Philipina
Philipina
LABA USAHA
Laba suatu perusahaan yang berkedudukan di salah satu negara hanya akan dikenai pajak di negara itu. Jika
perusahaan itu menjalankan usaha di negara Treaty Partner (TP) melalui suatu Bentuk Usaha Tetap (BUT),
maka laba perusahaan itu dapat dikenai pajak di negara TP, tetapi hanya atas bagian laba yang dianggap
berasal dari:
(a) Bentuk Usaha Tetap
(b) penjualan yang dilakukan di negara TP berupa barang-barang atau barang dagangan yang sama atau
serupa jenisnya seperti yang dijual melalui BUT
(c) bentuk usaha lainnya yang dilakukan di negara TP yang sama atau serupa jenisnya sebagaimana
dilakukannya melalui BUT tersebut.
Dalam menentukan besarnya laba suatu BUT, dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
kepentingan usaha dari BUT itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik
yang dikeluarkan di negara di mana BUT itu berada ataupun di tempat lain. Namun demikian, tidak
diperkenankan untuk dikurangkan ialah pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh BUT kepada kantor
pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya (selain dari penggantian biaya yang benar-benar
dikeluarkan) berupa royalti, biaya atau pembayaran-pembayaran serupa lainnya karena penggunaan paten atau
hak-hak lain, atau berupa komisi, atau untuk jasa-jasa khusus yang dilakukan atau untuk manajemen atau
berupa bunga atas uang yang dipinjamkan kepada BUT (kecuali dalam usaha perbankan).
Sebaliknya tidak akan diperhitungkan sebagai laba BUT jumlah-jumlah yang dibebankan (selain dari
penggantian biaya yang benar-benar dikeluarkan) oleh BUT kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain
milik kantor pusatnya, berupa royalti, biaya atau pembayaran lainnya yang serupa karena penggunaan paten
atau hak-hak lainnya, atau berupa komisi atau untuk jasa-jasa khusus yang dilakukan atau untuk manajemen
atau berupa bunga atas uang yang dipinjamkan kepada kantor pusat atau kantor kantor lainnya (kecuali dalam
usaha perbankan).
HUBUNGAN ISTIMEWA
Apabila perusahaan dari salah satu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam
manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan di negara TP, dan antara kedua perusahaan dimaksud
dalam hubungan dagangnya atau hubungan keuangannya terdapat hal-hal yang menyimpang dari yang
lazimnya, maka berlaku antar perusahaan-perusahaan yang bebas ikatan satu sama lain. Dan setiap laba yang
seharusnya diterima oleh salah satu perusahaan, dapat ditambahkan pada laba perusahaan itu dan dikenai
pajak.
Masing-masing negara tidak akan mengadakan koreksi atas laba suatu perusahaan yang dimaksud setelah
berakhirnya batas waktu (daluarsa) menurut perundang-undangan negaranya.
DIVIDEN
Dividen yang dibayarkan oleh suatu perusahaan yang berkedudukan di salah satu negara kepada penduduk
negara TP dapat dikenai pajak di negara TP tersebut. Namun demikian dividen itu dapat juga dikenai pajak di
negara tempat perusahaan yang membayarkan dividen tersebut berkedudukan sesuai dengan perundang-
undangan negara tersebut. Syaratnya pajak yang dikenakan tidak boleh melebihi 15% dari jumlah bruto
dividen apabila pemegang saham yang menikmati dividen tersebut adalah perusahaan yang memiliki paling
1
sedikit 25% saham perusahaan yang membayarkan dividen itu, atau 20% dari jumlah bruto dividen dalam hal
lainnya.
Apabila penerima dividen menjalankan usaha melalui BUT atau menjalankan pekerjaan bebas ( independent
personal services) melalui tempat tetap di negara di mana perusahaan yang membayarkan dividen
berkedudukan, maka dividen dari kepemilikan saham tersebut dianggap mempunyai hubungan efektif dengan
BUT atau tempat tetap itu. Dalam hal demikian, dividen yang diperoleh pemegang saham dapat menjadi
penghasilan bagi BUT atau independent personal services tersebut.
BUNGA
Bunga yang berasal dari salah satu negara dan dibayarkan kepada penduduk negara TP dapat dikenai pajak di
negara TP tersebut. Namun demikian bunga itu dapat juga dikenai pajak di negara sumber, akan tetapi tidak
boleh melebihi 15% dari jumlah bruto bunga. Menyimpang dari itu, bunga hanya akan dikenai di negara TP
itu, jika bunga tersebut berkenaan dengan (a) obligasi, surat utang atau kewajiban lainnya yang sejenis dari
pemerintah negara itu termasuk pemerintah daerah atau (b) pinjaman yang dibuat, dijamin atau diasuransikan,
piutang yang diberikan, dibuat, diasuransikan oleh Bank Sentral Indonesia atau Bank Sentral Philipina atau
setiap bank pinjaman lainnya yang ditentukan dan disetujui antara pejabat yang berwenang dari kedua negara.
Apabila penerima bunga menjalankan usaha melalui BUT atau menjalankan pekerjaan bebas (independent
personal services) melalui tempat tetap di negara di mana pihak yang membayarkan bunga berkedudukan,
maka bunga tersebut dianggap mempunyai hubungan efektif dengan BUT atau tempat tetap itu. Dalam hal
demikian, bunga yang diperoleh pemegang saham dapat menjadi penghasilan bagi BUT atau independent
personal services tersebut.
Apabila bunga menjadi beban BUT atau tempat tertentu di salah satu negara, maka bunga itu dianggap berasal
dari negara itu.
ROYALTI
Royalti yang berasal dari salah satu negara dan dibayarkan kepada penduduk negara TP dapat dikenai pajak di
negara TP tersebut. Namun demikian royalti tersebut dapat juga dikenai pajak di negara sumber, akan tetapi
tidak boleh melebihi :
a. Di Indonesia :
15% dari jumlah bruto royalti.
b. Di Philipina :
15% dari jumlah bruto royalti, jika royalti itu dibayarkan oleh suatu perusahaan yang terdaftar pada
Badan Penanaman Modal Philipina, dan ikut serta dalam kegiatan sektor-sektor usaha seperti yang
telah ditentukan oleh Badan tersebut;
Dalam hal-hal lainnya, 25% dari jumlah bruto royalti.
Istilah royalti berarti pembayaran dalam bentuk apapun yang diterima sebagai balas jasa karena penggunaan
atau hak untuk menggunakan, hak cipta di bidang kesusasteraan, ke senian atau ilmu pengetahuan, paten,
merek dagang, pola, atau model, rencana, rumus, cara pengolahan yang dirahasiakan, penggunaan atau hak
untuk menggunakan perlengkapan industri, perniagaan atau ilmu pengetahuan, atau keterangan yang
menyangkut pengalaman di bidang industri, perniagaan dan ilmu pengetahuan.
Apabila penerima royalti menjalankan usaha melalui BUT atau menjalankan pekerjaan bebas ( independent
personal services) melalui tempat tetap di negara di mana pihak yang membayarkan royalti berkedudukan,
maka royalti tersebut dianggap mempunyai hubungan efektif dengan BUT atau tempat tetap itu. Dalam hal
demikian, royalti yang diperoleh pemegang saham dapat menjadi penghasilan bagi BUT atau independent
personal services tersebut.
2
undangan negara di mana harta yang bersangkutan berada. Istilah tersebut meliputi juga benda-benda yang
menyertai harta tak bergerak, ternak dan peralatan yang dipergunakan dalam usaha pertanian dan kehutanan.
Kapal laut, perahu dan pesawat udara tidak dianggap sebagai harta tak bergerak.
Keuntungan yang diperoleh penduduk suatu Negara perjanjian dari pemindahtanganan harta tak gerak yang
berada di negara TP dapat dikenai pajak di negara TP tersebut.
Keuntungan yang diperoleh dari pemindahtanganan kapal-kapal laut atau pesawat-pesawat udara yang
dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional atau dari harta gerak yang berkenaan dengan pengoperasian
kapal-kapal laut atau pesawat-pesawat udara tersebut, hanya akan dikenai pajak di negara yang
memindahtangankan berkedudukan.
PEKERJAAN BEBAS
Penghasilan yang diperoleh seorang penduduk salah satu negara sehubungan dengan pekerjaan bebas hanya
akan dikenai pajak di negara tersebut. Akan tetapi penghasilan itu dapat juga dikenai pajak di negara TP
apabila :
a. Ia mempunyai suatu tempat tetap yang tersedia secara teratur baginya untuk menjalankan kegiatan-
kegiatan di negara TP; atau
b. Ia tinggal di negara TP dalam satu masa atau masa-masa yang berjumlah 90 hari atau lebih dalam suatu
tahun takwim.
Istilah pekerjaan bebas meliputi pekerjaan bebas di bidang ilmu pengetahuan, kesusasteraan, kesenian,
pendidikan, demikian juga pekerjaan-pekerjaan bebas oleh para dokter, dokter spesialis bedah, ahli hukum,
ahli tehnik, arsitek, dokter gigi dan akuntan.
3
Pensiun atau pembayaran lainnya yang serupa yang berasal dari salah satu negara dan dibayarkan kepada
penduduk negara TP dalam hubungan kerja terdahulu dapat dikenai pajak di negara di mana yang
membayarkan pensiun berkedudukan.
1. Laba usaha dari BUT Tarif umum (Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2001) dari penghasilan
kena pajak
2. Bunga 15%
3. Royalti 15%
4. Dividen portofolio 20%
5. Penyertaan langsung 15%
6. Pajak atas laba setelah pajak pada 20%
BUT (Branch Profit Tax)
4
7. Penghasilan dari harta tak gerak Pajak dikenakan di negara di mana harta tersebut terletak
8. Penghasilan dari harta gerak
a. Sewa 20%
b. Penjualan 5% untuk penjualan saham
9. Laba dari pengoperasian kapal laut 1,5% dari peredaran bruto dan bersifat final.
dan pesawat udara
10. Penghasilan dari pekerjaan bebas Tarif umum dari penghasilan kena pajak, sepanjang :
(profesional services) a. Berada di Indonesia melebihi 90 hari dalam 1 tahun takwim,
atau
b. Mempunyai tempat tetap dalam menjalankan kegiatan.
Apabila syarat di atas tidak terpenuhi, maka tidak dikenai pajak di
Indonesia.
11. Penghasilan dari pekerjaan dalam Tarif umum dari penghasilan kena pajak, sepanjang :
hubungan kerja a. Berada di Indonesia melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau
b. Balas jasa dibayarkan oleh majikan di Indonesia, atau
c. Balas jasa tersebut menjadi beban BUT yang dimiliki oleh
majikan itu di negara sumber.
Apabila syarat di atas tidak terpenuhi, maka tidak dikenai pajak di
Indonesia.
12. Penghasilan Direktur Tarif umum dari penghasilan kena pajak.
13. Penghasilan Artis dan Atlit Tarif umum dari penghasilan bruto.
14. Pelajar dan Peserta Pelatihan Tarif umum dari penghasilan kena pajak, sepanjang kunjungannya
di Indonesia lebih dari 5 tahun untuk pelajar atau lebih dari 5 tahun
untuk peserta pelatihan
15. Penghasilan Guru Tarif umum dari penghasilan kena pajak, sepanjang kunjungannya
di Indonesia lebih dari 2 tahun