Anda di halaman 1dari 17

Teknik Manufaktur

Laporan Praktikum Proses Pemesinan


PEMBUBUTAN
LAPORAN PRAKTIK PORSES PEMESINAN
Praktikum Mesin Bubut

Mata Kuliah: Poses Permesinan


Dosen Pengampu: Dr. Thomas Sukardi, M.Pd.

Oleh :
1. Kaka Almayda NIM. 22539141022

PROGRAM STUDI TEKNIK MANUFAKTUR


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

1
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Industri manufaktur merupakan sektor yang beberapa dekade ini mampu memberikan
kontribusi besar dalam memproduksi suatu barang atau jasa. Contohnya adalah dalam segala
industri yang melibatkan pembuatan bahan baku, komponen maupun suku cadang dalam
pemesinan, otomotif hingga barang yang dalam proses pembuatannya harus memiliki
ketelitian tinggi seperti micro chip. Maka dari itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang
kompeten dan mampu mengembangkan teknologi tersebut. Dalam mata kuliah Proses
Pemesinan ini mahasiswa diperkenalkan dengan berbagai mesin dalam pemesinan dan
mahasiswa juga diajarkan cara mengoperasikan berbagai macam mesin dalam pemesinan.
Sehingga diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahami cara dalam menghasilkan
produk bermutu tinggi dan standar dalam industri manufaktur. Salah satu proses pemesinan
yang diperkenalkan dan diajarkan dalam mata kuliah ini adalah pembubutan. Pembubutan
merupakan pembuatan konstruksi, bahan baku atau suku cadang yang umumnya terbuat dari
bahan logam dengan menggunakan mesin bubut. Dan tujuan dibuatnya laporan praktikum
pembubutan pada mata kuliah Proses Pemesinan adalah untuk mengetahui dan melaporkan
baik alat dan bahan yang digunakan dalam praktik proses pembubutan, langkah kerja,
analisa dan hasil daripada praktik proses pembubutan yang dilaksanakan mahasiswa.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa saja alat ukur yang digunakan dalam proses pembubutan
b. Apa saja Mesin dan perlengkapan untuk proses pembubutan
c. Bagaimana Keselamatan kerja dalam proses pembubutan (termasuk APD)
d. Bagaimana pengerjaan jobsheet nya (proses pembubutannya)
e. Bagaimana mengevaluasi hasil pembubutan

1.3. Tujuan Penulisan Laporan


a. Mahasiswa dapat mengetahui mesin dan perlengkapan yang digunakan dalam proses
pembubutan
b. Mahasiswa dapat alat ukur yang digunakan dalam proses pembubutan
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami keselamatan kerja dalam proses
pembubutan (termasuk APD)
d. Mahasiswa mampu melaksanakan pengerjaan jobsheet proses peembubutan
2
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil pembubutan
f. Mahasiswa mampu memahami gambar teknik dalam proses pembubutan

2. Dasar Teori
2.1. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam praktik proses pembubutan kali ini adalah jangka
sorong (Caliper). Jangka sorong (Caliper) digunakan untuk menghitung panjang,
ketebalan, dan diameter sebuah benda. Ada beberapa macam Jangka sorong
(Caliper), diantaranta digital caliper, dial caliper dan vernier caliper. Dari ketiga
macam Jangka sorong (Caliper) memiliki ketelitian yang berbeda satu sama lain.

Cara menggunakan alat ini bisa menggunakan rahang dalam, rahang luar maupun
ekor/depth probe. Berikut dibawah ini adalah gambar bagian serta fungsi darpada
jangka sorong (Caliper).

1. Rahang Dalam
Rahang dalam digunakan untuk mengukur dimensi luar benda kerja. Contohnya
seperti diameter panjang, lebar dan tebal benda benda kerja. Bagian dari rahang
dalam terdiri dari rahang geser dan rahang tetap.

2. Rahang Luar
Rahang luar digunakan untuk mengukur dimensi dalam benda kerja. Contohnya
seperti diameter dalam dan lebar celah pada suatu benda.

3
3. Ekor / Depth Probe
Bagian ekor / depth probe digunakan untuk mengukur kedalaman sebuah step
pada benda kerja. Contohnya digunakan untuk mengukur kedalaman lubang
pada benda kerja dan jarak pada antara bidang yang bertingkat.

4. Skala Utama (mm)


Bagian skala utama dengan satuan mm digunakan untuk menyatakan ukuran
utama suatu benda dalam bentuk satuan milimeter (mm). Skala ini terletak di
bagian bawah dekat rahang dalam.

5. Skala Utama (inch)


Bagian skala utama dengan satuan inch digunakan untuk menyatakan ukuran
utama suatu benda dalam bentuk satuan inch. Skala ini terletak di bagian atas
dekat rahang luar.

6. Skala Nonius (mm)


Bagian skala nonius dalam mm berfungsi untuk menyatakan ukuran tambahan
suatu benda dalam bentuk satuan milimeter (mm) Tingkat ketelitian jangka
sorong dapat dilihat dari skala noniusnya. Ada yang memiliki ketelitian 0,05
mm bahkan ada yang memiliki ketelitian 0,02 mm.

7. Skala Nonius (inch)


Bagian skala nonius dalam inch berfungsi untuk menyatakan ukuran tambahan
suatu benda dalam bentuk satuan inch.

8. Sekrup Pengunci
Sekrup pengunci berfungsi untuk menahan rahang geser jangka sorong saat
proses pengukuran berlangsung agar tetap berada pada posisinya Biasanya
digunakan ketika mengukur bagian benda kerja yang sulit untuk dilihat
langsung

9. Pengubah/Thumb Screw
Pengubah ini berfungsi untuk menggeser skala nonius pada sat proses
pengukuran benda kerja. Bagian ini biasanya disentuh menggunakan ibu jari.

2.2. Mesin dan perlengkapannya


Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama antara lain: meja
mesin,
headstock,
tailstock,
compound
slide, across

4
slide, toolpost, dan leadscrew dan lain- lain

 Tail Stock; untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian ujung yang
berseberangan dengan penceka (chuck) pada proses pemesinan di mesin bubut.

 Lead Crew; poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan sejajar dengan
bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap. Dihubungkan dengan roda
gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa dibalik. Dipasang ke pembawa (carriage)
dan digunakan sebagai ulir pengarah untuk membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau
tidak dipakai.
 Feedrod; terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari
kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan mekanisme apron
dalam arah melintang atau memanjang.
 Carriage; terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron. Konstruksinya kuat
karena harus menyangga dan mengarahkan pahat pemotong. Dilengkapi dengan dua
cross slide untuk mengarahkan pahat dalam arah melintang. Spindle yang atas
mengendalikan gerakan dudukan pahat dan spindle atas untuk menggerakkan
pembawa sepanjang landasan.
 Tool Post; digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan menggunakan
pemegang pahat.
 Head Stock; yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut yang
mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan

.Perlengkapan Mesin Bubut

1. Chuck
Chuck atau cekam adalah perlengkapan mesin bubut yang digunakan untuk menjepit
benda kerja. Pada pemakaiannya cekam dipasang pada spindel mesin yang ada pada

5
kepala tetap. Chuck atau cekam mesin bubut berbentuk silinder yang memiliki rahang-
rahang yang dapat digerakkan secara radial.

Di dalam operasinya benda kerja dipasang di bagian tengah cekam, kemudian kunci
cekam dimasukkan ke dalam salah satu lubang penggerak rahang yang terdapat di
bagian keliling badan cekam. Selanjutnya kunci cekam diputar searah jarum jam
sehingga rahang-rahang cekam bergerak secara bersamaan menuju titik pusat cekam.

Cekam memiliki beberapa macam jenis, akan tetapi yang umum dan sering digunakan
ada 2 jenis, yaitu:
a. Cekam universal 3 rahang.
b. Cekam independen 4 rahang.

a). Cekam Universal 3 Rahang


Cekam universal merupakan cekam yang rahang-rahangnya dapat digerakkan secara
bersama-sama atau serentak dengan memutarkan kunci cekam di dalam salah satu lubang
penggerak rahang. Oleh karena ketiga rahang dari cekam universal dapat digerakkan secara
serentak, maka cekam ini sering disebut juga sebagai cekam yang dapat memusat sendiri.
Umumnya cekam universal digunakan untuk menjepit benda kerja yang berbentuk bulat atau
berbentuk segi enam

6
b). Cekam Universal 4 Rahang
Pada cekam independen 4 rahang masing-masing rahangnya dapat digerakkan secara
independen atau dapat digerakkan secara sendiri-sendiri. Apabila kunci cekam dimasukkan
kedalam salah satu lubang penggerak rahang, kemudian kunci cekam diputarkan, maka
hanya rahang yang berhubungan dengan lubang penggerak saja yang akan bergerak
sementara ketiga rahang lainnya tetap diam. Cekam universal rahang 4 cocok digunakan
untuk benda yang memiliki bentuk tidak teratur, benda kerja yang tidak simetri dan untuk
benda kerja yang memiliki bentuk persegi.

2. Kollet (collet)
kolet berfungsi untuk memegang/menjepit benda kerja yang mempunyai ukuran
diameter yang kecil. Kolet merupakan perlengkapan mesin bubut yang dibuat
dengan ketelitian yang tinggi. kolet memiliki bentuk silinder dengan kepala yang
tirus dan badan yang lebih ramping dengan alur-alur atau belahan sepanjang
kepalanya dan sebagian badannya dan pada bagain ujung kolet terdapat ulir.

7
3. Plat Pembawa
Pelat pembawa pada mesin bubut juga berfungsi untuk memegang benda kerja yang
dipasang diantara dua senter. Pelat pembawa memiliki bentuk bukat pipih atau
piringan, di mana dalam pemakaiannya pelat pembawa digunakan berpasangan
dengan pembawa (lathe dog).

Ada dua jenis pelat pembawa yang banyak digunakan dalam proses
pembubutan,yaitu:
a. pelat pembawa bertangkai (driving plate)
b. pelat pembawa rata (face plate).

4. Pembawa
Pembawa ada 2 jenis, yaitu pembawa berujung lurus dan pembawa berujung
bengkok. Pembawa berujung lurus digunakan berpasangan dengan plat pembawa

8
rata sedangkan pembawa berujung bengkok dipergunakan dengan plat pembawa
beralur.

Caranya adalah benda kerja dimasukkan ke dalam lubang pembawa, terbatas dengan
besarnya lubang pembawa kemudian dijepit dengan baut yang ada pada pembawa
tersebut, sehingga akan dapat berputar bersama-sama dengan sumbu utama. Hal ini
digunakan bilamana dikehendaki membubut menggunakan dua buah center.

5. Peyangga
Penyangga ada dua macam yaitu penyangga tetap (steady rest) dan penyangga jalan
(follow rest). penyangga ini digunakan untuk membubut benda-benda yang
panjang, karena benda kerja yang panjang apabila tidak dibantu penyangga maka
hasil pembubutan akan menjadi penampang tidak silindris dan tidak rata.

Steady Rest Follow Rest


9
6. Senter
Senter terbuat dari baja yang dikeraskan dan digunakan untuk mendukung benda
kerja yang akan di bubut. Ada dua jenis yaitu senter mati (Dead Center) dan senter
putar (Live Center). Pada umumnya senter putar pemasangannya pada ujung kepala
lepas dan center mati pemasangannya pada sumbu utama mesin.

Dead Center Live Center

Bagian senter yang mendukung benda kerja mempunyai sudut 60 derajat (senter putar)
karena pada saat benda kerjanya berputar senternya pun ikut berputar. Berlainan
dengan senter mati untuk penggunaanya pembubutan di antara dua senter, benda
tersebut hanya ikut berputar bersama mesin namun ujungnya tidak terjadi gesekan
dengan ujung benda kerja yang sudah diberi lubang center dan disarankan diberi greace
atau pelumas lainnya.

2.3. Parameter pemesinan untuk proses pembubutan


Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung menggunakan
rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar proses pembubutan.
Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus –rumus seperti berikut :

10
n : putaran spindle (rpm)
fn : pemakanan (mm)
ap: kedalaman pemotongan (mm)
perlu diperhatikan arah dari proses pengerjaan bila memulai perhitungan, kenali
dahulu proses apa yang terjadi apakah facing, atau proses pemakanan ke arah spindle
ataukah pembuatan groove. Bila perhitungan untuk groove maka lebar dari
pahat/cutting tool adalah kedalaman pemotongan. sedangkan proses perhitungan
untuk taper dapat didekati dengan metode trapesium, metode yang lebih baik
tentunya dengan menghitung setiap pergerakan cutting tool.
1. Kecepatan Pemotongan

Dihitung dari putaran per menit terhadap diameter benda kerjanya, sering juga
disebut dengan kecepatan pada permukaan.

n = putaran benda kerja (rpm)


D = Diameter benda kerja (mm)
Vc = kecepatan pemotongan (m/menit)
2. Kecepatan Putaran Benda Kerja (RPM)

Dihitung dari jumlah putaran setiap menitnya, konstanta 1000 adalah perubahan
dari mm ke meter.

3. Kebutuhan Daya (Net Power)

perhitungan daya yang dibutuhkan (Pc) dalam kilowatt sebenarnya dapat dicari
secara analitis maupun secara empiris, umumnya didapatkan dengan

11
mengasumsikan besarnya daya adalah 80 % dari daya motor, sedangkan proses
perhitungan didapatkan dari

dengan kc adalah gaya potong spesifik, Kc dihitung dengan

dengan Y0 adalah sudut chip, dan hm adalah ketebalan chip(mm) perhatikan


gambar berikut, bila menggunakan insert untuk pemotongan bubut, maka
pemilihan parameter sedikit berbeda, meskipun secara pengertian sama persis
apa yang harus dihitung.

4. Lama Waktu Pemotongan

dengan lm adalah panjang benda kerja yang dipotong, untuk benda berbentuk
lurus tentunya mudah bukan, namun untuk benda berbentuk tirus, panjang benda
kerja dihitung dengan

Dm1 = diameter terbesar


Dm2=diameter terkecil, semua satuan dalam mm.

2.4. Toleransi ukuran dan kekasaran permukaan


12
Definisi dari toleransi ukuran adalah dua batas penyimpangan yang diijinkan pada
setiap ukuran elemen.Toleransi memegang peranan yang vital pada proses produksi
dikarenakan sangat sulitnya membuat suatu alat atau benda sesuai dengan ukuran yang
tepat, karena menyangkut ketelitian dalam proses pengerjaannya .
Toleransi ukuran bubutan umumnya adalah 0,005 mm. namun, tak jarang ada toleransi
ukuran khusus terhadap benda kerja tertentu. Toleransi kekasaran bubutan umumnya
adalah n7. namun, tak jarang ada toleransi ukuran khusus terhadap permukaan benda kerja
tertentu

3. Metode praktikum
3.1. Waktu dan tempat
Waktu: Ketika praktik mata kuliah proses pemesinan
Tempat: Bengkel pemesinan jurusan Pendidikan Teknik Mesin UNY

3.2. Alat dan bahan


1) Mesin gerinda pedestal/lantai
2) Air pendingin/coolant
3) Kaca mata/pelindung mata
4) Busur derajat/mal sudut
5) Mesin bubut dan kelengkapannya
6) Jangka sorong
7) Senter putar
8) Senter bor
9) Chuck bor
10) Kunci tool post
11) Pahat bubut HSS ½“x ½“ x 4“
12) Mild Steel, ½” x ½” x 100 mm
13) Aluminium, Ø 32 x 157 mm
14) Roughness comparator gauge

3.3. Gambar kerja


Jenis tool : HSS
A. Dimensi/spesifikasi tool :½x½x4

13
Pengukuran Pengukuran Waktu Kekasaran
Data/Perhitungan Awal*) Percobaan**) Diameter Panjang Pengerjaan Permukaan
(mm) (mm) (menit)***) Benda Kerja (N)
1.Bahan = Alumunium Bagian A ØA1 = 25, 9
2.Cs/Vc= 55.6 & 62.8 A = 57,25 25 NA = 10
Kaka ØA2 = 25, 75
m/menit
3.Ø awal = 31 & 31,40 mm
4.n = 600 & 800 rpm Bagian B ØB1 = 26
5.Feeding 0.5 & 1 mm/put B = 57,25 25 NB = 25
Dimas ØB2 = 25,9
6...............dst
Bagian C ØC = 29,1 C=5 Nc = 25
(menyesuaikan) 10

Keterangan:
*) Data/perhitungan awal dapat ditambah atau dikurangi,
menyesuaikan ketentuan/kesepakatan dosen dengan
mahasiswa
**) Percobaan pada sisi A dan B bisa dibedakan berdasarkan:
1. Pengasahan pahat bubutnya (oblique/orthogonal)
2. Cara setting pahat saat pembubutan
3. Sudut-sudut pahat
4. Radius ujung pahat
5. Feeding
6. Putaran Spindle
***) A = waktu yang diperlukan untuk mengerjakan mulai dari ØC
sampai ØA B = waktu yang diperlukan untuk mengerjakan mulai
dari ØC sampai ØB
C = waktu yang diperlukan untuk mengerjakan mulai dari Øawal sampai ØC

Dokumentasi proses dan hasil (foto)


a. Foto pahat bubut hasil pengasahan (tampak atas, depan, samping)

b. Foto benda kerja hasil pembubutan

14
c. Foto tatal/chip (diberi keterangan ukuran tatal/chip)

d. Foto proses (saat praktik)

3.4. Keselamatan kerja


1) Biasakan meletakkan alat –alat tangan dan alat ukur secara terpisah (tidak
ditumpuk) dan tidak di atas mesin/alat yang getarannya kuat.
2) Selalu berhati hati dan fokus saat menggunakan alat –alat yang berputar, seperti
batu gerinda.
3) Agar tidak gosong (over heat) gunakan cairan pendingin/coolant sesering mungkin
saat penggerindaan pahat bubut.
4) Jangan mengubah putaran mesin saat mesin masih hidup!
5) Lepas segera kunci chuck setiap selesai mencekam benda kerja pada mesin
6) Pakailah alat kaca mata / pelindung mata selama melakukan pekerjaan bubut.
15
7) Jangan membersihkan tatal mesin (sisa potongan bahan) selama mesin hidup!

3.5. Proses pengerjaan (Langkah kerja sesuai gambar kerja)

Membubut Rata
1) Susun dahulu prosedur kerja dalam work preparation (WP) sesuai dengan format yang
berlaku.
2) Cek ukuran bahan.
3) Siapkan alat-alat bantu proses membubut.
4) Kenali bagian dan cara kerja mesin bubut.
5) Pasang dan setel pahat bubut setinggi senter putar pada kepala lepas.
6) Cekam bahan pada chuck bubut atau pada sumbu/spindle utama mesin bubut dengan
cukup kuat untuk persiapan facing ujung dan pembuatan lubang senter.
7) Bubut facing dan buat lubang senter pada salah satu ujung benda kerja.
8) Kendorkan cekam, panjangkan benda kerja.
9) Pasang senter putar pada kepala lepas untuk membubut rata dengan panjang semaksimal
mungkin hingga dicapai Ø29 mm dengan menerapkan langkah roughing dan finishing.
10) Bubut rata hingga dicapai Ø26 mm dengan menerapkan langkah roughing dan finishing
sepanjang 65 mm.
11) Bubut miring/champer ujung benda kerja sesuai ukuran yang diminta.
12) Lepas benda kerja dari cekam, balikkan benda kerja untuk mengerjakan sisi sebaliknya.
13) Bubut rata hingga dicapai Ø26 mm dengan menerapkan langkah roughing dan finishing
sepanjang 65 mm.
14) Bubut miring/champer ujung benda kerja sesuai ukuran yang diminta.
15) Cek ukuran secara berkala setiap pemakanan bubutan mencapai hasil permukaan halus
dengan ketelitian ukuran sesuai gambar job sheet.
16) Catatlah data dalam lembar pengamatan.
4. Hasil dan pembahasan
4.1. Hasil benda kerja

4.2. Temuan dan cara penyelesaiannya

1. Terkait kekasaran benda kerja. Apabila dalam proses pembubutan benda


kerja, dan mesin disetting dengan rpm dan feeding yang rendah maka
akibatnya permukaan benda kerja akan menjadi lebih kasar. Dan cara
menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan menyetiing rpm dan
feeding lebih tinggi supaya permukaan benda kerja bisa menjadi lebih
halus.
2. Biasanya pada saat pemakanan panjang, bagian tengah dari pada diameter
benda kerja ada yang tidak termakan, itu dikarenakan pahat tidak senter.
Dan cara penyelesainnya adalah dengan menyetting pahat bubut supaya
lebih senter.

16
5. Penutup
5.1. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah dalam pengerjaan proses pemesinan pada mesin bubut supaya
mendapatkan hasil yang maksimal, harus memperhatikan parameter daripada mesin bubut
dan lebih teliti dalam melaksanakan proses pembubutan.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan praktik pembubutan harus lebih teliti dalam
membaca ukuran dari benda kerja supaya benda kerja yang dihasilkan sesuai di gambar
kerja. Dan juga harus memperhatikan keselamatan kerja dengan menggunakan atribut
keselamatan dalam membubut serta harus tetap memperhatikan kebersihan.

17

Anda mungkin juga menyukai