PENDAHULUAN
Cedera kepala adalah salah satu masalah neurologi yang tampaknya kian meningkat seiring dengan perkembangan kota-kota yang semakin
banyak dan semakin sibuk. Perkembangan kendaraan dan keberadaan jalan tidak seimbang, banyaknya dibangun gedung-gedung dengan tingkat
yang tinggi juga memberikan kontribusi yang cukupterhadap perkembangan kasus ini.Akibat perubahan pola kesibukan masyarakat dari
masyarakat agraris ke masyarakat industri memberikan dampak yang besar pula.
Amerika Serikat tahun 1985 terdapat 49 % kasus disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor. Data ini disampaikan mengingat di Indonesia
setiap saat ada saja terdengar kecelakaan sepeda motor walau dapat akurat mengenai masalah ini belum dapat dipastikan. Sebagai contoh
sederhana saja pada tahun 1996 di Lantai I kanan Irna B RSCM dari sekitar 900 kasus masuk hampir 69 % nya merupakan kasus cedera kepala dan
dari kasus tersebut 25 % nya adalah cedera kepala berat. Gambaran ini memang belum kita dapat jadikan contoh yang komprehensif tetapi paling
tidak dapat membuka mata dan pikiran kita betapa penting masalah ini dan seharusnya mendapatkan penanganan yang tepat.
Dampak lain yang timbul dari kasus ini adalah angka kesakitan dan kecacatan yang begitu besar. Itu berarti pula angka ketergantungan pasien
sangat besar. Beban material dan moral bagi pasien dan keluarga untuk meneruskan hidupnya juga sangat besar.Produktifitas sebagai akibatnya
akan menurun.
I. GAMBARAN UMUM
A. DEFINISI
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitiel dalam substansi
otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Istilah-istilah yang digunakan untuk menggambarkan cedera ini sangat banyak, dalam literatur terakhir digunakan istilah cedera kepala
“terbuka dan tertutup” serta “Kup dan kontra Kup”. Tetapi istilah ini sangat sulit jika diarahkan untuk menentukan berat ringannya
cedera. Untuk itu ditentukan istilah lain yaitu cedera kepala ringan, sedang dan berat dengan kriteria tertentu.
Cedera kepala terbuka berarti kulit mengalami laserisasi sampai pada merusak tulang tengkorak. Sedangkan cedera kepala tertutup
adalah dapat disamakan dengan gegar otak ringan dengan disertai edema serebral. Kup dan kontra kup menggambarkan lokasi
kerusakan internal otak sebagai akibat dari proses benturan. Sementara kontra kup adalah kerusakan yang terjadi berlawanan dengan
daerah benturan. Ini merupakan akibat dari daya atau kekuatan benturan yang berjalan sepanjang jaringan otak dan karenanya berat
ringannya sangat bergantung pada kekuatan benturan itu sendiri.
Jika dilihat dari kriteria ringan sampai berat maka dapat kita lihat sebagai berikut
1. Cedera kepala ringan jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit tetapi ada yang menyebut
kurang dari 2 jam, jika ada penyerta seperti fraktur tengkorak, kontosio atau hematum (sekitar 55%).
2. Cedera kepala sedang jika GCS antara 9-15, hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit-24 jam, dapat mengalami fraktur
tengkorak, disorientasi ringan (bingung).
3. Cedera kepala berat jika GCS 2-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga meliputi kontosio cerebral, laserasi atau adanya
hematum atau edema.
B. ETIOLOGI
CEDERA KHUSUS OTAK
Fraktur Tengkorak
Susunan tulang tengkorak dan lapisan kulit kepala membantu menghilangkan tenaga benturan kepala sehingga sedikit kekuatan yang
ditransmisikan ke dalam jaringan otak. Ada dua bentuk umum dari fraktur yaitu fraktur garis (liniar) yang umum terjadi yang mana
disebabkan oleh pemberian kekuatan yang amat berlebih terhadap luas area tengkorak tertentu dan fraktur tengkorak seperti bagian
tulang frontal atau temporal. Masalah ini bisa menjadi cukup serius karena cairan otak dapat keluar melalui fraktur ini.
Gegar Otak
Gegar otak ini merupakan sinfrom yang melibatkan bentuk cedera otak ringan yang menyebar. Gangguan neurologis sementara dan
dapat pulih tanpa ada kehilangan kesadaran. Pasien mungkin mengalami disorentasi ringan, pusing, gangguan memori sementara,
kurang konsentrasi. Mungkin juga mengalami amnesia retrogate. Dan pasien sembuh cepat. Tetapi ada satu bahaya yang timbul yakni
kemungkinan dapat terjadi gejala yang berlanjut pos gegar.
Kontosio
Menggambarkan area otak yang mengalami “ Memar “. Memar umumnya pada permukaan yang disertai dengan hemoragik kecil-kecil
pada subtansi otak. Gejala bervariasi tergantung lokasi dan derajad. Dapat menimbulkan edema cerebral 2-3 hari post trauma.
Akibatnya dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial dan meningkatkan mortalitas (45%).
Hematum Epidural
Hematum Epidural perdarahan yang terjadi pada ruang epidural yaitu antara tulang tengkorak dan lapisan durameter. Ini terjadi karena
adanya robekan cabang kecil arteri menigeal media atau meningeal fraontal.
Hematum Subdural
Perdarahan yang terjadi pada ruang subdural antara lapisan durameter dan lapisan arakhnoid, terjadi sebagai akibat robekan vena yang
ditemukan pada ruang ini.
Hematum Subarakhonoid
Perdarahan yang terjadi pada ruang arakhnoid yakni antara lapisan arakhroid dengan piameter. Seringkali terjadi karena adanya vena
yang ada di daerah tersebut. Seringkali bersifat kronik.
Perdarahan Intracerebral
Pengumpalan darah 25 ml atau lebih pada parenkin otak. Penyebabnya seringkali karena adanya infresi fraktur, gerakan akselerasi dan
deselerasi yang tiba-tiba. Penanganannya sampai saat ini masih kontroversial.
TRAUMA
Potensi Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi setelah terjadinya cedera kepala :
Ederma Pulmonal
Kejang
Bocornya cairan cerebrospinal
Hipertermia
Masalah mobilisasi
Infeksi
Hipovolemik
Sirkulasi
Obyektif : Tekanan darah normal atau berubah ( Hipertensi ). Hear rate ( HR) berubah ( bradikardi, takikardi yang diselingi
dengan brakardi disaritmia ).
Integritas EGO :
Subyektif : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis )
Obyektif : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan inpulsif.
ELIMINASI :
Obyektif : BAB / BAK inkontinensia atau mengalami gangguan fungsi.
MAKANAN/CAIRAN
Subyektif : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Obyektif : Muntah, (mungkin proyektil) Gangguan menelan ( Batuk, air liur keluar, disfagia )
NEUROSENSORI
Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,sinkop,tinnitus, kehilangan pendengaran,
tingling, baal pada ekstremitas. Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kelihatan sebagian
lapang pandang, fotophobia. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, atensi, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori ). Perubahan pupil (respon terhadap cahaya,
simetri). Devisiasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti. Kehilangan penginderaan, seperti pengecapan,
penciuman dan pendengaran. Wajah tidak simetri. Genggaman lemah, tidak seimbang. Reflek tendon dalam tidak
ada atau lemah. Apraksia, hemiparese, quadreplegia. Postur (dekortikasi, desebresai), kejang. Sangat sensitif
terhadap sentuhan dan gerakan. Kehilangan sensasi sebagian tubuh. Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
RESPIRASI
Obyektif : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi ). Nafas berbunyi, stridor, tersedak. Ronchi,
weezing positif ( kemungkinan karena respirasi ).
KEAMANAN
Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Obyektif : fraktur / dislokasi. Gangguan penglihatan, kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti : “ raccoon eye “,
batlessign sekitar telinga (merupakan tanda bahaya trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung
( CSF ). Gangguan kognitif, gangguan rang of motion ( ROM ), tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami paralesis. Demam, gangguan dalam regulasi tubuh.
INTERAKSI SOSIAL
Subyektif : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang – ulang, disartria.
BELAJAR/MENGAJAR
Subyektif : Pengguna alkohol/obat lain
PRIORITAS KEPERAWATAN :
1. Memaksimalkan perfusi atau fungsi cerebral.
2. Mencegah dan meminimalkan komplikasi
3. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum terjadi trauma.
4. Menyokong proses koping dan pemulihan keluarga
5. Memberikan informasi mengenai proses / prognosa penyakit, rencana tindakan dan sumber daya yang ada.
TUJUAN
1. Fungsi cerebral meningkat : defisit neurologi dapat diperbaki atau distabilkan (tidak berkembang lagi).
2. Komplikasi tidak terjadi lagi
3. ADL dapat terpenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Keluarga memahami keadaan yang sebenarnya dan dapat terlibat dalam proses pemulihan
5. Proses / prognosa penyakit dan penanganannya ( tindakannya ) dapat dipahami dan mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia.
E. PATWAYS
CEDERA KEPALA
Trauma Kepala
Sawar darah
Otak rusak
Gangguan perfusi cerebral Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang tanda-tanda vital klien dan status neurologis klien.
berhubungan dengan keperawatan dalam….. kali 24 2. Monitor tekanan darah, catat adanya hipertensi sistolik secara teratur
perdarahan, hematum, edema jam klien menunjukkan dan tekanan nadi yang semakin berat, observasi hipertensi pada klien
cerebral, penurunan tekanan peningkatan perfusi cerebral, yang mengalami trauma multipel.
darah, hipoksia,cerebral, dengan kriteria : 3. Monitor heart rate, catat adanya bradikardi, tachicardia atau bentuk
ditandai dengan : Kesadaran compos mentis disritmia lain.
Perubahan tingkat kesadaran Tekanan darah 110/70 – 150/90 4. Monitor pernafasan meliputi pola dan ritmenya (seperti adanya
( GCS kurang dari 7 ) mm Hg periode apnea setelah hiperventilasi)
Klien gelisah Nadi 80-100 kali/menit] 5. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan, reaksi
Pusing Respirasi 16-20 kali/menit terhadap cahaya pada kedua mata.
TD…./……mmHg, Pusing berkurang/hilang 6. Kaji perubahan pada penglihatan seperti kabur diplopia , lapang
N…….kali/mnt, pandang menyempit.
RR … kali/mnt, Suhu tubuh 7. Kaji hilangnya refleks tertentu seperti refleks menelan, batuk
……. 8. Monitor suhu tubuh dan lingkungan , berikan kompres bila demam.
Muntah 9. Monitor pemasukan dan pengeluaran urine
10. Pertahankan kepala dan tubuh pada posisi anatomis
11. Batasi aktifitas klien
12. Turunkan stimulasi eksternal
13. Bantu klien atau cegah terjadinya muntah batuk mengedan bersin
14. Hindari menggunakan restrain (pengikatan) jika menggunakan
sesuaikan dengan kebijaksanaan Rumah sakit.
15. Anjurkan sahabat, keluarga untuk membicarakan hal yang
menyenangkan dengan pasien
16. Perhatikan adanya gelisah, keluhan yang meningkat dan tingkah laku
tidak sesuai.
17. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih,monitor
kemungkinan adanya konstipasi.
18. Observasi kejang dan lindungi klien dari cedera
19. Kaji reqiditas, tegang, gelisah yang meningkat, mudah terangsang
(irritabel), kejang
20. laksanakan kolaborasi medis.
T
DIAGNOSA TUJUAN TINDAKAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
Resiko pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji tanda-tanda vital
faktor keperawatan dalam ….. kali 24 2.Monitor irama, kecepatan dan kedalaman pernafasan, catat pola nafas yang
Resiko cedera cerebrovaskuler jam klien mempertahankan tidak teratur
pola nafas yang efektif dengan 3.Atur posisi kepala lebih tinggi dari kaki atau posisi miring sesuai indikasi
kriteria : 4.Ajarkan klien nafas dalam jika klien sadar
Pola nafas efektif 5.Lakukan suction dengan hatai-hati
respirasi 16-20x/mnt 6.Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya hipoventilasi dan suara
Tidak ada sesak nafas tambahan yang tidak normal
7.Monitor penggunaan obat-obat yang menekan pusat pernafasan
8.Kolaborasi medis
NO. SAK : B018
KELOMPOK : CEDERA KEPALA
DIAGNOSA: GANGGUAN PERSEPSI SENSORIK
UPF : BEDAH
T
DIAGNOSA TUJUAN TINDAKAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
Perubahan persepsi sensorik Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji secara teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, dan perubahan
berhubungan dengan cedera keprawatan dalam …. X 24 proses pikir.
cerebrovaskuler ditandai jam klien mempertahankan 2.Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas/dingin, benda
dengan : tingkat kesadaran dan fungsi tajam/tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh . Perhatikan
Disorient persepsi, dengan kriteria : dan catat adanya masalah penglihatan dan atau sensasi lain.
asi waktu, tempat dan Klien mempertahankan 3 Observasi respon, perilaku seperti rasa bermusuhan, menangis afek yang
personal tingkat kesadaran dan fungsi tidak sesuai, agitasi, halusinasi
Perubaha persepsi 4.Tempatkan klien pada tempat yang tenang.
n respon terhadap stimuli Pengetahuan dalam 5 Bicara dengan suara yang lembut dan pelan gunakan kalimat yang pendek
Motorik kemampuan mengenali dan sederhana , pertahankan kontak suara.
tidak terkoordinasi, keberadaan peningkatan 6.Orientasikan kembali klien pada lingkungan, staf dan tindakan yang akan
gangguan postur tubuh, tidak gejala dlakukan
mampu untuk menentukan Mendemonstrasikan 7.ajak klien untuk berkomunikasi hindari isolasi baik secara fisik atau
posisi tubuh perubahan tingkah laku psikologis
Ganggua 8.Buat jadual istirahat yang adekuat/waktu tidur tanpa ada gangguan
n komunikasi 9.Beri klien rasa aman, bantu klien saat berjalan
Distorsi 10.Kolaborasi fisioterapist
pendengaran dan penglihatan 11.Kolaborasi medis
Daya
konsentrasi menurun
Ganggua
n proses pikir
Respon
emosi berlebihan dan
perubahan dalam pola pikir