Setiap pekerjaan memiliki konsekuensi baik dan buruk, lebih dan kurang.
Namun saya memandang bekerja sebagai dosen, saya selalu melihat sisi
baiknya, bahwa mengajar merupakan sebagian dari ibadah, meneliti sebagai
upaya untuk menyebarluaskan hasil temuan, dan mengabdi sebagai cara untuk
menggerakkan masyarakat untuk lebih terampil dan memiliki pengetahuan.
Sehingga itulah yang membuat saya tertarik menjadi dosen.
Berangkat dari latar belakang keluarga yang merupakan Guru sehingga saya di
dorong untuk menjadi seorang pendidik. Awal mulanya saya hanya ingin
menjadi Guru Penjas, namun pada saat saya menempuh program sarjana, saya
terinspirasi dengan kegiatan dosen yang mengajar saya. Selain pakar dalam
keilmuan, mereka juga pakar dibidang pelatih, seperti menjadi pelatih PERSIS
Solo dan Pelatih Timnas untuk cabang olahraga Silat dan Taekwondo. Ada
juga salah satu Profesor (saat itu masih doctor) seringkali menjadi narasumber
pada kegiatan penting seperti Seminar Nasional. Saya menggangap bahwa
dosen itu adalah cendekiawan, orang ahli, pakar dalam bidangnya yang
perannya sangat penting. Berawal dari itulah saya terinpirasi ingin menjadi
dosen dan saya berupaya untuk melanjutkan studi magister.
2. Mengapa ingin jadi PNS padahal sudah kerja di PTS?
Saya berupaya untuk memberi kontribusi/efek domino pada PTN yang saya
tuju, dengan cara bergabung di PTN dan sharing ilmu kepada mahasiswa di
PTN. Sebab mahasiswa di PTN memiliki diversity domisili mahasiswa yang
sangat beragam. Sehingga apabila ilmu yang saya miliki kemudian
diimplementasikan oleh mahasiswa di daerah asalnya, saya berharap akan ada
perubahan yang terjadi di daerahnya. Misalnya saya mengenalkan olahraga
petanque, sementara di kupang olahraga tersebut belum ada.
3. Apa yang bisa anda berikan kepada instansi apabila anda diterima?
Yang pasti saya akan memberikan kontribusi semampu saya sesuai dengan
kemampuan dan pengalaman yang saya miliki. Misalnya, PTN yang saya tuju
perkembangan jurnalnya belum baik, maka saya dedikasikan pengalaman saya
untuk meningkatkan kualitas pengelolaan jurnal tersebut.
FR SKB
Penerapan
No Nama Jurnal Status Akreditasi Terindeks
Peer Review
Indonesia Journal of Sports Belum
1 Google Scholar Belum
and Physical Education terakreditasi
2 Jurnal Sport Science SINTA 6 Google Scholar Belum
Gelanggang Pendidikan
3 SINTA 4 DOAJ Belum
Jasmani Indonesia
Indonesia Performance
4 SINTA 5 Google Scholar Belum
Journal
Belum
5 Sport Science and Health Google Scholar Belum
terakreditasi
Nilai Integritas Akademik
Nilai Integritas Akademik untuk dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan meliputi:
1. Kejujuran
Kejujuran adalah dasar yang utama di dalam pengajaran, pembelajaran, penelitian,
dan pelayanan. Kejujuran merupakan prasyarat untuk dapat merealisasikan keempat
aspek di dalam integritas akademik yang lain, yaitu kepercayaan, keadilan, hormat,
dan tanggung jawab. Semua kebijakan akademik dan praktik komunitas harus mampu
mengirimkan pesan yang jelas yang menyatakan bahwa tindakan pemalsuan data,
kebohongan, kecurangan, pencurian, atau perilaku tidak jujur lainnya adalah perilaku
yang tidak dapat diterima.
2. Kepercayaan
Nilai kedua adalah kepercayaan. Kepercayaan akan bertumbuh seiring dengan waktu
dan pengalaman. Kepercayaan memungkinkan kita untuk berkolaborasi, berbagi
informasi, dan mengedarkan gagasan baru secara bebas, tanpa takut bahwa hasil karya
kita dicuri, karier kita dihalangi, atau reputasi kita akan menurun.
3. Keadilan
Perlakuan yang adil adalah faktor yang penting dalam pembentukan komunitas etik.
Komponen penting keadilan adalah prediktabilitas, transparansi, kejelasan, dan
harapan-harapan yang masuk akal. Keadilan yang disertai dengan penghargaan pada
penilaian dan pengukuran adalah hal penting bagi terbentuknya kepercayaan antara
dosen dan para mahasiswa.
Para dosen bersikap adil kepada mahasiswa dan institusi ketika mengomunikasikan
harapan mereka secara jelas, merespons ketidakjujuran secara konsisten, menjunjung
tinggi prinsip integritas akademik dengan baik.
4. Kehormatan
Komunitas ilmuwan dinilai berhasil jika dapat memberi rasa hormat dan penghargaan
kepada anggota komunitas, termasuk saat muncul pendapat yang beragam dan
terkadang bertentangan dengan yang mereka ungkapkan. Lingkungan belajar yang
paling dinamis dan produktif adalah lingkungan yang mampu memelihara ikatan yang
aktif, termasuk di dalamnya pengujian yang ketat, perdebatan yang bersemangat, dan
perbedaan pendapat yang hidup tentang beragam gagasan, yang disertai dengan
penghormatan bagi yang menyuarakannya.
Dosen menunjukkan rasa hormat dengan menerima gagasan mahasiswa secara serius,
mengenali setiap mahasiswa secara individu, dan dengan membantu mengembangkan
gagasannya. Selain itu memberi balikan yang utuh dan jujur atas hasil karyanya, serta
dengan menghargai perspektif dan pemikirannya. Anggota komunitas akademik juga
menunjukkan rasa hormat kepada ilmuwan lain dengan memberi kontribusi intelektual
melalui identifikasi dan sitasi sumbernya secara layak.
5. Tanggung jawab
Tanggung jawab untuk menjunjung tinggi nilai-nilai integritas adalah suatu hal yang
diemban individu secara simultan baik sebagai individu maupun bersama. Setiap
anggota komunitas akademik, baik dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan
bertanggung jawab menjaga keamanan integritas keilmuan, pengajaran, dan
penelitian.
6. Keberanian
Dalam hal ini, keberanian adalah kapasitas untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai
integritas akademik lainnya, meski ada perasaan takut. Keberanian akan memampukan
individu untuk berkomitmen pada standar integritas akademik yang tinggi, meskipun
menghadapi risiko adanya konsekuensi negatif atau tindakan balasan. Anggota
komunitas akademik harus belajar menampilkan keberanian yang diperlukan untuk
menyertai keputusan dengan tindakan nyata. Hal ini perlu dilatih secara
berkelanjutan.