Anda di halaman 1dari 6

UKM

Tanggal kegiatan 14 Desember 2020


Topik Kegiatan Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Judul Laporan Pengobatan Pasien TB Paru
Peserta Hadir Pasien poli infeksius
Latar Belakang
Tuberkulosis yang disingkat TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
Penanggulangan penyakit ini perlu dilakukan karena menimbulkan kesakitan, kecacatan,
dan angka kematian yang tinggi dan agar tercapai target program Penanggulangan TB
nasional: yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050.
Dalam era pandemi COVID-19, TB menjadi salah satu komorditas sehingga pengobatan TB
tetap harus dilanjutkan.

Permasalahan
Pasien Tn. S usia 70 tahun datang dengan keluhan nyeri dada kanan sejak 20 hari yang
lalu, dan batuk darah berwarna merah segar dan berbuih sebanyak 2 sendok makan 4 hari
yang lalu. Sebelum memulai pengobatan TB, pasien mengeluhkan sumer-sumer dan berat
badan sempat turun.

Riwayat Penyakit Dahulu: HT disangkal, DM disangkal, TB paru (+)

Riwayat Pengobatan: pengobatan TB kategori 1 FDC 1x3 tablet (diminum pagi, siang,
malam masing-masing 1 tablet) selama 20 hari

OBJECTIVE

Keadaan Umum: Baik

Kesadaran:
Compos Mentis / GCS 4-5-6

TTV:
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 74 x/menit, reguler
RR: 20 x/menit
Suhu: 36,3 ºC
SpO2: 99 %

Status Generalis:

Kepala dan Leher:


Anemia/Icterus/Cyanosis/Dyspneu: -/-/-/-
Pembesaran KGB (-)
Pembersaran thyroid (-)

Thorax:
Cor: S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: gerak dada simetris, ves/ves, rhonki -/-, wheezing -/-
Effloresensi region thorax dekstra: tampak krusta kecoklatan dengan dasar eritema,
multiple, berkelompok, unilateral sesuai dermatome.

Abdomen:
BU (+) normal
Timpani, soepel, Nyeri tekan(-)

Ekstremitas:
Akral kering, hangat, merah pada keempat ekstremitas (+)
Edema pada keempat ekstremitas (-)
CRT < 2 detik

ASSESSMENT
TB Paru + Herpes zoster thorax dekstra

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Melakukan pelayanan poli dengan memberikan regimen obat TB dan lesi herpes zoster,
serta edukasi pasien.

Terapi medikamentosa:
1. Untuk TB
OAT kategori 1 terbagi menjadi fase intensif dan lanjutan dengan rincian:
2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR).
Fase intensif: KDT (kombinasi dosis tunggal) RHZE (150/75/400/275) mg selama 56
hari
Fase lanjutan: KDT RH (150/75) selama 16 minggu
2. Untuk Herpes zoster: antivirus Acyclovir 5x800 mg selama 7 hari dan anti-nyeri
Paracetamol 3x500 mg

Terapi non-medikamentosa dan atau KIE:


 Konsumsi obat anti-tuberkulosa teratur dan tepat (1 kali minum 3 tablet sekaligus)
 Menggunakan masker saat di dalam rumah, membuang dahak ke toilet dan
langsung disiram
 Diet tinggi kalori tinggi protein
 Menjelaskan efek samping obat anti-tuberkulosa
 Tidak menggaruk lesi
 Mencuci tangan sebelum mengaplikasikan salep

Pelaksanaan
Setelah terdiagosa dengan TB, Tn. S memerlukan tatalaksana untuk penyakitnya.
Tatalaksana medikamentosa:
 Tablet FDC fase intensif 1x3 tablet No. LX
 Acyclovir tab. 400 mg 5x2 tablet No. LXX
 Salep Bacitracin 3x sehari
Tatalaksana non-medikamentosa:
 Konsumsi obat anti-tuberkulosa teratur dan tepat (1 kali minum 3 tablet sekaligus)
 Menggunakan masker saat di dalam rumah, membuang dahak ke toilet dan
langsung disiram
 Makan dan minum cukup
 Menjelaskan efek samping obat anti-tuberkulosa
 Tidak menggaruk lesi
 Mencuci tangan sebelum mengaplikasikan salep

Monitoring dan Evaluasi


Pasien memerhatikan dan mengerti penjelasan yang telah diberikan, ditandai dengan dapat
mengulang kembali instruksi yang sudah dijelaskan

UKM
Tanggal kegiatan 2020
Topik Kegiatan Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Judul Laporan Pengobatan Pasien Hipertensi
Peserta Hadir Pasien poli non-infeksius
Latar Belakang
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia,
sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan
diberbagai tingkat fasilitas kesehatan. Hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau
TDD ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.
Dalam era pandemi COVID-19, hipertensi menjadi salah satu komorditas sehingga
pengobatan TB tetap harus dilanjutkan.

Permasalahan
Pasien Ny. K; 59 th; 157 cm; 50 kg, datang dengan keluhan nyeri ulu hati dan sebah 10 hari,
pasien juga mengeluhkan nyeri pada kedua lutut yang memberat setelah beraktivitas.

Riwayat Penyakit Dahulu: HT (+), DM disangkal

Riwayat Pengobatan: Captopril 2x12,5 mg

OBJECTIVE

Keadaan Umum: Baik

Kesadaran:
Compos Mentis / GCS 4-5-6

TTV:
TD: 160/100 mmHg
Nadi: 78 x/menit, reguler
RR: 20 x/menit
Suhu: 36,5 ºC
SpO2: 99 %

Status Generalis:

Kepala dan Leher:


Anemia/Icterus/Cyanosis/Dyspneu: -/-/-/-
Pembesaran KGB (-)
Pembersaran thyroid (-)

Thorax:
Cor: S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: gerak dada simetris, ves/ves, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen: flat, BU (+) normal, timpani, soepel, Nyeri tekan(-)

Ekstremitas:
Akral kering, hangat, merah pada keempat ekstremitas (+)
Edema pada keempat ekstremitas (-)
CRT < 2 detik

Lab: Kolestrol 250 mg/dL


Asam urat 4,5

ASSESSMENT
Hipertensi + Gastritis + OA

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Melakukan pelayanan poli dengan memberikan obat antihipertensi, serta edukasi pasien.

Terapi medikamentosa:
Obat antihipertensi oral lini pertama terdiri dari 5 golongan:
 Thiazide: Hidroklorothiazide
 ACE Inhibitor: Captopril, Enalapril, Lisinopril, Perindopril, Ramipril
 ARB: Candesartan, Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Valsartan
 CCB-dihidropiridin: Amlodipine, Nifedipine
 CCB-nondihidropiridin: Verapamil, Diltiazem

Beberapa rekomendasi utama untuk algoritma farmakoterapi pengobatan hipertensi, yaitu:


 Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat. Bila
memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
 Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-angiotensin
system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau diuretik.
 Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan bila
ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol
denyut jantung.
 Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah
(TDS <150 mmHg), tekanan darah normal-tinggi, pasien risiko tinggi, lansia (≥80
tahun)
 Jika tidak terkontrol dengan 2 obat  kombinasi 3 obat, terdiri dari RAS blocker
(ACEi atau ARB), CCB, dan diuretic
 Spironolakton digunakan untuk hipertensi resisten, kecuali ada kontraindikasi.
 Penambahan obat golongan lain jika TD masih belum terkendali.

Terapi non-medikamentosa dan atau KIE:


 Penurunan berat badan, dengan cara mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan
 Mengurangi asupan garam, tidak melebihi 2 gr/ hari atau 1 sendok teh.
 Olah raga teratur sebanyak 30 - 60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu
 Berhenti merokok karena merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular.
Pelaksanaan
Tatalaksana medikamentosa:
Antasida tab. 500 mg 3x1 a.c.
Omeprazole tab. 20 mg 3x1
Natrium Diclofenac tab. 25 mg 2x1 p.r.n
Simvastatin tab. 10 mg 0-0-1
Captopril tab. 12,5 mg 2x1
Amlodipine tab. 5 mg 1-0-0

Tatalaksana non-medikamentosa:
 Memperbanyak asupan sayur dan buah
 Membatasi asupan garam, tidak lebih dari 1 sendok teh per hari
 Olahraga 30-60 menit per hari, minimal 3 hari per minggu
 Mengonsumi obat tiap hari meskipun tidak ada keluhan dan rajin kontrol tiap obat
habis.

Monitoring dan Evaluasi


Pasien memerhatikan dan mengerti penjelasan yang telah diberikan, ditandai dengan dapat
mengulang kembali instruksi yang sudah dijelaskan.

Anda mungkin juga menyukai