Anda di halaman 1dari 8

3 STUDI KASUS PENGGUNAAN BAHAN TERLARANG

SEBAGAI PRODUK PANGAN

Oleh :
Abiyyu Naufal Restufani
57213113642
TPH - A

Dosen Pengampu :
Heny Budi Purnamasari S, S.St.Pi., M.ST.Pi

SARJANA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
PENDAHULUAN
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan/campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Sesuai dengan
PERMENKES No. 33 Tahun 2012 penggolangan BTP.
Bahan tambahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan
makanan ditetapkan melalui Permenkes RI No. 033 tahun 2012 tentang Bahan
Tambahan Pangan. Bahan tambahan yang dimaksud adalah : Asam borat dan
senyawanya, asam salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat, dulsin, kalium
klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, formalin, dan
kalium bromat.

Bahan Tambahan Pangan yang di Bahan Tambahan Pangan yang tidak


dapat digunakan dapat digunakan

Antibuih (Antifoamng agent) Asam borat dan senyawanya

Antioksidan (Antioxidant) Asam salisilat dan garamnya

Bahan pengkarbonasi (Carbonating Dietilpirokarbonat


agent)
Garam pengemulsi (Emulsifying salt) Dulsin

Gas untuk kemasan (Packaging gas) Kalium klorat

Humektan (Humectant) Kloramfenikol

Pelapis (Glazing agent) Minyak nabati yang dibrominasi

Pemanis (Sweetener) Nitrofurazon

Pembawa (Carrier) Formalin

Pembentuk gel (Gelling agent) Kalium bromat

Golongan BTP yang digunakan dalam pangan


No Golongan BTP Contoh senyawa
1. Antibuih Kalsium alginat, Mono dan digliserida asam lemak
2. Antikempal Kalsium karbonat, Trikalsium fosfat, Natrium karbonat
3. Antioksidan Asam/Natrium/Kalsium/Kalium askorbat
4. Bahan Karbon dioksida
5. Pengkarbonasi
Garam Pengemulsi Natrium dihidrogen sitrat, Dinatrium fosfat
6. Gas Untuk Kemasan Karbon dioksida, Nitrogen
7. Humektan Natrium/Kalium laktat
8. Pelapis Malam, Lilin karnauba, Lilin mikrokristalin
9. Pemanis Sorbitol, Silitol, Sakarin, Aspartam
10. Pembawa Trietil sitrat, Propilen glikol, Polietilen glikol
11. Pembentuk Gel Asam/Natrium/Kalsium/Kalium alginat, Agar-agar
12. Pembuih Selulosa mikrokristalin, Etil metil selulosa
13. Pengatur Keasaman Asam/Natrium/Kalsium asetat
14. Pengawet Asam/Natrium/Kalsium/Kalium benzoat
15. Pengembang Dekstrin, Pati asetat, Natrium karbonat
16. Pengemulsi Lesitin, Agar-agar, Karagen
17. Pengental Asam/Natrium/Kalsium/Kalium alginat, Kalsium asetat
18. Pengeras Kalsium laktat, Trikalsium sitrat, Kalium klorida
19. Penguat rasa Monosodium L-glutamate (MSG), Asam guanilat dan
20 Peningkat volume garamnya
Natrium laktat, Agar-agar, Karagen
21. Penstabil Lesitin, Kalsium karbonat/asetat/laktat
22. Peretensi Warna Magnesium karbonat, Magnesium hidroksida
23. Perisa rempah-rempah, paprika oleoresin, bubuk keju, ekstrak
24. Perlakuan Tepung ragi
Amonium klorida, Kalsium sulfat, Kalsium oksida
25. Pewarna Kurkumin, Antosianin, Riboflavin, Tartrazin
26. Propelan Nitrogen, Propana, Dinitrogen monooksida

Golongan BTP yang Tidak digunakan dalam pangan


No Golongan BTP

1. Asam borat dan senyawanya (Boric acid)


2. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt)
3. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)
4. Dulsin (Dulcin)
5. Formalin (Formaldehyde)
6. Kalium bromat (Potassium bromate)
7. Kalium klorat (Potassium chlorate)
8. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
9. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
10. Nitrofu razon (Nitrofurazone)
11. Dulkamara (Dulcamara)
12. Kokain (Cocaine)
13. Nitrobenzen (Nitrobenzene)
14. Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)
15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
16. Biji tonka (Tonka bean)
17. Minyak kalamus (Calamus oil)
18. Minyak tansi (Tansy oil)
Studi Kasus Penambahan BTP yang dilarang sebagai Produk Pangan
1. BPOM Denpasar Temukan Jajanan Pasar Gunakan Bahan Kimia
Berbahaya

KBR, Bali - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Denpasar menemukan
bahan pangan di sejumlah pasar di Bali menggunakan bahan kimia terlarang.
Kepala Balai Besar BPOM Denpasar, Endang Widowati mencontohkan, dari
inspeksi mendadak di Pasar Badung, Denpasar ditemukan lebih dari 30 persen
makanan mengandung zat berbahaya.

Ia pun menjelaskan dari 22 sampel bahan pangan, tujuh di antaranya


menggunakan zat rhodamin dan lima sampel positif mengandung formalin.

Sementara uji pangan di Pasar Padang Sambian, Denpasar pihaknya menemukan


tiga dari 55 sampel pangan positif mengandung rhodamin. Ia pun menegaskan
bakal menindaklanjuti temuan ini.

"Produsen besarnya lagi dicari komitmen dari penjual yang jajannya banyak sekali
itu juga bagus untuk tidak menjual kalau itu positif," kata Endang di Denpasar,
Sabtu (3/9/2016).

Rhodamin adalah salah satu pewarna sintetis yang dilarang penggunaannya untuk
bahan pangan. Menurut WHO, zat ini berbahaya bagi kesehatan lantaran sifat
kimia dan kandungan logam beratnya yang bersifat racun bagi tubuh.

Sedangkan formalin, salah satu bahan kimia berbahaya yang kerap


disalahgunakan pada pangan ini berfungsi sebagai pengawet. Berdasarkan
penjelasan di laman BPOM, larutan formaldehid ini yang masuk ke tubuh dapay
mengakibatkan luka di saluran pencernaan. Efek lainnya, bisa menimbulkan
depresi susunan syaraf. Formalin digunakan untuk membunuh kuman sehingga
banyak dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, pembasmi serangga, dan bahan
pengawet mayat.

Lebih lanjut, Kepala Balai Besar BPOM Denpasar Endang Widowati mengatakan,
akan terus memeriksa bahan pangan di sejumlah pasar hingga Hari Raya
Galungan pada pekan depan. Kata dia besok (Minggu 4/9/2016) juga akan
dilakukan uji pangan di Pasar Gianyar.

Ia pun menambahkan, BPOM Denpasar telah mengajukan enam kasus


penyalahgunaan bahan kimia berbahaya ke pangadilan. Tiga kasus terkait bahan
kosmetik dan tiga kasus pada bahan pangan. Di antaranya, kata dia, sudah pada
tahap penyerahan barang bukti dan tersangka ke kejaksaan. Dalam kasus
tersebut, tersangka melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004
tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

Endang melanjutkan, dampak jangka panjang penggunaan bahan tambahan


berbahaya pada makanan akan menimbulkan kanker yang baru terasa tiga hingga
lima tahun ke depan.
2. BPOM Denpasar Temukan Jajanan Pasar Gunakan Bahan Kimia

Berbahaya

Jakarta, CNN Indonesia -- Pangan mengandung bahan kimia berbahaya,


seperti Formalin dan Rhodamin B, banyak ditemukan di sejumlah daerah. Sanksi
terhadap pelaku diminta untuk diperberat. Sebab, kasus tersebut terus berulang.

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DKI Jakarta Sukriadi
Darma menemukan takjil atau panganan untuk berbuka puasa mengandung
Formalin dan pewarna tekstil Rhodamin B di Jakarta.

Temuan ini didapat dari inspeksi mendadak bersama Dinas Koperasi dan UMKM
serta Dinas Kesehatan.

"Kami menemukan es pacar cina positif Rhodamin B, tahu berformalin, dan mie
juga berformalin," kata Sukriadi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (6/6).

Menurutnya, takjil mengandung bahan berbahaya ditemukan di tiga titik, yaitu


pusat penjualan takjil Summarecon Kelapa Gading, Jakarta Utara; pusat takjil di
Bendungan Hilir, Jakarta Pusat; dan pusat takjil di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Sukriadi menambahkan BBPOM DKI Jakarta akan langsung menindaklanjuti


temuan ini dengan penelusuran lebih lanjut dan jalur pidana.

"Semua yang mengandung bahan berbahaya langsung dimusnahkan dan


dilakukan penelusuran ke sumber perolehan bahan berbahaya," imbuhnya.

Terpisah, Kepala Bidang Sertifikasi Informasi Layanan Konsumen BBPOM Banda


Aceh Cut Safrina Indriawati mengaku menemukan kandungan zat berbahaya
dalam pangan berbuka jenis mi, di Kabupaten Aceh Barat Daya dan di Kabupaten
Aceh Selatan.

"Itu khususnya pada mi terutama sekali yang kami temukan. Kalau yang di Aceh
Barat hasilnya negatif dari zat berbahaya, baik formalin maupun boraks dan
pewarna," sebutnya, di Meulaboh, Selasa (5/6), dikutip dari Antara.

Hasil pemeriksaan dan temuan itu telah disampaikan kepada pemda setempat
serta instansi teknis terkait untuk langkah pembinaan maupun sampai kepada
pemberian sanksi.

taf Bagian Layanan Informasi Konsumen Balai Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Jateng Eni Zuniati menambahkan pihaknya juga menemukan produk
makanan ringan jenis rengginang singkong dan selondok, ikan asin teri, dan cumi-
cumi mengandung Rhodamin B dan ikan asin mengandung formalin.

Hal itu didasarkan hasil penelitian atas sampel makanan yang diambil dari Pasar
Rejowinangun, Magelang, Senin (4/6).
Selain itu, Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Medan
Yulius Sacramento Tarigan mengaku pihaknya menggerebek sebuah rumah yang
dijadikan lokasi industri cincau berformalin, di Desa Blankahan, Kecamatan Kuala,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Sabtu (26/5).

Dari lokasi tersebut, BBPOM menyita sebanyak 6 ton cincau hitam mengandung
formalin.

"Dari penggerebekan, kita menetapkan satu orang tersangka. Petugas juga


menyita 300 cetak ember dan cetak lempeng lengkong. Selain itu ada juga
puluhan liter formalin yang disita," ujarnya.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumatera Utara minta agar


produsen makanan mengandung formalin diberi hukuman berat.

"Pemilik industri pembuat lengkong yang bercampur bahan kimiawi itu, agar jera
dan tidak mengulangi lagi perbuatan melanggar hukum," kata Ketua YLKI Sumut
Abubakar Siddik, kepada Antara, Senin (4/6).

Selama ini, menurut dia, tersangka kasus formalin hanya mendapat hukuman
ringan. Mereka pun tidak merasa takut menggunakan kembali bahan pengawet
yang sangat berbahaya bagi kesehatan itu.

"Para pengusaha industri makanan dan minuman di Sumatera Utara banyak


menggunakan formalin agar dagangan mereka itu dapat tahan lama," jelas
Abubakar.

3. Makanan Mengandung Borak dan Formalin Ditemukan di 2 Pasar


Banyuwangi

Banyuwangi - Disperindag Banyuwangi menemukan sejumlah makanan dan


bahan makanan yang diduga mengandung bahan tambahan pengawet (BTP). Hal
ini diketahui di dua pasar, yakni Pasar Banyuwangi dan Pasar Rogojampi.

Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Banyuwangi Suminten mengatakan dari


hasil pemeriksaan sementara bahan tambahan pangawet yang ditemukan itu
berupa borak dan formalin, yang dicampur ke makanan dan bahan makanan.

Suminten mengatakan sampel makanan yang diduga mengandung borak dan


formalin itu saat ini langsung dikirim ke BPOM RI untuk didalami dan diperiksa
lanjutan. Ini dilakukan agar memperoleh hasil yang akurat terhadap produk
makanan dan bahan makanan yang mengandung bahan tambahan pengawet
(BTP) berbahaya tersebut.

"Mungkin dari pedagang kita ini yang dijual makanan, tentunya yang kita jual itu
harus makanan yang sehat dikonsumsi itu imbauan dari kami. Mungkin kalau
warnanya yang terlalu ngejreng itu tolong diwaspadai," kata Suminten kepada
wartawan, Selasa (27/8/2019).
"Kalau ikan yang banyak di hinggapi lalat itu malah sehat, kalau yang ikan lalat
tidak mau hinggap itu perlu dicurigai. Ciri- ciri khusus itu tampak masyarakat juga
paham," tambahnya.

Suminten menambahkan pemeriksaan makan dan bahan makanan tersebut akan


berlanjut di seluruh pasar tradisional dan pasar modern di seluruh Banyuwangi.
Hal ini sebagai bentuk perlindungan terhadap konsumen dari makanan yang
mengandung zat berbahaya di pasaran.

"Kita imbau kepada masyarakat agar berhati- hati dalam memilih makanan dan
bahan makanan. Sebab banyak pedagang nakal yang mencampurkan bahan
tambahan pengawet yang berbahaya demi manarik minat konsumen dan
mendapatkan laba sebanyak- banyaknya," pungkasnya.
Referensi
Makanan Mengandung Borak dan Formalin Ditemukan di 2 Pasar Banyuwangi
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4682979/makanan-mengandung-
borak-dan-formalin-ditemukan-di-2-pasar-banyuwangi
Takjil Mengandung Formalin Marak di Sejumlah Daerah
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180606110543-20-303892/takjil-
mengandung-formalin-marak-di-sejumlah-daerah
BPOM Denpasar Temukan Jajanan Pasar Gunakan Bahan Kimia Berbahaya
https://kbr.id/nusantara/09-
2016/bpom_denpasar_temukan_jajanan_pasar_gunakan_bahan_kimia_berbaha
ya/84708.html

Anda mungkin juga menyukai