuk mempengaruhi para anggotanya berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagai standarisasi dari kepemimpinan pendidikan Islam.
Seseorang yang mendapat amanah dalam lingkaran kepemimpinan pendidikan Islam
berperan sebagai penggerak dalam proses kerja sama antara individu dalam organisasi
pendidikan Islam untuk mencapai tujuan tertentu. Model pengelolaannya dikenal
dengan istilah type of manager atau manager style, pola atau model pengelolaan dapat
dikaitkan dengan model pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian hingga evaluasi. Kemampuan seorang
pengelola, membaca situasi dan kondisi secara tepat dan memahami implikasinya
terhadap model tertentu menjadi sangat penting. Pemimpin dalam lembaga
pendidikan Islam adalah hal yang tak dapat dibantah sebagai orang yang paling
penting disetiap sistem pendidikan Islam17.

Dalam menjalankan perannya, seorang pemimpin tentu saja harus mampu


membuat perencanaan yang sistematis, terpadu, berkelanjutan dan komprehensif.
Target utama perencanaan dalam pendidikan adalah tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien dengan mutu yang memuaskan para pelanggan atau

16
Haidar Putra Daulay.Pendidikan Islam Di Indonesia.(Kota Medan : Perdana Publishing 2012) Hlm 84
17
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021)Hlm 133

13
stakeholdersnya. Perencanaan yang mencakup penegasan dan kejelasan visi, misi,
tujuan dan strategi organisasi, merupakan hal penting untuk dicermati oleh semua
pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan, agar organisasi secara konsisten
dapat bergerak meraih keberhasilan dan kesuksesan. Setiap pemimpin di lingkup
pendidikan Islam pasti memiliki keinginan untuk membangun lembaga pendidikan
Islam yang unggul di berbagai sisi, namun dalam kenyataannya belum semua mampu
menciptakannya, dikarenakan oleh berbagai hal. Ketidakmampuan pemimpin di
lembaga pendidikan Islam dalam menciptakan lembaga pendidikan Islam unggul
(pesantren, madrasah dan sekolah-sekolah Islam) terutama berkaitan dengan
pemahaman, kepedulian dan komitmennya dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya. Sebagai pemimpin pendidikan Islam, kepala sekolah/madrasah
atau pimpinan pesantren tentu mengahadapi tantangan yang berat, untuk itu harus
memiliki Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam 135 persiapan yang
memadai serta memerlukan tim , yaitu orang yang akan membantunya dalam
melaksanakan program yang telah direncanakannya serta membantunya mengawasi
serta melakukan evaluasi.18

Dalam konsep manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam setidaknya seorang


pemimpin di lembaga pendidikan Islam memiliki tugas dan peran penting dalam
tugasnya sebagai pemimpin pendidikan Islam, tugas dan peran-peran tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Sebagai educator (pendidik)


Sebagai edukator, seorang pemimpin pendidikan Islam harus senantiasa berupaya
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.
2. Sebagai manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, pemimpin pendidikan
Islam harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan
melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program madrasah.
3. Sebagai administrator

18
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021) Hlm 134

14
Sebagai administrasi pendidikan, pemimpin pendidikan Islam mempunyai tugas dan
tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam
kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya seperti membuat rencana atau program
tahunan, menyusun organisasi lembaga pendidikan Islam, melaksanakan
pengoordinasian dan pengarahan dan melaksanakan pengelolaan kepegawaian.
4. Sebagai supervisor
Fungsi pemimpin pendidikan Islam sebagai supervisor mencakup kegiatan-kegiatan
yang bersangkutan dengan pembangkitan semangat dan kerjasama guru-guru,
pemenuhan alat dan perlengkapan lembaga pendidikan Islam demi kelancaran
pengajaran, pengembangan dan pembinaan pengetahuan serta ketrampilan guru-guru,
dan kerjasama antarlembaga pendidikan Islam dan masyarakat yang semuanya
ditujukan untuk mempertinggi mutu pendidikan dan pengajaran siswa19.
5. Sebagai leader
Pemimpin pendidikan Islam sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan dan membuka komunikasi
dua arah dan mendelegasikan tugas
6. Sebagai Innovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, pemimpin
pendidikan Islam harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di madrasah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
7. Sebagai Motivator
Sebagai motivator, pemimpin pendidikan Islam harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan
suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar20.
Manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam sangatlah penting dan
dibutuhkan dalam setiap nafas pendidikan Islam, penyelenggaraan pendidikan Islam

19
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021)Hlm 139
20
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021) Hlm 140

15
yang bermotif apapun, akan mengalami penurunan, la yahya wala yamutu, atau
bahkan gulung tikar, bila penyelenggara pendidikan hanya apa adanya, tidak ada
perubahan, tidak ada inovasi, tidak ada visi misi yang jelas, tidak ada skill manajerial,
tidak ada insentif yang memadai, dan tidak ada pemberdayaan sumber daya manusia,
dan sumber daya finansial yang memadai. Hal tersebut, akan mempengaruhi
kelangsungan hidup lembaga. Lembaga akan eksis bila ada perubahan, inovasi,
pengelolaan dan manajerial yang profesional, transparansi pengelolaan keuangan, dan
pemberdayaan segala sumberdaya yang ada. 21

21
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021) Hlm 141

16
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kodrat serta irodatnya manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak


Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi
sebagai Khalifah fil ardhi.Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah
ayat 30 yang berbunyi: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”;
“Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka
Bumi”.Bachtiar Surin menyampaikan yang dikutip oleh Maman Ukasbahwa
“Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu”.(Ukas, 1999) Dari uraian tersebut jelaslah
bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin.
Pendidikan Islam telah berlangsung sejak awal masuknya Islam ke Indonesia,
dilaksanakan dengan cara tradisional Setelah memasuki awal abad kedua puluh di
kalangan dunia Islam termasuk Indonesia telah dimasuki oleh semangat pembaharuan,
digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan dan pencerahan .

Ide-ide pembaharuan itu juga memasuki dunia pendidikan. Timbulnya ide


pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah karena banyaknya orang dan
organisasi Islam tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Al-Qur'an
dan studi Islam. Pribadi-pribadi dan organisasi Islam pada awal abad ke 20 berusaha
memperbaiki pendidikan Islam baik dari segi isi maupun metode (Steenbrink, 1986:
27-28). Realisas dari ide pembaharuan tersebut timbulnya usaha mendirikan madrasah.
Pendidikan Islam telah berlangsung sejak awal masuknya Islam ke Indonesia,
dilaksanakan dengan cara tradisional Setelah memasuki awal abad kedua puluh di
kalangan dunia Islam termasuk Indonesia telah dimasuki oleh semangat pembaharuan,
digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan dan pencerahan .Ide-ide
pembaharuan itu juga memasuki dunia pendidikan. Timbulnya ide pembaharuan
dalam bidang pendidikan adalah karena banyaknya orang dan organisasi Islam tidak
puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Al-Qur'an dan studi Islam.
Pribadi-pribadi dan organisasi Islam pada awal abad ke 20 berusaha memperbaiki
pendidikan Islam baik dari segi isi maupun metode (Steenbrink, 1986: 27-28).
Realisas dari ide pembaharuan tersebut timbulnya usaha mendirikan madrasah. Dalam
konsep manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam setidaknya seorang
pemimpin di lembaga pendidikan Islam memiliki tugas dan peran penting dalam
tugasnya sebagai pemimpin pendidikan Islam, tugas dan peran-peran tersebut adalah
sebagai educator (pendidik) , manajer , administrator ,leader , Sebagai Innovator dan
Sebagai Motivator. Manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam sangatlah
penting dan dibutuhkan dalam setiap nafas pendidikan Islam, penyelenggaraan
pendidikan Islam yang bermotif apapun, akan mengalami penurunan, la yahya wala
yamutu, atau bahkan gulung tikar, bila penyelenggara pendidikan hanya apa adanya,
tidak ada perubahan, tidak ada inovasi, tidak ada visi misi yang jelas, tidak ada skill
manajerial, tidak ada insentif yang memadai, dan tidak ada pemberdayaan sumber
daya manusia, dan sumber daya finansial yang memadai.

1
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Patoni(2022). ILMU PENDIDIKAN ISLAM.( Kabupaten Purbalingga:


EUREKA MEDIA AKSARA 2022)
Djoko Soelistya(2022). KEPEMIMPINAN STRATEGIS. ( Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2022)

Haidar Putra Daulay(2012).Pendidikan Islam Di Indonesia .( Kota Medan : Perdana


Publishing 2012)
Istikomah & Budi Haryanto(2021). Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia Learning Center 2021)

Jaja Jahari & A. Rusdiana (2020) . KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM.(Kota


Bandung: Yayasan Darul Hikam Jl. Ir. H. Juanda No. 285 2020)
Rahmat Hidayat(2016). Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam
Indonesia”. (Kota Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia 2016)
Siswanto(2015). PENDIDIKAN ISLAM DALAM DIALEKTIKA PERUBAHAN.(Kota
Surabaya: Pena Salsabila 2015)

Anda mungkin juga menyukai