DISUSUN OLEH
IIM MALICHATUN, S.Pd
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Judul Penelitian:
Bidang Studi
FISIKA
Peneliti
IIM MALICHATUN, S.Pd
Mengesahkan,
Kepala SMAN 111 Jakarta
Iim Malichatun
Bidang Studi Fisika SMAN 111 Jakarta
Jl. Bandengan Utara No. 80 Penjaringan Jakarta Utara
Email : iim.js89@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran
berbasis masalah. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri
111 Jakarta tahun pelajaran 2021/2022 yang terdiri dari 36 peserta didik. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan data hasil belajar pada tiap siklus dan data
situasi pembelajaran menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan jumlah peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM
pada setiap siklus. Hasil analisis menunjukan pada siklus I terdapat 20 peserta didik
yang berhasil mencapai nilai di atas KKM dengan presentase 55,6% dan pada siklus
II terdapat 29 peserta didik yang berhasil mencapai nilai di atas KKM denga
presentase 80,6%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat
meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik SMAN 111 Jakarta pada materi usaha
dan energi.
KATA KUNCI : Hasil Belajar Fisika, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Problem
Based Learning, Usaha Dan Energi
PENDAHULUAN pembelajaran ketingkat selanjutnya. Salah
satu pokok bahasan yang esensial dalam mata
Pandemi covid19 yang terjadi di
pelajaran fisika adalah usaha dan energi.
Indonesia sejak tahun 2020 merupakan
Pada materi usaha energy masih banyak
bencana dunia yang belum pernah
peserta didik yang belum memahami konsep
terbayangkan sebelumnya. Banyak aktivitas
sehingga di peroleh hasil belajar peserta didik
manusia yang terdampak, salah satunya
lebih dari 70% tidak tuntas atau berada di
adalah proses pembelajaran. Proses
bawah KKM.
pembelajaran yang sebelumnya berjalan
Hal ini disebabkan karena
secara tatap muka, seketika terhenti dan
pembelajaran yang berlangsung satu arah dan
berganti dengan pembelajaran daring atau
lebih didominasi oleh pendidik. Pendidik
online.
kurang melibatkan dan merangsang peserta
Pembelajaran daring yang sebelumya
didik untuk mengembangkan pemahaman
jarang terjadi dalam dunia pendidikan
yang dimiliki. Setelah melakukan
membuat semua pendidik dan peserta didik
pengamatan, masih banyak peserta didik
harus beradaptasi dengan keadaan tersebut.
yang tidak memperhatikan pelajaran, ada
Banyak kendala yang dihadapi oleh pendidik
yang mengantuk, bahkan banyak peserta
dan peserta didik dalam menjalankan proses
didik yang hanya keluar masuk kelas. Setelah
pembelajaran salah satunya adalah fasilitas
melakukan wawancara dengan beberapa
dan kemampuan menjalankan IT. Keadaan
peserta didik, maka adapun alasan mereka
inilah yang membuat proses pembelajaran
melakukan hal tersebut adalah sebagai
berjalan secara tidak maksimal, sehingga
berikut :
terjadi penurunan kompetensi peserta didik.
Pelajaran fisika terlalu banyak rumus yang
Salah satu cara untuk mengatasi hal
harus dihafal
tersebut terbentuklah Kurikulum darurat.
Pada saat mengajar, guru cenderung
Kurikulum ini merupakan kurikulum yang
berceramah dan sibuk sendiri
dibuat dalam rangka beradaptasi dengan
menerangkan sehingga peserta didik
kondisi khusus untuk memberikan
menjadi pasif yang mengundang
fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk
kemalasan untuk belajar
menentukan kurikulum sesuai dengan
Guru kurang memberikan umpan balik
kebutuhan pembelajaran peserta didik
yang diberikan pada peserta didik
(Kemdikbud). Kurikulum darurat ini
sehingga peserta didik merasa jenuh.
berfokus pada kompetensi esensial dan
kompetensi prasyarat untuk kelanjutan
Fisika seharusnya tidak hanya dan berorientasi pada proses kegiatan
sekedar pembelajaran teori, melainkan pembelajaran”.
pembelajaran yang lebih mengedepankan Model pembelajaran ini merupakan
pembelajaran eksperimen serta mengkaitkan salah satu model pembelajaran yang sangat
dengan keadaan sekitar. Oleh karena itu, aplikatif jika diterapkan pada mata pelajaran
diperlukan suatu model pembelajaran yang fisika. Hal ini sejalan dengan Widiasworo
inovatif. Salah satu model pembelajaran yang (2018:149) berpendapat bahwa model
dapat digunakan adalah model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah merupakan
berbasis masalah (Problem based learning). proses belajar mengajar yang menyuguhkan
Hasibuan (2021) menunjukan bahwa masalah kontekstual sehingga peserta didik
penerapan model PBL dapat meningkatkan terangsang untuk belajar. Masalah
partisipasi peserta didik dengan dibuktikan dihadapkan sebelum proses pembelajaran
jumlah peserta didik yang aktif dalam berlangsung sehingga dapat memicu peserta
pembelajaran berangsur-angsur naik. Selain didik untuk meneliti, menguraikan dan
itu, Perhatian guru tidak hanya berpusat pada mencari penyelesaian dari masalah tersebut.
peserta didik yang aktif saja, tetapi seluruh Menurut Encep (2019) PBL memiliki
peserta didik mendapat kesempatan yang karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
sama. (1) belajar dimulai dengan suatu
Model pembelajaran berbasis permasalahan, (2) memastikan bahwa
masalah adalah konsep pembelajaran yang permasalahan yang diberikan berhubungan
dapat menciptakan lingkungan pembelajaran dengan dunia nyata peserta didik, (3)
yang dimulai dengan masalah yang penting mengorganisasikan pelajaran di seputar
dan relevan atau berkaitan dengan peserta permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu,
didik dan memungkinkan peserta didik (4) memberikan tanggung jawab sepenuhnya
memperoleh pengalaman belajar yang lebih kepada peserta didik dalam mengalami
realistik (nyata). Hal ini sejalan dengan secara langsung proses belajar mereka
Kurniawan dan Wuryandani (2017:12) sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil,
menyatakan bahwa model pembelajaran dan (6) menuntut peserta didik untuk
berbasis masalah merupakan “salah satu mendemonstrasikan apa yang telah mereka
bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada pelajari dalam bentuk produk atau kinerja
paradigma constructivism yang sangat (performance).
mengedepankan peserta didik dalam belajar Adapun sintaks model pembelajaran
berbasis masalah adalah :
Fase Aktivitas Guru didik semakin terampil dalam menganalisis
Orientasi peserta Guru menjelaskan tujuan fenomena fisika yang terjadi. Sehingga
didik pada pembelajaran dilanjutkan memudahkan peserta didik untuk memahami
masalah dengan memberikan materi fisika dan dapat meningkatkan hasil
konsep dasar, petunjuk belajar peserta didik.
yang digunakan dalam
pembelajaran. METODELOGI PENELITIAN
Mengorganisasi Guru membantu peserta Metode yang digunakan dalam
peserta didik didik dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
untuk belajar mengidentifikasi konsep (Classroom Action Research). Konsep pokok
yang ada pada masalah action research menurut Kurt Lewin terdiri
dan mengorganisasikan dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan
tugas-tugas belajar terkait (planning), (2) tindakan (acting), (3)
dengan permasalahan. pengamatan (observing), dan (4) refleksi
Membimbing Guru membimbing (reflecting). Hubungan keempat komponen
penyelidikan peserta didik dalam itu dipandang sebagai satu siklus. Untuk
mencari informasi yang lebih memperjelas tahapan tiap siklus
tepat, menyelesaikan pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat
eksperimen, dan mencari seperti gambar di bawah ini.
solusi yang sesuai dengan
penyelesaian.
Mengembangkan Guru membantu peserta
dan menyajikan didik dalam
hasil karya merencanakan dan
menyiapkan hasil karya
yang tepat.
Menganalisis dan Guru membantu peserta
mengevaluasi didik melakukan evaluasi
proses pemecahan terhadap proses yang
masalah telah dipelajari
Oleh karena itu, diharapkan melalui
penerapan model Pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) peserta Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah
111 Jakarta, yang beralamat di Bandengan apabila terjadi peningkatan peserta didik
Utara NO. 80 Penjaringan Jakarta Utara. yang mengalami ketuntasan hasil belajar
Waktu pengambilan data penelitian yaitu di atas 80% dari jumlah peserta didik
dilakukan pada bulan Februari - April 2022. yang ada setelah dilaksanakan proses
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta pembelajaran dengan menggunakan
didik kelas X IPA 1 SMAN 111 Jakarta tahun pembelajaran berbasis masalah.
pelajaran 2021-2022 dengan jumlah peserta
didik 36 orang, terdiri dari 21 peserta didik
HASIL DAN PEMBAHASAN
perempuan dan 15 peserta didik laki-laki.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini Hasil Penelitian
adalah hasil belajar peserta didik pada akhir Hasil belajar peserta didik pada materi
siklus, observasi kegiatan guru dan peserta usaha energi yang didapatkan pada setiap
didik selama pembelajaran melalui siklus dapat dilihat melalui tabel 4.1.
pengamatan langsung, jurnal harian peserta
didik dan angket respon peserta didik yang Tabel 4.1. Hasil Belajar Fisika Peserta didik
diberikan pada akhir siklus serta catatan SIKLUS
lapangan. Kategori I II
Data yang diperoleh dari hasil frekuensi (%) frekuensi (%)
observasi dan tanggapan peserta didik 0 - 34 0 0 0 0
dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data 35 - 44 3 8.3 0 0
yang diperoleh dari tes belajar fisika 45 - 54 4 11.1 0 0
dianalisis secara kuantitatif dengan 55 - 64 6 16.7 2 5.6
menggunakan statistik deskriptif yaitu skor 65 - 74 3 8.3 5 13.9
rata-rata, persentase, standar deviasi, nilai 75 - 84 12 33.3 14 38.9
minimum, dan maksimum yang dicapai 85 - 100 8 22.2 15 41.7
setiap siklus dengan menggunakan bantuan
komputer program Microsoft office excel. Apabila daya serap peserta didik
Kriteria yang digunakan dalam terhadap materi fisika dikelompokkan ke
penilaian hasil belajar fisika peserta didik dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka
berdasarkan pada nilai ketuntasan belajar berdasarkan standar KKM mata pelajaran
yang ditetapkan di SMA Negeri 111 Jakarta fisika di SMAN 111 yaitu 75 diperoleh
untuk mata pelajaran Fisika adalah 75. distribusi frekuensi dan persentase
ketuntasan belajar fisika sebagai ditunjukkan didik dituntut untuk melakukan pemecahan
dalam table 4.2. masalah-masalah yang disajikan dengan cara
menggali informasi sebanyak-banyaknya,
Tabel 4.2 Peningkatan Ketuntasan Belajar kemudian dianalisis dan dicari solusi dari
Fisika Peserta Didik permasalahan yang ada. Solusi dari
Kategori SIKLUS permasalahan tersebut tidak mutlak
Daya
ketuntas I II mempunyai satu jawaban yang benar, artinya
serap
an juml juml peserta didik dituntut pula untuk belajar
(%) (%) (%)
ah ah secara kreatif sehingga peserta didik
penelitian tindakan kelas yang dilakukan hasil belajar fisika, masih ada sekitar 5,6% (2
untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik) yang tidak mengalami
peserta didik melalui model pembelajaran peningkatan hasil belajar. Hal ini
dilakukan melalui dua siklus, yaitu siklus I tingkat ketidakhadiran yang tinggi selama
siklus I dan siklus II, secara klasikal, maka masalah cocok untuk diterapkan pada kelas
terjadi peningkatan pada hasil belajar fisika dengan jumlah peserta didik yang tidak
peserta didik yang terlihat dari persentase terlalu banyak, sehingga ketika guru
ketuntasan belajar dari 55,6% menjadi menerapkan model pembelajaran ini pada
80,6%. Hal ini menunjukkan bahwa model kelas besar, maka guru akan mengalami
fisika peserta didik. Hai ini terjadi karena penyelesaian masalah (utamanya dalam