KERJA PRAKTIK
Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana Teknik
Strata Satu (S-1)
Disusun oleh :
Latansa Muhammad Haidar H.S.
21010120140116
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK (KP)
Judul :
PROYEK PEMBANGUNAN STRUKTUR ATAS
APARTEMEN SKY HOUSE ALAM SUTERA + PHASE 2
KOTA TANGERANG
Disusun oleh :
LATANSA MUHAMMAD HAIDAR H.S.
21010120140116
Mengetahui, Disetujui,
Projecr Manager Pembimbing Kerja Praktek
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan kerja praktik pada Proyek Pembangunan Apartemen Sky
House Alam Sutera+ Phase 2 ini.
Laporan kerja praktik ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
akademis dalam menyelesaikan pendidikan program studi strata-1 (S1) bagi
mahasiswa jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Manfaat
dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah untuk memahami hal-hal serta
permasalahan-permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan di lapangan yang
kemudian dikorelasikan terhadap teori yang didapatkan selama perkuliahan. Dalam
menyelesaikan laporan ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dengan
rasa hormat, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doanya
sepanjang proses kerja praktik ini.
2. Prof. Jati Utomo Dwi Hatmoko, S.T., M.M., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua
Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro
3. Prof. Bagus Hario Setiadji S.T., M.T., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1
Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
4. Bapak Ady Wibawa yang telah memberikan kesempatan untuk bisa
melaksanakan kerja praktik di Proyek Sky House Alam Sutera+ Phase 2.
5. Bapak Aditya Febriana selaku Project Manager dari Proyek Sky House Alam
Sutera+ Phase 2.
6. Bapak Suyanto selaku pembimbing lapangan pada masa kerja praktik di
Proyek Sky House Alam Sutera+ Phase 2.
7. Bapak Didit, Bapak Agak, Bapak Akmal, Bapak Eka dan bapak-bapak mandor
yang telah memberikan banyak ilmu mengenai pekerjaan konstruksi.
8. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan dorongan bagi penulis
untuk bisa menyelesaikan rangkaian proses kerja praktik ini.
9. Pihak lain yang juga membantu dalam kelancaran baik dalam proses
pelaksanaan kerja praktik maupun penyusunan laporan kerja praktik ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Latar Belakang Proyek
Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang menjadi bagian metropolitan
Jabodetabek, memiliki karakteristik jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi
serta pertumbuhan penduduk yang pesat dengan tingkat urbanisasi yang juga tinggi.
Pesatnya pertumbuhan penduduk ini dipacu oleh pesatnya pertumbuhan Kota
Tangerang akibat peningkatan kegiatan industri, perdagangan dan jasa, sebagai
implikasi dari lokasi strategis yang dimiliki oleh Kota Tangerang yang berfungsi
sebagai wilayah penyangga DKI Jakarta.
Menurut Pusat Pemerintahan Kota Tangerang ketersedian lahan di Kota
Tangerang mulai tidak dapat mengimbangi pesatnya pertumbuhan kebutuhan
sarana permukiman yang disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk yang
umumnya berasal dari urbanisasi. Hal ini telah menyebabkan timbulnya
ketidakteraturan permukiman dan tidak terkendali pada lokasi-lokasi yang
peruntukkannya bukan untuk permukiman, bahkan dengan kepemilikan lahan yang
tidak sah.
Alam Sutera adalah sebuah kota terencana yang dikembangkan oleh Alam
Sutera Realty di Banten, Indonesia. Alam Sutera terletak di tenggara Jakarta dan
berada di dalam kawasan metropolitan Jabodetabek. Alam Sutera memiliki luas
sekitar 800 hektar. Sebagian besar Alam Sutera terletak di Serpong Utara,
Tangerang Selatan, sementara sebagian lain, terutama distrik bisnis pusatnya,
terletak di Pinang, Tangerang. Beberapa kawasan yang telah
berhasildikembangkan seperti perumahan, apartemen, mall,
dan superblock di Serpong, Tangerang Selatan.
Apartemen Sky House Alam Sutera+Phase 2 merupakan salah satu bangunan
hunian vertical yang dibuat dengan tujuan menangani kurangnya lahan bagi
pemukiman dan juga ruang hijau, yang dimana sangat berguna dengan kondisi kota
yang sangat meningkatnya jumlah penduduk.
LOKASI PROYEK
BAB II
MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK
Uraian Umum
Secara umum, manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang
dalam mengatur kegiatan yang dikerjakan individu atau kelompok. Sistem atau
manajemen harus dilakukan untuk memenuhi target yang akan dicapai oleh
individu atau kelompok tersebut dalam sebuah kerjasama dengan mengoptimalkan
sumber daya yang ada.
Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengkoordinasikan, dan pengontrolan sumber daya dari suatu proyek
oleh para anggotanya secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan
lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu.
Manajemen proyek menjadi bagian dari proses penerapan fungsi-fungsi
manajemen secara sistematis pada suatu proyek yang meliputi proses perencanaan
(planning) kegiatan, pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluating).
Siklus manajemen proyek yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 terbagi dalam
beberapa langkah yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan pemikiran matang tentang rencana bagaimana
suatu kegiatan akan dilaksanakan agar hasil yang diperoleh nantinya akan
maksimal. Manfaat perencanaan adalah sebagai alat pengawas dan pengendali
kegiatan serta sarana untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.
Perencanaan, secara garis besar meliputi :
a. Pemilihan maupun penerapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
b. Penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, program prosedur, metode,
system anggaran, jadwal, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
kegiatan tersebut.
c. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.
d. Menyiapkan sumber pendanaan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan tindakan-tindakan guna mempersatukan
kumpulan kegiatan manusia yang mempunyai pekerjaan masing-masing
sehingga berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu dan berinteraksi
dengan lingkungannya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan atau
sasaran secara efisien. Adapun manfaat dari pengorganisasian ini adalah
sebagai pedoman pelaksanaan fungsi, dimana pembagian tugas dan hubungan
tanggung jawab terlihat secara jelas. Pengorganisasian, secara garis besar
meliputi :
a. Penentuan sumber data dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Perencanaan dan pembangunan suatu organisasi atau kelompok kerja yang
akan membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan organisasi.
c. Penugasan tanggung jawab tertentu dan pendelegasian wewenang.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota
organisasi dalam kegiatan pelaksanaan, agar seluruh anggota organisasi dapat
bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama. Manfaat pelaksanaan ini
adalah terciptanya keseimbangan tugas, hak dan kewajiban masing-masing
bagian dalam organisasi, dan untuk mendorong terciptanya efisiensi serta
kebersamaan dalam
bekerja sama untuk tujuan bersama. Pelaksanaan, secara garis besar meliputi :
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.
b. Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
c. Memberikan pengarahan, penugasan dan motivasi.
4. Pengendalian (Controlling)
Menuntun atau memantau, mengkaji dan bila perlu koreksi agar hasil
kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan mulai tahapan yang paling awal.
Jadi pada pengendalian ini, hasil-hasil pelaksanaan setiap kegiatan selalu
diukur dan dibandingkan dengan rencana. Oleh karena itu dibuat tolak ukur,
seperti anggaran, standar mutu, jadwal penyelesaian pekerjaan dan lain-lain.
Apabila terjadi penyimpangan, maka segera dilakukan perbaikan. Bentuk
tindakan tersebut antara lain :
a. Mengukur kualitas hasil dan menyusun laporan kegiatan
b. Menetapkan standar pelaksanaan
c. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas
d. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi
e. Memberikan saran-saran dan mengambil tindakan perbaikan bila terjadi
penyimpangan.
5. Evaluasi (Evaluating)
Kegiatan evaluasi dilakukan setelah diadakan pelaksanaan dan
pengawasan atau pengendalian. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh dalam
periode tertentu. Dalam kegiatan evaluasi ini harus dapat menentukan
kekurangan yang terjadi dan solusi yang akan dilakukan selanjutnya. Di dalam
proses ini dimungkinkan untuk terjadi perencanaan kembali, pelaksanaan
kembali, atau peningkatan kualitas pelaksanaan dan pengawasan. Adapun
tindakan-tindakan dalam tahap evaluasi ini antara lain:
a. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi.
b. Memberikan saran-saran perbaikan.
c. Menyusun laporan kegiatan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek dapat
mendukung pencapaian tujuan proyek dan tujuan organisasi serta dapat
memberikan jaminan kepada para pemangku kepentingan bahwa sumber daya yang
ada dikelola dengan efektif.
Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem manajemen proyek Pembangunan
Apartemen Sky House Alam Sutera+ Phase 2 antara lain: Pemberi Tugas / Owner,
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
Gambar 2. 2 Skema Hubungan Kerja Antar Unsur dalam Proyek
(Sky House Alam Sutera, 2024)
Dari struktur organisasi diatas, maka dapat kita lihat terdapat beberapa bagian
atau divisi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Project Manager
Project Manager adalah wakil dari Perusahaan atau Kontraktor Utama
yang memimpin sebuah proyek. Project Manager dituntut untuk memahami
dan menguasai rencana kerja proyek secara keseluruhan dan mendetail. Selain
itu, Project Manager juga harus mampu mengkoordinasikan seluruh kegiatan
bawahannya agar dapat dipastikan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan sesuai
dengan spesifikasi dan juga dapat berjalan mengikuti program kerja yang
direncanakan dalam jangka waktu dan biaya tertentu. Project Manager
mempunyai tugas & tanggung jawab sebagai berikut :
a. Memulai proyek seperti memeriksa kelayakan dan menyusun anggaran,
tim, dan sumber daya.
b. Melaksanakan perencanaan yang mencakup penetapan tujuan dan sasaran,
menentukan peran dan penjadwalan tugas.
c. Memimpin, memotivasi tim proyek & para pemangku kepentingan.
d. Mengkoordinasikan tim proyek agar mereka tetap pada jalurnya dan
menjaga proyek sesuai anggaran.
e. Melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian proyek.
f. Mengidentifikasi dan mengelola risiko untuk memastikan proyek tepat
waktu.
g. Menerapkan perubahan yang diperlukan selama proses proyek.
h. Membuat laporan secara teratur kepada manajemen dan klien.
i. Mengevaluasi keberhasilan dan tantangan untuk meningkatkan
pembelajaran untuk proyek berikutnya.
2. Kasie Quality Assurance and Quality Control
Quality Assurance merupakan bagian yang memastikan bahwa produk
atau jasa yang diproduksi perusahaan telah memenuhi standar yang ditetapkan
termasuk dari segi kegunaan, keandalan, kinerja serta standar kualitas umum
lainnya yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dan untuk Quantity Control
adalah pihak yang bertanggungjawab untuk memeriksa produk sebelum,
ataupun setelah proses produksi untuk mendapatkan standar kualitas yang
diperlukan. Tugas & tanggung jawab dari seorang Quality Assurance dan
Quality Control antara lain :
a. Menyusun rencana inspeksi dan tes untuk material yang datang serta
rencana inspeksi dan tes proses pekerjaan lapangan.
b. Memeriksa kualitas hasil pekerjaan yang telah selesai.
c. Memeriksa kualitas setiap item pekerjaan.
d. Melakukan analisis terhadap hasil pengujian laboratorium.
e. Melakukan koordinasi dengan project manager, site manager, supervisor,
owner, konsultan, dan pihak terkait lainnya tentang kualitas hasil
pekerjaan.
3. SHE (Safety, Health and Environment)
Berkomitmen terhadap tanggung jawab sosial di bidang praktik
ketenagakerjaan, Kesehatan & keselamatan kerja dengan konsisten
menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja secara
menyeluruh sesuai dengan standar internasional dan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Berikut merupakan tugas dan tanggung jawab SHE antara lain :
a. Menyusun perencanaan kegiatan K3L
b. Mengatur perencanaan operasional K3L
c. Melaksanakan kegiatan operasional K3L
d. Mengontrol pelaksanaan operasional K3L
4. Kasie Komersial dan Alat
Kasie Komersial bertanggungjawab terhadap pembelian dan penjualan
barang atau jasa yang mencakup semua kegiatan pada pelaksanaan proyek dan
bertanggung jawab dalam mencatat setiap barang yang keluar dan masuk atau
material yang diperlukan dalam proyek serta memeriksa persediaan barang-
barang atau material untuk persediaan. Kasie Komersial memiliki wewenang
untuk mengusulkan dan mengajukan klaim-klaim, menominasikan pemasok
dan subkontraktor, bernegosiasi dengan pemasok dan subkontraktor, menilai
kinerja subkontraktor dan pemasok. Berikut merupakan tugas dan
tanggungjawab Kasie Komersial antara lain :
a. Pengadaan jasa dan material.
b. Kontrak administrasi dan quantity surveyor.
c. Mengembangkan hubungan antara perusahaan dan klien.
d. Mengembangkan struktur harga dan penetapan harga.
Apartemen Sky House Alam Sutera+ Phase 2 terbagi menjadi Konsultan Arsitektur,
Konsultan MEP, dan Konsultan Struktur . PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung
Tbk. sebagai Kontraktor Utama membawahkan Subkontraktor dan Supplier.
Subkontraktor dan Supplier tidak terhubung langsung kepada pihak Owner karena
hanya bertanggung jawab kepada Kontraktor Utama dan hanya memiliki kontrak
kerja dengan pihak Kontraktor Utama.
PT. Risland Sutera Property selaku Pemberi Tugas atau Owner menunjuk PT.
Stadin Strukturindo Consultant untuk menjadi Konsultan Struktur, Megatika
Internasional untuk menjadi Lokal Arsitektur Konsultan, PT. Rayosa Cipta
Mandiri untuk menjadi Konsultan MEP, PT. Datang Engineering Internasional
untuk menjadi Kontraktor MEP.
PT. Risland Sutera Property juga menunjuk langsung PT. Wijaya Karya
Bangunan Gedung Tbk untuk menjadi Kontraktor Utama pada proyek
pembangunan Apartemen Sky House Alam Sutera+ Phase 2. Kontraktor Utama
menerima komando dari Owner dan bertanggung jawab kepada Owner terkait
pelaksanaan proyek. Pekerjaan Kontraktor Utama diawasi langsung oleh PT.
Dacrea sebagai konsultan manajemen konstruksi.
Koordinasi antar sub bagian proyek (antar Konsultan maupun antara
Konsultan dan Kontraktor Utama) dilakukan melalui Owner dan dengan
sepengetahuan Owner. Hal ini ditandai dengan tidak terdapatnya garis koordinasi
yang menghubungkan antara masing-masing sub bagian proyek secara langsung.
Koordinasi antara sub bagian proyek dilakukan dengan menggunakan dokumen
Request for Information atau RFI, yaitu dokumen yang digunakan jika diperlukan
informasi lebih lanjut mengenai hal-hal yang dirasa kurang jelas.
PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk memiliki pekerjaan utama, yaitu
pekerjaan struktur atas & dekorasi. Selain pekerjaan utama, terdapat juga pekerjaan
yang dibantu dikerjakan oleh Subkontraktor, seperti pekerjaan safety screen,
pekerjaan waterproofing, dan pekerjaan bekisting alumunium.
BAB III
TINJAUAN PERENCANAAN PROYEK
3.1 Uraian Umum
Perencanaan proyek adalah tahapan awal dari suatu pembangunan pekerjaan
proyek yang akan dilakukan untuk menetapkan tujuan dan sasaran sekaligus
menyiapkan seluruh program teknis dan administratif. Kegiatan perencanaan
meliputi rencana metode pelaksanaan, penggunaan bahan dan alat sesuai dengan
waktu pelaksanaan yang sudah ditetapkan. Kesalahan pekerjaan ataupun urutan
metode pelaksanaan yang tidak benar dapat menyebabkan kerugian pada proyek.
Oleh karena itu, diperlukan pemikiran perencanaan proyek yang matang dan sesuai
dengan peraturan, maka dari itu perencanaan proyek perlu ditangani oleh orang atau
badan usaha yang ahli dan berpengalaman dibidang konstruksi. Perencanaan yang
dilaksanakan dalam sebuah proyek harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Konstruksi kokoh dan kuat, bernilai estetika dan memiliki fungsi.
2. Waktu pelaksanaan tepat sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan.
3. Mutu pekerjaan terjaga dengan baik.
4. Biaya pelaksanaan yang efisien dan ekonomis.
5. Aman dan nyaman apabila digunakan.
6. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terjaga.
7. Sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.
Dalam pelaksanaan pekerjaan sering terjadi penyesuaian antara desain dan
realisasi di lapangan sebagai akibat ketidaksesuaian, ketidaktepatan atau hambatan
akibat metode kerja rencana yang tidak dapat dilaksanakan, sehingga diperlukan
justifikasi yang tepat baik dari pelaksana maupun konsultan pengawas dengan
persetujuan owner untuk penyesuaian di lapangan agar tetap tepat mutu, tepat biaya
dan tepat waktu. Perencanaan yang baik harus didukung dengan komitmen bersama
antara seluruh pihak yang terlibat. Untuk itu, perlu diadakannya rapat koordinasi
sehingga menghasilkan kesepakatan mengenai mutu dan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Pada umumnya dalam perencanaan suatu proyek konstruksi, terdiri dari tiga
macam perencanaan, yaitu :
1. Perencanaan Arsitektur
2. Perencanaan Struktur
3. Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal
Ketiga macam perencanaan tersebut saling berkaitan dan harus ada
koordinasi yang baik untuk agar tidak terjadi bentrok antar jenis pekerjaan dan
dapat menghasilkan bangunan yang stabil, kokoh, serta mempunyai nilai estetis.
Pada Proyek Sky House Alam Sutera+Phase 2, nilai sudut tekukan tulangan
sengkang sudah ditentukan nilai tetapnya. Berikut nilai yang ditentukan :
Berikut contoh gambar Denah Kolom yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 dan
gambar contoh Penulangan Kolom yang ada pada Gambar 3.6, yang terlihat dimana
setiap lantai memiliki dimensi, jumlah & ukuran tulangan yang berbeda,
menyesuaikan beban yang dipikul.
Pada Proyek Sky House Alam Sutera+Phase 2, nilai sudut tekukan tulangan
sengkang sudah ditentukan nilai tetapnya seperti yang terdapat pada gambar 3.4.
Berikut contoh gambar Denah Balok yang ditunjukkan pada Gambar 3.9 dan
gambar contoh Penulangan Balok yang ada pada Gambar 3.10, dimana memiliki
dimensi penampang, ukuran & jumlah tulangan balok yang berbeda, tergantung
dari kebutuhan atau beban yang diterima.
Keterangan :
Tulangan Atas Tumpuan : 6D25 Tulangan Sengkang : D13-100
Tulangan Atas Lapangan : 3D25 Tulangan Peminggang: 4D13
Tulangan Bawah Tumpuan : 5D25
Tulangan Bawah Lapangan : 5D25
Keterangan :
Tulangan Atas Tumpuan : 4D19/5D19 Tulangan Sengkang : D10-150
Tulangan Atas Lapangan : 2D19 Tulangan Peminggang: 2D13
Tulangan Bawah Tumpuan : 3D19
Tulangan Bawah Lapangan : 4D19
BAB IV
ALAT DAN BAHAN
4.1 Uraian Umum
Penyediaan bahan dan peralatan konstruksi bangunan pada suatu proyek
memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran proyek.
Pengadaan bahan dan peralatan konstruksi bangunan disesuaikan dengan tahapan
pekerjaan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, penggunaan bahan dan alat
yang dipilih haruslah sesuai dengan standar atau kondisi lapangan. Dalam kegiatan
pengelolaan bahan dan peralatan konstruksi seperti proses pengadaan,
penyimpanan, perawatan, serta menjaga spesifikasi bahan atau peralatan
konstruksi.
Penempatan material yang tepat dan efisien perlu diperhatikan untuk dapat
mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Selain itu penempatan material harus
disesuaikan dengan sifat bahan, sehingga risiko kerusakan bahan bangunan
sebelum digunakan dapat diminimalisir, terutama pada bahan bangunan yang peka
terhadap kondisi lingkungan seperti semen dan baja tulangan.
Pihak kontraktor pelaksana sebaiknya memilih penyedia (supplier) bahan
bangunan yang tidak jauh dari lokasi proyek sehingga lebih efisien dalam
pengangkutan. Ketersediaan bahan bangunan harus selalu dikontrol untuk
mencegah keterlambatan proyek yang diakibatkan adanya keterlambatan
pengadaan bahan bangunan.
4.2.10 Kompresor
Kompresor digunakan sebagai alat bantu untuk membersihkan media yang
akan di cor. Kompresor dapat mengubah udara biasa menjadi udara bertekanan
tinggi. Dengan hal ini dapat membantu pembersihan secara cepat dan lebih efisien.
Gambar 4. 10 Kompresor
BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK
5.1 Uraian Umum
Dalam proyek pembangunan, pelaksanaan pekerjaan proyek merupakan
tahap yang penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan
sehingga dapat diperoleh hasil yang baik dan tepat waktu. Pelaksanaan pekerjaan
proyek menjadi tahap yang paling penting karena ini merupakan tahap realisasi dari
tahap-tahap sebelumnya, yaitu perencanaan.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak
yang telah disepakati bersama pemilik proyek. Sebelum melaksanakan pekerjaan,
kontraktor harus memiliki dan memahami dokumen-dokumen proyek seperti
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) dan lain sebagainya.
Metode pelaksanaan konstruksi adalah cara kerja yang merupakan salah satu
bagian dari perencanaan konstruksi untuk mencapai sasaran tertentu dalam proyek
konstruksi, dimana tujuan proyek secara fisik akan dibangun. Metode pelaksanaan
konstruksi ini berupa tahapan-tahapan pekerjaan yang sistematis untuk mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa persyaratan yang
mencakup metode konstruksi suatu proyek bangunan, yaitu diantaranya :
1. Menjamin kemudahan pelaksanaan di lapangan.
2. Menjamin kualitas konstruksi.
3. Menjamin efisiensi biaya.
4. Menjamin waktu pekerjaan yang cepat.
5. Menjamin sumber daya yang efektif dan efisien.
6. Menjamin keselamatan kerja.
7. Menjamin tidak adanya pencemaran lingkungan.
Dalam Proyek Pembangunan Apartemen Sky House Alam Sutera+Phase 2,
dimana yang ditinjau pada saat kerja praktik meliputi :
1. Pekerjaan Kolom
2. Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai
3. Pekerjaan Shear Wall
Gambar 5. 2 Marking As
serta untuk tulangan utama pada bagian sambungan. Pada setiap tulangan
sengkang dan sepihak diberi tekukan pada masing-masng ujungnya yang
berfungsi sebagai pengunci tulangan sengkang itu sendiri. Tekukan
tersebut minimal 6 kali diameter tulangan sengkang (6D).
Beton Decking
Ties
Ties
4. Pasang juga panel pada bagian tembereng balok dan kunci menggunakan pin.
5. Lanjutkan pemasangan panel alform untuk pelat lantai dan kunci menggunakan
pin.
6. Pasang support pada bekisting alform.
ZONA 1.2 ZONA 1.1 ZONA 2 ZONA 3.1 ZONA 3.2 ZONA 4
Beton Decking
Ties
BAB VI
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
Dalam pembahasan ini dibatasi pada pengendalian mutu bahan yang diamati
selama kerja praktik antara lain :
1. Pengendalian Mutu Beton
Pengendalian mutu beton dilakukan dengan cara visual dan
laboratorium. Pengendalian visual dilakukan pada saat truck mixer yang
membawa beton ready mix datang ke lokasi proyek, beton dilihat dari warna
dan teksturnya apakah menggumpal atau tidak. Kemudian dilakukan pengujian
nilai slump yang dilakukan langsung di lapangan. Dan uji kuat tekan beton di
Laboratorium. Berikut pengendalian mutu beton yang dilakukan :
a. Slump Test
Slump test merupakan pengujian terhadap fresh concrete untuk
mengetahui konsistensi dan workability sebelum diaplikasikan dalam
pekerjaan pengecoran. Konsistensi dalam suatu campuran beton
menunjukkan berapa banyak air yang digunakan atau sering disebut
dengan Faktor Air Semen (FAS). Untuk itu uji slump menunjukkan apakah
campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air. Hasil pengujian ini
adalah nilai penurunan dari fresh concrete atau sering disebut dengan nilai
slump test. Dalam proyek ini, nilai slump test untuk pekerjaan kolom dan
shear wall sebesar 14 ± 2 cm, sedangkan balok dan pelat lantai sebesar 12
± 2 cm. Berikut adalah penjelasan mengenai alat, bahan, dan pelaksanaan
slump test :
1) Alat
• Kerucut Abrams
Kerucut terpancung dengan bagian atas dan bawah terbuka
dengan diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm serta
tinggi kerucut 30 cm.
• Batang Besi
Batang besi dengan berdiameter 16 mm dengan panjang 60
cm, yang berfungsi untuk menumbuk fresh concrete yang
dimasukkan ke dalam kerucut Abrams agar dapat terisi merata.
• Pelat Besi
Pelat besi dengan ketebalan 5 mm yang berfungsi sebagai
alas pada saat pengujian slump test. Dipilih berbahan dasar besi
karena besi mempunyai sifat tidak menyerap air, kaku, dan datar.
• Meteran
Meteran berfungsi untuk mengukur penurunan fresh
concrete setelah kerucut Abrams diangkat.
• Mini Skop
Mini skop berfungsi untuk mengambil fresh concrete untuk
dimasukkan ke dalam kerucut Abrams.
• Gerobak
Gerobak berfungsi untuk mengambil fresh concrete dari
concrete mixer truck.
2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian slump test adalah fresh
concrete. Beton ready mix berasal dari concrete mixer truck yang baru
sampai di proyek. Metode Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah slump test adalah sebagai berikut :
a) Menyiapkan peralatan untuk pengujian slump test.
b) Sebelum dilakukan pengambilan sampel fresh concrete dari
concrete mixer truck, semua peralatan dicuci agar bersih dari
kotoran yang menempel ataupun kotoran akibat pengujian
sebelumnya.
b) Batang Besi
Batang besi dengan berdiameter 16 mm dengan panjang 60 cm.
Batang ini berfungsi untuk menumbuk beton ready mix yang
dimasukkan ke dalam kerucut cetakan silinder.
c) Timbangan
Timbangan berfungsi untuk mengukur berat sampel beton untuk
setiap cetakan silinder.
d) Compression Apparatus atau Mesin Tekan
Mesin tekan berfungsi memberikan gaya atau tekanan terhadap
sampel beton yang berbentuk silinder yang akan diuji.
e) Alat Pelapis atau Capping
Alat pelapis merupakan alat yang digunakan untuk melelehkan
mortar belerang dan digunakan untuk memberikan mortar
belerang di bawah alat uji yang berbentuk silinder.
f) Mini Skop
Mini skop berfungsi untuk mengambil beton ready mix untuk
dimasukkan ke dalam cetakan silinder.
2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian kuat tekan beton adalah
fresh concrete. Beton ready mix berasal dari concrete mixer truck
yang baru sampai di proyek.
3) Metode Pelaksanaan
Adapun metode pelaksanaan dalam pengujian kuat tekan beton
adalah sebagai berikut :
a) Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pembuatan sampel benda
uji.
b) Cetakan silinder diletakkan di tempat yang datar dan sisi
dalamnya diolesi dengan oli agar mempermudah pelepasan beton
dari cetakan nantinya.
c) Fresh concrete dimasukkan ke dalam cetakan silinder dengan
mini skop yang dibagi dalam tiga bagian lapisan yaitu 1/3 bagian,
2/3 bagian, dan 3/3 bagian, yang dimana tiap bagian di tumbuk
2. Pemeriksaan Bekisting
Pemeriksaan bekisting meliputi pemeriksaan terhadap dimensi,
ketegakkan atau verticality, kekuatan dan letak suatu elemen struktur yang
akan dikerjakan. Kekuatan bekisting merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan pemeriksaan, karena apabila sedang melaksanakan pengecoran,
bekisting harus mampu tetap berada di posisinya ketika menahan beban dari
volume beton tersebut, sehingga dimensi, posisi dan vertikalitas tidak akan
berubah.
3. Pemeriksaan Pengecoran
Pemeriksaan pengecoran bertujuan untuk memeriksa apakah beton
ready mix yang akan digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi atau belum,
baik melalui hasil nilai slump maupun hasil dari uji tekan dengan menggunakan
alat compression test. Hal tersebut sangat perlu diperhatikan, karena spesifikasi
beton dapat memengaruhi kekuatan dari elemen struktur nantinya.
6.4 Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu pelaksanaan merupakan hal penting dalam suatu proyek
karena pelaksanaannya dibatasi oleh waktu rencana. Pengendalian waktu dilakukan
dengan cara membandingkan progress fisik di lapangan dengan rencana kerja yang
telah dibuat oleh scheduler. Pelaksanaan proyek dibatasi oleh waktu yang telah
ditentukan, oleh karena itu perlu pengendalian waktu seluruh pekerjaan agar proyek
dapat selesai sesuai dengan jangka waktu yang telah direncanakan dan pekerjaan
proyek dapat berjalan dengan lancar.
awal. Untuk mengetahui bobot pekerjaan yang sudah dilaksanakan, maka dibuat
laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan. Laporan ini berisi progres
pelaksanaan yang telah tercapai. Dari progres pekerjaan yang telah tercapai tersebut
kemudian diplotkan ke dalam kurva S yang ada. Kurva S ini disebut kurva realisasi.
Fungsi kurva S adalah :
1. Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek
2. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek
3. Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat dan tenaga kerja yang
akan dipakai untuk pekerjaan tertentu
Jika kurva realisasi yang didapat berada di bawah kurva rencana maka proyek
mengalami keterlambatan, demikian juga sebaliknya jika kurva realisasi berada di
atas kurva rencana maka proyek mengalami kemajuan. Jika proyek mengalami
keterlambatan maka harus diambil langkah-langkah untuk mengejar keterlambatan
tersebut, seperti :
1. Menambah jam kerja (lembur)
2. Menambah jumlah tenaga kerja
3. Evaluasi terhadap manajemen kontraktor
4. Penyediaan bahan dipercepat
a. Safety Induction
Kegiatan pengarahan yang dilakukan kepada setiap orang yang baru masuk
ke lingkungan proyek, sehingga diharapkan dapat mematuhi peraturan Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) selama berada di proyek. Biasanya yang
diberikan safety induction adalah mandor dan pekerja yang baru saja masuk atau
pekerja di proyek tersebut, kemudian mandor tersebut memberikan pengarahan
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) kepada pekerja bawahannya
di lapangan.
c. Toolbox Meeting
Toolbox Meeting (TBM) merupakan rapat singkat tentang keselamatan kerja,
pengecekan penggunaan APD dan metode kerja yang aman untuk dilakukan. TBM
selalu dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai terutama pada pekerjaan
dengan tingkat resiko yang cukup tinggi. TBM dipimpin oleh petugas K3 bersama
supervisor dalam pelaksanaan penyuluhan dan pengecekan APD serta penjelasan
metode pekerjaan.
BAB VII
PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
7.1 Uraian Umum
Pada suatu kegiatan pelaksanaan proyek, sering dijumpai berbagai
permasalahan yang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan. Banyaknya
permasalahan yang terjadi di proyek diakibatkan kurang telitinya pekerjaan yang
dilakukan. Permasalahan tersebut dapat berupa teknis atapun non teknis.
Permasalahan teknis adalah hambatan yang ada kaitannya dengan hal-hal teknis
seperti masalah kualitas bahan dan material. Sedangkan permasalahan non teknis
adalah hambatan-hambatan keterlambatan material, pengadaan alat dan kerusakan
peralatan.
7.2 Permasalahan dan Teknis Penyelesaian
7.2.1 Permasalahan Pengendalian Mutu (Beton Keropos)
Pelaksanaan pengecoran yang tidak tepat dapat menyebabkan beton keropos.
Masalah yang sering dijumpai terkait pelaksanaan pengecoran yaitu penggunaan
alat vibrator concrete yang tidak tepat. Penggunaan vibrator concrete tidak merata
mengakibatkan campuran beton tidak mengisi rongga-rongga yang kosong dan
akhirnya menyebabkan beton keropos. Selain itu beton keropos dapat juga
disebabkan karena bekisting yang tidak rapat sehingga air semen keluar dari
bekisting.
safety shoes terutama body harness. Dan yang terjadi pada proyek ini ada contoh
pekerja yang tidak memakai safety, contohnya pada gambar di bawah.
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diperoleh selama
pelaksanaan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Apartemen Sky House Alam
Sutera+Phase2, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu :
1. Pelaksanaan pekerjaan kolom pada Proyek dilakukan secara cast in situ, yang
berarti pelaksanaan pengecoran dilakukan di lokasi pekerjaan. Tahapan
pekerjaan kolom pada proyek ini yaitu :
a) Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pekerjaan kolom.
b) Marking as kolom untuk menentukan letak garis as dan pemasangan
bekisting pada kolom.
c) Pembuatan tulangan kolom di tempat pabrikasi dan pemasangan tulangan
kolom dengan bantuan tower crane.
d) Pemasangan sepatu kolom pada setiap sisinya dan diletakkan pada garis
marking yang telah dibuat.
e) Pemasangan beton decking menyesuaikan dengan ukuran selimut beton.
f) Pemasangan bekisting kolom dimana ukuran bekisting menyesuaikan tipe
kolom.
g) Cek Verticality menggunakan unting-unting.
h) Pengecoran kolom dengan beton ready mix dengan bantuan Concrete
Pump dan pipa tremi
i) Pembongkaran bekisting kolom.
2. Pekerjaan balok dan pelat lantai dilaksanakan dalam satu waktu Bersama
kolom, tetapi pelaksanaan setelah pekerjaan pengecoran kolom selesai. Balok
dan pelat lantai di cor di tempat. Balok dan pelat lantai bersifat monolit
sehingga dicor bersamaan. Tahapan pekerjaan balok dan pelat lantai pada
proyek ini yaitu :
a) Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pekerjaan balok dan
pelat.
b) Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai.
c) Cek elevasi balok dan pelat lantai oleh surveyor, besamaan dengan
penulangan balok dan pelat lantai yang dilakukan langsung pada lokasi
pekerjaan
d) Checking penulangan pada balok dan pelat lantai yaitu pengecekan
tulangan yang dipasang telah sesuai dengan perencanaan.
e) Pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan secara bersamaan sehingga
menghasilkan beton yang monolit dalam satu kesatuan struktur.
f) Perawatan beton balok dan pelat dilakukan dengan metode curing.
g) Pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai.
3. Shear wall digunakan sebagai struktur penahan gaya gempa dan gaya angin.
Pelaksanaan pekerjaan shear wall pada Proyek Pembangunan Apartemen Sky
House Alam Sutera+Phase2 dilakukan secara cast in situ yang dilaksanakan
bersamaan dengan pengecoran kolom. Tahapan pekerjaan shear wall pada
proyek ini yaitu :
a) Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pekerjaan shear wall.
b) Marking posisi shear wall untuk menentukan titik as dan pemsangan
bekisting shear wall.
c) Pembuatan tulangan shear wall di tempat fabrikasi dan pemasangan
tulangan shear wall dengan bantuan tower crane.
d) Pemasangan bekisting shear wall dimana ukuran bekisting menyesuaikan
tipe shear wall, pemasangan bekisting dilakukan dengan bantuan tower
crane.
e) Cek Verticality shear wall menggunakan unting-unting.
f) Pengecoran shear wall dengan beton ready mix dengan bantuan Concrete
Pump dan Pipa tremi
g) Pembongkaran bekisting shear wall.
Pada Proyek Pembangunan Apartemen Sky House Alam Sutera+Phase 2,
seluruh pekerjaan dilakukan pengendalian dan pengawasan oleh kontraktor
pelaksana dan konsultan MK berupa pengendalian mutu, pengendalian waktu dan
pengendalian K3L. Pengendalian mutu material dilaksanakan pengujian secara
visual pada saat kedatangan material serta pengujian di laboratorium untuk material
baja tulangan dan beton. Pengendalian mutu meliputi pengendalian mutu bahan
seperti slump test, uji tekan beton, uji tarik dan tekuk baja serta pengendalian mutu
pekerjaan meliputi pemeriksaan pembesian, bekisting, dan pengecoran.
Pengendalian waktu proyek dilakukan dengan kurva S yang menunjukkan
pencapaian dan jadwal pekerjaan antara rencana dan realisasi, pengendalian waktu
pada proyek ini dilaksanakan dengan cukup baik, sedangkan pengendalian K3L
dilakukan juga dengan cukup baik safety induction, safety morning, toolbox
meeting, safety patrol, dan penggunaan APD.
8.2 Saran
Dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Apartemen Sky House Alam
Sutera+Phase2 , ditemukan beberapa permasalahan yang dapat mengganggu
jalannya pelaksanaan pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa saran
yang dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi antar pihak harus lebih dikuatkan, khususnya antara unsur-unsur
proyek yang terlibat agar meningkatkan kinerja masing-masing personilnya.
2. Mempertahankan hasil pekerjaan beserta tindakan pengendalian mutunya agar
senantiasa sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
3. Dilakukan pengawasan dalam pembersihan lapangan secara berkala,
dikarenakan masih banyaknya sampah di sekitar lokasi proyek khususnya
sampah sisa pekerjaan.
4. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya kecelakaan kerja
di lokasi proyek. Oleh karena itu, diperlukan kontrol dan evaluasi K3 secara
berkala dan berkelanjutan hingga proyek selesai dikerjakan.
5. Pekerja yang memasuki area konstruksi harus diwajibkan memakai APD
lengkap untuk menghindari kecelakaan kerja saat melaksanakan pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Asyah, Annabel Noor. 2019. Mengenal Lebih Jauh Manajemen Konstruksi. Jakarta
: Handal Selaras Grup.
Deskripsi Proyek. Tangerang : Audit Internal 16 November 2023 PT. Wijaya Karya
Tbk.
Lokasi Proyek. Tangerang : Audit Internal 16 November 2023 PT. Wijaya Karya
Tbk.