Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Risiko & Asuransi

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Deden Mulyana, S.E., M.Si., CRA., CRP.,
CHRMP., CSBA.

Disusun Oleh :
Kelompok 3

 Cinta Wati (213402095)  Vina Apriliani M (213402133)


 Alfira Agustina I (213402127)  Virgin Fermalia F (213402136)
 Sartika (213402113)  Bayu komara (213402183)
 Anita Nurkamila (213402123)  Khana Vikia R (213402186)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan rasa tulus dan penuh syukur, kami memulai kata pengantar ini
dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan kami rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul "Asuransi Sosial Tenaga Kerja " ini tepat pada
waktunya. Kami meyakini bahwa pencapaian ini tidak mungkin tanpa keberkahan
dan petunjuk-Nya.

Makalah ini kami susun sebagai bagian dari tugas mata kuliah Manajemen
Risiko Dan Asuransi yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. H. Deden Mulyana, S.E.,
M.Si., CRA., CRP., CHRMP., CSBA. Melalui makalah ini, kami berusaha untuk
menjelaskan dan menganalisis topik asuransi sosial ketenagakerjaan dengan sebaik
mungkin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki ruang untuk perbaikan,
dan kami dengan tulus mengundang kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk meningkatkan kualitasnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam kepada para pembaca tentang pentingnya
asuransi sosial ketenagakerjaan dalam melindungi hak-hak pekerja.

Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua individu


yang telah turut serta dalam proses penyusunan makalah ini, mulai dari awal hingga
selesai. Semoga Allah SWT senantiasa memberkati segala upaya yang telah kami
lakukan, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.
Amin.

Tasikmalaya, 11 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan .......................................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 7

A. Definisi dan Konsep Asuransi Sosial Tenaga Kerja .................................... 7

B. Tujuan dan Manfaat Asuransi Sosial dan Tenaga Kerja dalam Konteks
Manajemen Asuransi ........................................................................................... 7

C. Prinsip-Prinsip Manajemen Asuransi dalam Asuransi Sosial Tenaga Kerja


…………………………………………………………………………….10

D. Pengelolaan Risiko dalam Asuransi Sosial Tenaga Kerja ......................... 10

E. Pengembangan dan Pelaksanaan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja 12

F. Pengawasan dan Pengendalian Manajemen Asuransi dalam Asuransi Sosial


Tenaga Kerja ..................................................................................................... 15

BAB III ANALISIS KOMPARATIF ................................................................... 17

A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS


Ketenagakerjaan) ............................................................................................... 17

B. Studi kasus pada Pekerja Bukan Penerima Upah di Wilayah Semarang ... 18

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 21

A. Kesimpulan ................................................................................................ 21

B. Rekomendasi .............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks dunia kerja yang penuh risiko, perlindungan pekerja


adalah salah satu isu yang sangat penting dan mendesak. Pekerja seringkali
dihadapkan pada berbagai ancaman serius seperti cedera, penyakit, kecelakaan,
dan bahkan risiko kehilangan pendapatan yang terkait langsung dengan
pekerjaan mereka. Untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan
kesejahteraan ekonomi pekerja, pemerintah Indonesia telah memperkenalkan
program yang sangat vital, yaitu Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK).
Program ini merupakan inisiatif yang dikelola oleh pemerintah atau badan
sosial negara dengan tujuan utama memberikan manfaat dan perlindungan
kepada pekerja dalam situasi-situasi sulit yang mereka hadapi.

Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) menekankan stabilitas ekonomi


pekerja sebagai fokus utamanya, terutama selama mereka berada di lingkungan
kerja atau dalam konteks pekerjaan mereka. Program ini memainkan peran yang
sangat penting dalam kerangka sistem perlindungan sosial di Indonesia,
mengingat berbagai risiko yang dapat mengancam pekerja di dunia kerja.
Risiko-risiko ini mencakup kecelakaan yang berpotensi membahayakan
keselamatan fisik, penyakit yang dapat timbul akibat lingkungan kerja, serta
risiko kehilangan pendapatan akibat ketidakmampuan bekerja. Semua risiko ini
memiliki potensi dampak serius, baik pada individu pekerja maupun pada
perusahaan tempat mereka bekerja.

Manajemen Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) bukan sekadar


tentang memberikan perlindungan finansial kepada pekerja, tetapi juga tentang
berkontribusi pada stabilitas sosial dan ekonomi secara keseluruhan. Program
ini membantu mengurangi beban sosial yang mungkin muncul akibat risiko-
risiko di tempat kerja, sehingga memungkinkan pekerja untuk lebih fokus pada

4
tugas-tugas mereka tanpa perlu khawatir akan dampak finansial yang
signifikan.

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Indonesia telah membentuk


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS
Ketenagakerjaan). BPJS Ketenagakerjaan memegang peran sentral dalam
mengelola program ASTEK, yang mencakup berbagai jenis jaminan seperti
kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiun. Badan ini bertujuan
memberikan perlindungan finansial kepada pekerja dan keluarga mereka ketika
mereka menghadapi risiko-risiko ini di tempat kerja.

Makalah ini akan mengulas secara mendalam program Asuransi Sosial


Tenaga Kerja (ASTEK) di Indonesia dan peran yang dimainkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan). Kami
akan membahas konsep ASTEK sebagai asuransi yang melindungi pekerja dari
risiko pekerjaan dan tujuannya, termasuk perlindungan pekerja, manajemen
risiko finansial, dan peningkatan kesejahteraan pekerja. Selain itu, kami juga
akan mengulas prinsip-prinsip manajemen, pengelolaan risiko, langkah-
langkah dalam pengembangan program ASTEK, serta pengawasan dan
pengendalian manajemen. Terakhir, kami akan menyajikan studi kasus
pelaksanaan ASTEK pada pekerja bukan penerima upah di wilayah Semarang
untuk memberikan gambaran lebih lanjut tentang implementasi program ini
dalam konteks nyata.

B. Rumusan Masalah

1) Apa definisi, konsep, tujuan, dan manfaat asuransi sosial tenaga kerja dalam
konteks manajemen asuransi?
2) Apa prinsip-prinsip dan pengelolaan risiko dalam asuransi sosial tenaga
kerja?
3) Bagaimana pengembangan, pelaksanaan, dan pengawasan program asuransi
sosial tenaga kerja?

5
4) Bagaimana implementasi teori dalam konteks asuransi sosial tenaga kerja
terhadap BPJS Ketenagakerjaan?

C. Tujuan

1) Memahami definisi, konsep, tujuan, dan manfaat asuransi sosial tenaga


kerja dalam konteks manajemen asuransi.
2) Memahami prinsip-prinsip dan pengelolaan risiko dalam asuransi sosial
tenaga kerja.
3) Mengetahui pengembangan, pelaksanaan, dan pengawasan program
asuransi sosial tenaga kerja.
4) Memahami implementasi atau penerapan teori dalam konteks asuransi
sosial tenaga kerja terhadap BPJS Ketenagakerjaan.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi dan Konsep Asuransi Sosial Tenaga Kerja

Asuransi Sosial Tenaga Kerja adalah program asuransi yang


diselenggarakan oleh pemerintah atau badan sosial negara untuk memberikan
manfaat kepada pekerja dalam hal cedera, sakit, kecelakaan, dan kehilangan
pendapatan yang terkait dengan pekerjaan mereka. Program Asuransi sosial
tenaga kerja dirancang untuk melindungi dan membantu pekerja dalam situasi-
situasi tertentu yang dapat mengancam kesejahteraan ekonomi mereka selama
bekerja atau dalam hubungannya dengan pekerjaan mereka.

Program Asuransi sosial tenaga kerja wajib dilakukan oleh setiap


perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan
kerja sesuai dengan UU dengan menggunakan metode resiko hubungan kerja
dimana manfaat atau jaminannya didasarkan atas lamanya masa kerja atau
keikutsertaan dalam sistem tersebut dengan melibatkan kontribusi bersama
(kontribusi keuangan dari pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah). Asuransi
sosial tenaga kerja dikelola secara efisien untuk memastikan keberlanjutan dan
pemberian manfaat yang tepat waktu. Prinsip-prinsip Asuransi sosial tenaga
kerja memastikan bahwa risiko dibagikan secara adil dan pekerja saling
mendukung satu sama lain dalam menghadapi risiko pekerjaan. Tujuannya
adalah menjaga kesejahteraan ekonomi pekerja dan keluarganya selama mereka
bekerja atau dalam hubungannya dengan pekerjaan mereka.

B. Tujuan dan Manfaat Asuransi Sosial dan Tenaga Kerja dalam Konteks
Manajemen Asuransi

Tujuan Asuransi Sosial Tenaga Kerja


1) Perlindungan Tenaga Kerja
Salah satu tujuan utama Asuransi Sosial Tenaga Kerja adalah
melindungi tenaga kerja dari risiko-risiko yang terkait dengan

7
pekerjaan mereka, seperti cedera, penyakit, atau kehilangan
pekerjaan. Hal tersebut, membantu menjaga kesejahteraan fisik dan
finansial pekerja.

2) Keseimbangan Risiko
Asuransi Sosial Tenaga Kerja membantu menciptakan
keseimbangan antara risiko yang dihadapi oleh pekerja dan
perusahaan. Dengan adanya Asuransi Sosial Tenaga Kerja, risiko
finansial akibat cedera atau penyakit yang terkait pekerjaan dapat
didistribusikan secara lebih adil.

3) Kepatuhan Hukum
Di banyak yurisdiksi, perusahaan diwajibkan secara hukum
untuk menyediakan Asuransi Sosial Tenaga Kerja kepada karyawan
mereka. Tujuan ini adalah memastikan bahwa perusahaan mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Manajemen Risiko Keuangan


Asuransi Sosial Tenaga Kerja membantu perusahaan dalam
mengelola risiko finansial yang terkait dengan potensi klaim cedera
atau penyakit.

Manfaat Asuransi Sosial Tenaga Kerja

1) Perlindungan Kesejahteraan Karyawan


Asuransi sosial tenaga kerja memberikan jaringan perlindungan
finansial kepada karyawan dalam situasi-situasi tak terduga, seperti
kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

2) Stimulasi Motivasi dan Produktivitas Kerja


Dengan merasa terlindungi oleh asuransi sosial tenaga kerja,
karyawan cenderung lebih termotivasi dan fokus dalam menjalankan
tugas mereka tanpa khawatir tentang risiko kecelakaan atau cedera.

8
3) Pemberian Perlindungan Terhadap Karyawan
Asuransi ini memberikan perlindungan finansial yang mencakup
santunan kecelakaan kerja dan santunan kematian, yang berperan
penting dalam meringankan beban finansial yang mungkin timbul
akibat peristiwa tak terduga.

4) Peningkatan Loyalitas Karyawan


Keberadaan asuransi sosial tenaga kerja yang baik dapat
meningkatkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan, karena mereka
merasa dihargai dan diperhatikan.

5) Elevasi Kualitas Kerja


Karyawan yang merasa aman dan terlindungi cenderung lebih
fokus pada pekerjaan dan hal ini dapat menghasilkan peningkatan
dalam kualitas kerja yang mereka lakukan.

6) Penciptaan Citra Perusahaan yang Positif


Perusahaan yang aktif peduli terhadap kesejahteraan karyawan
dan menyediakan perlindungan melalui asuransi dianggap sebagai
perusahaan yang bertanggung jawab. Ini membantu menciptakan citra
perusahaan yang positif di mata karyawan dan calon karyawan.

7) Peningkatan Reputasi Perusahaan


Komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan melalui
asuransi sosial tenaga kerja dapat memperkuat reputasi perusahaan di
mata publik, sehingga perusahaan dianggap sebagai pemimpin industri
yang bertanggung jawab.

8) Fasilitasi Pengelolaan Anggaran Perusahaan


Asuransi sosial tenaga kerja membantu perusahaan mengelola
anggaran mereka dengan lebih efektif, karena mereka tidak perlu
mengalokasikan dana besar secara tiba-tiba dalam situasi kecelakaan
atau kejadian yang memerlukan perawatan medis, karena klaim
asuransi dapat membantu menutupi biaya-biaya tersebut.

9
C. Prinsip-Prinsip Manajemen Asuransi dalam Asuransi Sosial Tenaga Kerja

Manajemen asuransi dalam konteks asuransi sosial tenaga kerja


melibatkan pengelolaan program asuransi yang memberikan perlindungan
kepada pekerja dan tenaga kerja. Berikut ini merupakan beberapa prinsip
manajemen asuransi dalam asuransi sosial tenaga kerja.

1) Partisipasi dan kewajiban, dalam hal ini menekankan partisipasi semua


pihak terkait, baik pekerja maupun perusahaan karena keterlibatan semua
pihak memastikan keberlanjutan dan keadilan dalam program asuransi.
2) Keberlanjutan keuangan, dalam hal ini program asuransi sosial tenaga kerja
harus dirancang untuk mencapai keberlanjutan keuangan jangka panjang.
3) Keadilan dan kesetaraan, dalam hal ini perlindungan asuransi diberikan
secara adil dan setara kepada semua pekerja.
4) Transparansi Informasi, dalam hal ini manajemen asuransi harus transparan
dalam menyediakan informasi kepada peserta asuransi.
5) Pencegahan dan Promosi Kesehatan, dalam hal ini fokus pada pencegahan
penyakit dan promosi kesehatan.
6) Efisiensi administrasi, dalam hal ini administrasi program asuransi harus
dilakukan secara efisien.
7) Reintegrasi pekerjaan, dalam hal ini menekankan pentingnya membantu
pekerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit untuk kembali bekerja
setelah pemulihan.
8) Audit dan evaluasi, dalam hal ini memastikan bahwa program asuransi
berjalan sesuai dengan ketentuan dan memenuhi tujuan perlindungan
pekerja.

D. Pengelolaan Risiko dalam Asuransi Sosial Tenaga Kerja

Pengelolaan risiko dalam asuransi sosial tenaga kerja melibatkan


langkah-langkah untuk mengidentifikasi, mengukur, mengelola, dan
mengurangi risiko yang mungkin timbul terkait dengan perlindungan tenaga
kerja. Berikut ini merupakan penjabarannya.

10
1. Penentuan Tujuan Manajemen Risiko
Tahap pertama dalam pengelolaan risiko dalam asuransi sosial tenaga
kerja adalah menetapkan tujuan khusus untuk program ini. Tujuan ini
mungkin termasuk melindungi kesejahteraan pekerja, mengurangi klaim,
memastikan pemulihan yang cepat bagi pekerja yang mengalami
kecelakaan atau penyakit, dan menjaga kelangsungan operasional
perusahaan.

2. Identifikasi Risiko
Proses identifikasi risiko akan difokuskan pada risiko-risiko yang
terkait dengan kecelakaan kerja, penyakit akibat pekerjaan, atau kondisi
lingkungan kerja yang mungkin membahayakan kesehatan pekerja. Ini
dapat mencakup risiko fisik, risiko ergonomis, risiko psikososial, dan
lainnya.

3. Evaluasi terhadap Risiko


Risiko-risiko yang telah diidentifikasi akan dievaluasi dalam konteks
asuransi sosial tenaga kerja. Ini melibatkan penilaian terhadap dampak
potensial dan probabilitas risiko-risiko ini terjadi, serta dampak finansial
yang mungkin timbul dari klaim yang akan diajukan oleh pekerja.

4. Pencarian Alternatif dan Pemilihan Alat Penanggulangan Risiko


Pada tahap ini, perusahaan asuransi sosial tenaga kerja akan mencari
alternatif untuk mengurangi risiko. Ini mungkin mencakup pengembangan
kebijakan keselamatan kerja, penyediaan pelatihan kepada pekerja,
penggunaan peralatan pelindung diri (APD), dan pengadaan asuransi untuk
melindungi pekerja.

5. Implementasi Keputusan
Langkah selanjutnya adalah melaksanakan keputusan yang telah
diambil, seperti menerapkan kebijakan keselamatan kerja, memberikan
pelatihan kepada pekerja, dan menjalankan program asuransi sosial tenaga
kerja.

11
6. Evaluasi dan Review
Proses pengelolaan risiko dalam asuransi sosial tenaga kerja akan
melibatkan evaluasi dan pemantauan terus-menerus terhadap efektivitas
program. Hal ini termasuk meninjau klaim yang diajukan oleh pekerja,
mengidentifikasi perubahan dalam risiko, dan melakukan penyesuaian
kebijakan jika diperlukan.

E. Pengembangan dan Pelaksanaan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja

Berikut merupakan setiap langkah dalam pengembangan dan


implementasi program Asuransi Sosial Tenaga Kerja :

1. Penetapan Premi yang Tepat

Tahap awal yang sangat penting dalam program Asuransi Sosial


Tenaga Kerja adalah menentukan premi yang sesuai. Ini melibatkan analisis
risiko yang mendalam untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja dalam berbagai jenis pekerjaan. Perhitungan
premi harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti tingkat risiko, sejarah
klaim, usia pekerja, dan tingkat upah. Biasanya, para aktuaris yang
berpengalaman di bidang ini dilibatkan untuk melakukan perhitungan ini
dan memastikan bahwa premi yang dibayarkan mencukupi untuk menutupi
biaya klaim yang mungkin timbul.

2. Desain Program yang Mengakomodasi Kebutuhan Pekerja

Desain program Asuransi Sosial Tenaga Kerja harus sepenuhnya


memperhatikan kebutuhan dan kepentingan pekerja. Ini mencakup
menentukan cakupan asuransi yang sesuai, tingkat manfaat yang adil, dan
ketentuan klaim yang adil. Program harus dibuat sedemikian rupa sehingga
memberikan perlindungan finansial yang memadai bagi pekerja dan
keluarga mereka jika terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

12
3. Pemilihan Penyedia Layanan Medis Berkualitas

Pemilihan penyedia layanan medis yang berkualitas sangat penting


untuk memastikan bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan atau
penyakit mendapatkan perawatan medis terbaik. Perusahaan harus menjalin
kemitraan dengan rumah sakit atau fasilitas medis yang memiliki reputasi
baik dan memiliki staf terlatih untuk menangani kasus yang terkait dengan
pekerjaan. Kualitas perawatan medis ini dapat memiliki dampak besar pada
pemulihan pekerja dan mengurangi biaya jangka panjang.

4. Komunikasi yang Efisien Kepada Pekerja

Komunikasi yang jelas dan efisien adalah kunci untuk memastikan


bahwa pekerja memahami program Asuransi Sosial Tenaga Kerja.
Perusahaan harus memberikan informasi yang sangat rinci tentang manfaat
program, besarnya premi yang harus dibayar oleh pekerja, serta prosedur
klaim yang harus diikuti. Komunikasi ini harus menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti dan harus tersedia dalam berbagai format, seperti brosur,
seminar, atau melalui platform online.

5. Pelatihan dan Pendidikan

Pelatihan dan edukasi kepada pekerja tentang keselamatan kerja dan


manfaat Asuransi Sosial Tenaga Kerja dapat membantu mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Ini juga dapat meningkatkan
kesadaran pekerja tentang tindakan yang dapat mereka ambil untuk menjaga
keselamatan mereka sendiri. Program pelatihan dan edukasi harus diadakan
secara berkala dan harus mencakup topik keselamatan yang relevan dengan
jenis pekerjaan yang dijalani oleh pekerja.

6. Pengelolaan Klaim yang Efisien

Proses pengelolaan klaim yang efisien adalah kunci untuk


memberikan manfaat kepada pekerja yang membutuhkannya dengan cepat.
Pekerja harus mengetahui cara mengajukan klaim dan prosedur yang akan

13
diikuti. Tim yang kompeten dan terlatih harus bertanggung jawab atas
pengelolaan klaim ini, dan proses harus dilakukan secara transparan.

7. Evaluasi dan Penyesuaian

Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja harus dievaluasi secara


berkala untuk memastikan bahwa premi dan manfaatnya tetap sesuai dengan
risiko yang dihadapi dan perubahan dalam lingkungan kerja. Jika terjadi
perubahan signifikan dalam risiko atau tuntutan klaim, program harus
disesuaikan secara tepat waktu. Evaluasi ini juga dapat digunakan untuk
memperbaiki kebijakan dan prosedur.

8. Pengawasan dan Kepatuhan

Pengawasan yang teliti terhadap implementasi program Asuransi


Sosial Tenaga Kerja sangat penting untuk memastikan bahwa semua pihak,
termasuk perusahaan dan pekerja, mematuhi ketentuan program dan
peraturan yang berlaku. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada
kepatuhan yang konsisten.

9. Kerjasama dengan Otoritas dan Organisasi Terkait

Kerjasama dengan otoritas pemerintah dan organisasi terkait seperti


badan asuransi sosial atau badan keselamatan kerja dapat memperkuat
program Asuransi Sosial Tenaga Kerja. Ini dapat mencakup berbagi data,
mematuhi regulasi yang berlaku, dan meningkatkan kualitas layanan.

Pengembangan dan implementasi program Asuransi Sosial Tenaga Kerja


yang sukses memerlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk
perusahaan, pekerja, penyedia layanan medis, dan pemerintah jika berlaku.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan menjaga komunikasi yang efektif,
program Asuransi Sosial Tenaga Kerja dapat memberikan perlindungan yang
optimal bagi tenaga kerja dalam lingkungan kerja mereka.

14
F. Pengawasan dan Pengendalian Manajemen Asuransi dalam Asuransi
Sosial Tenaga Kerja

Pengawasan dan pengendalian manajemen dalam industri asuransi,


khususnya dalam program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), adalah
elemen kunci dalam menjaga keberlanjutan program dan meningkatkan kualitas
manajemen asuransi. Berikut adalah rincian lebih lanjut tentang aspek-aspek
utama dari pengawasan dan pengendalian manajemen dalam Asuransi Sosial
Tenaga Kerja :

Audit Klaim yang Teliti

Proses audit klaim melibatkan peninjauan mendalam terhadap setiap


klaim yang diajukan oleh peserta program. Tujuan utamanya adalah untuk
memverifikasi keabsahan klaim, memastikan bahwa klaim tersebut sesuai
dengan ketentuan polis, serta mendeteksi potensi penyalahgunaan atau
penipuan. Hasil dari audit klaim dapat menjadi panduan berharga untuk
mengidentifikasi pola-pola yang mungkin memerlukan investigasi lebih
lanjut. Hal ini membantu menjaga integritas program dan mencegah
kerugian yang tidak perlu.

Analisis Kerugian yang Mendalam

Analisis kerugian merupakan langkah kunci dalam pengendalian


manajemen asuransi. Proses ini melibatkan evaluasi menyeluruh terhadap
kerugian yang telah terjadi dalam program Asuransi Sosial Tenaga Kerja.
Analisis kerugian membantu menentukan dampak finansial dari klaim yang
dibayarkan dan apakah ada tren khusus yang harus diwaspadai. Ini juga
dapat membantu dalam mengidentifikasi penyebab kerugian dan
mendorong perbaikan.

Implementasi Tindakan Perbaikan Berkelanjutan

Hasil dari audit klaim dan analisis kerugian harus mengarah pada
tindakan perbaikan yang diterapkan secara teratur. Tindakan ini mencakup

15
penyesuaian prosedur klaim, pelatihan pegawai, dan perbaikan dalam
pengawasan internal. Tindakan perbaikan bertujuan untuk mengurangi
risiko keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperbaiki
kualitas manajemen asuransi.

Monitoring dan Pengawasan Rutin

Pengawasan dan pengendalian manajemen dalam langkah dalam


pengembangan dan implementasi program Asuransi Sosial Tenaga Kerja
adalah usaha berkelanjutan. Perusahaan asuransi harus secara rutin
memantau sistem dan proses yang ada.Ini melibatkan pemantauan tren
klaim, pengumpulan data klaim, dan pemeriksaan kepatuhan terhadap
kebijakan dan prosedur internal.

Kepatuhan Terhadap Regulasi

Penting untuk selalu memastikan bahwa program Asuransi Sosial


Tenaga Kerja mematuhi semua regulasi dan persyaratan yang berlaku. Ini
termasuk pemantauan perubahan hukum dan peraturan asuransi yang dapat
memengaruhi program.

Evaluasi Kinerja yang Teratur

Evaluasi kinerja program Asuransi Sosial Tenaga Kerja secara


berkala sangat penting. Ini mencakup pengukuran kinerja finansial, analisis
tingkat klaim, serta penilaian tingkat kepuasan peserta program. Hasil
evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengidentifikasi area yang
memerlukan perbaikan dan membantu dalam merancang strategi jangka
panjang.

Pengawasan dan pengendalian manajemen yang teliti dan berkelanjutan


dalam program Asuransi Sosial Tenaga Kerja membantu mengurangi risiko
keuangan, mencegah penipuan, meningkatkan kepatuhan, dan menjaga
kualitas manajemen asuransi.

16
BAB III

ANALISIS KOMPARATIF

A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS


Ketenagakerjaan)

BPJS ketenagakerjaan terbentuk dari munculnya PT Jamsostek


(Persero) yang mengalami proses yang begitu panjang, dimulai dari Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 1947 , Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang
kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) Nomor 48 Tahun 1952
jo PMP Nomor 8 Tahun 1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha
penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP Nomor 15 Tahun 1957 tentang
pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP Nomor 5 Tahun 1964 tentang
pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya
UndangUndang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.

PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan hak


normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4
(empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya
hingga berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal
1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT
Jamsostek (Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua serta dengan penambahan Jaminan
Pensiun mulai 1 Juli 2015.

17
B. Studi kasus pada Pekerja Bukan Penerima Upah di Wilayah Semarang

1) Kepesertaan/Partisipasi

Berdasarkan data kepesertaan pada tahun 2015 BPJS


Ketenagakerjaan Semarang Pemuda JKK dan JK sebanyak 2.309 pekerja
dalam kepesertaan aktif dengan target yang harus dicapai dalam tahun 2015
sebanyak 12.000 pekerja, kemudian untuk JHT sebanyak 281 pekerja
kepesertaan aktif dengan target yang harus dicapai sebanyak 942 pekerja.
Kemudian di tahun 2016 harus tercapai JKK/JK sebanyak 20.000 pekerja
penambahan dan dengan 10.068 pekerja kepesertaan aktif. Sedangkan yang
sudah terealisasi hingga April 2016 JKK/JK penambahan sebanyak 6.143
pekerja dan kepesertaan aktif sebanyak 3.629 pekerja. Kemudian target
dihitung di tahun 2016 harus tercapai JHT sebanyak 4.000 pekerja
penambahan dan dengan 2.014 pekerja kepesertaan aktif. Sedangkan yang
sudah terealisasi hingga April 2016 JHT penambahan sebanyak 552 pekerja
dan kepesertaan aktif sebanyak 231 pekerja. Jika dihitung dengan tolak ukur
target yang telah ditentukan maka selama April 2016 Kancab BPJS
Ketenagakerjaan Semarang Pemuda telah mencapai target.

2) Keadilan Dan Kesetaraan

Masih banyak pekerja bukan penerima upah yang tidak mampu,


sehingga mereka lebih mementingkan kebutuhan pokok dibandingkan
harus membayar iuran untuk jaminan sosial ketenagakerjaan. Pemerintah
Jawa Tengah dan legislatif masih fokus pada penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Sehingga
dengan demikian seharusnya pemerintah setidaknya memikirkan pekerja
bukan penerima upah yang tidak mampu. Dengan demikian pekerja bukan
penerima upah yang tidak mampu juga dapat merasakan manfaat Program
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi pekerja bukan penerima upah yang
jika dikalkulasikan dengan jumlah pembayaran iuran sebenarnya tidak
dapat menutup jumlah manfaat yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan.

18
3) Peserta tidak dibatasi waktu dalam melakukan pembayaran iuran. Menurut
Bapak Muslich Hikmat selaku Kepala Bidang Pemasaran BPU Kantor
cabang BPJS Ketenagakerjaan Semarang I, Pembayaran Iuran dapat
dilakukan kapan saja sehingga dapat dikatakan fleksibel, hal ini dilakukan
dengan harapan mempermudah peserta karena tidak terkendala oleh batasan
waktu. Namun jika iuran tidak dibayar, maka kepesertaannya dicabut.

4) Layanan Medis

Dalam layanan medis, BPJS Ketenagakerjaan melakukan kerjasama


dengan berbagai otoritas seperti Rumah Sakit Trauma Center, hal ini
dibutuhkan berkaitan dengan fasilitas kesehatan apabila terjadi Kecelakaan
Kerja, kemudian wadah/kelompok pekerja yang mana dapat berperan aktif
untuk memberikan informasi kepada pekerjapekerja yang lain akan cakupan
manfaat serta tujuan dari Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
Selain itu BPJS Ketenagakerjaan juga bekerjasama dengan
Kejaksaan Negeri Kabupaten Kendal untuk menangani secara bersama-
sama dalam menyelesaikan permasalahan hukum bidang perdata dan tata
usaha negara baik di dalam maupun di luar pengadilan yang terjadi di
wilayah kerja Kabupaten Kendal. Terutama dalam bentuk pertimbangan
hukum dan bantuan hukum dalam perusahaan yang belum mendaftarkan
pekerja ke dalam program BPJS ketenagakerjaan dan beberapa perusahaan
yang belum memenuhi kewajiban membayar iuran BPJS ketenagakerjaan
atau yang menunggak pembayaran iuran BPJS ketenagakerjaan di wilayah
Kabupaten Kendal.

5) Dalam hal efisiensi, peserta BPJS Ketenagakerjaan bukan penerima upah


dapat melakukan pembayaran iuran langsung mendatangi Kantor Cabang
BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu peserta juga dapat melakukan
pembayaran melalui Payment Point (loket pembayaran tagihan dan
voucher).

19
6) Dalam penetapa premi, peserta BPJS Ketenagakerjaan pada pekerja bukan
penerima upah tidak merasa keberatan karena besaran iuran disesuaikan
kemampuan penghasilan yang dilaporkan.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) memiliki peran penting dalam


mendukung kesejahteraan pekerja di Indonesia, dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) sebagai
pengelolanya. Tujuan utama ASTEK adalah melindungi pekerja dari risiko
ekonomi yang dapat terjadi selama bekerja atau terkait dengan pekerjaan
mereka. Ini mencakup perlindungan finansial, peningkatan motivasi dan
produktivitas kerja, serta jaminan dalam situasi tak terduga seperti kecelakaan
kerja atau penyakit terkait pekerjaan.

Pentingnya Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) tercermin dalam


prinsip-prinsip manajemennya, seperti partisipasi semua pihak terkait,
keberlanjutan keuangan, keadilan, transparansi informasi, pencegahan risiko,
efisiensi administrasi, reintegrasi pekerjaan, audit, dan evaluasi. Prinsip-prinsip
ini mendukung keberhasilan program ini dan memastikan manfaatnya dapat
dinikmati oleh semua pekerja.

Manajemen risiko juga menjadi kunci dalam Asuransi Sosial Tenaga


Kerja (ASTEK), dengan langkah-langkah seperti identifikasi, evaluasi, dan
penanggulangan risiko yang membantu mengurangi risiko di tempat kerja.
Pengawasan dan pengendalian manajemen yang ketat juga diperlukan untuk
memastikan kelancaran program ini.

Namun, sebuah studi kasus di Semarang menunjukkan beberapa isu yang


masih dihadapi dalam implementasi program BPJS Ketenagakerjaan, seperti
kesulitan dalam meningkatkan partisipasi, terutama dari pekerja yang kesulitan
membayar iuran. Keadilan dan kesetaraan juga perlu diperhatikan lebih lanjut,
mengingat masih banyak pekerja bukan penerima upah yang lebih
memprioritaskan kebutuhan pokok mereka daripada membayar iuran ASTEK.

21
Secara keseluruhan, Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) adalah alat
penting dalam mendukung kesejahteraan pekerja dan perusahaan di Indonesia,
dengan peran utama melindungi pekerja dan menjaga stabilitas sosial dan
ekonomi. Dengan manajemen yang efektif dan perhatian terus-menerus
terhadap tantangan yang dihadapi, ASTEK dapat terus memberikan manfaat
besar bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi pekerja bukan penerima upah
yang memerlukan perhatian khusus.

B. Rekomendasi

1) Meningkatkan upaya penyuluhan dan sosialisasi kepada pekerja bukan


penerima upah untuk memberi mereka pemahaman yang lebih baik tentang
manfaat perlindungan sosial melalui BPJS Ketenagakerjaan. Informasi yang
jelas dan mudah diakses tentang program ini akan membantu mereka dalam
membuat keputusan yang lebih informasional.
2) Pemerintah setempat harus mempertimbangkan pemberian subsidi iuran
kepada pekerja bukan penerima upah yang tidak mampu. Hal ini akan
memastikan bahwa mereka tetap terlindungi tanpa mengorbankan
kebutuhan pokok mereka.
3) Berkerjasama dengan perusahaan swasta dan organisasi pekerja untuk
membantu memfasilitasi kepesertaan pekerja bukan penerima upah dalam
BPJS Ketenagakerjaan. Ini bisa mencakup fasilitasi pembayaran iuran dan
kampanye yang lebih intensif tentang manfaat program ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Daniel Perwira, A. A. (2003). Perlindungan Tenaga Kerja Melalui Sistem Jaminan


Sosial : Pengalaman Indonesia. Retrieved from Smeru:
https://smeru.or.id/sites/default/files/publication/jamsostek.pdf

GPT, C. (2023). Mengenai Lingkup Asuransi Sosial Tenaga Kerja. Retrieved from
Open AI: https://chat.openai.com

Presiden Republik Indonesia (2004). UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN
SOSIAL NASIONAL . Retrieved from
https://jdihn.go.id/files/4/2004uu040.pdf

Pambudi, L. S. (2019). Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Bagi


Pekerja Bukan Penerima Upah di Wilayah Kota Semarang Ditinjau Dari
Permenaker nomor 1 Tahun 2016 . 205-228.

Presiden Republik Indonesia. (1977). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL
TENAGA KERJA. Retrieved from Asuransi Sosial Tenaga Kerja:
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/3052/PP0331977.htm

Priyonggo Suseno, S. M. (n.d.). Konsep Dasar Manajemen Risiko. Retrieved from


Universitas Terbuka: https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/EKSA4401-M1.pdf

Sudexo. (2023, Juni 27). Mengenal Asuransi Tenaga Kerja dan Manfaatnya Bagi
Karyawan. Retrieved from Sudexo.com:
https://www.sodexo.co.id/asuransi-tenaga-kerja

23

Anda mungkin juga menyukai