Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

MACAM-MACAM TEORI KEPERAWATAN

(KONSEP DASAR KEPERAWATAN)

Disusun Oleh:

Kelompok 2 Ners TK 1B

Annisa Ryandi 223310964

Diva Amiroh Azzahra 223310969

Muhammad Rahim 223310980

Ririn Rahmi Fitria 223310991

Sabina Fandama Lizanda 223310992

Dosen Pengampu:

Efitra, S.Kp, M.Kep

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyesaikan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan
bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin Ya Robbal Alamiin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….................

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………............................
B. Rumusan Masalah………………………………………………...........................
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….............

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..

A. Teori Florance Nightingale…….………………………………………………….


B. Teori Virginia Henderson……………………...………………………………….
C. Teori Orem ………………………………………………………………………..
D. Teori Calista Roy…………………………………………………………….
E. Teori Daijean Watson……………………………………………………………..
F. Teori Imogene M. King…………...………………………………………………
G. Teori Leininger……..……………………………………………………………..
H. Teori Betty Newman…..………………………………………………………….
I. Teori Hildegard E. Peplau...………………………………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………...................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia, kesehatan merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh setiap manusia. Oleh
sebab itu maka didirikanlah sebuah Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health .)Organization/WHO) adalah salah satu badan PBB yang bertindak sebagai
koordinatorkesehatan umum internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss. WHO didirikan
oleh PBB pada 7 April 1948. Direktur Jendral sekarang adalah Margaret Chan untuk mulai
8 November 2006. Menurut WHO (1947) sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (WHO,1947). Definisi WHO tentang sehat memiliki karakteristik
berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman danMandel. 1994) :
Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh,melihat sehat dengan
mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal, dan penghargaan terhadap pentingnya
peran individu dalam hidup. Tidak hanya organisasi kesehatan saja didirikan untuk
memajukan kesehatan maka butuhlah tenaga atau profesi.
Selain itu, peningkatan kehidupan karena kebutuhan masyarakat serta kebutuhan
kesehatan dan kebijakan. Keperawatan berespon dan beradaptasi terhadap perubahan,
menghadapi tantangan baru yang timbul. Keperawatan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga
2000 secara keseluruhan jumlah mendominasi tenaga Kesehatan yang ada, dimana 1000
memberikankonstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu
kesatuan yangrelatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu
profesibentuk pelayanan profesional yang sesuai dengan standart memperhatikan kaidah
etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima olehmasyarakat dengan
baik. Prdari sayakepe rawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam
melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori 1000 yang
sudah dimunculkan.
Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep 2000 merupakan ideuntuk
menyusun suatu kerangka konseptual atau model 2000-an. Teori adalah sekelompok
konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan
suatu proses, peristiwa atau kejadian yang tidak sadar fakta-fakta yang telah di observasi
tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung. Yang dimaksud Teori Keperawatan
adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai konser Teori
yang digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam 2000,dan model
konsep 2000 digunakan dalam menentukan model praktek 2000-an.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang akan dibahas,
yaitu:
1. Apa itu teori Florance Nightingale?
2. Apa itu teori dari Virginia Henderson?
3. Apa itu teori dari Orem?
4. Apa itu teori dari Calista Roy?
5. Apa itu teori dari Jean Watson?
6. Apa itu teori dari Imogene King?
7. Apa itu teori dari Leininger?
8. Apa itu teori dari Betty Neuman?
9. Apa itu teori dari Peplau?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan penulisan yang akan dibahas,
yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Florance Nightingale.
2. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Virginia Henderson.
3. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Orem.
4. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Calista Roy.
5. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Jean Watson.
6. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Imogene King.
7. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Leininger.
8. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Betty Neuman.
9. Untuk mengetahui dan memahami teori dari Peplau.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Florence Nightingale

Teori lingkungan Nightingale diakui secara global dan banyak digunakan oleh
perawat untuk membantu pasien dalam penyembuhan dengan cara yang alami (Iram,
2018). Beberapa asumsi yang diungkapan Nightingale adalah: (Kamau et al., 2015).
1) Perawat dididik dan dilatih di bidang perawatan pasien.
2) Perawat berfokus pada lingkungan dan bagaimana memanipulasinya untuk
menempatkan pasien dalam kondisi terbaik agar mencapai kesehatan dan
penyembuhan.
3) Lingkungan sangat penting bagi kesehatan pasien.
4) Perawatan dan pengobatan terpisah.
5) Keperawatan adalah ilmu dan seni.

Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan


secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis, dan lingkungan
sosial.
1. Lingkungan Fisik (Physical Enviroment).
Merupakan lingkungan dasar/alami yan berhubungan dengan ventilasi dan udara.
Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu
akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari
debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara
bersih, tidak lembab, bebas dari bau - bauan.

Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi


orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus
memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi
pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
1) Ventilasi
Penekanan Nightingale pada ventilasi yang baik menunjukkan bahwa ia
mengenali lingkungan sebagai sumber penyakit sekaligus sebagai pemulihan.
Perawat diperintahkan untuk menata lingkungan dengan mempertahankan
ventilasi dan kehangatan pasien menggunakan pemanasan yang baik, membuka
jendela dan memposisikan pasien di dalam ruangan yang tidak lembab
(Alligood, 2017).

2) Cahaya
Secara khusus, Nightingale mengidentifikasi sinar matahari langsung sebagai
salah satu kebutuhan bagi pasien. Nightingale menjelaskan bahwa cahaya
memiliki efek nyata bagi tubuh untuk mencapai efek menguntungkan dari sinar
matahari, para perawat diinstruksikan untuk menggerakkan dan memposisikan
pasien untuk mengekspos mereka terhadap sinar matahari (Alligood, 2017;
Pirani, 2016).

3) Kebersihan
Nightingale mencatat bahwa lingkungan yang kotor (lantai, dinding, seprai, dan
kapet) adalah sumber infeksi dari bahan organik yang dikandungnya. Bahkan
meskipun lingkungan berventilasi baik, kehadiran bahan organik dapat
menciptakan area kotor. Oleh karena itu, penanganan dan pembuangan kotoran
tubuh dan limbah yang tepat diperlukan untuk mencegah kontaminasi
lingkungan. Nightingale menganjurkan pasien menjaga kebersihan tubuh
dengan mandi setiap hari dimana pada masa itu praktik ini bukan hal yang biasa.
Dan mengharuskan perawat menjaga kebersihan setiap hari, mencuci tangan,
mengganti baju dan linen. Konsep ini menyimpan makna khusus untuk
perawatan pasien individu, dimana sangat penting dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat yang tinggal di dalam kondisi lingkungan yang sesak dan
bermutu rendah, dengan penanganan limbah yang memadai dan akses yang
terbatas pada air murni (Alligood, 2017).

4) Diet
Para perawat diintruksikan untuk tidak hanya menilai asupan makanan, tetapi
juga jadwal makan dan efeknya pada pasien. Nightingale percaya bahwa pasien
dengan penyakit kronis bisa kekurangan asupan makanan yang tidak disengaja,
dan perawat diharapkan bisa memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan baik
(Alligood, 2017; Kamau et al., 2015).

5) Kebisingan
Menurut Nightingale perawat perlu menilai kebutuhan terhadap ketenangan dan
mempertahankannya. Kebisingan diciptakaan oleh kegiatan fisik di daerah
sekitar kamar pasien dan harus dihindari karena dapat mengganggu pasien.

2. Lingkungan Psikologi (Psychology Enviroment).


F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan
stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu
ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsang semua
faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.

Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara


menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu - buru atau terputus -
putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya
sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar
lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan
harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya. Selain itu, membicarkan kondisi - kondisi lingkungan dimana dia
berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik
dapat memberikan rasa nyaman.

3. Lingkungan Sosial (Social Environment).


Observasi dari lingkungan sosial terutama hubungan yang spesifik, kumpulan data -
data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit.

Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam


hubungan dengan kasus - kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang
ditunjukkan pasien pada umumnya.

Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu


dibicarakan dalam hubungnya individu pasien yaitu lingkungan pasien secara
menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit
tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus.

B. Teori Virginia Henderson

Virginia Henderson lahir pada 1897, di Kansas City. Ia memperkenalkan definisi


keperawatan. Definisinya tentang keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikannya dan kecintaanya dengan keperawatan saat Ia melihat korbankorban perang
dunia. Ia mengatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip
kesetimbangan fisiologis. Menurutnya, “Tugas unik perawat ialah membantu individu, baik
dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui usahanya melakukan berbagai aktifitas guna
mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai”
dengan begitu maksud dari teori Virginia Henderson yaitu berusaha mengembalikan
kemandirian, kekuatan, kemampuan, kemauan, dan pengetahuan individu tersebut. Selain
itu, Virginia Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan “The Actifities
of Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat ialah membantu individu
dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat harus mandiri dalam
mengerjakan tugasnya dan tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap harus
menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.

Teori Keperawatan Menurut Virginia Henderson:


Tugas unik perawat adalah membantu individu baik dalam keadaan sakit maupun
sehat melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan
penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dilakukan secara
mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan
untuk itu. Handerson mengemukakan teori tersebut dikarenakan keyakinan dan nilai yang
dia percayai yaitu manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Selain itu dia juga
mengatakan dalam mendefinisikan tentang keperawatan harus memikirkan keseeimbangan
fisiologisnya.

Henderson menghubungakan hal-hal tersebut dengan kegiatan sehari-hari dan Ia


juga memberikan gambaran tentang bagaimana tugas perawat harus bisa mengkaji,
menganalisis dan mengobservasi untuk bisa memberikan dukungan dalam kesehatan dan
proses penyembuhan atau pemulihan dengan demikian individu tersebut mendapatkan
kembali kemandirian dan kebebasan yang merupakan tujuan mendasar dari teori tersebut.
Ia juga berpendapat dalam sudut Epistemologi karakteristik ilmu keperawatan, manusia
adalah makhluk yang unik, dan tidak ada yang memiliki kebutuhan dasar yang sama yang
dalam pemenuhannya memerlukan bantuan orang lain (Kusuma, 2014).

a. Manusia
Henderson melihat manusia individu yang mengalami perkembangan rentang
kehidupan yang dalam meraih kesehatan, kebebasan, dan kematian yang damai
membutuhkan orang lain. Ia melihat bahwa pikiran dan tubuh manusia adalah satu
komponen yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu Ia membagi kebutuhan dasar
manusia itu menjadi 14 komponen penanganan perawatan, dimana kebutuhan dasar
manusia itu diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu komponen kebutuhan
biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual. Di antaranya yaitu:
i. Biologis
 Bernapas secara normal.
 Makan dan minum dengan cukup.
 Membuang kotoran tubuh.
 Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
 Tidur dan istirahat.
 Memilih pakaian yang sesuai.
 Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan.
 Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen.
 Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.

ii. Psikologis
 Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
 Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
iii. Sosiologis
 Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
 Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.

iv. Spiritual
 Beibadah sesuai dengan keyakinan.

b. Keperawatan
Dalam menjalankan fungsinya penanganan keperawatan didasari oleh 14 kebutuhan
dasar manusia (independence). Untuk membantu individu yang sakit maupun sehat
untuk mendapatkan kembali pemulihannya yang tujuannya ialah kebebasan.
c. Kesehatan
Dalam mendapatkan kesehatan manusia perlu memiliki kesadaran dan
pengetahuan dalam meningkatkan kualitas hidup lebih baik yang menjadi dasar
manusia berfungsi bagi kemanusiaan karena mencegah lebih baik daripada
mengobati penyakit. Agar manusia mendapatkan kesehatannya maka diperlukan
kemandirian dan saling ketergantungan.
Lingkungan
d. Lingkungan adalah salah satu yang harus di perhatikan karena lingkungan sekitar
adalah cerminan pola kehidupan manusia dan merupakan faktor yang memiliki
pengaruh besar bagi kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam lingkungan
yaitu:
 Manusia harus mampu menjaga lingkungan sekitarnya agar tetap dalam
kondisi sehat.
 Perawat dituntut mampu menjaga pasien dari cedera mekanis.
 Sebagai seorang perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang
kesehatan, kebersihan, dan keamanan lingkungan.
 Perawat harus mampu membuat observasi secara menyeluruh terhadap
seorang pasien dengan tepat agar hasilnya dapat membantu dokter dalam
memberikan resep.
 Dalam menjalankan tugasnya perawat harus memiliki ketelitian agar dapat
meminimalkan peluang terjadinya kecelakaan atau luka dikarenakan sarana
kontruksi bangunan dan pemeliharaannya.
 Dalam menjaga keselamatan yang lebih bagi seorang pasien maka perawat
harus memiliki pengetahuan tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan
untuk memperkirakan adanya ancaman. (Hidayat, 2007)

Pelayanan kepada pasien:


Sebagai perawat dituntut harus memiliki pendekatan dengan pasien agar
mendukung dalam proses memberikan pelayanan,maka dalam melayani pasien
terbentuklah suatu hubungan antara perawat dengan pasiennya. Menurut Henderson, ada
tiga tingkatan hubungan ketergantungan pasien dengan perawat dari yang sangat
bergantung hingga mendapatkan kembali kemandirian pasien.diantaranya yaitu :
1) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien.
2) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
3) Perawat sebagi mitra (partner) bagi pasien.
Di saat seorang pasien dalam keadaan sakit maka ia akan mengalami penurunan
kekuatan fisik, kemampuan, atau kemauan pasien. Dan pada situasi yang gawat disinilah
perawat berperan untuk memenuhi kekurangan pasien dan melengkapinya hingga masa
gawatnya berlalu dan kemasa pemulihan. Inilah yang disebut perawat sebagai pengganti
(substitute), dan setelah melewati masa tersebut maka seorang pasien akan berangsur-
angsur mendapatkan kemandiriannya kembali walaupun kemandirian sifatnya relatif karena
manusia adalah makhluk sosial atau tidak bisa hidup tanpa orang lain dan kebutuhan tiap-
tiap manusia berbeda. Disinilah peran perawat sebagai penolong (helper) dalam berusaha
mewujudkan kesehatan pasien membantunya mendapatkan kembali kemandirianya.
Sebagai mitra (partner) perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan
kesehatan pasien walaupun mengalami dugaan yang berbeda tetap saja pasien memiliki
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi hanya saja kebutuhan dasar yang dimaksud
dipengaruh oleh kondisi patologis dan faktor lainnya seperti lingkungan, usia,dan budaya.
(ChandraNers, 2012).

Menurut Henderson, tugas perawat membantu pasien dalam melakukan manajemen


kesehatan saat tidak ada dokter dan Ia tidak menyetujui akan filosofi bahwa seorang dokter
boleh memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya dan ia juga
mengatakan bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Rencana
keperawatan yang telah disusun oleh perawat dan pasien harus dijalankan dengan optimal,
agar dapat diobservasi untuk membatu pengobatan yang akan ditentukan oleh dokter.
(ChandraNers, 2012)

Konsep kepedulian menurut Virginia Henderson:


a) Kepedulian adalah suatu hal yang berfokus pada menolong orang lain untuk sembuh
atau pulih
b) Kepedulian adalah suatu rasa kepuasan dalam menolong orang lain
c) Kepedulian yang optimal adalah kepedulian yang dapat meningkatkan kesehatan
individu
d) Kepedulian yang baik adalah respon yang diterima pasien yang mempengaruhi
bagaimana kesehatannya nanti
e) Lingkungan yang penuh dengan rasa kepedulian akan membantu seseorang dalam
mengambil keputusan dalam kehidupannya.
f) Kepedulian adalah fokus utama keperawatan
g) Kepedulian adalah unsur dari pengetahuan fisik dengan prilaku dalam membantu
meningkatkan kesehatan seseorang.

Aplikasi teori Henderson dalam proses keperawatan


Definisi keperawatan menurut Henderson perawat berkaitan erat dengan aplikasi
penanganan kesehatan yang berinteraksi langsung denga pasien dengan mengubah kondisi
pasien dari yang semula tidak mampu atau bergantung menjadi mandiri dengan
menerapkan 14 komponen penanganan perawatan (Baitynb, 2014) seperti:
a) Pengkajian
Perawat melakukan penilaian dengan berdasarkan 14 komponen kebutuhan dasar
yang dapat dilakukan pendekatan yang meliputi psikologis,sosial dan spritual
dengan demikian maka perawat dapat mengenali kebutuhan yang diperlukan pasien
sehingga dapat diterapkan untuk pengkajian dan persiapan.
b) Observasi
Menganalisis dengan mengunakan indra berupa indra penglihatan,pendengaran dan
peraba setelah itu membandingkan dengan pengetahuan tentang sehat-sakit
c) Perencanaan
Menurut Henderson,perencanaan adalah akitivitas penyusunan dan perbaikan
susunan perawatan terhadap proses penyembuhan yang telah disususn bersama
antara perawat dengan pasien dan dokumentasi proses bagaimana perawat
memebantu pemulihan dari sakit hingga sembuh.
d) Implementasi
Proses melakukan penyusunan rencana perawatan yang telah disusun yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana
perawatan untuk pemulihan dari kondisi sakit atau meninggal dengan damai.
e) Interverensi
Tahap dimana dalam pengapilikasianya terlebih dahulu melihat prinsip
fisiologis,usia,latar belakang budaya,keseimbangan emosional,kemampuan
intelektual dan fisik individu.
f) Evaluasi
Dalam kesinambungan tahap-tahap tersebut antara pengkajian, observasi,
perencanaan, implementasi, inteverensi dan yang terakhir adalah evaluasi yaitu
catatan akhir yang berupa perkembangan dalam criteria yang diharapkan, dalam
pencapaian kemandirian pasien dalam melakukan aktivitasnya seharihari
berdasarkan 14 kebutuhan dasar tersebut.

Aplikasi Teori V Henderson:


Perawat memiliki tugas untuk membantu individu yang sehat maupun sakit
(hubungan perawat dengan pasien), tugas-tugas perawat sebagai suatu team medis
(Perawat sebagai anggota team), dan tugas perawat tidak tergantung pada dokter namun
dia mengajukan rencananya (hubungan perawat dengan dokter).
Henderson mengidentifikasi 14 kebutuhan dasar pasien yang meliputi: bernafas
normal, makan dan minum dengan cukup, eliminasi, bergerak dan menjaga posisi,
istirahat tidur, memilih pakaian yang sesuai, menjaga suhu tubuh, menjaga tubuh tetap
bersih, menghindar dari bahaya dalam lingkungan, berkomunikasi, beribadah sesuai
keyakinan, bekerja, rekreasi dan bermain, belajar. Tiga tingkatan hubungan perawat–
pasien dapat dikenali, mulai dari hubungan sangat tergantung hingga hubungan sangat
mandiri yaitu;
1) Perawat sebagai substitusi (pengganti) bagi pasien, pada saat penyakitnya
gawat perawat menggantikan apa saja yang kurang, yang terjadi karena
ketidakmampuan fisik, ketidaktahuan dan ketidakmauan.
2) Perawat sebagai helper (penolong)
3) Perawat sebagai partner (rekan) pasien, perawat dan pasien bersama-sama
merumuskan rencana keperawatan

Selain 3 tingkatan hubungan di atas Henderson juga menjelaskan bahwa perawat


dapat mengubah lingkungan jika dianggap perlu, dan selalu berusaha mencapai tujuan
apakah berupa kesembuhan pasien atau kematian dengan damai.

Kelebihan dan kelemahan teori Virginia Handerson:


 Kelebihan
a. Cara pengkajian dengan melakukan pendekatan dengan teori 14 kebutuhan dasar
manusia virginia henderson dapat menginterpretasi respon klien atau pasien
sehingga pengkajian dapat dilakukan terhadap penyakit yang dialami pasien.
b. Dapat mengidentifikasi secara holistik kebutuhan dan respon yang ditimbulkan oleh
klien atau pasien untuk digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan
menyeluruh dan berkesinambungan berdasarkan tingkatan kebutuhan dan
ketergantungan pasien
c. Sebagai ahli teori keperawatan Henderson telah memberi dampak yang begitu besar
dalam memepengaruhi citra keperawatan sebagai profesi yang mendunia.
d. Teori-teori yang telah dikemukaan oleh Henderson bukanlah teori atau model
abstrak semata saja melainkan teori yang dibuat berdasarkan keanekaragaman
pengalaman yang ia miliki selama mendedikasikan kecintaannya pada dunia
keperawatan.
e. Henderson mengasumsikan bahwa perawat adalah profesi yang unik dan mandiri
karena keperawatan adalah profesi yang dapat berkerja sendiri atau mandiri
bersama tim kesehatan lainya bukan hanya karena instruksi dari dokter.
f. Henderson mengemukakan model dan teori dasar keperawatannya dengan
menghubungkannya dengan aktivitas sehari-hari.
g. Dalam pemaparan model dan teori dasar keperawatannya,Henderson memberikan
gambaran bagaimana tugas seorang perawat.
h. Teori henderson berpendapat bahwa melakukan pendekatan terhadap pasien dengan
tahapan-tahapan seperti: mengkaji dan melakukan berbagai usaha pendekatan dapat
mengoptimalkan perkembangan pemulihan pasien lebih cepat.
i. Model dan teori kebutuhan dasar yang diungkapkan Henderson bekerja secara
berkesinambungan untuk mendapatkan kemandirian yang menjadi tujuan utama
dalam teori ini,tahapan yang berupamengkaji,menganalisis hingga mengevaluasi
segala proses pemulihan kemandirian.
j. Henderson mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk yang dalam
perkembangan sehat,sakit hingga mati membutuhkan orang lain.
k. Teori Henderson menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak bisa
dipisahkan karena itu Ia memuat kebutuhan psikologis dan spritual dalam 14
komponen kebutuhan dasar manusia.
l. Berbagai asumsi model dan teori keperawatan Henderson memiliki kesesuaian
dengan riset ilmuan Maslow yang bisa dikatakan sebagai validitas teori Henderson.
m. Dalam model dan teori dasar keperawatan Henderson, ia mengatakan bahwa
keperawatan adalah kepedulian kepada orang lain,dan tugas perawat langsung
berhubungan dengan pasien.

 Kelemahan
a. Model dan teori Henderson hanya mendasarkan segala tugas perawat hanya pada
fokus akan salah satu pihak yaitu pada penyembuhan atau pemulihan secara fisik
saja.
b. Teori Henderson mengungkapkan segala komponen dasar manusia, Hubungan
antara pasien dan perawat, pendekatan dengan berbagai tahapan, bahkan
pengaplikasian teori tersebut hanya berfokus pada terwujudnya kemandirian pasien.
c. Model dan teori dasar keperawatan dalam teori Virginia Henderson hanya di
berfokus pada 14 komponen kubutuhan dasar manusia yang Ia ungkapkan.
d. Pada teori Virgina Henderson tidak memuat tentang adanya riwayat kesehatan
seperti: riwayat kesehatan sekarang,riwayat kesehatan masa lalu,keluhan pasien.
e. Ketidaksesuaian pada butir sebelumnya menyebabkan ketidaksesuaian
pencantuman riwayat kesehatan keluarga dalam kemampuan menghindari bahaya
dan trauma pada lingkungan dalam pengkajian dan pendekatan teori Virginia
Henderson.

C. Teori dari Orem

Keperawatan mandiri (self-care) menurut Dorothea E. Orem adalah suatu


pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya
sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit. Menurut Orem, asuhan keperawatan
dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat
diri sendiri sehingga membantu individu dalam memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan, dan mencapai kesejahteraan (Asmadi, 2008).

Orem dalam teori sistem keperawatannya menggarisbawahi tentang bagaimana


kebutuhan self care klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien atau keduanya. Orem memberi
label teorinya sebagai teori umum yang terdiri atas tiga teori terkait, yaitu teori self-care,
teori self-care deficit, dan teori nursing system theory (Asmadi, 2008). Self-care adalah
kontribusi yang secara terus menerus dari individu dewasa terhadap kelanjutan eksistensi
kesehatan dan kesejahteraan. Self-care juga berarti individu pribadi yang memprakarsai dan
melaksanakan sendiri aktivitas yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan
kesehatan dan kesejahteraan. Teori self-care menekankan bahwa setiap orang mempunyai
kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri dan berhak untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri kecuali jika tidak memungkinkan. Orang yang biasa memenuhi kebutuhan self-care
sendiri disebut self-care agent yaitu orang dewasa yang normal dan sehat merupakan agen
untuk dirinya sendiri, sedangkan bagi bayi, anak, orang sakit berat atau tidak sadar
memerlukan keluarga atau perawat sebagai dependent care agent (Purwandari, 2008).

1. Teori self care meliputi:


a. Self Care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan
oleh individu itu sendiri dalam memenuhi 24 serta mempertahankan kehidupan,
kesehatan serta kesejahteraan.
b. Self Care Agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan
emosional, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
c. Self Care Demand merupakan tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri
sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu
untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam
tindakan yang tepat.
d. Self Care Requisites merupakan kebutuhan self care merupakan suatu tindakan
yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat
universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya
mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis,
yaitu: Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang
merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan
yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites
(kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
e. Teori Nursing System merupakan sistem keperawatan ketika perawat
menentukan, mendisain, dan menyediakan perawatan yang mengatur individu
dan mencapai pemenuhan kebutuhan perawatan diri (Sambalanumakku, 2014).

2. Kebutuhan self-care dibagi tiga kategori:


a. Universal self-care. Disebut juga kebutuhan dasar manusia, meliputi kebutuhan
udara, air, makanan, eliminasi, keseimbangan aktivitas dan istirahat.
b. Development self-care. Kebutuhan yang timbul menurut tahap perkembangan
individu dan lingkungan tempat 25 individu tersebut berada sehingga kebutuhan ini
dihubungkan dengan siklus kehidupan manusia.
c. Health deviation self-care. Kebutuhan yang ada jika kesehatan seseorang terganggu
yang mengakibatkan perubahan perilaku self-care (Purwandari, 2008).

Teori self-care deficit. Bila individu mampu memenuhi tuntutan self care,
kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri akan terpenuhi, tetapi bila tuntutan lebih
besar dari kemampuan, akan terjadi ketidakseimbangan yang disebut self-care
deficit.

3. Self-care deficit merupakan:


a. Inti dari Orem general theory of nursing, sebab hal ini menggambarkan
kapan keperawatan ini diperlukan.
b. Kriteria untuk mengidentifikasi apakah seseorang memerlukan bantuan
asuhan keperawatan.

Orem’s menggambarkan kapan keperawatan diperlukan, keperawatan diperlukan


jika kemampuan kurang dibandingkan dengan kebutuhan dan kemampuan
sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa yang akan datang
kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan. Terdapat
lima bantuan menurut Orem yaitu bertindak untuk orang lain, membimbing,
memberikan dukungan fisik maupun psikis, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan perkembangan personal dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan
yang akan datang dan mengajarkan (Kusnanto, 2007).

Lima area aktivitas untuk praktik keperawatan. Pertama, membina dan memelihara
hubungan dengan individu, keluarga dan kelompok sampai pasien mampu untuk
merawat dirinya. Kedua, menentukan kapan dapat dibantu. Ketiga memberikan
respons terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan pasien untuk bantuan
perawat. Keempat, memberikan dan mengatur bantuan langsung. Kelima,
koordinasi dan integrasi keperawatan dengan pasien, sosial kultural dan edukasinya
(Kusnanto, 2007).

Teori ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang terapeutik sesuai dengan
kebutuhan. Perawatan diri sendiri menjadi suatu langkah awal yang dilakukan oleh
individu, yang berlangsung secara berkelanjutan sesuai keadaan dan keberadaannya,
keadaan sehat dan kesempurnaan. Perawatan mandiri adalah perilaku yang
dipelajari dan dipengaruhi oleh metaparadigma individu, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.

4. Keyakinan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan adalah:


a. Klien Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari
sakit/trauma atau coping dan efeknya.
b. Sehat Kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self care
yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas
struktural fungsi dan perkembangan.
c. Lingkungan Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk di dalamnya tetapi tidak spesifik.
d. Keperawatan Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat
dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural,
fungsi dan perkembangannya. Berdasarkan keyakinan empat konsep utama
diatas, Orem’s mengembangkan konsep modelnya hingga dapat
diaplikasikan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

D. Teori dari Calista Roy

Teori Calista Roy yang dikenal dengan model adaptasi Calista Roy merupakan teori
model keperawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif serta mampu merubah
perilaku yang inefektif. Dalam Teori Calista Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai
makhluk holistik yang berinteraksi secara konstan dengan perubahan lingkungan sebagai
sistem adaptif sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, output, dan proses
umpan balik (Hartanti, 2014)
Konsep Calista memiliki empat konsep sentral yang meliputi : manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan (Hartanti, 2014). Empat elemen tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem, yaitu:
1. Manusia

Dalam teori Calista Roy mendefinisikan manusia merupakan fokus utama dalam
keperawatan, penerima asuhan keperawatan, sesuatu yang hidup menyeluruh
(kompleks), sistem adaptif dengan proses internal (kognator dan regulator) yang
aplikasinya dibagi dalam empat komponen adaptasi (fisiologi, konsep diri, fungsi
peran, dan interdependensi). Teori Calista Roy mengemukakan bahwa manusia
sebagai sebuah sistem adaptif yang meliputi:
1) Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi, dan sosial yang berinteraksi
dengan lingkungan secara terus-menerus.
2) Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial. Manusia sebagai sistem adaptif, dapat
digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai masukan
(input), kontrol, keluaran (output), dan proses umpan balik (feedback) (Nurjanah,
2017).
Gambar 2.1 Model Konseptual Calista Roy

“Manusia sebagai Sistem Adaptasi”

Sumber : Tomey dan Alligood. 2006

a) Masukan (input)

Menurut Calista Roy, input adalah sebagai stimulus yang merupakan


kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respons. Selain itu sebagai suatu sistem yang dapat
menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari lingkungan dalam individu
itu sendiri, di mana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal,
kontekstual, dan stimulus residual (Hartanti, 2014). Berikut merupakan
penjelasan dari ketiga stimulus:
(1) Stimulus fokal merupakan stimulus internal maupun eksternal
yang secara langsung dapat menyebabkan ketidakseimbangan atau
keadaan sakit yang dialami saat ini.
(2) Stimulus kontekstual merupakan semua rangsangan yang lain
yang datang dalam situasi yang memberikan efek dari
stimulus fokal. Dengan kata lain, stimulus yang dapat menunjang
terjadinya sakit (faktor pencetus)/keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak
terlihat langsung pada saat ini.
(3) Stimulus residual adalah faktor internal maupun eksternal manusia
dengan efek pada situasi saat ini yang tidak jelas. Merupakan keyakinan
dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan
tidak sehat atau disebut dengan faktor predisposisi sehingga terjadi kondisi
fokal. Misalnya persepsi orang tentang anak tunagrahita, gaya hidup,
peran, dan fungsi.
b) Kontrol

Menurut Teori Calista Roy, proses kontrol seseorang adalah bentuk


mekanisme koping yang digunakan untuk melakukan kontrol yang terdiri dari
subsistem regulator dan kognator. Subsistem regulator mempunyai komponen
input-proses, dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmitter regulator system adalah kimia, neural atau endokrin. Terjadinya
refleks otonom merupakan output perilaku yang dihasilkan dari regulator
sistem, banyak sitem fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku subsistem
regulator (Hartanti, 2014).
Subsistem kognator merupakan stimulus berupa eksternal maupun internal.
Output perilaku dari subsitem regulator dapat menjadi stimulus umpan balik
untuk sistem kognator. Proses kontrol subsistem kognator berhubungan
dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian, dan emosi (Nurjanah, 2017). Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih perhatian, mencatat, dan mengingat.
c) Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur, atau
secara subjektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar.
Perilaku ini merupakan umpan balik dari sistem. Calista Roy dalam teorinya
mengidentifikasi output sistem sebagai respons adaptif atau respons yang
maladaptif. Respons adaptif dapat meningkatkkan integritas seseorang yang
secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang mampu memenuhi tujuan
hidup, berupa kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi, dan menjadi
manusia yang berkualitas. Sedangkan respons maladaptif merupakan perilaku
yang tidak mendukung tujuan seseorang (Hartanti, 2014).
d) Efektor

Calista Roy dalam teorinya mengembangkan proses internal sesorang sebagai


sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor. Sistem tersebut memiliki
empat mode adaptasi, antara lain; fungsi fisiologis, konsep diri, penampilan
peran, dan interdependensasi. Berikut merupakan fungsi dari setiap mode:
(1) Fungsi Fisiologis

Fungsi fisiologis yang berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Calista Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan
integritas dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk mengatur sembilan kebutuhan fisiologis
tersebut, yaitu oksigenasi, cairan dan elektrolit, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, fungsi
sistem endokrin, integritas kulit, sensori/indra dan fungsi neurologis (Hartanti, 2014).
(2) Konsep Diri

Konsep diri berupa seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu
dalam satu waktu tertentu, berupa persepsi dan partisipasi terhadap reaksi
orang lain serta tingkah laku langsung. Konsep diri menurut Calista Roy
terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self. The
physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Sedangkan the personal
self, berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-etik, spiritual, dan
perasaan cemas diri orang tersebut.
(3) Penampilan Peran

Penampilan peran, yaitu penampilan fungsi peran yang berhubungan


dengan tugas individu di lingkungan
sosial/mode fungsi peran yang mengenal pola-pola interaksi sosial
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain. Fokusnya pada
bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya di masyarakat sesuai
kedudukannya.
(4) Interdependensasi

Interdependensasi, adalah hubungan individu dengan orang lain dan


sebagai support sistem. Fokus interdependensasi adalah interaksi untuk
saling memberi dan menerima cinta dan kasih sayang, perhatian, dan saling
menghargai. Model fungsi interdependensasi juga melihat keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk
dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif
untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensasi dapat dilihat
dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
3) Untuk mencapai suatu homeostasis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
4) Kemampuan beradaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun
negatif. Adaptasi merupakan proses dan hasil dari pikiran dan perasaan
seseorang,
sebagai individu atau kelompok, menggunakan kesadaran dan memilih dalam
interaksi manusia dan lingkungan. Adaptasi merupakan hasil stimulasi dari tiga
klasifikasi yaitu: stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
2. Lingkungan

Dalam teori Calista Roy mengemukakan bahwa lingkungan merupakan semua


kondisi, keadaan, dan pengaruh sekitarnya yang mempengaruhi perkembangan serta
perilaku manusia sebagai individu atau kelompok, dengan suatu pertimbangan khusus
dari mutualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam yang mencakup stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi
manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus
internal dan eksternal. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi seseorang dan dapat
dikategorikan dalam stimulus fokal, kontekstual, dan residual (Nurjanah, 2017).
3. Kesehatan

Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
integrasi secara keseluruhan. Sehat merupakan cermin dari adaptasi yang merupakan
interaksi manusia dengan lingkungan. Definisi kesehatan menurut Calista Roy lebih
dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi baik. Sehat bukan
berarti tidak terhindarkan dari kematian, penyakit, ketidakbahagiaan, dan stress akan
tetapi merupakan kemmpuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan baik
(Hartanti, 2014).
Proses adaptasi termasuk fungsi holistik (bio-psiko-sosio-spiritual) untuk
mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses
adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan dua bagian proses. Bagian
pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal yang membutuhkan sebuah respons. Perubahan-perubahan tersebut adalah
stressor-stressor atau stimulus fokal dan di tengahi oleh faktor-faktor konstektual dan
residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress,
bagian kedua dari stress adalah mekanisme koping yang merangsang menghasilkan
respons adaptif dan inefektif. Melalui adaptasi energi individu dibebaskan dari upaya-
upaya koping yang tidak efektif dan dapat digunakan untuk meningkatkan integritas,
penyembuhan, dan meningkatkan kesehatan. Integritas menunjukkan hal-hal yang
masuk akan yang mengarah pada kesempurnaan atau keutuhan.
4. Keperawatan

Teori Calista Roy (1983) secara spesifik menggambarkan keperawatan sebagai ilmu
dan praktik dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan
untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan dianggap sebagai ilmu
dan praktik meningkatkan adaptasi agar individu dan kelompok dapat berfungsi
secara holistik melalui aplikasi proses keperawatan untuk mempengaruhi kesehatan
secara positif. Model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik
perkembangan ilmu keperawatan dan
praktik keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan yang terdiri dari
tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan (Hartanti, 2014).
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons adaptif individu dengan
lingkungan dengan menggunakan empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan interdependensasi. Dorongan terhadap
peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia,
kualitas hidup, dan kematian dengan damai.

E. Teori Dari Jean Watson

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teoripengetahuan


manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson inididasari pada unsure teori
kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson inimemahami bahwa manusia memiliki empat
cabang kebutuhan manusia yang salingberhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup) yangmeliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi
dan kebutuhanventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhanaktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan
untukintegrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi,
dankebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitukebutuhan
aktualisasi diri.Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami
bahwamanusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam
ragamperbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya
dalamkeadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera
merupakankeharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai
keadaantersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan status kesehatan,mencegah
terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhankesehatan dan fokusnya
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
A. . Teori Human Caring Jean Watson
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatanadalah
“human science and human care”. Wats
on percaya bahwa fokus
utamadalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektifhumanistik
yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan ilmiah. Oleh karenaitu, perawat perlu
mengembangkan filososfi humanistic dan system nilai serta seniyang kuat. Filosofi
humanistic dan system nilai ini member fondasi yang kokoh bagiilmu keperawatan,
sedangkan dasar seni dapat membantu perawatmengembangkan visi mereka serta nilai-nilai
dunia dan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan
dalam asuhan keperawatan,namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan
pengobatan penyakit.

B. Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson


Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut:
1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkankepuasan
pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan danperkembangan
individu dan keluarga.
4. Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimanamereka
sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nantinya.
5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkankemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseoranguntuk memilih kegiatan yang
tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telahditentukan.
6. Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenic (menyehatkan) daripada curing
(mengobati).
7. Praktik caring merupakan pusat keperawatan.

Watson (1988) dan George (1990) mendefenisikan caring lebih dari


sebuahexisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caringadalah
ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensispritualnya meningkat
ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diriyang tinggi, kekuatan dari
dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatanberarti juga pertanggung jawaban
hubungan antara perawat-klien, dimana perawatmembantu memperoleh pengetahuan dan
meningkatkan kesehatan.
“Theory of Human Caring” (Watson), mempertegas jenis hubungan dan transaksiyang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan danmelindungi pasien
sebagai manusia yang mempengaruhi kesanggupan pasien untuksembuh.Watson
mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan. Dalamhal ini caring
merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawatdalam memberikan
pelayanan kesehatan pada klien. Kemudian caring jugamenekankan harga diri individu,
artinya dalam melakukan praktik keperawatan.

F. Teori Dari Imoge King


Riwayat Hidup Imogene M. King
Imogene M. King lahir pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point,Iowa. Karir keperawatan
Imogene dimulai pada tahun 1945 setelah lulus dari St John's Hospital School of Nursing, St
Louis, Missouri. Ia bekerja sebagai staf perawat medis bedah sambil kuliah di Bachelor of
Science dalamKeperawatan di St Louis University pada tahun 1948. Dia menyelesaikan
Master of Science dalam Keperawatan di St Louis University.

Pada tahun1959 Dr. King melanjutkan pendidikan di Columbia University, New York,Dr.
Montag sebagai ketua, dan mendapatkan gelar Doktor Pendidikan padatahun 1961. Pada
tahun 1972 ia kembali ke Loyola University of Chicago mengajar mahasiswa pascasarjana
dan menerbitkan teori tentang keperawatan: Sistem, Konsep, Proses (1981). Dr. King dikenal
pada tahun 2005, dengan kepeloporannya dalam gerakan teori keperawatan. Dr.
Kingmemiliki artikel berjudul Perawatan Teori: Masalah dan Kemajuan dalam jurnal diedit
oleh Dr. Rogers.

Buku-buku karya King yang diterbitkan sejak tahun 1961 s.d. 1981yaitu : Toward a theory
for nursing: General Concept of Human Behavior (1961-1966), A Theory for Nursing:
System, Concept, Process (1981),Curriculum and Instruction In Nursing (1986).

Teori Pencapaian Tujuan Imogene M. King


Pada tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yangterdiri atas tiga sistem
yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari King memadukan tiga sistem
interaksi yang dinamis-personal,interpersonal, dan sosial yang mengarah pada perkembangan
teori pencapaiantujuan (King,1981 dalam Christensen J.P, 2009).

Konsep yang ditempatkan dalam sistim personal karena merekaterutama berhubungan


dengan individu, sedangkan konsep yang ditempatkandalam sistim interpersonal karena
menekankan pada interaksi antara duaorang atau lebih. Konsep yang ditempatkan dalam
sistem sosial karenamereka menyediakan pengetahuan untuk perawat agar berfungsi di
dalamsistim yang lebih besar (King, 1995a, p.18 – 19 dalam Tomey & Alligood,2006).
Dalam interpersonal sistem perawat-klien berinteraksi dalam suatuarea (space). Menurut
King, intensitas dari interpersonal system sangatmenentukan dalam menetapkan pencapaian
tujuan keperawatan.Adapun beberapa karakteristik teori Imogene King (Christensen
&Kenney,1995):

1. Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai sistemterbuka, mampu
berinteraksi, mengubah energi, dan informasi denganlingkungannya. Individu merupakan
anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan dalam bereaksi,
menerima,mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai dengan hak danrespon
yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.Sistem personal dapat dipahami
dengan memperhatikan konsep yang berinteraksi yaitu: persepsi, diri, gambaran diri,
pertumbuhan dan perkembangan, waktu dan jarak.
2. Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi.
Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konseptentang peran, interaksi,
komunikasi, transaksi, stress, koping.
3. Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatanlingkungan.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilakumasyarakat, interaksi, persepsi, dan
kesehatan. Sistem sosial dapatmengantarkan organisasi kesehatan dengan memahami konsep
organisasi,kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.

Konsep Interaksi Imogene M. King


King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia
seutuhnya ( Human Being) sebagai sistem terbuka yang secarakonsisten berinteraksi dengan
lingkungannya. Asumsi dasar King tentangmanusia seutuhnya ( Human Being) meliputi
sosial, perasaan, rasional, reaksi,kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu.

Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivatasumsi tersebut lebih
spesifik terhadap interaksi perawat – klien:

1. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.


2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klienmempengaruhi interaksi
3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi.
6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.
7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan
dapat berbeda.
Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan konsep
utama, dimana konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap situasi praktek
keperawatan (Christensen J.P,2009), meliputi:
1. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsidan
komunikasi antara individu dengan individu, individu dengankelompok, individu dengan
lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai
tujuan.
2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan
dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi,genetika dan latarbelakang
pendidikan.
3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang
kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentudalam
pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah pengamatan perilaku dari interaksi
manusia dengan lingkungannya.
5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya
dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dankewajiban sesuai dengan posisinya.
6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibatinteraksi manusia
dengan lingkungannya. Stress melibatkan pertukaranenergi dan informasi antara manusia
dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.
7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu.Tumbuh
kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilakuyang kondusif untuk
membantu individu mencapai kematangan.
8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang akandatang.
Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwayang lain sebagai pengalaman
yang unik dari setiap manusia.
9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama.
Ruang adalah area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien.Konsep hubungan
manusia menurut King terdiri dari komponen :
1. Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku,dalam
memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan yang digambarkan melalui
hubungan perawat dan klien untuk melakukankontrak untuk pencapaian tujuan.
2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi danmerupakan
respon individu.
3. Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling mempengaruhiantara
perawat dan klien, yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi.
4. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadisuatu
persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akandilakukan (Murwani A, 2009).
Asumsi-Asumsi Utama Imogene M. King
1. Keperawatan : Keperawatan merupakan suatu proses interaksi antara klien dan
perawatyang selama pengkajian , pembuatan tujuan, dan menjalankannya, terjaditransaksi
dan tujuan dicapai.
2. Klien : King mengatakan bahwa klien adalah individu (sistem personal)
ataukelompok (sistem interpersonal) yang tidak mampu mengatasi peristiwaatau masalah
kesehatan ketika berinteraksi dengan lingkungan.
3. Kesehatan : Menurut King, Kesehatan adalah kemampuan individu untuk
melakukanaktivitas kehidupan sehari-hari dalam peran sosial yang lazim; suatu pengalaman
hidup yang dinamis dalam penyesuaian terus-menerusterhadap stresor lingkungan melalui
penggunaan sumber-sumber yangoptimum.
4. Lingkungan : King menyatakan, lingkungan merupakan setiap sistem sosial
dalammasyarakat ; sistem sosial adalah kekuatan dinamis yang memengaruhi perilaku sosial,
integrasi, persepsi, dan kesehatan, seperti rumah sakit,klinik, lembaga komunitas, dan
industri.
Asumsi-Asumsi Teori Imogene King (Meleis, 1997) :
Explicit:
1. Fokus dalam keperawatan adalah interaksi manusia dan lingkungandengan tujuan
kesehatan untuk manusia.
2. Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional,dan
kemampuan dalam bereaksi, menerima, mengontrol, mempunyaimaksud-maksud tertentu
sesuai dengan hak dan respon yang dimilikinyaserta berorientasi pada tindakan dan waktu.
3. Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi-persepsi, tujuan-tujuan,kebutuhan, dan
nilai-nilai antara perawat - klien.
4. Klien memiliki hak azazi dalam menerima informasi, berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kehidupan, kesehatan, dan pelayanan
kesehatan namun klien juga berhak untuk menolaknya.
5. Pertanggungjawaban dalam pelayanan keperawatan pada individumencakup semua
aspek termasuk dalam keputusan memberi informasi.
6. Tidak jarang terjadi perbedaan tujuan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.

Implicit:
1. Klien ingin berpartisipasi aktif dalam proses perawatan.
2. Klien secara sadar, aktif dan mampu berpartisipasi dalam pengambilankeputusan.
Penegasan Teoritis
Dalam teori pencapaian tujuannya, King (1981;149) memberikan Proposisi berikut, yang
memperlihatkan dan menggambarkan hubungan konsep-konsep King.

1. Jika terdapat kekuatan perseptual dalam interaksi perawat-klien makaakan terjadi


transaksi
2. Jika perawat dan klien melakukan transaksi, maka tujuan akan dicapai.
3. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi kepuasan.
4. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi askep yang efektif.
5. Jika transaksi dibuat dalam interaksi perawat-klien, maka tumbuhkembang akan
meningkat.
6. Jika harapan peran dan performa peran yang dirasakan oleh perawat danklien sesuai,
maka akan terjadi transaksi.
7. Jika konflik peran dialami oleh perawat atau klien atau oleh keduanya,maka akan
menimbulkan stress dalam interaksi perawat-klien.
8. Jika perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus
mengomunikasikan informasi yang sesuai kepada klien, maka akan terjadi penyusunan tujuan
dan pencapaian tujuan bersama.
Proposisi dalam teori pencapaian tujuan oleh King ini dapatdigambarkan dalam skema
dibawah ini :

Add caption

Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan


Pengkajian
1. Terjadi selama interaksi antara perawat dan pasien/klien. Perawat membawa
pengetahuan khusus dan ketrampilan sedangkan klienmembawa pengetahuan tentang diri dan
persepsi masalah yang menjadi perhatian, untuk interaksi ini.
2. Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang klien,diantaranya adalah :
Tingkat tumbuh kembang, Pandangan tentang diri sendiri, Persepsi yang merupakan dasar
pengumpulan dan interpretasi data terhadap status kesehatan, Pola komunikasi diperlukan
untuk memferivikasi keakuratan persepsi, untuk interaksi dan transaksi. dan Sosialisasi
Diagnosa Keperawatan
1. Dibuat setelah melakukan pengkajian.
2. Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan pasien/klien.
3. Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya dengan diagnosa
keperawatan.
Perencanaan
1. Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.
2. Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan masalahtersebut
dilakukan.
3. Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan menetapkantujuan dan
membuat keputusan.
4. Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien yang dianjurkan ikut
serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus bertanggung jawab.
Implementasi
1. Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan aktualuntuk mencapai
tujuan.
2. Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.
Evaluasi
Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang dicapai danmembahas tentang
pencapaian tujuan dan keefektifan proses keperawatan(Perry & Potter, 2005).

Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Praktik Keperawatan


Teori King berfokus pada interaksi perawat - klien dengan pendekatan sistem. Kekuatan pada
model ini adalah partisipasi klien dalam menentukan tujuan yang akan dicapai, mengambil
keputusan, dan interaksi dalam menerima tujuan dari klien. Teori ini sangat penting pada
kolaborasi antara tenaga kesehatan professional.Teori ini juga dapat digunakan pada individu,
keluarga, atau kelompok dengan penekanan pada psikologi, sosialkultural, dan konsep
interpersonal.
Beberapa contoh kasus yang menggunakan teori King dalam praktik klinik adalah (Meleis,
1997) :

1. Klien lansia dengan kecelakaan perdarahan pada otak.


2. Klien dengan penyakit ginjal.
3. Caring dalam keluarga.
4. Penyelesaian masalah memfasilitasi pengembangan kesehatan lingkungankerja.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.
6. Pelayanan keperawatan psikiatri.
7. Caring untuk klien pingsan atau tidak sadar.
8. Caring untuk klien dewasa dengan diabetes.
9. Kerangka kerja untuk mengatur perawatan.
Contoh Kasus :
Tn. X usia 52 tahun datang dengan istri dan kedua anak laki – lakinya ke UGD RS.B, keluhan
nyeri pada dada kiri hingga ke punggung, rasanya seperti tertusuk, sesak nafas, RR : 38
x/mnt, bibir dan kuku (aliran perifer) terlihat sianosis. Kapleri refill>3 detik. Lama nyeri dada
kurang lebih 20 – 30 menit. Tn. X mengatakan ia seringmengalami mudah lelah, nyeri pada
dada kirinya saat beraktifitas yang berat sepertimengangkat beras dan barang – barang lain
ditoko, dan sesak. Namun ia tidak pernah berobat kedokter, karena beliau sibuk dengan
pekerjaannya sebagai pedagang sembako, selain itu istri dan kedua anak Tn. X tidak
mengetahui bahwa beliau menderita penyakit jantung (nyeri dada kiri), karena Tn. X tidak
pernahterlihat sering mengalami nyeri dada saat di rumah.

Pengkajian :
Pengkajian meliputi : Persepsi, peran, pertumbuhan dan perkembangan, ruang, waktu,
komunikasi, interaks, transaksi, stress dan koping.

Persepsi

1. Bagaimana perasaan anda tentang kesehatan diri anda secara keseluruhan?


2. Bagaimana perasaan anda tentang nyeri dada yang anda rasakan?
3. Apakah anda tahu penyebab dari nyeri dada anda?
4. Apakah anda pernah berobat ke dokter untuk mengobati nyeri dada anda?
5. Apakah anda pernah terpikirkan bahwa anda menderita penyakit yangserius?
Peran
1. Bagaimaa penyakit dapat berefek untuk peran kehidupan anda?
2. Bagaimana peran keluarga anda setelah anda memiliki penyakit MCI?
3. Bagaimana anda melakukan peran anda setelah anda menderita MCI?
4. Apakah menurut anda perawat dan dokter telah meakuan perannya?
Transaksi
1. Informasi apa yang dan perawat berikan untuk informasi yang berhubunganuntuk
penyakit anda?
2. Perawatan seperti apa yang anda inginkan ?
3. Apakah anda merasakan penting bila perawat mendiskusikan dengan anda setiap kan
memberikan asuhan keperawatan?
4. Bagaimana perawaan anda ketika dokter dan perawat berdiskusi mengenai proses
perawatan?
Stress dan Koping
1. Apakah penyakit anda membuat anda stress?
2. Bagaimana anda berperilaku ketika anda mengalami stress?
3. Apakah anda menginginkan seseorang memotivasi anda ketika anda stress?
4. Apakah nyeri dada membuat anda stress?
Komunikasi
1. Ketika anda memiliki masalah apakah anda menceritakan pada keluargaanda?
2. Apakah dokter dan perawat memberikan informasi mengenai penyakitanda?
3. Apakah anda mengerti anda menderita penyakit apa?
4. Observasi proses komunikasi, ekspresi wajahnya, kontak matanya?
Ruang
1. Apa yang anda inginkan dari orang lain ketika anda mengalami nyeri dada?
2. Siapa yang anda inginkan, untuk mendampingi anda ketika nyeri dada ?
3. Apakah anda menginginkan privasi, ketika anda berada di rumah sakit?
4. Apakah anda merasa nyaman dengan ruang rawat anda selama di rumahsakit ?
Waktu
1. Apakah anda sering mengalami nyeri dada?
2. Kapan anda mengalami nyeri dada pertama kali?
3. Apakah nyeri dada anda meberi effek kepada setiap aktivitas anda?
4. Apakah saat anda mengalami nyeri dada keluarga anda selalu menemanianda?
Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Apa pengalaman anda dalam menangani nyeri dada?
2. Ketika nyeri dada, bagaimana anda menangani nyeri dada anda dan bagaimana
hasilnya?
3. Apakah aktivitas yang anda lakukan sebelum terkena penyakit Myocard Infarct?
Interaksi
1. Apakah anda sering berinteraksi dengan keluarga anda?
2. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga anda?
3. Bagaimana perasaan anda ketika anda kontak dengan perawat dan dokter?
4. Apakah anda merasa nyaman dengan interaksi pasien lain diruang rawat anda?
Diri sendiri
1. Apakah anda merupakan manusia yang memiliki inisiatif?
2. Apakah perasan anda ketika anda menderita penykit MCI?
3. Apakah anda merasa diri anda dapat menyelesaikan masalah anda sendiri?aksi-reaksi
antara perawat-klien
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan
tubuh.
3. Ansietas b/d perubahan kesehatan-status sosial-ekonomi ancaman kematian.
4. defisiensi pengetahuan b/d kurang pajanan
Perencanaan
Nyeri, cemas, takut adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasirespon verbal,
non verbal yang bersifat individual sehingga perlu digambarkansecara rinci untuk
mengevaluasi keberhasilan penanganan respon nyeri akut pada pasien MCI, Intoleransi
aktivitas (pembatasan aktivitas) dapat dikaitkan denganteori King, mewakili keadaan diri
klien terhadap stress dan koping pasien, dan bagaimana kita menyeting ruangan, waktu untuk
interaksi, transaksi, peran pasien dalam menjalani aktivitasnya sehari – hari di rumah sakit

Masalah Interaksi klien dapat teratasi dengan informasi yang diberikan kepada pasien untuk
melakukan aktivitas dengan kegiatan interaksi, transaksi, peran pasien dalam menjalani
aktivitasnya sehari – hari. Lakukan Pendidikan Kesehatanterhadap pasien MCI dalam proses
interaksi, transaksi, peran pasien untuk menjalani aktivitasnya sehari – hari. Yang mana
dalam hal ini dapat mencegahtimbulnya nyeri dada kembali. Dengan pengembangan
pengkajian danmenerapkannya pada penegakkan diagnosa, pemberian informasi pada
setiapintervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi hasil, maka pencapaian tujuan
pasien dapat dicapai.

Analisis Teori Imogene M. King


Analisis kelompok terhadap teori Imogene King mengacu pada tujuhkategori atau prosedur
yaitu sumber teori, makna teori, kecukupan logika dariteori, manfaat teori, derajat
kemampuan menggeneralisasi, parsimony teoridan kemampuan untuk diujikan dari teori.
Berikut ini kami akan menguraikananalisis teori tersebut yaitu:

Sumber Teori
Dalam menemukan teori, King secara bertahap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang
dimulai pada periode 1961-1966, yaitu tentang “Konsep Umum dari Perilaku Manusia”
( General Concepts of Human Behavior). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui
penelaahan literatur. Pada tahun 1966- 1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul
“Kerangka Kerja Konseptual Keperawatan” (A Conceptual Framework for Nursing ) yang
berorientasi pada pencapaian tujuan (Goal Attainment).Konsep utama dari teori Goal
Attainment meliputi: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh
kembang, waktu dan ruang (Marriner,A. 1986).

Teori King memformulasikan teorinya melalui studi leteratur, diskusi, penelitian dan lain-
lain.Teori King sangat ideal untuk dikembangkan pada saat sekarang dimana informasi dan
komunikasi yang berkembang begitu cepat. Teori ini berkembang secara deduktif yaitu
diidentifikasi masalah, lalu mengidentifikasi teori terkait, kemudian dibuat pertanyaan
penelitian yaitu bagaimana komunikasi bisa terjadi bila menggunakan bahasa yang universal,
memilih dan mendefinisikan konsep/variabel dari pertanyaan penelitian.

G. Teori dari Leininger

Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau yang lebih
dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan,
dan pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya membahas
khusus culture, culture care, diversity, universality, ethnohistory. Tujuan penggunaan
keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang
humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan
universal.

Bahasan yang khusus dalam teori Leininger, antara lain adalah :

1. Culture

Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma,
carahidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir,
membuatkeputusan, serta motif tindakan yang diambil.

2. Culture care

Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan nilai
yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu, menfasilitasi
atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan kesejahteraannya,
memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau kematian.

3. Diversity

Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat kesehatan,


serta asuhan keperawatan.
4. Universality

Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat dan
asuhan keperawatan.;

6. Ethnohistory

Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga,


terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah
budaya dalam jangka waktu tertentu.

Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan:

1. Riset (Research)

Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalamberbagai


budaya. Teori transculturalnursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang
membahas secara spesifiktentang pentingnya menggali budaya pasien untuk
memenuhi kebutuhannya.

2. Edukasi (Education)

Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural


nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat
berhadapanlangsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang
mempunyaibudaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja
menghadapiklien yag berasal dari luar negara Indonesia.

3. Kolaborasi (Colaboration)

Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan


memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya.

4. Pemberi Perawatan (Care Giver)


Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep
teori Transcultural Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock atau culture
imposition. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya.

H. Teori dari Betty Neuman


Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan Model konsep yang
dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep Health Care System yaitu
model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditunjukan kepada
penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel
atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.Garis
pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan fleksibel, yaitu
ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan dan lain-lain, garis
pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan,
adanya perlindungan status nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yangmem
enuhi syarat kesehatan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan
garis pertahanan resistan yang meliputi adanya ketersediaan pelayanan kesehatan,ting
kat pendidikan masyarakat, transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dariimunisasi di
daerah yang ada. Intervensi keperawatan diarahkan pada
garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan
yangdinamis. Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat
bersifatmenyeluruh dan saling ketergantungan (interdependensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki
dasar pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakansatu
kesatuan dari variable yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis,sosiokultural dan
spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan
sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisiterbebasnya dari gangguan
pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbanganyang dinamis dari menghindari
stressor.Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman
ini berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi pro
ses adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnyadilakukan
menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksitubuh akibat
stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer,sekunder dan
tersier.Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh dapatmeliputi
berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi faktor-faktor resikoyang potensial
dan aktual yang terjadi akibat stresor tertentu sepertimengidentifikasi adanya stressor,
mencegah reaksi tubuh karena adanya stressorserta mendukung koping pada pasien
secara konstruktif. Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahan dan
sumber internal melalui penetapan prioritasdan rencana pengobatan pada gejala-gejala
yang tampak, menurut Neumanmeliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat
mengurangi atau menghilangkangejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena
adanya stressor dan pencegahantersier untuk memberikan penguatan pertahan tubuh
terhadap stresor
melalui pendidikan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan untuk membantu dalamme
ncegah terjadinya masalah yang sama dapat meliputi pengobatan secara rutin dan
teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut darikomplikasi suatu
penyakit. Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia
secara utuh.Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan
kelompokdalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal.
Perawatmengkaji mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus
padavariabel-variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor.Betty
neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakangabungan dari konsep
holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman,manusia merupakan makhluk
dengan kombinasi kompleks yang dinamis darifisiologi, sosiokultural dan variabel
perkembangan yang berfungsi sebagai sistemterbuka. Sebagai sistem terbuka,
manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dandisesuaikan oleh lingkungan, yang
digambarkan sebagai stesor. Lingkunganinternal terdiri dari segala sesuatu yang
mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien.
Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh
yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembetukan lingkungan yang aman,y
ang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang di sadari maupun yang tidakdisadari.
Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yangdapat merusak
sistem. Model Neuman mencakup stresor interpersonal,intrapersonal, daan
ekspersonal.Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik,
sistemterbuka (meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy, egentropy
danstabilitas), lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem klien(meluputi
lima variable klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanannormal, garis
pertahanan fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan danintervensi dan
rekontruksi. Adapun maksud dari konsep-konsep utama tersebutadalah :
Pendekatan Holistik
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga,kelompok,
masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang utuh
Created Enviroment :
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk mengekspresikansystem
secara simbolik dari keseluruhan system. Tujuannya adalah menyediakansuatu arena
aman untuk system fungsi klien. Dan untuk membatasi klien daristressor.
Client sistem :
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual)klien
dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien sebagai system.
Basic Clien Structure :

Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaranterpusat. Pusat
diagram dari lingkaran menghadirkan faktor kehidupan dasaratau sumber energi klien. Inti
struktur ini terdiri dari faktor kehidupan dasaryang umum untuk seluruh anggota organisme.
Seperti sebagai faktor bawaanatau genetik.
Lines of Resistance :
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar disebut
garis pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang membantu klienme
mpertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon systemimun
tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien dapat menyusun systemkembali. Jika
tidak efektif maka kematian dapat terjadi. Jumlah pertahananstressor ditentukan oleh
interrelationship kelima variable sistem klien.
Normal line defence :
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran padat. Hal
itumenghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu dipeliharadari
waktu ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji penyimpangan
dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi variabel system
dan perilaku seperti kebiasaan pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap perkemb
angan. Pelebaran dari garis normal merefleksikan suatu peningkatankeadaan
sehat, pengecilan, suatu penyusutan keadaan kesehatan.

Garis Pertahanan Fleksibel :


Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan fleksibel. Hal
inidinamis dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal
inidipersepsikan sebagai penahan yang melindungi terhadap stressor
dari pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang stabil yang di presentasikansebagai
garis pertahanan normal. Hubungan antara variabel (fisiologi, psikologi,sosoikultural,
perkembangan, dan spiritual) dapat mempengaruhi
tingkatkemampuan individu untuk menggunakan
pertahanan garis fleksibel untukmelawan kemungkinan dari reaksi stressor seperti
gangguan tidur. Neumanmenggambarkan pertahanan garis fleksibel meluas, hal ini
akan memberikan pertahanan yang lebih besar dalam waktu yang singkat
terhadap invasi stressor.Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit
pertahanan.
Kesejahteraan (Wellness) :
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien berinteraksi
secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi.
Sakit (Illness) :
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan keadaantidak
seimbang dan penurunan energi.
Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan gangguan pada
sistem yang stabil. Stressor dapat berupa :
1.Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti responkondisional
seseorang
2.Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu, sepertiharapan
peran.
3.Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu, seperti keadaanfinansial.
Tingkat reaksi :
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien
untukmenyesuaikan terhadap stressor.

Pencegahan sebagai intervensi :


Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien menahan,mencapai,
atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi dapat terjadisebelum dan sesudah
garis perlindungan dan perlawanan yang dilakukan padafase reaksi dan rekonstitusi.
Intervensi didasarkan pada kemungkinan ataufaktual dari tingkat reaksi, sumber daya,
tujuan, dan hasil antisipasi. Neumanmengidentifikasi tiga level intervensi :
1.Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigaiatau
diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui. Neuman
menyatakan sebagai berikut :Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk
mengurangi
kemungkinan pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata lain usaha untuk
memperkuat seseorang bertemu dengan stressor, atau menguatkan garis pertahanan
fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atautreatment awal
sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internaldan eksternal digunakan
agar sistem stabil dengan menguatkan garis internalresistensi, mengurangi reaksi, dan
meningkatkan faktor resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment
atau pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian kearahkestab
ilan sistem yang optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkanresistensi terhadap
stressor untuk membantu mencegah terjadinya kembalireaksi atau regresi. Proses ini
mendorong untuk kembali pada tipe siklus
ke pencegahan primer. Sebagai contoh akan dihindarinya suatu stressor yangtelah
diketahui akan membahayakan klien.
Rekonstitusi :
Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal inimenggambarkan
kembalinya sistem stabil dimana tingkat kesejahteraannya lebihtinggi atau lebih
rendah dari sebelumnya untuk melawan stressor. Hal ini mencakup faktor
interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal, danlingkungan yang berhubungan dengan
variable sistem klien (fisiologi, psikologi,sosiokultural, perkembangan, dan spiritual).
I. Teori dari Hildegard E Paplau

adalah keperawatan spikodinamik (Psychodynamyc Nursing). Teori ini dipengaruhi oleh


model hubungan interpesonal yang bersifat terapeutik (significant therapeutic
interpersonal process) Hildegard E. Peplau mendefenisikan teori keperawatan
psikodinamikanya sebagai berikut “Psychodynamic nursing is being able to understand
one’s own behaviorto help others identify felt difaculties, and to apply priciples of human
relations to the problems that arrise at all levels of experience” Menurut Peplau,
perawatan psikodinamik adalah kemampuan untuk memahami perilaku seseorang untuk
membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah-
masalah yang muncul dari semua hal atau kejadian yang telah dialami.

Fase-Fase dalam Hubungan Interpersonal

Menurut Peplau keperawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan interaksi


antara dua atau lebih individu dengan tujuan tertentu.

Untuk mencapai tujuan dari hubungan interpersonal tersebut maka harus melalui
penggunaan step-step atau fase-fase sebagai berikut:

1. Fase Orientasi

Pada fase ini perawat dan klien masih sebagai orang yang asing. Pertemuan diawali oleh
pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, perawat dan klien malakukan kontrak awal
untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data. Pada fase ini yang
paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien dan
keluarganya dalam menganalisis situasi yang kemudian bersama-sama mengenali,
memperjelas dan menentukan masalah untuk ada setelah masalah diketahui, diambil
keputusan bersama untuk menentukan tipe bantuan apa yang diperlukan. Perawat sebagai
fasilitator dapat merujuk klien ke ahli yang lain sesuai dengan kebutuhan

2. Fase Identifikasi

Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang tepat, pada fase ini pasien merespons
secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap pasien
mempunyai respons berbeda-beda pada fase ini.
Respons pasien terhadap perawat:

 Berpartisipasi dan interpendent dengan perawat


 Anatomy dan independent
 Pasif dan dependent

3. Fase Eksploitasi

Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan profesional untuk alternatif pemecahan
masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan dari pasien. Pasien
mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan pelayanan. Pada fase ini pasien
mulai menerima informasi-informasi yang diberikan padanya tentang penyembuhannya,
mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada perawat,
mendengarkan penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya.

4. Fase Resolusi

Terjadi setelah fase-fase sebelumnya telah berjalan dengan sukses. Fokus pada fase ini
mengakhiri hubungan profesional pasien dan perawat dalam fase ini perlu untuk
mengakhiri hubungan teraupetik meraka. Dimana pasien berusaha untuk melepaskan rasa
ketergantungan kepada tim medis dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya agar
mampu menjalankan secara sendiri

Peran Perawat

Setiap tahap dalam proses interpersonal saling berhubungan untuk selanjutnya


mendapatkan solusi. Peran-peran yang berbeda dijalani pada fase-fase yang berbeda,
peran-peran tersebut yaitu:

1. Pendidik

Perawat sebagai pendidik yaitu perawat memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada


klien yang berada dibawah tanggung jawabnya dan juga sebagai contoh dalam
lingkungan tempat tinggal

2. Nara Sumber
Peran perawat sebagai nara sumber yaitu perawat memberikan informasi-informasi yang
lengkap yang dibutuhkan oleh pasien. Baik informasi mengenai administrasi rumah sakit
maupun tindakan medis yang akan dijalani oleh pasien

3. Penasehat

Peran perawat sebagai penasehat yaitu perawat memberikan nasehat-nasehat kepada


pasien utamanya yang telah merasa berputus asa dengan keadaannya. Sehingga pasien ini
memiliki kembali semangat hidup dan harapan untuk sembuh

4. Pemimpin

Peran sebagai pemimpin yaitu perawat yang berperan sebagai ketua dalam suatu tim kerja
perawat. Yang mengatur tugas perawat-perawat yang masuk dalam timnya

5. Ahli teknik

Peran perawat sebagai ahli teknik yaitu bertugas untuk memperbaiki alat-alat
keperawatan yang rusak

6. Pengganti

Peran perawat sebagai pengganti maksudnya perawat bertugas mengganti jika saja ada
perawat yang tidak bisa melaksanakan tugasnya karena sesuatu hal
.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

link, Get, et al. 3 Konsep Model Florence Nightingle Dan Hubungannya Dengan Teori
Lainnya (the Environmental Theory). www.erwinedwar.com/2018/06/3-konsep-
model-florence-nightingle-dan.html. Accessed 5 Nov. 2022.
Model Konsep Keperawatan Virginia Henderson. http://eprints.umm.ac.id/45879/3/BAB
%20II.pdf.. Accessed 5 Nov. 2022.

Johnson, Betty M & Pamela B. Webber. (2005). Theory and Reasoning in


Nursing. Virginia:Wolters Kluwer https://www.duniapelajar.com/2012/08/19/teori-
keperawatan-hildegard-e-peplau/

https://www.academia.edu/34922646/
TEORI_DAN_MODEL_KEPERAWATAN_BETTY_NEUMAN

https://mediaperawat.id/teori-model-madeleine-leininger/

Sagar, Priscilla Limbo. (2014). Transculural Nursing Education Strategies. United States:

Spinger Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai