Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FONOLOGI BAHASA JAWA MORFOLOGI BAHASA JAWA DAN


SINTAKSIS BAHASA JAWA
“ Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Bantu”
Dosen Pengampu : Sugiarti,M.Pd.

Disusun Oleh
1. Ardita Putri Aryananda 2288201017
2. Dwi Nopriyanti 2288201055
3. Mila Anggraini 2288201068
4. Mega Fameliasani 2288201026
5. Muhammad Husni Thamrin 2288201056
6. Najib Najami 2288201058
7. Putri Kusuma Dewi 2288201030
8. Rahman Setiadi 2288201021
9. Risma Ari Siska 2288201062
10. Risa Indriani 2288201015

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NURUL HUDA
OKU TIMUR 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Fonologi Bahasa Jawa
Morfologi Bahasa Jawa Dan Sintaksis Bahasa Jawa” Tidak lupa juga kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Way Kanan, 27 Desember 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Bahasa banyak masyarakat kurang memahami kajian-kajian Bahasa salah
satunya dalam Bahasa jawa yang umum dipakai,dalam Bahasa jawa terdapat ilmu
linguistik yang mempelajarinya seperti fonologi,morfologi,sintaksis dalam
Bahasa jawa
Fonologi adalah cabang linguistik yang menyelidiki, mempelajari, membahas,
dan menganalisis bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dapat
meliputi sub-disiplin fonetik atau tidak memperhatikan perbedaan makna dari
bunyi, maupun fonemik yang memperhatikan makna dari satuan terkecil bunyi
ujaran bahasa hingga unsur-unsur suprasegmentalnya seperti tekanan, nada,
hentian, dan durasi.
Morfologi dalam ilmu bahasa Juga diartikan sebagai salah satu cabang linguistik
atau ilmu bahasa yang mengkaji morfem dan kata, yaitu dua satuan kebahasaan
dari sepuluh satuan kebahasaan yang dikenal secara umum.

Sintaksis adalah ilmu tata kalimat yang menguraikan hubungan antar unsur bahasa
untuk membentuk sebuah kalimat. Relevansi sintaksis difokuskan pada unsur-
unsur pembentuk kalimat baik dari segi strukturnya (segmental maupun dari segi
unsur-unsur pelengkapnya, suprasegmental). Sintaksis perlu dipelajari karena
ilmu ini membahas tatabentuk kalimat yang merupakan kesatuan bahasa terkecil
yang lengkap

B. Rumusan Masalah
1. Fonologi Bahasa Jawa
2. Morfologi Bahasa Jawa
3. Sintaksis Bahasa Jawa
C. Tujuan
1. Menjelaskan Fonologi Dalam Bahasa Jawa
2. Menjelaskan Morfologi Dalam Bahasa Jawa
3. Menjelaskan Morfologi Dalam Bahasa Jawa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fonologi Bahasa Jawa

Bahasa Jawa (BJ) merupakan salah satu bahasa daerah terbesar di Indonesia yang
digunakan oleh sebagian besar masyarakat Jawa yang tinggal di Jawa Tengah, DIY,
dan Jawa Timur. Sebagai anggota rumpun bahasa Austronesia, BJ merupakan bahasa
aglutinatif atau bahasa yang kaya akan morfologi, yang ditandai dengan banyaknya
afiks. Proses pembentukan kata melalui penambahan afiks dapat memicu terjadinya
berbagai macam proses fonologis, baik yang berupa perubahan, pelesapan, peleburan
(koalisi), maupun penyisipan bunyi. Selain karena proses afiksasi, proses fonologis
BJ bisa terjadi karena pengaruh sintaksis.

Sebagai bahasa yang kaya akan morfologi, BJ memiliki cukup banyak proses
fonologis. Penambahan afiks tertentu dapat memicu terjadinya perubahan, pelesapan
atau penambahan bunyi. Selain karena pengaruh bunyi yang berdekatan, proses
fonologis dalam BJ dapat terjadi karena pengaruh sintaksis, khususnya pola urutan
kata pada frasa nomina yang melibatkan numeralia. Berikut ini akan diuraikan
berbagai proses fonologis, yang meliputi pelesapan bunyi obstruen tidak bersuara,
penambahan dan pelesapan vokal lemah [ə], serta penyisipan bunyi nasal. Selain itu
akan dibahas pula beberapa proses fonologis yang terjadi karena pengaruh faktor
sintaksis. sonan belakang. Pada saat /ŋ/ muncul sebelum bunyi obstruen tidak
bersuara seperti /p, t, c, k/ maka bunyi obstruen akan dilesapkan, tetapi pelesapan
tidak terjadi pada bunyi obstruen bersuara /b, d, j, g/, seperti berikut ini.

1) /ŋ- + paku / [maku] ‘memaku’


2) /ŋ- + tukaŋ / [nukaŋg] ’bekerja sebagai tukang’
3) /ŋ- + cakar / [ŋakar] ’mencakar’
4) /ŋ- + kaca / [ŋaca] ‘berkaca’
5) /ŋ- + bukak/ [mbukak] ‘membuka’
6) /ŋ- + duduk/ [nduduk] ‘menggali’
7) /ŋ- + jupuk/ [njupuk] ’mengambil’
8) /ŋ- + ganti/ [ŋganti] ’mengganti
Data di atas menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap kesetiaaan obstruen tidak
bersuara diperbolehkan sebagai akibat dari penambahan prefiks /ŋ-/ dan ini bisa juga
diikuti oleh pelanggaran kesetiaan pada tempat artikulasi. Tablo 2 ini menunjukkan
bentuk-bentuk pelanggaran yang terjadi pada penentuan bentuk paling optimal dari
input /ŋtu.kaŋ / untuk menghasilkan output [nu.kaŋ]. Input dari tablo 2 adalah
/ŋtu.kaŋ/. Kandidat /ŋtu.kaŋ/ dan /ntu.kaŋ/ tidak berterima dalam BJ karena
melanggar kompleks, yaitu bunyi obstruen tidak bersuara tidak boleh mengikuti
bunyi nasal. Kandidat /ŋə.tu.kaŋ/ tidak berterima karena melanggar kesetiaan vokal.
Penambahan vokal tidak diperbolehkan di antara prefiks nasal /ŋ/ dan stem yang
memiliki lebih dari satu suku kata. Kandidat yang diterima sebagai output adalah
/nu.kaŋ/karena pelanggaran terhadap kesetiaan pada stem, khususnya pelesapan
bunyi obstruen tidak bersuara setelah bunyi nasal, diperbolehkan dalam BJ.
Pelanggaran lain yang diperbolehkan adalah pelanggaran terhadap kesetiaan tempat
artikulasi, karena adanya asimilasi dengan konsonan awal dari stem, yang terjadi
sebelum pelesapan bunyi obstruen. Contoh lain dari pelesapan bunyi obstruen tidak
bersuara ditemukan pada kata yang berawalan dengan bunyi [k], seperti pada kata
[kupiŋ].

B. Morfologi Bahasa Jawa

Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem


yang satu dengan morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995:
145). Dalam proses morfologis ini terdapat lima proses yang dianalisis dalam Bahasa
jawa,yaitu:

1. Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Afiks
adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah
dasar dalam proses pembentukan kata. Dengan kata lain, afiks adalah proses
pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal
maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995: 145). Adapun
afiks dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Prefiks (ater-ater), adalah afiks yang diimbuhkan di depan bentuk dasar.Contoh:


1. a- + rupa = arupa ‘berupa’

2. a- + kembang = akembang ‘berbunga’

3. a- + sat = asat ‘sumur atau sumber mata air yang kering’

4. ma- + gawe = magawe ‘bekerja’

5. di- + pacul = dipacul ‘dibawa’

6. kok- + gawa = kokgawa ‘kaupacul’

b. Infiks (seselan), adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Contoh:

1. -r- + gemet = gremet ‘merayap’

2. -l- + sundup = slundup ‘masuk’

3. -in- + gawa = ginawa ‘dibawa’

4. -um- + kukus = kumukus ‘nama pohon’

5. -um- + ayu = kumayu ‘merasa cantik’

6. -um- + dugi = dumugi ‘sampai, tiba’

c. Sufiks (panambang), adalah afiks yang diimbuhkan di belakang bentuk dasar.


Contoh:

1. -i + tandur = tanduri ‘nanami’

2. -e + sikil = sikile ‘kakinya’

3. -ake + ngesok = ngesokake ‘menuangkan’

4. -a + mangkat = mangkata ‘berangkatlah’

5. -ana + jupuk = jupukana ‘ambililah’

6. -an + pupur = pupuran ‘berbedak’

d. Konfiks, adalah afiks yang diimbuhkan di depan dan di belakang bentuk dasar.
Contoh:

1. Pa-/-an + suket = pasuketan ‘tempat rumput’


2. Ka-/-an + pinter = kapinteran ‘kepandaian’

3. Pi-/-an + takon = pitakonan ‘pertanyaan’

4. Pra-/-an + tapa = pratapan ‘pertapaan’

5. Ke-/-an + banjir = kebanjiran ‘kebanjiran’

6. Sa-/-e + bubar = sabubare ‘setelah selesai’

2. Reduplikasi (Kata Ulang)

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 1994:
182). Reduplikasi dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Reduplikasi parsial, yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar secara
sebagian. Dalam bahasa jawa tradisional, reduplikasi ini dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Reduplikasi suku pertama (dwipurwa),yaitu proses morfemis dengan mengulang


bentuk dasar suku pertama.Contoh:

a) R + lara = lelara ‘penyakit’


b) R + tela = tetela ‘jelas’
c) R + sotya = sesotya ‘permata’
d) R + tuku = tetuku ‘membeli’
e) R + resik = reresik ‘bersih-bersih’

2) Reduplikasi suku terakhir (dwiwasana),yaitu proses morfemis dengan mengulang


bentuk dasar suku terakhir. Contoh:

a) R + cekik = cekikik ‘mengikik’


b) R + celuk = celuluk ‘berkata’
c) R + jeges = jegeges ‘tertawa terus’
d) R + dengek = dengengek ‘melihat agak ke atas’

b) Reduplikasi penuh, yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar secara
penuh. Reduplikasi ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Reduplikasi penuh tanpa variasi bunyi, contoh:


a) R + bocah = bocah-bocah ‘anak-anak’
b) R + dalan = dalan-dalan ‘jalan-jalan’
c) R + mlaku = mlaku-mlaku ‘berjalan-jalan’
d) R + omah = omah-omah ‘rumah-rumah’
e) R + wong = wong-wong ‘orang-orang’

2) Reduplikasi penuh dengan variasi bunyi, contoh:

a) R + sapa = sopa-sapa ‘selalu berkata siapa’


b) R + mati = mota-mati ‘selalu padam/mati’
c) R + mlaku = mloka-mlaku ‘ selalu berjalan’
d) R + mangan = mangan-mangen ‘ selalu makan’
e) R + undang = undang-undeng ‘ selalu memanggil’

3. Komposisi

Komposisi adalah proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar baik
yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang
memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru ( Chaer, 1994: 185).
Komposisi dalam bahasa jawa dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Komposisi sempurna,yaitu komposisi atau persenyawaan yang unsur-unsurnya


berupa kata, contoh:

a) Wong tuwa ‘orang tua, ayah-ibu, guru’


b) Semar mendem ‘makanan lemper terbungkus telor’
c) Nagasari ‘makanan terbuat dari tepung beras di dalamnya berisi pisang’
d) Gantung siwur ‘nama keturunan ke tujuh ke atas atau ke bawah’
e) Balung kuwuk ‘ makanan dari singkong’

2. Komposisi tidak sempurna, yaitu komposisi atau persenyawaan yang salah satu
atau semua unsurnya hanya merupakan sebagian dari kata, contoh:

a) Idu + abang = dubang ‘ludah orang makan sirih’


b) Balung + kulit = lunglit ‘ sangat kurus’
c) Dhemen + anyar = dhemenyar ‘ suka hanya waktu masih baru’
d) Bapak + cilik = paklik ‘paman adiknya bapak/ibu’
e) Bapak + gedhe = pakdhe ‘paman kakaknya bapak/ibu’

4. Modifikasi

Modifikasi dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Modifikasi kosong/ konversi/ transposisi/ derivasi zero, yaitu proses morfologis


dari sebuah morfem menjadi morfem lain tanpa mengubah unsur segmental. Contoh:

1) Bapak tuku pacul ‘bapak membeli cangkul’

b) Modifikasi internal atau perubahan fonem adalah proses morfologis dengan


mengubah atau menambah salah satu fonem. Contoh:

1) Abang => abing ‘sangat merah’


2) Abot => abut ‘sangat berat’
3) Ijo => iju ‘sangat hijau’
4) Akeh => akih ‘sangat banyak’
5) Abang => abung / uabang ‘sanagat merah

5. Pemendekan

Pemendekan kata adalah proses morfologis dengan cara menanggalkan atau


memendekan bagian-bagian morfem atau menggabungkannya sehingga menjadi
bentuk singkatan, tetapi maknanya sama dengan makna bentuk utuhnya.
Pemendekan dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Singkatan, yaitu sebuah huruf atau sekumpulan huruf sebagai bentuk pendek dari
sebuah atau beberapa kata. Contoh:

a) UGM = Universitas Gajah Mada


b) SD = Sekolah Dasar
c) RA = Raden Ajeng
d) SMA = Sekolah Menengah Atas
e) SMP = Sekolah Menengah Pertama

2. Akronim, yaitu kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Contoh:

a) Puskesmas = pusat kesehatan masyarakat


b) Posyandu = pusat pelayanan terpadu
c) Sinetron = sinema elektronik
d) Kades = kepala desa
e) Pelita = pembangunan lima tahun
f) Petrus = penembakan misterius

3. Kontraksi, yaitu pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata dengan
cara menghilangkan huruf yang melambangkan fon di dalam kata tersebut. Contoh:

a) Ra ruh = ora weruh

4. Aferesis, yaitu gejala bahasa yang cenderung menanggalkan huruf awal atau suku
awal kata. Contoh:

b) Jeng = ajeng ‘akan’


c) Teng = dhateng ‘ke’
d) Neng = ana ing ‘di’
e) King = saking ‘dari’
f) Ngge = kangge ‘ untuk’
g) Nika = menika ‘itu’

C. Sintaksis Bahasa Jawa


Dalam tataran sintaksis terjadi pada tataran kalimat, yaitu berupa tata kalimat atau
pola penyusunan kalimat, Ekowardono (1990:19) dari Abdulhayi (1985). Interferensi
dalam bidang sintaksis juga dengan interferensi struktur kalimat bahasa pertama ke
dalam struktur kalimat bahasa kedua Interferensi sintaksis terjadi apabila dalam
struktur kalimat satu terserap struktur kalimat bahasa lain (Suwito, 1983:56).
Interferensi sintaksis dapat terlihat pada penggunaan serpihan kata, frasa dan klausa
pada tingkat kalimat. Interferensi sintaksis terjadi pada tataran kalimat, yaitu berupa
tata kalimat atau pola penyusunan kalimat. Penyimpangan struktur itu karena di dalam
diri penutur terjadi kontak bahasa antara bahasa yang sedang diucapkannya dengan
bahasa lain yang juga dikuasainya. Baik dalam wacana lisan maupun tulis dalam
bahasa Indonesia pada masyarakat Jawa yang berbahasa Jawa sering terjadi
interferensi pola kebahasaan dari bahasa Indonesia pada tingkat sintaksis. Menurut
Abdulhayi (1985:12) umumnya interferensi pada tingkat sintaksis itu meliputi kata
tugas bahasa Indonesia, pola konstruksi frase bahasa Indonesia, dan pola kalimat
bahasa Indonesia. penggunaan pola konstruksi frase bahasa Indonesia dalam
interferensi sintaksis dapat terlihat pada penggunaan serpihan kata, frasa dan klausa
dalam kalimat (Chaer dan Agustina, 1995:162). Bentuk interferensi bahasa Jawa
dalam bahasa Indonesia, misalnya: Rumahnya ayahnya Ali yang besar sendiri di
kampung itu. Dalam kalimat tersebut terdapat unsur kalimat dari bahasa Jawa.
Kalimat itu dalam bahasa Jawa adalah Omahe bapake Ali sing gedhe dhewe ing
kampong iku. Padanan struktur kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
Rumah ayah Ali yang paling besar di kampung itu. Adanya penyimpangan unsur
struktur kalimat di dalam diri penutur terjadi karena kontak antara bahasa yang sedang
diucapkannya (bahasa Indonesia) dengan bahasa daerah (bahasa Jawa). Ekowardono
(1990:19) interferensi sintaksis terjadi pada tataran kalimat, yaitu berupa tata kalimat
atau pola penyusunan kalimat. Contoh interferensi sintaksis bahasa Indonesia dalam
bahasa Jawa (yang dikutip dari Abdulhayi, 1985) misalnya pada kalimat sebagai
berikut ini. (d) Ing ngendi wae ora ana keamanan, ing kono pembangunan ora bisa
kaleksanan kanthi becik (‘Di mana saja tidak ada keamanan, di situ pembangunan
tidak bisa terlaksana dengan baik’). Kalimat (d) menggunakan pola sintaksis bahasa
Indonesia. Kalimat yang benar dalam bahasa Jawa adalah ‘Ing ngendi wae yen papane
ora aman, pembangunan ora bisa katindakake kelawan becik’. Interferensi termasuk
peristiwa yang jarang terjadi, tetapi karena pola struktur merupakan ciri utama
kemandirian sesuatu bahasa, maka penyimpangan dalam level ini biasanya dianggap
sesuatu yang mendasar sehingga perlu dihindarkan.
BAB III
KESIMPULAN
Pada hakikatnya fonologi,morfologi dan sintaksis dalam Bahasa jawa perlu di
pahami,bukan hanya sekedar melafalkan tetapi masyarakat harus memahami apa itu
fonologi,morfologi,sintaksis dalam Bahasa jawa,
Sebagai bahasa yang kaya akan morfologi, Bahasa Jawa memiliki cukup banyak
proses fonologis. Penambahan afiks tertentu dapat memicu terjadinya perubahan,
pelesapan atau penambahan bunyi. Selain karena pengaruh bunyi yang berdekatan,
proses fonologis dalam Bahasa Jawa dapat terjadi karena pengaruh sintaksis,
DAFTAR PUSTAKA

Adelaide Wreta.2022. Morfologi: Pengertian, Proses, Jenis, dan Contoh [diakses 2023
Desember 26].Dari https://www.detik.com/jabar/berita/d-6241560/morfologi-adalah-
pengertian-proses-jenis-dan-contoh

supriyadi.2022.sintaksis Bahasa Indonesia.[diakses 2023 Desember 26] Dari


https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/221/sintaksis-bahasa-indonesia.html

agus subiyanto.2010 agustus 2. Proses Fonologis Bahasa Jawa:Kajian Teori


Optimalitas.Diakses 26 Desember 2023.dari https://sastra.um.ac.id/wp-
content/uploads/2012/01/3-Agus-Subiyanto.pdf

hantoro.2018.Proses morfologi Bahasa jawa [diakses 2023 desember 26].dari


https://prihantoro.staff.ugm.ac.id/2018/12/05/proses-morfologis-bahasa-jawa/

Vindi Yuliani.2016 Agustus 30. Interferensi Morfologi Dan Sintaksis Bahasa Jawa
Dalam Bahasa Indonesia.[diakses 26 desember 2023 dari
https://lib.unnes.ac.id/28723/1/2111412027.pdf

Anda mungkin juga menyukai