Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar
Latar Belakang
Belakang

Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,
perkantoran, rumah, penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas
manusia lainnya. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang
sudah tidak terpakai. Sampah juga merupakan bagian terintim dari diri manusia
yang hingga saat ini masalahnya selalu menarik untuk dibicarakan tetapi
menakutkan untuk dijamah. Berawal dari keberadaan sampah tersebut maka

estetika akan berkurang nilainya jika sampah dibiarkan ada dimana-mana. Semua
riset mengatakan
mengatakan bahwa pertambahan
pertambahan jumlah sampah sama dengan
dengan pertambahan
pertambahan
jumlah penduduk sehingga, semakin banyak penduduk yang menghuni bumi
maka jumlah sampah juga akan semakin bertambah.

Kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan teratur perlu terus


ditumbuhkan, salah satunya dalam penanganan sampah dari skala rumah tangga
karena sampah juga merupakan
merupakan bagian dari
dari perilaku hidup bersih dan sehat.
Untuk mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu
upaya yang dimulai secara individual di setiap rumah. Untuk menjaga lingkungan
bersih bebas dari sampah salah satu solusinya mengubah kebiasaan membuang
sampah untuk mengolah sampah menjadi kompos dimulai dari sampah rumah
tangga. Karena sebagiansampah yang dihasilkan merupakan sampah organik
(sampah
(sampah basah),
basah), yaitu mencapai
mencapai 60-70% dari total volume sampah, yang berasal
dari dapur dan halaman. Sampah organik ini, jika pengelolaannya tidak secara
benar maka akan memberikan bau busuk (H2S
(H2S dan FeS) dan akan menjadi sumb
sumber
er
lalat, bahkan dapat menjadi sumber lebih dari 25 jenis penyakit.

1
Sampah organik yang masih mentah, apabila diberikan secara langsung ke
dalam tanah, justru akan berdampak menurunkan ketersediaan hara tanah,
disebabkan sampah organik langsung akan disantap oleh mikroba. Populasi

mikroba yang tinggi, justru akan memerlukan hara untuk untuk tumbuh dan
berkembang, dan hara tadi diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh
tanaman, sehingga mikroba dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang
ada. Berdasarkan keadaan tersebut, justru akan terjadi gejala kekurangan hara
nitrogen (N) yang sering ditunjukan oleh daun berwarna kekuning-kuningan
(clorosis).

Alam memiliki andil besar dalam pengolahan sampah secara otomatis


terutama sampah organik. Akan tetapi kerja keras alam dalam pengolahan sampah
secara natural sangat tidak berimbang dibanding berjuta ton volume sampah yang
diproduksi. Selain itu sampah tidak selalu harus dibuang karena dengan sedikit
kreatifitas dan kerja keras manusia, sampah yang tidak layak pakai dapat berubah
menjadi barang kaya manfaat. Beragam jenis sampah, terutama sampah organik
dapat dengan mudah dan sederhana diaplikasikan menjadi bahan olahan.

B. Rumu
Rumusan
san Masalah
Masalah

Bagaimana pengolahan sampah sederhana dengan cara pembuatan kompos


menggunaka
menggunakan
n bahan dasar sampah daun kering dan ranting kering secara
anaerobik dan dengan perlakuan pemberian biosin dan molase?

C. Tuj
Tujuan
uan

a. Mahasi
Mahasiswa
swa mengetahui
mengetahui cara pengolah
pengolahan
an sampah sederhana
sederhana melalui
melalui
pembuatan kompos secara anaerobik dengan menggunakan bahan dasar
sampah daun kering dan ranting kering dengan perlakuan pemberian biosin
dan molase.
b. Mahasiswa mampu mengaplikasikan sampah menjadi bahan yang bisa
dimanfaatkan yaitu proses pengomposan sebagai pupuk bagi tanaman.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kom
Kompos
pos

Pupuk
Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan
bahan-bahan yang diberikan
diberikan pada tanah
agar dapat menambah unsur hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik
secara langsung
langsung maupun tidak langsung.
langsung. Pupuk organik adalah bahan organik
organik
yang umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke dalam
tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen
yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Suriawiria (2003) menyatakan bahwa
pupuk organik mempunyai kandungan unsur hara, terutama N, P, dan K yang

relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk anorganik, tetapi mempunyai peranan


lain yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan
kesehatan tanaman. Pengomposan menurut Yang (1997), merupakan suatu proses
biooksidasi yang menghasilkan produk organik yang stabil dan dapat
dikontribusikan secara langsung ke tanah serta digunakan sebagai pupuk. Harada
et al. (1993) menyatakan produk dari pengomposan berupa kompos apabila
diberikan ke tanah akan mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologis tanah.

B. Proses Pengomposan
Pengomposan Anaerobik
Anaerobik

Dekomposisi secara anaerobik merupakan modifikasi biologis pada


struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara).
Proses tersebut merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi suhu,
seperti yang terjadi pada proses pengomposan
pengomposan aerobik. Proses pengomposan
secara anaerobik akan menghasilkan metana (alkohol), CO2, dan senyawa lain
seperti asam organik yang memiliki berat molekul rendah (asam asetat, asam
propionat, asam butirat, dan asam laktat).

3
Proses anaerobik umumnya dapat menimbulkan bau yang tajam. Sisa hasil
pengomposan anaerobik berupa lumpur yang mengandung air sebanyak 60%
dengan warna cokelat gelap sampai hitam. Kehilangan unsur hara pada proses

pengomposan secara anaerobik sedikit, sehingga umumnya mempunyai


kandungan unsur hara yang lebih tinggi dari proses pengomposan secara aerobik
(Samekto, 2006

C. Faktor-Faktor
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Mempengaruhi Proses
Proses Pengomposan
Pengomposan Anaerobik
Anaerobik
1. Ukur
Ukuran
an Ba
Baha
han
n
Proses pengomposan dapat dipercepat jika bahan mentah kompos dicincang
menjadi bahan yang lebih kecil. Bahan yang kecil akan cepat didekomposisi
karenaa peningkata
karen peningkatan
n luas permukaan
permukaan untuk
untuk aktivitas
aktivitas organisme
organisme perombak
perombak
(Gaur, 1983). Menurut Murbandono (1993), sampai batas tertentu semakin
kecil ukuran partikel bahan maka semakin cepat pula waktu pelapukannya
2. Rasio Karbon-Nitr
Karbon-Nitrogen
ogen (C/N)
Rasio C/N bahan organik merupakan faktor yang paling penting dalam
pengomposan. Hal tersebut disebabkan mikroorganisme membutuhkan
karbon untuk menyediakan energi (Gunawan dan Surdiyanto, 2001) dan
nitrogen yang berperan dalam memelihara dan membangun sel tubuhnya
(Triadmojo, 2001). Kisaran rasio C/N yang ideal adalah 20-40, dan rasio
yang terbaik adalah 30 (Center for policy and Implementation Study, 1992).
Rasio C/N yang tinggi akan mengakibatkan proses berjalan lambat karena
kandungan nitrogen yang rendah, sebaliknya jika rasio C/N terlalu rendah
akan menyebabkan terbentuknya amoniak, sehingga nitrogen akan hilang ke
udara (Gunawan dan Surdiyanto, 2001)
3. Temper
Temperatu
aturr Pengom
Pengompos
posan
an
Pengomposan akan berjalan optimal pada suhu yang sesuai dengan suhu
optimum
optimum pertumbuhan
pertumbuhan mikroorgan
mikroorganisme
isme perombak.
perombak. Menurut
Menurut Murbandon
Murbandono
o
(1993),
(1993), suhu optimum
optimum pengomposan
pengomposan berkisar
berkisar antara 35-55 oC, akan tetapi
setiap kelompok mikroorganisme mempunyai suhu optimum yang berbeda

4
sehingga suhu optimum pengomposan merupakan integasi dari berbagai
jenis mikroorganisme.
4. Deraja
Derajatt Keasam
Keasaman
an (pH)
(pH)

Identifikasi proses degradasi bahan organik pada proses pengomposan dapat


dilakukan dengan mengamati terjadinya perubahan pH kompos. Menurut
Center for Policy and Implementation Study (1992), derajat keasaman (pH)
yang dituju adalah 6-8,5 yaitu kisaran pH yang pada umumnya ideal bagi
tanaman. Hasil dekomposisi bahan organik ini menghasilkan kompos yang
bersifat netral sebagai akibat dari sifatsifat basa bahan organik yang
difermentasikan. Pada pengomposan pupuk organik padat nilai pH pada hari
ketiga berkisar dari 7,66-8,84 dan hari ke-enam berkisar pada 8,66-9,08
(Nengsih, 2002).

5. Mikroorgan
Mikroorganisme
isme yang Terlibat
Terlibat dalam Pengomp
Pengomposan
osan
Pengomposan akan berjalan lama jika mikroorganisme perombak pada
permulaannya sedikit. Mikroorganisme sering ditambahkan pada bahan
yang akan dikomposkan yang bertujuan untuk mempercepat proses
pengomposan (Indriyani, 1999). Populasi mikroorganisme selama
berlangsungnya proses pengomposan akan berfluktuasi. Berdasarkan
kondisi habitatnya (terutama suhu), mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan tersebut terdiri dari dua golongan yaitu mesofilik dan
termofilik. Mikroorganisme mesofilik adalah mikroorganisme yang hidup

pada suhu antara 45-65 oC. Pada waktu suhu tumpukan kompos kurang dari
45 oC, maka proses pengomposan dibantu oleh mesofilik di atas suhu
tersebut (45-65 oC) mikroorganisme yang berperan adalah termofilik (Gaur,
1983 dan Center for Policy and
a nd Implementation Study, 1992).
Menurut Center for Policy and Implementation Study (1992),
mikroorganisme mesofilik pada hakekatnya berfungsi memperkecil ukuran
partikel zat organik sehingga luas permukaan partikel bertambah. Menurut
Gaur (1983), bakteri termofilik yang tumbuh dalam waktu yang terbatas
berfungsi untuk mengkonsumsi karbohidrat dan protein, sehingga bahan-

bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat.


cepat.

5
D. Akt
Aktiva
ivator
tor

Aktivator merupakan bahan yang mampu meningkatkan dekomposisi


bahan organik. Aktivator mempengaruhi proses pengomposan melalui dua cara,
cara pertama yaitu dengan menginokulasi strain mikroorganisme yang efektif
dalam menghancurkan bahan organik (pada activator organic), kedua yaitu
meningkatkan kadar N yang merupakan makanan tambahan bagi mikroorganisme
tersebut

E. Daun
Daun Kering
Kering

Kubis kepala alias kol (Brassica oleracea var capitata) adalah kol yang
dalam pertumbuhannya
pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur.
Bentuk
Bentuk kepala atau telur
telur ini juga lazim disebut
disebut krop. Daun kering
kering merupakan
merupakan

salah satu bahan


salah bahan baku
baku pembua
pembuatan
tan kompos
kompos.. Daun
Daun kering
kering mengan
mengandun
dungg un
unsur
sur
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu,
daun kering juga mengandung karbon (C) yang berperan sebagai sumber energi
bagi mikroorganisme pengurai. Daun kering dapat diolah menjadi kompos dengan
cara yang cukup sederhana.
sederhana. Berikut
Berikut adalah langkah-langk
langkah-langkah
ah pembuatan
pembuatan kompos
kompos
dari daun kering:
1. Si
Siap
apka
kan
n bah
bahan
an baku
baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat kompos dari daun kering adalah
daun kering, air, dan EM4 (Effective
(Effective Microorganisms
Microorganisms 4). EM4 adalah campuran

mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan.


2. Poto
Potong
ng-p
-pot
oton
ong
g daun
daun kerin
kering
g
Poto
Potong
ng-p
-pot
oton
ong
g da
daun
un ke
keri
ring
ng menj
menjad
adii uk
ukur
uran
an ya
yang
ng le
lebi
bih
h ke
keci
cill ag
agar
ar pr
pros
oses
es
pengomposan lebih cepat.
3. Camp
Campur
urka
kan
n ba
baha
han
n ba
baku
ku
Campurkan daun kering, air, dan EM4 dalam wadah tertutup.
4. Aduk
Aduk seca
secara
ra ter
terat
atur
ur
Aduk campuran kompos secara teratur, setidaknya 2 kali sehari.
5. Si
Simp
mpan
an di
di tempa
tempatt yang
yang ted
teduh
uh

Simpan campuran kompos di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari
langsung.

6
Proses pengomposan dari daun kering membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
Setelah kompos matang, kompos dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Berikut adalah beberapa tips untuk membuat kompos dari daun kering:
 Gunakan daun kering yang bersih dan bebas dari kotoran.
 Tambahkan air secukupnya agar campuran kompos tetap lembap.
 Aduk campuran kompos secara teratur agar proses pengomposan lebih cepat.
 Simpan campuran kompos di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
Deng
Dengan
an mema
memanf
nfaa
aatka
tkan
n da
daun
un ke
keri
ring
ng un
untu
tuk
k pe
pemb
mbua
uata
tan
n ko
komp
mpos
os,, ki
kita
ta da
dapa
patt
mengurangi jumlah sampah organik dan sekaligus menyuburkan tanaman.

F. Limbah
Limbah Ranting
Ranting Kering
Kering

Limbah ranting kering merupakan salah satu jenis sampah organik yang dapat
diolah menjadi kompos. Limbah ranting kering mengandung unsur karbon (C)
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pengurai. Selain itu, limbah ranting kering
juga mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dapat
menyuburkan tanaman.
Limbah ranting kering dapat diolah menjadi kompos dengan cara yang cukup
sederh
sederhana
ana.. Beriku
Berikutt adalah
adalah langka
langkah-la
h-langk
ngkah
ah pembu
pembuatan
atan kompos
kompos dari
dari limbah
limbah
ranting kering:
1. Si
Siap
apka
kan
n bah
bahan
an baku
baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat kompos dari limbah ranting kering
adalah limbah ranting kering, air, dan EM4 (Effective Microorganisms 4). EM4
adalah campuran mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan.
2. Potong
Potong-po
-poton
tong
g limbah
limbah rant
ranting
ing kerin
kering
g
Potong-potong limbah ranting kering menjadi ukuran yang lebih kecil agar proses
pengomposan lebih cepat.
3. Camp
Campur
urka
kan
n ba
baha
han
n ba
baku
ku
Campurkan limbah ranting kering, air, dan EM4 dalam wadah tertutup.
4. Aduk
Aduk seca
secara
ra ter
terat
atur
ur
Aduk campuran kompos secara teratur, setidaknya 2 kali sehari.
5. Si
Simp
mpan
an di
di tempa
tempatt yang
yang ted
teduh
uh

7
Simpan campuran kompos di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
Proses pengomposan dari limbah ranting kering membutuhkan waktu sekitar 3-4
bulan. Setelah kompos matang, kompos dapat digunakan untuk menyuburkan
tanaman.
Berikut adalah beberapa tips untuk membuat kompos dari limbah ranting kering:
 Gunakan limbah ranting kering yang bersih dan bebas dari kotoran.
 Tambahkan air secukupnya agar campuran kompos tetap lembap.
 Aduk campuran kompos secara teratur agar proses pengomposan lebih cepat.
 Simpan campuran kompos di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
Dengan
Dengan memanf
memanfaatk
aatkan
an limbah
limbah rantin
ranting
g kering
kering untuk
untuk pembua
pembuatan
tan kompos
kompos,, kita
kita
dapat mengurangi jumlah sampah organik dan sekaligus menyuburkan tanaman.
Berikut adalah beberapa manfaat pembuatan kompos dari limbah ranting kering:
 Mengurangi jumlah sampah organik
 Meningkatkan kualitas tanah
 Memperkaya unsur hara tanah
 Meningkatkan kesuburan tanaman
 Meningkatkan hasil panen
Pembuatan kompos dari limbah ranting kering merupakan salah satu upaya untuk
mengurangi jumlah sampah organik dan sekaligus meningkatkan kualitas tanah.
Upaya
Upaya ini dapat
dapat dilaku
dilakukan
kan oleh
oleh masyar
masyaraka
akatt secara
secara mandir
mandiri,
i, sehing
sehingga
ga dapat
dapat
menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan sampah dan lingkungan.

G. Manfaat
Manfaat Kompos

Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan


meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan
dengan meningkatkan kandungan
kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktifitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan
meningkat dengan penambahan kompos. Aktifitas mikroba
mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang

8
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktifitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk
dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang

dipupuk dengan pupuk kimia, misalnya hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari b


beberapa
eberapa aspek yakni
sebagai berikut (Isroi, 2008) :

1) Aspek
Aspek Ekon
Ekonomi
omi

1. Menghemat
Menghemat biaya untuk
untuk transportasi
transportasi dan penimbunan
penimbunan limbah
limbah

2. Mengurangi
Mengurangi volume/uku
volume/ukuran
ran limbah
limbah

3. Memiliki
Memiliki nilai jual
jual yang lebih
lebih tinggi
tinggi dari pada bahan
bahan asalnya
asalnya

2) Aspek
Aspek Lingku
Lingkunga
ngan
n

1. Mengurangi
Mengurangi polusi
polusi udara
udara karena pembakara
pembakaran
n limbah

2. Mengurangi
Mengurangi kebutuha
kebutuhan
n lahan untuk
untuk penimbunan
penimbunan

3) Aspek bagi tanah/tanam


tanah/tanaman
an

1. Meningkatk
Meningkatkan
an kesubu
kesuburan
ran tanah

2. Memperbaik
Memperbaikii struktur
struktur dan karakteris
karakteristik
tik tanah

3. Meningkatk
Meningkatkan
an kapasitas
kapasitas serap
serap air
air tanah
tanah

4. Meningkatk
Meningkatkan
an aktifitas
aktifitas mikrob
mikrobaa tanah

5. Meningkatk
Meningkatkan
an kualitas
kualitas hasil panen (rasa,
(rasa, nilai gizi, dan jumlah
jumlah panen)
panen)
6. Menyediaka
Menyediakan
n hormon
hormon dan vitamin
vitamin bagi tanaman
tanaman

7. Menekan
Menekan pertumbuhan
pertumbuhan/serang
/serangan
an penyakit
penyakit tanaman

8. Meningkatk
Meningkatkan
an retensi/ketersed
retensi/ketersediaan
iaan hara di dalam tanah
tanah

Pada dasarnya kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah
yang selanjutnya akan meningkatkan produksi
produksi tanaman. Pada
Pada tanaman
hortikultura (buah-buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya
sif atnya
perishable ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di
bidang perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi

9
tanaman. Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos.
Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada
tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5-6 bulan.

Kompos membuat rasa buah-buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum
dan lebih masif. Hal inilah yang mendorong perkembangan tanaman organik,
selain lebih sehat dan aman karena tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia
rasanya lebih baik, lebih getas, dan harum. Penggunaan kompos sebagai pupuk
organik saja akan menghasilkan produktivitas yang terbatas. Penggunaan pupuk
buatan saja (urea, SP, MOP, NPK) juga akan memberikan produktivitas yang
terbatas. Namun, jika keduanya digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi
positif. Produktivitas jauh lebih tinggi dari pada penggunaan jenis
je nis pupuk tersebut
secara masing-masing.

Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini
memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok
kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4–6 minggu sudah jadi.
Apabila sampah organik ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi
kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas karena aktifitas mikroba.
Ini pertanda mikroba mengunyah
mengunyah bahan organik dan merubahnya
merubahnya menjadi
kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 450-

650C. Jika terlalu panas harus dibolak


650C. dibolak-balik
-balik,, setidak-tida
setidak-tidaknya
knya setiap 7 hari (Nia,
Tanpa Tahun).

10

Anda mungkin juga menyukai