Roadmap Perhutsos Sulteng 2022-2024
Roadmap Perhutsos Sulteng 2022-2024
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
Sasaran.......................................................................................................... 3
iii
RENCANA AKSI PERHUTANAN SOSIAL PROVINSI SULAWESI TENGAH.................. 29
Percepatan Akses........................................................................................ 34
PENUTUP ............................................................................................................... 51
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
diharapkan kegiatan adaptasi dan mitigasi dapat lebih berkembang sehingga
terbentuk masyarakat berketahanan iklim yang diiringi dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Namun demikian paska diberikan
persetujuan akses ternyata belum mampu memberi dampak nyata terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat desa di sekitar hutan, padahal persentase
penduduk miskin di Sulawesi Tengah sejumlah 12,18 persen didominasi oleh
masyarakat di pedesaan khususnya desa yang berbatasan dengan hutan.
2
program pemerintah kabupaten dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Situasi masalah di atas diduga kuat terjadi karena selama ini belum
tersedia sebuah perencanaan yang sistematis dan terpadu terkait dengan
langkah strategis atau aksi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para pihak
dalam mendukung pencapaian tujuan kebijakan PS. Hal ini menjadi dasar kuat
dan penting untuk menyusun rencana aksi penguatan PS provinsi Sulawesi
Tengah sebagai dasar pijakan bersama para pihak, terutama oleh kelompok kerja
perhutanan sosial provinsi Sulawesi tengah untuk mewujudkan tujuan kebijakan
PS agar memberikan dampak nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat
sekitar hutan.
Kegunaan dokumen ini adalah sebagai kerangka acuan kerja bagi para
pihak dalam rangka mewujudnya capaian tujuan kebijakan PS di provinsi
Sulawesi tengah.
Sasaran
3
Alokasi Pengembangan Perhutanan Sosial di Provinsi Sulawesi Tengah
4
Tabel 1. Potensi Areal Pengembangan PS di Sulawesi Tengah
Sumber: Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial (Revisi VI) Nomor SK. 4028/MENLHK-
PKTL/REN/PLA.0/5/2021 tanggal 25 Mei 2021
5
Tabel 2. Tabel Capaian Kinerja Pengusulan Persetujuan Perhutanan Sosial
Tahun 2017-2021
6
Persetujuan pengelolaan PS yang terluas di provinsi Sulawesi Tengah
adalah skema hutan desa, yakni mencapai 56.768,32 hektar. Hal ini merupakan
peluang bagi desa untuk mengoptimalkan program ini dalam rangka mendukung
kemandirian desa. Selain itu, terdapat juga 3 kelembagaan adat yang diberikan
pengakuan dalam pengelolaan hutan adat, yang luasnya mencapai 7.797 hektar.
7
Perkembangan PS dan Unit usaha PS
Sementara itu jika dilihat dari aspek komoditi yang diusahakan oleh KUPS,
maka dari 245 unit KUPS dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok komoditi
yaitu Hasil Hutan Kayu (HHK) 17 Unit dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 228
Unit. Kelompok HHBK terbagi lagi menjadi 4 kelompok potensi yaitu
Buah dan tanaman obat 65 Unit, Agroforestry (Silvopastura/Silvofishery/
Agrosilvopastura) 137 unit, Ekowisata/Jasa Lingkungan 14 Unit serta Kerajinan
12 Unit. Untuk mendorong pengembangan usaha di masing-masing KUPS
membutuhkan peran stakeholder lain selain Dinas Kehutanan dan UPTD KPH itu
8
sendiri, sebagai contoh untuk pengembangan ekowisata perlu intervensi instansi
yang menangani pariwisata dan seterusnya.
Selain upaya untuk memajukan KUPS untuk mencapai kategori blue dan
silver (235 KUPS) hingga memenuhi kategori gold bahkan platinum, juga
diperlukan upaya untuk mendorong KPS untuk membentuk KUPS sehingga
tercapai peningkatan pendapatan masyarakat. Dari 165 KPS yang telah
membentuk KUPS sebanyak 87 KPS, sehingga masih tersisa 78 KPS yang belum
membentuk KUPS.
9
ISU STRATEGIS PERHUTANAN SOSIAL
Isu-isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam program percepatan dan pengembangan perhutanan sosial
dan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan dengan
karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan
menentukan tujuan penyelenggaraan perhutanan sosial dimasa yang akan
datang.
2. Kapasitas pendamping
4. Kasus tenurial
10
5. Tidak ada bakti rimbawan
11
Di Peraturan Menteri LHK Nomor 9 Tahun 2021, kelompok kerja
percepatan perhutanan sosial provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur dibentuk
untuk berperan aktif membantu kegiatan percepatan akses dan peningkatan
kualitas Pengelolaan Perhutanan Sosial.
Saat ini Pokja PS Sulawesi Tengah belum dapat berperan secara optimal
dalam kerja-kerja percepatan akses dan pengelolaan perhutanan sosial, hal ini
disebabkan berbagai hal, diantaranya sebagai berikut:
12
1. belum optimalnya dukungan kebijakan dan anggaran baik dari kementerian
LHK maupun pemerintah daerah
13
2. Belum adanya keterpaduan antara program pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah dalam mendukung perhutanan sosial
14
1. Pada Pendampingan sebelum/pra Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial.
dilakukan melalui kegiatan:
a. telaah PIAPS
b. inventarisasi dan identifikasi terkait subjek, objek dan konflik
c. sosialisasi Perhutanan Sosial
d. pengukuran dan pemetaan partisipatif
e. pemilihan skema Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial
f. pembentukan kelembagaan
g. penyusunan dan perbaikan berkas permohonan Persetujuan Pengelolaan
Perhutanan Sosial; dan/atau Pendampingan kegiatan penyusunan naskah
kesepakatan kerja sama.
Agar proses pendampingan dapat berjalan secara efektif dan terarah maka
harus didukung dengan pendamping yang memiliki kapasitas dan kompetensi
yang handal. Olehnya peningkatan kapasitas pendamping dan perbaikan dalam
manajemen sumber daya pendamping merupakan hal urgent dalam
pembangunan dan perluasan perhutanan sosial.
15
4. Proses monitoring dan evaluasi terhadap pendamping belum berjalan
dengan baik.
16
sebagai upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dan kemandirian dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Namun saat ini masih terdapat situasi dimana kapasitas KPS masih rendah,
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Klaim atas lahan dalam kawasan hutan disebabkan oleh adanya desa dalam
kawasan hutan, tumpang tindih kepemilikan, serta tapal batas yang tidak jelas
17
antar desa, lahan garapan masyarakat serta lahan masyarakat dengan hak guna
usaha (HGU). Oknum pemerintah desa, masyarakat pengelola lahan di dalam
kawasan hutan, masyarakat desa di dalam kawasan hutan.
18
STRATEGI PENGEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL PROVINSI SULAWESI
TENGAH
19
Kelemahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam pengembangan
PS di provinsi Sulawesi Tengah selama ini antara lain:
20
Peluang yang dapat dioptimalkan oleh pemerintah daerah dalam
pengembangan perhutanan sosial di provinsi Sulawesi Tengah antara lain:
Deforestasi masih terjadi pada areal perhutanan sosial. Hal ini terkait dengan
kapasitas kelembagaan perhutanan sosial yang belum optimal
Jual beli lahan pada areal PS. Meskipun areal PS secara dejure merupakan
kawasan hutan milik negara, namun fakta di lapangan bahwa areal PS ini
telah dikuasai oleh masyarakat dan dapat diperjual belikan, meskipun tidak
memiliki status legalitas yang sah
Penambangan tanpa izin pada beberapa lokasi ditemukan dalam areal PS
Tumpang tindih perizinan
21
Rumusan Strategi Pengembangan PS di Sulteng
22
Tabel 6. Matriks SWOT dan rumusan strategi pengembangan PS di Provinsi Sulawesi Tengah
Internal Analisis Factor Summary (IFAS) Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Visi misi, kebijakan, RPJMD, Jumlah dan kompetensi pendamping kurang
Terbit SK izin PS (165 unit izin) Pembiayaan terbatas
Terbentuk POKJA Sulteng Kapasitas SDM KPS terbatas
terbentuk organisasi KPH ditingkat tapak Usaha dan pemasaran PS belum berkembang
Tersedia pendamping Pemahaman dan dukungan OPD tentang PS masih
kurang
Pemahaman dan dukungan Pemerintah Kabupaten
tentang PS masih rendah
Sistem informasi KUPS belum optimal
Masih banyak KPS yang belum memiliki RKPS dan RKT
Eksternal Analysis Mekanisme pengesahan dokumen perencanaan
Summary (EFAS) RKPS/RKU yang lambat
Jumlah dan kapasitas penyuluh terbatas
Pemanfaatan potensi hutan belum optimal
Sistem monev belum optimal
23
Kementerian Keuangan) Optimalisasi dan sinkronisasi program KLHK dengan KPH Fasilitasi pembentukan KUPS
Dukungan dana desa terhadap PS Fasilitasi kerja sama usaha dengan mitra
Membangun komunikasi dan penguatan komitmen kerja Mendorong Pokja untuk melakukan monev kepada
sama pemda dengan kementerian terkait dalam mendukung kelompok PS
PS
Mengoptimalkan peran Pokja
24
Strategi mengoptimalkan kekuatan dengan memanfaatkan peluang yang
ada dalam pengembangan PS antara lain:
25
tingkat tapak harus dioptimalkan perannya dalam kegiatan PS, sebagai unit
manajemen dalam memfasilitasi dan memonitoring kegiatan PS
Membangun komunikasi dan penguatan komitmen kerja sama pemda
dengan kementerian terkait dalam mendukung PS
Mengoptimalkan peran Pokja provinsi dalam kegiatan penguatan kapasitas
KPS dan percepatan akses pemanfaatan sumber daya hutan.
Sementara itu, strategi mengoptimalkan peluang untuk mengatasi masalah
kelemahan pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam pengembangan PS
meliputi:
26
pihak. Sistem informasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan dasar untuk
pengembangan program PS yang tepat sasaran
Fasilitasi pembentukan Kelompok Usaha perhutanan Sosial (KUPS). Strategi
ini harus dilakukan agar program PS dapat memberikan kontribusi ekonomi
bagi masyarakat. bukan hanya berhenti pada fasilitasi pembentukan KUPS,
namun para pihak yang terlibat dalam pengembangan PS harus dapat
mendorong KUPS ini untuk meningkatkan produksi dan pemasaran. Hal ini
dapat dicapai melalui kolaborasi penguatan para pihak terhadap
peningkatan usaha KUPS
Fasilitasi kerja sama usaha dengan mitra. Strategi ini merupakan salah satu
upaya peningkatan usaha KUPS dengan mempertemukan KUPS dengan mitra
Mendorong Pokja untuk melakukan monev kepada kelompok PS. Strategi ini
bertujuan mengatasi mekanisme evaluasi PS yang tidak optimal.
Selain mengoptimalkan dua strategi di atas, pemerintah provinsi Sulawesi
Tengah juga menerapkan strategi memanfaatkan kekuatan yang ada untuk
mengatasi ancaman yang akan terjadi. Ancaman yang akan terjadi sebagaimana
diuraikan dalam analisa faktor eksternal antara lain kasus deforestasi dalam
wilayah PS, jual beli lahan, penambangan tanpa izin dalam kawasan dan tumpang
tinggi perizinan. Situasi ini terjadi karena tidak optimalnya pengelola di tingkat
tapak dalam menjalankan pengelolaan dan atau terjadi karena wilayah
pengelolaan yang luas sehingga membutuhkan biaya kontrol yang tinggi. Namun
demikian, situasi masalah ini dapat teratasi melalui penerapan strategi:
27
Telaah Peta Indikatif Perhutanan Sosial (PIAPS). Strategi ini bertujuan agar
tidak terjadi tumpang tindih perizinan dalam wilayah PS. Kegiatan
pencermatan akan dilaksanakan secara cermat dalam tahap fasilitasi
perizinan PS.
Strategi akhir yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah di atas
adalah penegakan hukum yang tegas terhadap pihak yang melanggar. Strategi ini
merupakan strategi terakhir dalam upaya mewujudkan kelestarian fungsi
kawasan hutan. Strategi ini tidak menjadi prioritas dan tidak akan diterapkan jika
strategi-strategi yang dinyatakan sebelumnya benar-benar berjalan sesuai
dengan target.
28
RENCANA AKSI PERHUTANAN SOSIAL PROVINSI SULAWESI TENGAH
29
kawasan hutan, kemandirian kelembagaan lokal dan peningkatan usaha yang
mendukung pendapatan masyarakat sekitar hutan pada prinsipnya
dikelompokkan menjadi 3 program kegiatan aksi yakni: 1) Program aksi
penguatan kebijakan dan dukungan para pihak, 2) Program aksi
fasilitasipercepatan akses PS dan 3) program aksi fasilitasi dalam pengelolaan PS.
Pada tahap awal dalam rentang waktu 2022-2024, program aksi yang
ditargetkan harus tercapai adalah aksi penguatan kebijakan dan dukungan para
pihak terhadap program PS di provinsi Sulawesi tengah. Program aksi ini sangat
penting karena program ini dikategorikan sebagai faktor pemungkin utama
(enabling condition) bagi pengelolaan PS. Tantangan yang selama ini dihadapi
oleh pemerintah provinsi adalah belum sinergis kebijakan daerah dan dukungan
para pihak dalam mewujudkan pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
30
Penguatan Kebijakan dan Dukungan Para Pihak
Tabel 7. Rencana aksi penguatan kebijakan dan dukungan para pihak dalam
pengembangan PS
No. Rencana Aksi Target/Out put Tata Para Pihak Sumber
Waktu Anggaran
1 Rakor kebijakan alokasi Kesepahaman dan Maret BAPPEDA, APBD
pendanaan untuk dukungan dana PS 2022 Dinas APBN
mendukung kegiatan PS MoU Kehutanan, Sumber
Perindakop, dana
Dinas lainnya
Pertanian,
Dinas
Pariwisata,
Dinas
Perkebunan
dan
Peternakan
2 Sosialisasi PS kepada Kesepahaman dan Mei 2022 Dinas APBD
pemerintah kabupaten sinkronisasi program Kehutanan, APBN
pemerintah dengan PS Pemerintah Sumber
Kabupaten, dana
POKJA lainnya
31
No. Rencana Aksi Target/Out put Tata Para Pihak Sumber
Waktu Anggaran
3 Sosialisasi Perhutanan Kesepahaman dan kerja Juni 2022 KPH, KPS, APBD
Sosial Kepada Pelaku sama pengembangan Pelaku Usaha APBN
Usaha usaha dan pemasaran Sumber
dana
lainnya
4 Membangun PKS antara Perjanjian kerja sama April 2022 Dinas APBD
Dinas Kehutanan dan penguatan PS Kehutanan, APBN
Perguruan tinggi terkait Perguruan Sumber
dengan KKN Tematik PS Tinggi dana
dan Penelitian dan lainnya
pengembangan PS
5 Membangun kerja Dukungan pendanaan September Dinas APBD
sama antara KPH untuk pengembangan 2022 Kehutanan, APBN
usaha PS KPH, Industri Sumber
dengan industri
(BUMN/BUMS) dana
lainnya
6 Bimbingan teknis KPS memiliki Juni 2022 BPSKL, KPH, APBD
Pengelolaan hutan pengetahuan dan Pendamping, APBN
keterampilan teknis Sumber
kepada KPS
dalam pengelolaan PS dana
lainnya
7 Rakor pengembangan Dukungan program Juli 2022 Kemendes, APBD
PS bersama untuk pengembangan Kementerian APBN
usaha PS Keuangan, Sumber
Kementerian terkait
Kementerian dana
Koperasi lainnya
8 Rapat Pokja Komunikasi dan Januari, POKJA APBD
sinkronisasi anggota April, Juli, APBN
pokja triwulan setahun November Sumber
2022 - dana
2024 lainnya
9 Fasilitasi pemenuhan Tersedia tenaga 2022-2024 BPSKL, Dinas APBN
kebutuhan tenaga pendamping sesuai Kehutanan,
dengan jumlah izin PS KPH,
pendamping
yang terbit
10 Bimbingan teknis dan Terlaksana kegiatan 2022 BPSK APBN
sertifikasi pendamping bimbingan teknis kepada Sumber
pendamping PS minimal dana
PS
1 kali setahun lainnya
11 Bimbingan teknis Terlaksana berbimbingan 2022-2024 BPSKL, KPH, APBD
Pengelolaan hutan teknis kepada 51 KPS per Pendamping, APBN
tahun Sumber
kepada KPS
dana
lainnya
12 Penyediaan data dan Tersedia data PS yang Maret Pokja APBD,
Pengembangan sistem valid dan sistem 2022- APBN
informasi uptodate yang 2024
informasi
bisa diakses semua pihak
32
Semua rencana aksi tersebut diatas bersifat mendesak,penting,dan
memiliki dampak nyata terhadap kinerja pengembangan PS jika dilihat dari
Urgency, Seriousnees dan Growth (USG), sehinga perlu upaya untuk
merealisasikan rencana aksi ini.
Pemenuhan ini dapat juga dipenuhi melalui kerja sama dengan perguruan
tinggi melalui KKN tematik perhutanan sosial dan perekrutan pendamping PS
dari alumni mahasiswa kehutanan yang kompeten dan tentunya memiliki
33
keunggulan yakni pengetahuan di bidang kehutanan. Selain itu, sinkronisasi
kegiatan pendamping dapat juga dilakukan melalui pelibatan pendamping desa
dalam kegiatan pendampingan PS.
Percepatan Akses
34
pencapaian visi Gubernur Sulawesi Tengah : Bergerak Cepat Menuju Sulawesi
Tengah Lebih Sejahtera dan Lebih Maju maka Dinas Kehutanan sebagai instansi
teknis kemudian menterjemahkan dalam target perluasan areal kelola meningkat
dari sebelumnya periode 2016-2021 seluas 100.000 hektar menjadi 125.000
hektar untuk periode 2022-2026 tentunya dengan pengajuan kebutuhan
anggaran yang ideal untuk pelaksanaan operasional kegiatan di tapak
sebagaimana tahapan kegiatan pada rencana aksi.
35
Tabel 9. Revisi Target Perluasan Akses Kelola PS Tahun 2022-2026
Pada bulan Maret 2022 Kementerian Dalam Negeri melaksanakan rapat teknis
perencanaan pembangunan Tahun 2023 antara Kementerian PPN/BAPPENAS,
Kementerian LHK dengan pemerintah daerah Sulawesi Tengah merumuskan
kesepakatan salah satunya terkait target nasional pemberian akses kelola
perhutanan sosial di provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan tahun 2023 seluas
51.276 hektar yang pembiayaannya dapat diakses melalui Kementerian LHK
berdasarkan arahan dari Kementerian LHK.
36
Dalam Kawasan Hutan (PPTKH) dan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang
Dapat Dikonversi (HPK) Yang Tidak Produktif pada Rapat Koordinasi Percepatan
Program Reforma Agraria, Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam Kawasan
Hutan (PPTKH) dan HPK Tidak Produktif sebagai Sumber Tanah Obyek Reforma
Agraria (TORA) dari Kawasan Hutan.
Tabel 10. Tabel Hasil Verifikasi Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam Kawasan
Hutan (PPTKH) di Provinsi Sulawesi Tengah
Aspek teknis yang menjadi perhatian penting agar subyek dan obyek
perhutanan sosial clean and clear melalui penerapan beberapa tahapan verifikasi
yakni telaah Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial, Inventarisasi dan
identifikasi terkait Objek, subjek dan konflik, Sosialisasi Perhutanan Sosial,
Pengukuran dan pemetaan partisipatif, Fasilitasi Usulan Perhutanan Sosial.
37
Tabel 11. Rencana aksi percepatan akses PS
No Rencana Aksi Target/Out put Tata Para Pihak Sumber
Waktu Anggaran
38
Rencana aksi dalam fasilitasi penguatan kelembagaan KPS dan KUPS dapat
dilihat pada tabel berikut.
39
Target/ Tata Sumber
No Rencana Aksi Para Pihak
Out put Waktu Anggaran
6 Monitoring KUPS Terlaksana 2022-2024 BPSKL, Dinas APBD
Kegiatan Kehutanan, APBN
monitoring KPH, POKJA Sumber
sekali dana
setahun lainnya
40
Adapun target fasilitasi peningkatan kelas KUPS di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
1 KPH Balantak 6 0 6 0 0 0 0 6 0
2 KPH Banawa Lalundu 10 0 8 2 0 0 4 5 1
3 KPH Dampelas 13 0 12 1 0 0 6 6 1
4 KPH Dolago Tanggunung 84 15 69 0 0 0 54 30 0
5 KPH Gunung Dako 1 0 1 0 0 0 0 1 0
6 KPH Kulawi 25 3 20 2 0 0 13 11 1
7 KPH Pogogul 38 0 38 0 0 0 24 14 0
8 KPH Pulau Peling 4 0 4 0 0 0 0 4 0
9 KPH Sintuwu Maroso 14 8 6 0 0 0 8 6 0
10 KPH Sivia Patuju 30 1 24 5 0 0 15 13 2
11 KPH Tepeasa Maroso 2 0 2 0 0 0 0 2 0
12 KPH Tepoasa Aroa 14 5 9 0 0 0 9 5 0
13 KPH Toili Baturube 4 2 2 0 0 0 2 2 0
Total 245 34 201 10 0 0 135 105 5
41
Sampai dengan Tahun 2021 tercatat terdapat 245 KUPS yang telah
terbentuk dari 87 unit KPS terdiri dari 46 unit Hutan Desa, 34 unit HKm dan 7 unit
di Kemitraan Kehutanan, sehingga dari total 165 unit persetujuan PS masih
tersisa 78 unit KPS yang belum memiliki unit usaha berdasarkan potensi hasil
hutan di areal kelolanya. Ditargetkan sampai dengan Tahun 2024 seluruh KPS
sudah memiliki setidaknya 1 (satu) KUPS untuk menjamin sumber pendapatan
masyarakat.
42
dari 10 KUPS kategori Gold sejumlah 5 KUPS meningkat kelasnya menjadi
Platinum.
43
mengelola dan memanfaatkan hutan untuk meningkat kesejahteraan
masyarakat, serta tidak kalah pentingnya bahwa dengan keterlibatan masyarakat
diharapkan turut berperan dalam melestarikan dan mempertahankan kawasan
hutan sesuai fungsinya. Kegiatan kelola kawasan sangat krusial karena menjadi
titik awal untuk membuat perencanaan yang operasional dan masuk akal untuk
dilaksanakan berdasarkan potensi unggulan dan kebutuhan pelestarian kawasan
hutan.
44
Tabel 16. Sebaran Persetujuan PS (KPS) di wilayah KPH yang belum memiliki
dokumen RKPS
Persetujuan PS Persetujuan PS belum ada RKPS
No KPH sudah ada RKPS HD HKm HTR KK HA Total
1 Balantak 1 2 0 0 0 0 2
2 Banawa Lalundu 3 2 0 0 0 0 2
3 Dampelas Tinombo 3 6 1 0 0 0 7
4 Dolago Tanggunung 15 0 3 0 8 0 11
5 Gunung Dako 1 2 3 0 0 0 5
6 Kulawi 7 7 0 0 0 2 9
8 Pogogul 14 0 0 0 0 0 0
9 Peling 1 0 4 0 0 0 4
7 Sintuwu Maroso 6 2 8 0 0 0 10
10 Sivia Patuju 13 4 1 26 0 0 31
11 Tepe Asa Maroso 3 0 0 0 0 0 0
12 Tepo Asa Aroa 3 4 0 0 0 0 4
13 Toili Baturube 5 1 4 0 0 0 5
TOTAL 75 30 24 26 8 2 90
Hal penting lainnya bahwa pasca terbit UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja, pemanfaatan hasil hutan dapat diakses melalui skema Perizinan
Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dan Perhutanan Sosial, sehingga skema
pemanfaatan dan pemungutan HHK dan HHBK salah satunya melalui Perhutanan
Sosial. Terkait dengan pemanfaatan hasil hutan dari persetujuan perhutanan
sosial, Kementerian LHK mewajibkan setiap komoditi yang tercantum dalam
RKPS harus diinput ke dalam SIPUHH untuk mendukung legalitas sumber hasil
hutannya.
45
Tabel 107. Rencana aksi fasilitasi kelola kawasan hutan
No Rencana Aksi Target/Out put Tata Waktu Para Pihak Sumber
Anggaran
1 Fasilitasi Penataan Areal 100% Areal kerja 2022-2024 BPSKL, Dinas APBD
Kerja KPS telah tertata Kehutanan, APBN
batas KPH, Sumber
Pendamping, dana
KPS lainnya
2 Fasilitasi Inventarisasi 100% KPS 2022-2024 BPSKL, Dinas APBD
Potensi Hutan memiliki data Kehutanan, APBN
potensi hutan di KPH, Sumber
areal PS Pendamping, dana
KPS lainnya
3 Fasilitasi Penyusunan 100% KPS 2022-2024 BPSKL, Dinas APBD
Rencana RKPS dan RKT memiliki Kehutanan, APBN
dokumen RKPS KPH, Sumber
dan RKT Pendamping, dana
KPS lainnya
4 Monitoring Pengelolaan 1 kali setiap 2022-2024 KPH, Dinas APBD
kawasan Hutan tahun Kehutanan, APBN
Pokja PS, Sumber
KPS dana
lainnya
46
juga merupakan bagian penting yang wajib dicantumkan dalam dokumen RKPS
yang menjadi pedoman KPS melaksanakan aktivitas setiap tahun.
47
pemeliharaan sarana prasarana, proses penanaman sampai panen, biaya
promosi atau pemasaran dan sebagainya.
Pemasaran lokal dan non lokal perlu ditingkatkan. Stakeholder terkait perlu
diberikan target pencarian market bisa secara offline maupun online. Pemasaran
secara offline telah dibentuk Gerai KPH Sulawesi Tengah sebagai showroom
produk Kelompok Tani Hutan. Beberapa produk telah diikutkan dalam pameran
lokal dan pemasaran secara mandiri oleh anggota KUPS. Pemasaran secara
online tersirat dalam website perhutanan sosial Sulawesi Tengah serta
pemasaran secara mandiri via media sosial. Guna memperluas pangsa pasar
direncanakan perlu dilaksanakan temu usaha produk-produk perhutanan sosial
Sulawesi Tengah di forum nasional. Pemasaran produk semakin tinggi maka
48
KUPS semakin semangat untuk terus berproduksi. KUPS dituntut menjaga
peningkatan kualitas/mutu dan keberlanjutan ketersediaan produk.
49
Tata Sumber
No Rencana Aksi Target/Out put Para Pihak
Waktu Anggaran
3 Pelatihan untuk 6 kegiatan 2022-2024 BPSKL, APBD
peningkatan nilai tambah pelatihan, Pendamping, APBN
produk meliputi BPHP Sumber
produk rotan, Kementerian dana
kopi, aren, Keuangan, lainnya
madu, kemiri Kementerian
dan pala Koperasi
Mitra Usaha
Perguruan
Tinggi
4 Fasilitasi Pemasaran 1 kali pertahun 2023 dan BPSKL, APBD
temu usaha 2024 Pendamping, APBN
produk BPHP Sumber
perhutanan Kementerian dana
sosial Keuangan, lainnya
,Kementerian
Koperasi
Mitra Usaha
Perguruan
Tinggi
50
PENUTUP
51
seiring dengan perjalanan waktu ke depan akan dilakukan penyesuaian menurut
kebutuhan.
52