Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FONOLOGI

MENGANALISIS BUNYI BAHASA DAN REALISASI


DALAM BAHASA LAMPUNG
Disusun untuk memenuhi tugass
Mata Kuliah: Fonologi Bahasa Lampung
Dosen Pengampu:
1. Dr. Farida Ariyani, M.Pd.
2. Yinda Dwi Gustira, M.Pd.

Oleh:
1. Jesika Wulandari (2113046055)
2. Iqbal Kurniawan (2113046031)
3. Ahmad Andriansyah (2113046053)
4. Indri Famela (2113046071)

KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar lebih baik lagi Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 28 Oktober 2021


DAFTAR ISI

BAB I...........................................................................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................................................

B. Rumusan Makalah...............................................................................................................

C. Tujuan Masalah....................................................................................................................

BAB II.........................................................................................................................................

A. Pengertian dan Proses Asimilasi..........................................................................................

B. Pengertian dan Proses Disimilasi.........................................................................................

C. Proses Artikulasi Penyerta...................................................................................................

BAB III........................................................................................................................................

A. KESIMPULAN.............................................................................................................

B. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan tentu manusia atau setiap orang akan saling berinteraksi atau berhubungan
langsung dengan satu sama lain. Dalam hal ini tentu dibutuhkan sebuah alat komunikasi.
Maka dari itu bahasalah yang menjadi sebagai alat komunikasi yang paling utama/penting.
Namun dalam berkomunikasi tentung dari kedua belah pihak membutuhkan bahasa dapat
dipahami bersama. Yang paling utama dalam bahasa adalah bunyi. Bunyi-bunyi inilah yang
disebut sebagai bunyi bahasa. Dalam pengucapannya bunyi bahasa dapat dibedakan atas
beberapa bagian mulai dari bunyi vokal, konsonan, dan semi vokal hingga sampai ke bunyi
Segmental dan bunyi suprasegmental. Oleh sebab itu sangat penting mempelajari, mengkaji
dan menganalisis mengenai sumber-sumber atau cara-cara pengucapan bunyi bahasa tersebut.
Guna untuk mendapatkan pemahaman yg lebih mendalam lagi.

B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana Pengklasifikasian Bunyi vokal,konsonan,dan semi vokal dalam Bahasa
Lampung?
2.Bagaimana pengklasifikasian bunyi Oral dan bunyi Nasal dalam Bahasa Lampung?
3. Bagaimana pengklasifikasian bunyi Panjang dan bunyi Pendek dalam Bahasa Lampung?
4. Bagaimana pengklasifikasian bunyi Rangkap dan bunyi Tunggal dalam Bahasa Lampung?
5.Bagaimana pengklasifikasian bunyi Egresif dan bunyi Ingresif dalam Bahasa Lampung?
6. Bagaimana pengklasifikasian Geminat dan Homorgan dalam Bahasa Lampung?
7. Bagaimana pengklasifikasian bunyi Segmental dan bunyi suprasegmental dalam Bahasa
Lampung?
C. Tujuan Makalah

Dilihat dari rumusan masalah maka tujuan dibuatnya dibuat makalah ini adalah:
1.mengetahui bagaimana penerapan atau pengklasifikasian dari ke tujuh bagian bunyi
tersebut dalam Bahasa Lampung
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Proses Asimilasi


Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama menjadi bunyi yang sama atau
hampir sama. Hal ini disebabkan karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan
sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Contoh: kata /sabtu/ dalam
bahasa Indonesia lazim diucapkan /saptu/. Terlihat bunyi [b] berubah menjadi bunyi [p]
sebagai akibat dari pengaruh bunyi [t]. Perubahan tersebut merupakan jenis asimilasi
fonemis. Namun demikian, asimilasi fonemis hanya berlaku untuk bahasa tertentu (Verhaar,
2012: 79). Asimilasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

1. Perubahan asimilasi total adalah perubahan bunyi menjadi identik atau sama dengan
yang lain dengan mengambil semua fitur fonetiknya.
2. Perubahan parsial (sebagian) adalah perubahan bunyi asimilasi dengan mengakuisisi
beberapa ciri bunyi yang diikuti, tetapi tidak menjadi sepenuhnya identik.
3. Perubahan asimilasi regresif terjadi jika perubahan bunyi berupa bunyi yang berubah
berada pada posisi lebih awal (lebih kiri) dari bunyi yang menyebabkan terjadinya
perubahan bunyi asimilasi. Jadi, bunyi (fon) yang lebih awal menyesuaikan bunyi
yang mengikutinya.
4. Perubahan asimilasi progresif merupakan kebalikan dari regresif, yaitu perubahan
bunyi dengan bunyi yang berada di belakang (lebih kanan) mengikuti bunyi yang
berada di depannya (di kirinya)

Contoh realisasi dalam Bahasa Lampung;


kata ˂staguan˃ bunyi [t] itu dilafalkan sebagai bunyi [t] laminoalveolar. Perubahan bunyi
apikoalveolar [t] menjadi bunyi hambat laminoalveolar adalah karena pengaruh secara
progresif dari bunyi geseran laminopalatal [s].
B. 2. Pengertian dan Proses Disimilasi

Disimilasi adalah perubahan bunyi yang terjadi jika dua bunyi yang sama/ mirip berubah
menjadi tidak sama atau berbeda. Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi. Disimilasi
merupakan perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi bunyi yang tidak
sama atau berbeda. Misalnya kata sayur-mayur [sayUr mayUr] adalah hasil proses morfologis
pengulangan bentuk dasar sayur [sayUr]. Setelah diulang, [s] pada bentuk dasar [sayUr]
mengalami perubahanmenjadi [m] sehingga menjadi [sayUr mayUr].

Contoh realisasi dalam Bahasa Lampung:


Kata /Jum’at/ yang lazim diucapkan dalam Bahasa Indonesia menjadi /Jemahat/ dalam
Bahasa Lampung.

C. 3. Proses Artikulasi Penyerta


Bunyi yang secara primer sama bisa di ucapkan berbeda karena adanya bunyi lain yang
mengikutinya. Perbedaan ucapan satu bunyi dengan ucapan yang berlainan disebabkan oleh
artikulasi penyerta, ko-artikulasi sekunder bunyi yang mengikutinya. Misalnya bunyi [k]
dalam kata kucing dengan bunyi [k] dalam kata kijang berbeda , walaupun menurut biasanya
atau menurut artikulasi primernya sama yaitu merupakan bunyi dorso-velar yang dibentuk
dengan artikulasi pangkal lidah dan langit-langit lunak. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya
bunyi vokal yang langsung mengikutinya. Karena bunyi [u] yang langsung mengikuti [k]
pada kata kucing merupakan vokal atas belakang bulat, maka [k] diucapkan dengan lidah
lebih kebelakang dan bentuk bibir agak dimoncongkan. Hal itu berbeda dengan bunyi [k]
dalam kata kijang, karena bunyi [I] yang mengikutinya merupakan vokal atas-depan-tak
bulat, maka [k] di ucapkan dengan lidah lebih kedepan dan bentuk bibir terbentan tidak bulat.
Proses pengaruh bunyi yang disebabkan oleh artikulasi penyerta dapat dibedakan atas:
labialisasi, retrospeksi, palatalisasi, velarisasi, dan glotalisasi.
a. Labialisasi
Labialisasi adalah pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar bunyi semi
vokal [w] pada bunyi utama tersebut. Kecuali bunyi labial, bunyi bahasa dapat disertai
labialisasi. Misalnya bunyi [s] pada kata <setaguan> terdengar sebagai bunyi [tw] atau [t
dilabialisasi]. Dilafalkan menjadi [swetaguwan].

b. Retrofleksi
Retrofleksi adalah penarikan ujung lidah kebelakang pada artikulasi primer, sehingga
terdengar [r] pada bunyi utamanya. Kecuali bunyi apikal, bunyi lain dapat disertai retrofleksi.
Misalnya bunyi [k] adalah bunyi dorsopalatal tetapi bunyi [k] pada kata <kertas> dilafalkan
sebagai bunyi [kh] karena bunyi [k] diretrofleksikan dulu. Jadi kata kertas dilafalkan menjadi
[kekhetas].

c. Palatalisasi
Palatalisasi adalah pengangkatan daun lidah ke arah langit-langit keras pada artikulasi primer.
Kecuali bunyi palatal bunyi lain dapat disertai palatalisasi. Misalnya bunyi [w] dalam kata
<way>terdengar sebagai [y] atau [w] dipalatalisasi, menjadi [wai].

d. Velarisasi
Velarisasi adalah pengangkatan pangkal lidah kearah langit-langit lunak pada artikulasi
primer. Selain bunyi velar, bunyi-bunyi lain dapat diveralisasi. Misalnya bunyi [m] dalam
kata <Radu> terdengar sebagai [kh] atau [r] di veralisasi, menjadi [khadu].

e. Glotalisasi
Glotalisasi adalah proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu
artikulasi primer di ucapkan. Selain bunyi glotal bunyi-bunyi lain dapat disertai glotalisasi.
Vokal pada awal kata dalam bahasa Indonesia sering di glotalisasikan. Misalnya bunyi [o]
dalam <ubat>terdengar sebagai [?u] [?ubat] atau [u] didiglotalisasi.

4. Pengaruh Bunyi karena Distribusi

Pengaruh bunyi karena distrubusinya pada awal kata, tengah kata, atau diakhir kata sering
menentukan perwujudan bunyi tertentu. Pengaruh bunyi karena distrubusi menimbulkan
berbagai proses seperti aspirasi, pelepasan, dan pengafrikatan. Aspirasi adalah pengucapan
suatu bunyi yang disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan kuat sehingga terdengar
bunyi [h]. Misalnya, bunyi konsonan letup bersuara [b, d, j, g] jika berdistrubusi di awal dan
di tengah kata cenderung diaspirasikan sehingga terdengar sebagai [bh, dh, jh, gh].
Pertimbangkan contoh berikut :
baru [bharu] sabtu [sabhtu]
ghatong [ghaton] galan [ghalan]

Pelepasan adalah pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat atau diletupkan
tetapi tidak dihambat atau diletupkan, kemudian dengan serentak bunyi berikut diucapkan.
Hambatan atau letupan itu dilepaskan atau atau dibebaskan. Pelepasan dibedakan atas lepas
tajam, lepas nasal, dan lepas sampingan.

Lepas tajam atau Lepas penuh ialah pelepasan alat-alat artikulasi dari titik artikulasinya yang
terjadi secara tajam atau secara penuh. Misalnya, suatu bunyi hambat letup dalam bahasa
Indonesia jika berada pada pengunci kata, proses letupannya dilepaskan atau dihilangkan,
bunyi lepas ditandai dengan […] di atas bunyi dilepaskan, misalnya :

mapas [mapas--]
celuk [celuk--]

Lepas Nasal ialah suatu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi nasal di depannya.
Misalnya, suatu bunyi hambat letup dalam bahasa Indonesia, letupannya dilepaskan melalui
keluarnya udara lewat rongga hidung jika bunyi letup itu berdistribusi sebelum bunyi nasal
yang homorgan. Lepas nasal ditandai dengan [… N] di atas samping kan bunyi yang
dilepaskan. Misalnya, [pk] atau [p] lepas nasal [k].
Payu kidah [pk]
Tagan ko [tk]

Lepas sampingan ialah suatu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi sampingan
depannya. Suatu bunyi hambat letup dalam bahasa Indonesia, letupannya dapat dilepaskan
secara sampingan jika konsonan letup tersebut berdistribusi sebelum bunyi sampingan [1].
Lepas sampingan ditandai dengan […1] di atas samping kanan dari bunyi yang
dilepassampingkan. Misalnya, [p1] atau [p] lepas sampingan. Pertimbangkan contoh berikut :
cukup nihan [p1]
geluk lupa [k1]

Pengafrikantan atau paduanisasi terjadi jika bunyi letup hambat yang seharusnya dihambat
dan diletupkan tidak dilakukan, melainkan setelah hambat dilepaskan secara bergeser dan
pelan-pelan. Proses yang kedua menyebabkan adanya penyempitan jalannya arus udara
sehingga udara terpaksa keluar dengan bergeser. Artikulasinya menjadi hambat geseran
hambat letupan. Gabungan antara hambat dan geseran disebut paduan atau afrikat. Prosesnya
disebut paduanisasi atau pengafrikatan. Misalnya, bunyi [p] diucapkan.

Contoh realisasi dalam Bahasa Lampung:


latap [latap s]
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengaruh bunyi bahasa ada sebagai akibat dari proses asimilasi dan disimilasi.
Asimilasi ialah perubahan bunyi secara fonetis karena pengaruh yang berada sebelum atau
sesudahnya. Jika arah pengaruh itu ke depan dinamakan asimilasi progresif. Jika arah
pengaruh itu ke belakang dinamakan asimilasi regresif. Sedangkan disimilasi merupakan
proses kebalikan dari asimilasi. Kalau dalam asimilasi dua buah bunyi yang tidak sama di
ubah menjadi sama, maka dalam kasus disimilasi dua buah bunyi yang sama di ubah menjadi
dua bunyi yang berbeda atau tidak sama. 
Ada juga pemengaruh bunyi bahasa ialah tempat artikulasi yang mempengaruhi bunyi
yang disebut artikulasi penyerta dan juga distribusi bahasa. Artikulasi penyerta adalah proses
artikulasi lain yang menyertai terjadinya artikulasi utama, artikulasi primer, atau artikulasi
pertama. Artikulasi penyerta ini terjadi sewaktu artikulasi primer untuk memproduksi bunyi
pertama berlangsung, alat-alat ucap sudah mengambil ancang-ancang untuk membuat atau
memproduksi bunyi. Akibatnya, bunyi pertama yang dihasilkan agak berubah mengikuti ciri-
ciri bunyi kedua yang akan dihasilkan. Proses pengaruh bunyi yang di sebabkan oleh
artikulasi penyerta dapat di bedakan atas labialisasi, retrospeksi, palatalisasi, velarisasi, dan
glotalisasi. Sedangkan distribusi bunyi ialah bagian yang membahas posisinya yaitu, di awal,
tengah atau akhir dalam sebuah kata dasar. Posisi merupakan tempat atau letak bunyi itu
berada. Sebuah bunyi di katakan berdistribusi lengkap apabila kata itu meliputi tiga posisi
tersebut, dan sebaliknya kata itu tidak dikatakan berdistribusi lengkap jika kata dasar tersebut
tidak menempati ketiga posisinya. Pengaruh bunyi akibat distribusi menghasilkan berbagai
proses seperti aspirasi, pelepasan, dan paduanisasi.
B. DAFTAR PUSTAKA

Rosmana. Iyos. 2013. BBM 2 Fonologi Pengaruh dan Realisasi Bunyi Bahasa.
Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/KEBAHASAAN_I/BBM_2_KB3%2C_KB4

Situs Bahasa.com Proses bunyi Asimilasi dan Disimilasi


Diakses dari
https://www.situsbahasa.com/2018/08/perubahan-bunyi-asimilasi-dan-disimilasi.html

Anda mungkin juga menyukai