Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kapita selekta pendidikan
KELOMPOK 12
Disusun oleh :
Sawangan - Depok
KATAPENGANTAR
Pertama-tama kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN ISLAM" tepat pada waktu yang diberikan. Lewat bagian pengantar ini pula
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah baik dalam entuk moril ataupun materil.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini atau pun dalam hasil jadi
makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan, sehingga makalah inipun masih sangat jauh
dari kata sempurna Oleh sebab itulah, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
tentunya bersifat membangun. Dengan tujuan dapat diadakannya perbaikan kepada makalah
ini sehingga makalah ini pun dapat menjadi lebih aikk dan dapat berguna bagi siapapun yang
membacanya.
Terima kasih
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemimpin...........................................................................................................4
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan umat
Islam. Pendidikan merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk meningkatkan
kadar keimanannya terhadap Allah SWT, karena orang semakin banyak mengerti
tentang dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam maka kemungkinan besar mereka akan
lebih tau dan lebih mengerti akan terciptanya seorang hamba yang beriman. Manusia
hidup dalam dunia ini tanpa mengenal tentang dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,
maka jelas bagi mereka sulit untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, apa lagi
menjadi hamba yang beriman2
1
Jaja Jahari & A. Rusdiana. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM.(Kota Bandung: Yayasan Darul Hikam
Jl. Ir. H. Juanda No. 285 2020) Hlm 01
2
Achmad Patoni. ILMU PENDIDIKAN ISLAM.( Kabupaten Purbalingga: EUREKA MEDIA AKSARA 2022)
Hlm 6
3
sekolah dituntut untuk memiliki kecakapan dan kemampuan dalam mengambil
keputusan yang tepat bijak dengan menyesuaikan dengan sumber daya yang ada3.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
3
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021) Hlm iii
4
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMIMPIN
Kodrat serta irodatnya manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak
Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi
sebagai Khalifah fil ardhi.Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah
ayat 30 yang berbunyi: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”;
“Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka
Bumi”.Bachtiar Surin menyampaikan yang dikutip oleh Maman Ukasbahwa
“Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu”.(Ukas, 1999) Dari uraian tersebut jelaslah
bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin.
Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai
petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya
serta komplek persoalannya4.
Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran
yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu.Dengan demikian
upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan
tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang
baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.Pemimpin
adalah individu yang memiliki kemampuan mempengaruhi dan memanfaatkan
kemampuan tersebut melalui sikap dan perilaku yang mengarahkan serta memotivasi
individu ataupun kelompok untuk mencapai tujuan organisasi melalui kesatuan
pemahaman dan kerja sama. Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang
baik setidaknya memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
1. Pengaruh: Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang
mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan.
2. Kekuasaan/power: Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia
memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.
3. Wewenang: Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada
pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu
hal/kebijakan.
4
Djoko Soelistya. KEPEMIMPINAN STRATEGIS. ( Kota Sidoarjo: Nizamia Learning Center 2022) Hlm 3
5
4. Pengikut: Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh,kekuasaan/power, dan
wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki
pengikut yangberada di belakangnya yang memberi dukungan danmengikuti apa yang
dikatakan sang pemimpin5.
Dalam hal ini pemimpin pun harus memiliki pengetahuanyang luas dan
berpendidikan, bertanggung jawab, dapat dipercaya,tertib dan teratur, dapat mengatur
waktunya dengan baik, keputusan dan dapat memberi contoh terhadap suatu golongan
atau organisasi tertentu dikarenakan adanya kekuasaan untuk mencapai suatu tujuan
bersama.6
Dalam Islam, kata pendidikan dapat bermakna tarbiyah, berasal dari kata kerja
rabba. Di samping kata rabba terdapat pula kata ta’dib, berasal dari kata addaba.
Selain itu, ada juga kata talim. Berasal dari kata kerja allama. Ketiga istilah tersebut
akan dibahas secara ringkas satu persatu sebagai berikut7:
1. Tarbiyah
Kata tarbiyah merupakan bentuk mashdar dari rabba yurabbiy tarbiyatan. Dalam
Alquran dijelaskan:
غی ًرا
ِ ص
َ ص صّ صحمھ صَ ص َ ِص غ
ص َ ص ص
َ ّا كصṿ َُْ
ص یصي اِّذ اًّح صم َ ْ ِْغ ّصھ
َ ص
ِغ غ
ِ ص
َي
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua denganpenuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilahmereka berdua, sebagaimana mereka berdua
telah mendidikku sewaktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 24).
6
5
Djoko Soelistya. KEPEMIMPINAN STRATEGIS. ( Kota Sidoarjo: Nizamia Learning Center 2022) Hlm 4
6
Ibid.Hlm 5
7
Rahmat Hidayat. Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia”. (Kota Medan:
Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia 2016) Hlm 5
7
c. mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya;
d. proses ini pendidikan ini dilakukan secara bertahap8.
2. Ta’dib
Muhammad Nadi al-Badri, sebagaimana dikutip olehRamayulis,
mengemukakan bahwa pada zaman klasik, orang hanya mengenal kata ta‘dib untuk
menunjukkan kegiatan pendidikan. Pengertian seperti ini terus terpakai sepanjang
masa kejayaan Islam, hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal
manusia waktu itu disebut adab, baik yang berhubungan langsung dengan Islam
seperti: fiqh, tafsir, tauhid, ilmu bahasa Arab dan sebagainya maupun yang tidak
berhubungan langsung seperti ilmu fisika, filasafat, astronomi,kedokteran, farmasi
dan lain-lain. Semua buku yang memuat ilmu tersebut dinamai kutub al-adab. Dengan
demikian terkenallah al-Adab al-Kabir dan al-Adab al-Shaghir yang ditulis oleh Ibn
al-Muqaffa (w. 760 M). Seorang pendidik pada waktu itu disebut Mu‘addib.Ta‘dib
adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada
manusia tentang tempattempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan
keberadaannya.9 Pengertian ini berdasarkan Hadis Nabi Saw.:
3. Ta`lim
8
membina kepribadian Nabi Adam as. melalui nama benda-benda yang diajarkan oleh
Allah dalam firman-Nya:
َ غ َكُ صَ غُی
ص ِ غ َص أبغصس ص
ْ ِغ ِ صَ صع ص صع َ ص اأ س َ ص َ
ص
ي ص صَ ھؤا ِ صي َ ّص ا
َ ً
ص ص َك صھي ث
ِ ْآ صع
ِغ غ ص ِ ِصھ صما أصن غبئي غ َ ص
ص ِغ ِ
9
dalam bidang pendidikan adalah karena banyaknya orang dan organisasi Islam tidak
10
Ibid
11
Rahmat Hidayat. Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia”. (Kota Medan:
Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia 2016) Hlm 11
10
puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Al-Qur'an dan studi Islam.
Pribadi-pribadi dan organisasi Islam pada awal abad ke 20 berusaha memperbaiki
pendidikan Islam baik dari segi isi maupun metode (Steenbrink, 1986: 27-28).
Realisas dari ide pembaharuan tersebut timbulnya usaha mendirikan madrasah.
Sampai pada tahun 1930 mata pelajaran yang diajarkan di madrasah-madrasah ini
adalah semata-mata pelajaran agama, kemudian sebagian madrasah mulai 1930-an
memasukian mata pelajaran umum. Kendatipun mata pelajaran umum telah
dimasukkan namun tekanan madrasah adalah tetap mata pelajaran agama dengan
tujuan untuk menciptakan manusia manusia yang ahli dalam ilmu agama12
12
Haidar Putra Daulay.Pendidikan Islam Di Indonesia .( Kota Medan : Perdana Publishing 2012)Hlm 80
13
Siswanto. PENDIDIKAN ISLAM DALAM DIALEKTIKA PERUBAHAN.(Kota Surabaya: Pena Salsabila 2015)
Hlm 93
11
mengambil tempat di daerah-daerah pedalaman untuk menjauh/menghindar dari
pengaruh dan pantauan Belanda. Dengan cara ini, pesantren di satu sisi memang
berhasil menjauh dari intervensi Belanda, tapi di sisi lain pesantren menjadi terasing
dari perkembangan masyarakat sehingga agak terlambat melakukan pembaharuan14.
Corak responsi umat Islam juga bersifat progresif memandang bahwa tekanan
pemerintah Hindia Belanda itu merupakan kebijakan diskriminatif. Usaha umat Islam
diarahkan untuk mencapai kesetaraan dan kesejajaran, baik dari sudut kelembagaan
ataupun kurikulum. Ketergantungan pada tekanan penjajah justru semakin akan
melemahkan posisi umat Islam sendiri. Begitu pun sebaliknya, membiarkan sikap
defensif terus menerus akan semakin memberikan ruang lapang bagi gerakan
pendidikan Hindia Belanda. Untuk itu, diperlukan upaya mengembangkan lembaga
pendidikan secara mandiri ala Belanda tetapi berbasis Islam, yakni tidak tercerabut
dari akar keagamaannya. Dengan demikian, cara progresif ini dilakukan umat islam
dengan cara ―menolak sambil meniru‖. Reaksi progresif ini terutama dipelopori
sejumlah ulama pembaharu, yaitu mereka yang mulai bersentuhan dengan gerakan
pembaharuan yang telah menggema di Timur Tengah sejak awal abad ke 19. Wujud
konkrit dari upaya ini adalah berdirinya sejumlah madrasah dan sekolah umum berciri
khas Islam dengan beberapa corak, yaitu: Pertama, pendirian madrasah dengan
dominasi mata pelajaran agama ditambah mata pelajaran umum (madrasah plus),
sebagaimana dilakukan Madrasah. Adabiyah Padang Panjang (1909). Kedua,
pendirian sekolah umum model Belanda ditambah mata pelajaran agama (sekolah
plus), seperti yang ditawarkan Sekolah Adabiyah Padang (1915). Ketiga, pendirian
madrasah dengan bidang kajian sepenuhnya agama (madrasah diniyah) yang dikelola
secara modern, sebagaimana ditawarkan Madrasah Sumatera Thawalib (1919). Dalam
perkembangan berikutnya, pendirian lembaga pendidikan Islam modern dilakukan
secara massif oleh umat Islam di berbagai penjuru tanah air15.
14
Siswanto. PENDIDIKAN ISLAM DALAM DIALEKTIKA PERUBAHAN.(Kota Surabaya: Pena Salsabila 2015)
Hlm 95
15
Ibid. Hlm 96
12
dibagi kepada dua: Pertama, Madrasah Aliyah (MA) dan kedua Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK). Madrasah Aliyah (MA) adalah sekolah umum yang berciri khas
Islam. Dengan demikian, kurikulumnya persis seperti yang ada pada sekolah umum
yang diberi ciri keislaman. Sedangkan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
dipersiapkan untuk siswa yang akan mempelajari ilmu-ilmu keterampilan16.
16
Haidar Putra Daulay.Pendidikan Islam Di Indonesia.(Kota Medan : Perdana Publishing 2012) Hlm 84
17
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021)Hlm 133
13
stakeholdersnya. Perencanaan yang mencakup penegasan dan kejelasan visi, misi,
tujuan dan strategi organisasi, merupakan hal penting untuk dicermati oleh semua
pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan, agar organisasi secara konsisten
dapat bergerak meraih keberhasilan dan kesuksesan. Setiap pemimpin di lingkup
pendidikan Islam pasti memiliki keinginan untuk membangun lembaga pendidikan
Islam yang unggul di berbagai sisi, namun dalam kenyataannya belum semua mampu
menciptakannya, dikarenakan oleh berbagai hal. Ketidakmampuan pemimpin di
lembaga pendidikan Islam dalam menciptakan lembaga pendidikan Islam unggul
(pesantren, madrasah dan sekolah-sekolah Islam) terutama berkaitan dengan
pemahaman, kepedulian dan komitmennya dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya. Sebagai pemimpin pendidikan Islam, kepala sekolah/madrasah
atau pimpinan pesantren tentu mengahadapi tantangan yang berat, untuk itu harus
memiliki Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam 135 persiapan yang
memadai serta memerlukan tim , yaitu orang yang akan membantunya dalam
melaksanakan program yang telah direncanakannya serta membantunya mengawasi
serta melakukan evaluasi.18
18
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021) Hlm 134
14
Sebagai administrasi pendidikan, pemimpin pendidikan Islam mempunyai tugas dan
tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam
kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya seperti membuat rencana atau program
tahunan, menyusun organisasi lembaga pendidikan Islam, melaksanakan
pengoordinasian dan pengarahan dan melaksanakan pengelolaan kepegawaian.
4. Sebagai supervisor
Fungsi pemimpin pendidikan Islam sebagai supervisor mencakup kegiatan-kegiatan
yang bersangkutan dengan pembangkitan semangat dan kerjasama guru-guru,
pemenuhan alat dan perlengkapan lembaga pendidikan Islam demi kelancaran
pengajaran, pengembangan dan pembinaan pengetahuan serta ketrampilan guru-guru,
dan kerjasama antarlembaga pendidikan Islam dan masyarakat yang semuanya
ditujukan untuk mempertinggi mutu pendidikan dan pengajaran siswa19.
5. Sebagai leader
Pemimpin pendidikan Islam sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan dan membuka komunikasi
dua arah dan mendelegasikan tugas
6. Sebagai Innovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, pemimpin
pendidikan Islam harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di madrasah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
7. Sebagai Motivator
Sebagai motivator, pemimpin pendidikan Islam harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan
suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar20.
Manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam sangatlah penting dan
dibutuhkan dalam setiap nafas pendidikan Islam, penyelenggaraan pendidikan Islam
19
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021)Hlm 139
20
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021) Hlm 140
15
yang bermotif apapun, akan mengalami penurunan, la yahya wala yamutu, atau
bahkan gulung tikar, bila penyelenggara pendidikan hanya apa adanya, tidak ada
perubahan, tidak ada inovasi, tidak ada visi misi yang jelas, tidak ada skill manajerial,
tidak ada insentif yang memadai, dan tidak ada pemberdayaan sumber daya manusia,
dan sumber daya finansial yang memadai. Hal tersebut, akan mempengaruhi
kelangsungan hidup lembaga. Lembaga akan eksis bila ada perubahan, inovasi,
pengelolaan dan manajerial yang profesional, transparansi pengelolaan keuangan, dan
pemberdayaan segala sumberdaya yang ada. 21
21
Istikomah & Budi Haryanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.(Kota Sidoarjo: Nizamia
Learning Center 2021) Hlm 141
16
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1
DAFTAR PUSTAKA