Oleh Kelompok 9:
1. Leonidas Anan Riyadi
2. Moch. Alfian Candra
3. Novia Dwi Lestari
4. Ranna Yusuf R.
Penyusun
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 4
B Rumusan Masalah.......................................................... 4
C. Tujuan............................................................................ 4
D. Manfaat.......................................................................... 4
Bab II Pembahasan
1. Tinjauan Agama terhadap Bunuh Diri.........................5
2. Tinjauan Agama terhadap Masa Nifas...................6
3. Tinjauan Agama terhadap Pemberian ASI..........................7-8
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan Agama Terhadap Bunuh Diri?
2. Bagaimana Tinjauan Agama Terhadap Masa Nifas?
3. Bagaimana Tinjauan Agama Terhadap Pemberian
ASI?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui bagaimana saja tinjauan agama
terhadap Bunuh Diri
Untuk mengetahui bagaimana saja tinjauan agama
terhadap Masa Nifas
Untuk mengetahui bagaimana saja tinjauan agama
terhadap Pemberian ASI
D. Manfaat
Sebagai penambah wawasan mahasiswa mengenai bagaimana saja
tinjauan agama terhadap Bunuh Diri,Masa Nifas,Pemberian ASI
BAB II
PEMBAHASAN
1. TINJAUAN AGAMA TERHADAP BUNUH DIRI
Orang yang nekad bunuh diri, biasanya karena putus asa diantara
penyebabnya adalah penderitaan hidup. Ada orang yang menderita fisiknya
(jasmaninya), karena memikirkan sesuap nasi untuk diri dan keluarganya.
Keperluan pokok dalam kehidupan sehari-hari tidak terpenuhi, apalagi pada
jaman sekarang ini, pengeluaran lebih besar dari pemasukan.
Adapula orang yang menderita batinnya yang bertakibat patah hati, hidup
tidak bergairah, masa depannya keliatan suram, tidak bercahaya. Batinnya
kosong dari cahaya iman dan berganti dengan kegelapan yang menakutkan.
Penderitaan kelompok kedua ini, belum tentu karena tidak punya uang, tidak
punya kedudukan, dan tidak punya nama, karena semua itu belum tentu dan
ada kalanya tidak dapat membahagiakan seseorang, pada media masa kita
baca ada jutawan, artis dan ada tokoh yang memilih mati untuk mengakhiri
penderitaanya itu, apakah penderitaan jasmani atau penderitaan batin.
Kalau kita perhatikan, maka tampak jelas, baik kelompok pertama maupun
kedua, sama-sama tidak mampu menghadapi kenyataan dalam hidup ini.
Mereka tidak mampu menghayati dalam memahami, bahwa dunia ini dengan
segala isinya adalah pemberian Allah dan pinjaman yang akan dikembalikan,
dan suka dukapun silih berganti dalam menghadapinya.
Hidup dan mati itu ada ditangan Allah SWT dan merupakan karunia dan
wewenang Allah SWT, maka Islam melarang orang melakukan pembunuhan,
baik terhadap orang lain (kecuali, dengan alasan yang dibenarkan oleh
agama) maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan apapun.
[2]
Dalil-dalil syar’i yang melarang bunuh diri dengan alasan apapun, ialah:
Artinya: dan janganlah kamu membunuh diri mu, sesungguhnya Allah adalah
maha penyayang kepada kamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan
melanggar dan aniaya, maka kami kelak akan memasukannya kedalam
neraka yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
2. Hadits Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari jundub bin Abdullah r.a:
Artinya: telah ada diantara orang-orang sebelum kamu seorang lelaki yang
mendapat luka, lalu keluh kesahlah ia. Maka ia mengambil pisau lalu
memotong tangannya dengan pisau itu kemudian tidak berhenti-henti
darahnya keluar sehingga ia mati. Maka Allah bersabda, ”Hambaku telah
menyegerakan kematiannya sebelum aku mematikan.” aku mengharamkan
surga untuknya.
Referensi:
http://www.binbaz.org.sa/mat/14059 (di salin tanggal 15 september 2015)
At-Tirmizi berkata setelah menjelaskan hadis ini : bahwa para ahli ilmu
dikalangan sahabat Nabi, para tabi`in dan orang-orang yang sesudahnya
sepakat bahwa wanita yang mendapat nifas harus meninggalkan salat
selama empat puluh hari kecuali darahnya itu berhenti sebelum empat puluh
hari. bila demikian ia harus mandi dan salat. namun bila selama empat
puluhhari darah masih tetap keluar kebanyakan ahli ilmu berkata bahwa dia
tidak boleh meninggalkan salatnya.
Dan tidak menyentuhnya kecuali orang yang suci.` . (Al-Qariah ayat 79)
Jumhur Ulama sepakat bahwa orang yang berhadats besar termasuk juga
orang yang nifas dilarang menyentuh mushaf Al-Quran
6. Melafazkan Ayat-ayat Al-Quran
Kecuali dalam hati atau doa / zikir yang lafaznya diambil dari ayat Al-Quran
secara tidak langsung.
ال تقرأ الجنب وال الحائض شيئا من القرآن
“Janganlah orang yang sedang junub atau haidh membaca sesuatu dari Al-
Quran. (HR. Abu Daud dan Tirmizy)”
Namun ada pula pendapat yang membolehkan wanita nifas membaca Al-
Quran dengan catatan tidak menyentuh mushaf dan takut lupa akan
hafalannya bila masa nifasnya terlalu lama. Juga dalam membacanya tidak
terlalu banyak. Pendapat ini adalah pendapat Malik. Demikian disebutkan
dalam Bidayatul Mujtahid jilid 1 hal 133. Hujjah mereka adalah karena hadits
di atas dianggap dhaif oleh mereka.
7. Masuk ke Masjid
Dari Aisyah RA. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Tidak ku
halalkan masjid bagi orang yang junub dan haidh`. (HR. Bukhori, Abu Daud
dan Ibnu Khuzaemah.)
8. Bersetubuh
Wanita yang sedang mendapat nifas haram bersetubuh dengan suaminya.
Keharamannya ditetapkan oleh Al-Quran Al-Kariem berikut ini:
َو َيْس َأُلوَنَك َع ِن اْلَم ِح يِض ُقْل ُهَو َأًذ ى َفاْعَتِز ُلوْا الِّنَس اء ِفي اْلَم ِح يِض َو َال َتْقَر ُبوُهَّن َح َّتَى َيْطُهْر َن
َفِإَذ ا َتَطَّهْر َن َفْأُتوُهَّن ِم ْن َح ْيُث َأَم َر ُك ُم ُهّللا ِإَّن َهّللا ُيِح ُّب الَّتَّو اِبيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر يَن
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: `Haidh itu adalah
suatu kotoran`. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita
di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci . Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”(QS. Al-
baqarah :222)
Yang dimaksud dengan menjauhi mereka adalah tidak
menyetubuhinya.Sedangkan al Hanabilah membolehkan mencumbu wanita
yang sedang nifas pada bagian tubuh selain antara pusar dan lutut atau
selama tidak terjadi persetubuhan. Hal itu didasari oleh sabda Rasulullah
SAW ketika beliau ditanya tentang hukum mencumbui wanita yang sedang
haid maka beliau menjawab:
اصنعوا كل شيء إال النكاح
“Lakukan segala yang kau mau kecuali hubungan badan” (HR. Jama`ah)`.
Keharaman menyetubuhi wanita yang sedang nifas ini tetap belangsung
sampai wanita tersebut selesai dari nifas dan selesai mandinya. Tidak cukup
hanya selesai nifas saja tetapi juga mandinya. Sebab didalam al Baqarah
ayat 222 itu Allah menyebutkan bahwa wanita haid itu haram disetubuhi
sampai mereka menjadi suci dan menjadi suci itu bukan sekedar berhentinya
darah namun harus dengan mandi janabah, itu adalah pendapat al Malikiyah
dan as Syafi`iyah serta al Hanafiyah.
Perlu kita kita ketahui bahwa darah yang keluar dari rahim baru disebut
dengan nifas jika wanita tersebut melahirkan bayi yang sudah berbentuk
manusia,Jika seseorang mengalami keguguran dan ketika dikeluarkan
janinnya belum terwujud manusia,maka darah yang keluar bukanlah darah
nifas.Darah tersebut dihukumi sebagai darah penyakit(istihadhah) yang tidak
menghalangi dari shalat,puasa dan ibadah lainnya.
Klasifikasi Masa Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia
yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu –
minggu, berbulan – bulan atau tahunan.
Tujuan Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya
dan perawatan bayi yang sehat.
4. Memberikan pelayanan KB.
5. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas
1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi
Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :
Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi,selain itu
juga perubahan-perubahan penting lain,yakni hemokonsentrasi dan
timbulnya laktasi karena laktogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar mammae.
Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur
ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum
menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak
jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan
karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi
menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar
panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2
hari post partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain
adalah dicegahnya pula statis darah yang dapat mengakibatkan
thrombosis masa nifas.
Air susu ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan
kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu
ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik
bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama, ASI juga sangat
kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak
dan perkembangan sistem saraf.Makanan-makanan tiruan untuk bayi yang
diramu menggunakan tekhnologi masa kini tidak mampu menandingi
keunggulan makanan ajaib ini. ASI juga bisa ungkapan kasih sayang Allah
sekaligus anugerah yang luar biasa terhadap setiap bayi yang terlahir ke
muka bumi. Di dalam Surat Cintanya, bertebaran ayat-ayat tentang ASI.
Antara lain :
(Al-Baqarah [2]: 233) َو اْلَو اِلَداُت ُيْر ِض ْعَن َأْو الَدُهَّن َح ْو َلْيِن َك اِم َلْيِن ِلَم ْن َأَر اَد َأْن ُيِتَّم الَّرَض اَع َة
وهي سنتان، أن يرضعن أوالدهن كمال الرضاعة:هذا إرشاد من هللا تعالى للوالدات
“ Ini merupakan petunjuk dari Allah Ta’ala kepada para ibu agar mereka
menyusui anak-anaknya dengan pemberian ASI yang sempurna selama dua
tahun” (Tafsir Ibnu Katsir)
Dapat kita simpulkan, penjelasan dalam syariat tentang pemberian ASI yang
sempurna adalah selama dua tahun. Namun, bukan berarti cukup diberikan
ASI saja selama dua tahun tanpa tambahan makanan yang lainnya.
Adapun dalam tinjauan medis, pemberian ASI juga selama dua tahun.
Selama 6 bulan pertama, ASI diberikan secara eksklusif. Artinya sampai usia
6 bulan, bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan tambahan yang
lainnya. Setelah usia 6 bulan, baru mulai ditambahkan makanan pendamping
ASI (MP-ASI). Namun demikian, ASI tetap menjadi yang utama. Pemberian
jenis makanan MP-ASI disesuaikan dengan usia dan perkembangan bayi.
Manfaat pemberian ASI eksklusif antara lain :
Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab Suci Alqur’an tersebut, setidaknya
menekankan bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Walaupun masih ada
perbedaan pendapat tentang wajib atau tidaknya menyusui, tapi selayaknya
bagi seorang muslim menghormati ayat-ayat Allah tersebut. Terlepas wajib
atau tidaknya hukum menyusui, dalam ayat tersebut dengan tegas dianjurkan
menyempurnakan masa penyusuan. Dan di sana juga disinggung tentang
peran sang ayah, untuk mencukupi keperluan sandang dan pangan si ibu,
agar si ibu dapat menuyusi dengan baik. Sehingga jelas, menyusui adala
kerja tim. Keputusan untuk menyapih seorang anak sebelum waktu dua
tahun harus dilakukan dengan persetujuan bersama antara suami isteri
dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi si bayi. Insprasi utama dari
pengambilan keputusan ini harus didasarkan pada penghormatan kepada
perintah Allah dan pelaksanaan hukum-Nya, dan tidak bertujuan
meremehkan perintahNya. Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa
menyusui, dan diputuskan untuk menyusukan bayinya pada wanita lain,
sehingga haknya untuk mendapat ASI tetap tertunaikan.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
1. Bunuh Diri dalam pandangan islam sangat tidak dibenarkan karena
segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri
dan segaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akibatnya adalah dosa
2. Masa nifas ialah masa dimana mulai kembali dari persalinan selesai
hingga alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil
3. Pemberian Asi sangatlah penting dalam kesehatan maupun dalam
pandangan islam karena gizi yang terkandung dalam ASI sangatlah
baik untuk kesehatan bayi
Saran
Kami selaku penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif
dari pembaca,Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai
bahan pertimbangan untuk memperbaiki makalah ini di kemudian
hari.Semoga makalah berikutnya dapat kami selesaikan dengan hasil
yang lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA