Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENGANTAR ILMU POLITIK

" DEMOKRASI, PEMILU, DAN PARTAI POLITIK "

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

KELAS A

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

1. NUR ASYIFA T ( 1965141008 )


2. NURFITRI EKA YULIANTI ( 1965142057 )
3. MURIA ISMAIL ( 1965142022 )
4. REVIANANDA ( 1965142055 )
5. KARMILA RUSMAN ( 1965142058 )
6. NOER ISLAH ALIFQA ( 1965140012 )
7. AINUN HUSNUN ANNISA ( 1965142033 )
8. ANDI MUH. MAULANA MALIK IBRAHIM ( 1965142025 )
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019/2020
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan kasih‐Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk ‐
Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan
makalah ini.
Didalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa kami
sajikan dengan topik “Demokrasi, Pemilu, dan Parpol ”.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang
metodelogi penelitian dalam sejarah, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan
penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, kiranya mohon dimaklumi apabila masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir dalam kehidupan kita.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Andi Cudai Nur selaku Dosen
Pengantar Ilmu Politik, atas bimbingan dan dukungannya, serta untuk teman ‐teman atas kerja
samanya.

Makassar, 21 Okrober 2019

Penyusun
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................… 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Demokrasi……………………………............................................................................ 5
B. Pemilihan Umum ………………....………………………………….............................. 8
C. Partai Politik …………… .............................................................................................. 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 24
B. Kritik & Saran................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 25
DEMOKRASI, PEMILU, DAN PARPOL |4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Paham yang dianut oleh suatu Negara sangat memengaruhi kesinambungan
pembangunan Negara tersebut. Menurut pendapat penyusun secara tersirat, paham
merupakan kartu mati Negara selain Ideologi, dimana ia akan membawa kemakmuran bila
dilaksanakan secara baik dan benar, dan membawa malapetaka bila dalam pelaksanaannya
ternoda tindakan tak bermoral. Walaupun paham suatu Negara dapat dirubah seiring gejolak
di lingkungan elit politik, namun hal itu akan menjadi masalah besar karena sebuah paham
dianut atas asas, tujuan, serta maknanya yang sesuai dengan pemikiran/ideologi bangsa. Lalu
apa paham yang dianut oleh Negara yang besar ini? Ya, Indonesia menganut paham
Demokrasi, dimana paham ini telah digunakan sejak ratusan tahun sebelum masehi. Sistem
demokrasi dalam setiap Negara tentu berbeda mengingat setiap Negara memiliki kebudayaan
dan kepribadian serta ideologi yang tidak sama. Dalam pengimplementasian demokrasi di
Indonesia, diadakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih wakil rakyat, Kepala Daerah,
dan Presiden. Keberhasilan Pemilu dapat diartikan keberhasilan pelaksanaan sistem
demokrasi yang dianut. Akan tetapi keberhasilan tersebut bergantung pada rakyat. Apabila
rakyat mengerti akan pentingnya demokrasi, maka rakyat akan menggunakan hak pilihnya
dengan sebaik-baiknya tanpa terpengaruh dengan noda-noda politik didalamnya. Oleh karena
itu, makalah ini akan menjelaskan apa yang dimaksud Demokrasi dan Pemilu di Indonesia,
serta apa itu Parpol.
B. RUMUSAN MASALAH
Beberapa hal yang menjadi masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu Demokrasi ?
2. Apa itu Pemilihan Umum (PEMILU )?
3. Apa itu Partai Politik (PARPOL)?
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu demokrasi;
2. Mengetahui apa itu pemilihan umum ;
3. Mengetahui apa itu partai politik.
DEMOKRASI, PEMILU, DAN PARPOL |5

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEMOKRASI
1. Definisi Demokrasi
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, “demos” berarti
rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat
berkuasa” (goverment of rule by the people). Demokrasi memiliki arti penting bagi
masyarakat yang menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk
menentukan sendiri jalannya organisasi Negara dijamin. Jadi Negara demokrasi adalah
Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau
dari sudut organisasi, ia berarti suatu pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat
sendiri atas asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.
Menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik demokratis adalah sistem yang
menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan
atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik. Penerapan demokrasi diberbagai Negara di dunia, memiliki ciri khas dan spesifikasi
masing-masing, yang lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat
dalam suatu Negara.
Sehingga dapat disimpulkan Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua
warga Negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah
hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga Negara berpartisipasi baik secara langsung
atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
2. Sejarah Demokrasi
Di zaman kuno, Kata "demokrasi" pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat
Yunani kuno di Negara-kota Athena. Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena
mendirikan Negara yang umum dianggap sebagai Negara demokrasi pertama pada tahun
508-507 SM. Cleisthenes disebut sebagai "bapak demokrasi Athena." Dimana Demokrasi
Athena berbentuk demokrasi langsung. Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung
dalam artian keputusan dibuat oleh majelis, tetapi juga sangat langsung dalam artian
rakyat, melalui majelis, boule, dan pengadilan, mengendalikan seluruh proses politik dan
sebagian besar warga Negara terus terlibat dalam urusan publik. Meski hak-hak individu
DEMOKRASI, PEMILU, DAN PARPOL |6

tidak dijamin oleh konstitusi Athena dalam arti modern (bangsa Yunani kuno tidak punya
kata untuk menyebut "hak"), penduduk Athena menikmati kebebasan tidak dengan
menentang pemerintah, tetapi dengan tinggal di sebuah kota yang tidak dikuasai kekuatan
lain dan menahan diri untuk tidak tunduk pada perintah orang lain. Pemungutan suara
kisaran pertama dilakukan di Sparta pada 700 SM. Apella merupakan majelis rakyat yang
diadakan sekali sebulan. Di Apella, penduduk Sparta memilih pemimpin dan melakukan
pemungutan suara dengan cara pemungutan suara kisaran dan berteriak. Setiap warga
Negara pria berusia 30 tahun boleh ikut serta. Aristoteles menyebut hal ini "kekanak-
kanakan", berbeda dengan pemakaian kotak suara batu layaknya warga Athena. Tetapi
Sparta memakai cara ini karena kesederhanaannya dan mencegah pemungutan bias,
pembelian suara, atau kecurangan yang mendominasi pemilihan-pemilihan demokratis
pertama. Kemudian selama Abad Pertengahan, muncul berbagai sistem yang memiliki
pemilihan umum atau pertemuan meski hanya melibatkan sebagian kecil penduduk.
Sistem-sistem tersebut misalnya pemilihan Gopala oleh kasta atas di Bengal, Anak Benua
India,, dan Althing di Islandia, serta Løgting di Kepulauan Faeroe, dan lain-lain. Hingga
di Era modern pada Abad ke-18 dan 19, muncul bangsa pertama dalam sejarah modern
yang mengadopsi konstitusi demokrasi yaitu Republik Korsika pada tahun 1755.
Konstitusi Korsika didasarkan pada prinsip-prinsip Pencerahan dan sudah mengizinkan
hak suara wanita, hak yang baru diberikan di Negara demokrasi lain pada abad ke-20.
Kemudian pada masa Transisi abad ke-20 ke demokrasi liberal muncul dalam serangkaian
"gelombang demokrasi" yang diakibatkan oleh perang, revolusi, dekolonisasi, religious
and economic circumstances. Perang Dunia I dan pembubaran Kesultanan Utsmaniyah
dan Austria-Hongaria berakhir dengan terbentuknya beberapa Negara-bangsa baru di
Eropa, kebanyakan di antaranya tidak terlalu demokratis. Dan Pada tahun 2010 pun ,
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 15 September sebagai Hari Demokrasi
Internasional.
Negara-Negara berikut dikategorikan sebagai demokrasi penuh oleh Democracy
Index pada tahun 2011: Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Selandia Baru , Australia,
Swiss, Kanada, Finlandia, Belanda, Luksemburg, Irlandia, Austria, Jerman, Malta,
Republik Ceko, Uruguay, Britania Raya, Amerika Serikat, Kosta Rika, Jepang, Korea
Selatan, Belgia, Mauritius, Spanyol. Democracy Index memasukkan 53 Negara di
kategori berikutnya, demokrasi tidak sempurna: Argentina, Benin, Botswana, Brasil,
Bulgaria, Tanjung Verde, Chili, Kolombia, Kroasia, Siprus, Republik Dominika, El
Salvador, Estonia, Perancis, Ghana, Yunani, Guyana, Hongaria, Indonesia, India, Israel,
DEMOKRASI, PEMILU, DAN PARPOL |7

Italia, Jamaika, Latvia, Lesotho, Lituania, Makedonia, Malaysia, Mali, Meksiko, Moldova,
Mongolia, Montenegro, Namibia, Panama, Papua Nugini, Paraguay, Peru, Filipina,
Polandia, Portugal, Indonesia, Rumania, Serbia, Slowakia, Slovenia, Afrika Selatan, Sri
Lanka, Suriname, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Trinidad dan Tobago, Zambia.
3. Bentuk-Bentuk Demokrasi

 Demokrasi langsung
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat
memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem
ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga
mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi.
 Demokrasi perwakilan
Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui
pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi
mereka.

4. Prinsip Demokrasi

Prinsip-prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya Negara demokrasi, dapat


ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi"
Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah: Kedaulatan rakyat; Pemerintahan
berdasarkan persetujuan dari yang diperintah; Kekuasaan mayoritas; Hak-hak minoritas;
Jaminan hak asasi manusia; Pemilihan yang bebas, adil dan jujur; Persamaan di depan
hukum; Proses hukum yang wajar; Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan
mufakat.

5. Perkembangan Demokrasi Di Indonesia.


Dalam sejarah Negara republik inddonesia yang telah lebih dari setengah abad,
perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut. Perkembangan demokrasi di
Indonesia dapat dibagi dalam empat periode, yaitu:
a. Periode 1945 – 1959 masa demokrasi parlementer.
Pada masa demokrasi parlementer lebih menonjolkan peranan parlemen serta partai-
partai. Kelemahan demokrasi parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai
politik dan DPR.
DEMOKRASI, PEMILU, DAN PARPOL |8

b. Periode 1959 - 1965 masa demokrasi terpimpin.


Pada masa demokrasi terpimpin banyak aspek yang telah menyimpang dari demokrasi
konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat.
c. Periode 1966 – 1998 masa demokrasi pancasila era orde baru.
Pada masa demokrasi pancasila era orde baru merupakan demokrasi konstitusional
yang menonjolkan system presidensial. Namun dalam perkembangannya peran presiden
semakin dominan terhadap lembaga – lembaga Negara yang lain. Kelemahan demokrasi
ini adalah pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi politis penguasa saat itu, sebab
kenyataannya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai – nilai pancasila.
d. Periode 1999 - sekarang masa demokrasi pancasila era reformasi.
Pada masa demokrasi pancasila era reformasi berakar pada kekuatan multi partai
yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga Negara, antara lain
eksekutif, yudikatif, dan legislative. Kelebihan pada masa ini adalah peran partai politik
kembali menonjol, sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru.
Konstitusi Indonesia, UUD 1945, menjelaskan bahwa Indonesia adalah sebuah
Negara demokrasi. Presiden dalam menjalankan kepemimpinannya harus memberikan
pertanggungjawaban kepada MPR sebagai wakil rakyat. Oleh karena itu secara hirarki
rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi melalui sistem perwakilan dengan cara
pemilihan umum. Pada era Presiden Soekarno, Indonesia sempat menganut demokrasi
terpimpin tahun 1956. Indonesia juga pernah menggunakan demokrasi semu(demokrasi
pancasila) pada era Presiden Soeherto hingga tahun 1998 ketika Era Soeharto digulingkan
oleh gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa yang telah memakan banyak sekali harta dan
nyawa dibayar dengan senyum gembira dan rasa syukur ketika Presiden Soeharto
mengumumkan "berhenti sebagai Presiden Indonesia" pada 21 Mei 1998. Setelah era
Seoharto berakhir Indonesia kembali menjadi Negara yang benar-benar demokratis mulai
saat itu. Pemilu demokratis yang diselenggarakan tahun 1999 dimenangkan oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan. Pada tahun 2004 untuk pertama kali Bangsa Indonesia
menyelenggarakan pemilihan umum presiden. Ini adalah sejarah baru dalam kehidupan
demokrasi Indonesia.
B. PEMILIHAN UMUM (PEMILU)
1. Definisi Pemilu
DEMOKRASI, PEMILU, DAN PARPOL |9

Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk
memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah
satu bentuk pemenuhan hak asasi warga Negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan
untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara
langsung. Karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu
Negara selama jangka waktu tertentu.

Menurut Austin Ranney, pemilu dikatakan demokratis apabila memenuhi kriteria


sebagai berikut:

 Penyelenggaraan secara periodik (regular election),


 Pilihan yang bermakna (meaningful choices),
 Kebebasan untuk mengusulkan calon (freedom to put forth candidate),
 Hak pilih umum bagi kaum dewasa (universal adult suffrage),
 Kesetaraan bobot suara (equal weighting votes),
 Kebebasan untuk memilih (free registration oh choice),
 Kejujuran dalam perhitungan suara dan pelaporan hasil (accurate counting of choices
and reporting of results)
Pemilihan umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung
maupun cara bertingkat :
a) Cara langsung, dimana rakyat secara langsung memilih wakil-wakilnya yang akan
duduk di badan-badan perwakilan rakyat. Contohnya, pemilu di Indonesia untuk
memilih anggota DPRD, DPR, dan Presiden.
b) Cara bertingkat, di mana rakyat terlebih dahulu memilih wakilnya (senat), lantas
wakil rakyat itulah yang memilih wakil rakyat yang akan duduk di badan-badan
perwakilan rakyat.
2. Sistem Pemilu
Dalam suatu pemilu, ada tiga sistem utama yang sering berlaku, yaitu:
1. Sistem perwakilan distrik (satu dapil/daerah pemilihan untuk satu wakil), yaitu
sistem yang berdasarkan lokasi daerah pemilihan, bukan berdasarkan jumlah
penduduk. Dari semua calon, hanya ada satu pemenang. Dengan begitu, daerah yang
sedikit penduduknya memiliki wakil yang sama dengan daerah yang banyak
penduduknya, dan tentu saja banyak suara terbuang. Karena wakil yang akan dipilih
adalah orangnya langsung, maka pemilih bisa akrab dengan wakilnya., Sistem ini
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 10

sering dipakai di Negara yang menganut sistem dwipartai, seperti Inggris dan
Amerika.
Kelebihan Sistem Distrik
 Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan
yang diperebutkan hanya satu.
 Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami.
 Distrik merupakan daerah kecil, karena itu wakil terpilih dapat dikenali
dengan baik oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi
lebih akrab.
 Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di
parlemen.
 Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas politik mudah diciptakan

Kelemahan Sistem Distrik


 Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan golongan
minoritas, apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa distrik.
 Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam
suatu distrik, kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini
berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali; dan
kalau ada beberapa partai yang mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang
hilang dapat men¬capai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil
oleh golongan-golongan yang merasa dirugikan.
 Ada kecenderungan wakil tersebut lebih mementingkan kepentingan daerah
pemilihannya dari pada kepentingan nasional
 Umumnya kurang efektife bagi suatu masyarakat heterogen

2. Sistem Proposional (satu dapil memilih beberapa wakil), Dalam sistem perwakilan
proporsional, jumlah kursi di DPR dibagi kepada tiap-tiap partai politik, sesuai
dengan perolehan jumlah suara dalam pemilihan umum. khusus di daerah pemilihan.
Untuk keperluan itu, maka ditentukan suatu pertimbangan, misalnya 1 orang wakil di
DPR mewakili 500 ribu penduduk. Jadi Sistem yang melihat pada jumlah penduduk
yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan sistem distrik, wakil dengan
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 11

pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar kertas suara saja.
Sistem proporsional banyak diterapkan oleh Negara multipartai, seperti Italia,
Indonesia, Swedia, dan Belanda.Sistem ini juga dinamakan perwakilan berimbang
ataupun multi member constituenty.
Kelebihan Sistem Proposional
 Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama
dengan persentase kursinya di parlemen.
 Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil &
minoritas memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. Hal
ini sangat mewakili masyarakat majemuk(pluralis).

Kelemahan Sistem Proposional


 Sistem proporsional mempermudah terjadinya fragmentasi partai, kurang
mendorong partai untuk saling berintegrasi atau bekerjasama, bahkan
sebaliknya cenderung mempertajam perbedaan, jika terjadi konflik umumnya
anggota partai cenderung mendirikan partai politik baru, mengingat adanya
peluang partai baru untuk mendapatkan kursi dengan menggabung suara yang
tersisa.
 Banyaknya partai yang bersaing, menyulitkan munculnya partai dengan suara
mayoritas (50% + 1) yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan yang
kuat.
 Sistem proporsional memberikan kewenangan yang kuat terhadap partai
politik melalui sistem daftar (list system). Prosedur sistem daftar bervariasi,
umumnya yang dipakai adalah partai politik menawarkan daftar calon kepada
pemilih. Rakyat pemilih memilih suatu partai dengan semua calonnya untuk
berbagai kursi yang diperebutkan. Sehingga wakil rakyat yang terpilih tidak
memiliki hubungan yang kuat kepada pemilih, melainkan loyalitas terhadap
partai politik.
 Dengan demikian, sistem Proporsional dapat menggeser kedaulatan rakyat
menjadi kedaulatan partai Politik.
Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik adalah bahwa
cara penghitungan suara dapat memunculkan perbedaan dalam komposisi
perwakilan dalam parlemen bagi masing-masing partai politik.
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 12

3. Sistem Campuran, Selain kedua bentuk utama sistem pemilu di atas, terdapat pula
sistem campuran. Artinya, dalam sistem ini setiap pemilih mempunyai dua suara:
memilih calon berdasarkan distrik dan sekaligus berdasarkan sistem
proporsional.Sistem ini membagi wiliyah Negara dalam beberapa daerah
pemilihan.Sisa suara pemilihan tidak hilang melainkan diperhitungkan dengan jumlah
kursi yang belum dibagi.Sistem gabungan ini ditetapkan sejak pemilu tahun 1997
dalam pemilihan anggota DPR,DPRD I,DPRD II. Pengikut sistem proporsional
menganggap bahwa sistem campuran yang masih ada unsur distriknya masih terdapat
kesenjangan perolehan kursi dengan jumlah pemilihan (distortion effect), sedangkan
penganut sistem distrik berpendapat bahwa sistem campuran yang mengandung unsur
proporsional tidak menunjang secara penuh kontrak rakyat dengan wakilnya.
3. Fungsi Pemilu
Pemilihan umum mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai:
a) Sarana memilih pejabat publik (pembentukan pemerintahan),
b) Sarana pertanggungjawaban pejabat publik, dan
c) Sarana pendidikan politik rakyat
Selain fungsi tersebut,akan tetapi pemilu berfungsi juga sebagai :
a) Media bagi rakyat untuk menyuarakan pendapatnya,
b) Mengubah kebijakan,
c) Mengganti pemerintahan,
d) Menuntut pertanggung jawaban,
e) Menyalurkan aspirasi lokal .

4. Prinsip Pemilu Demokratis

a) Dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Pemilu (Jajaran KPU dan Jajaran


BAWASLU) yang mandiri dan bebas intervensi dari pihak manapun.
b) Dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
c) Semua tahapan dilaksanakan secara demokratis, prosedural, transparan dan
akuntabel.
d) Pemerintah dan jajarannya menjaga integritas dan netralitas.
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 13

e) Melindungi dan menjaga kesamaan hak pemilih dengan prinsip satu suara
mempunyai nilai yang sama (one person, one vote dan one value)

5. Pemilu Di Indonesia
a. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)

Sebenarnya pemilu sudah direncanakan sejak bulan oktober 1945, tetapi baru
dilaksanakan oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955. Sistem pemilu
yang digunakan adalah sistem proporsional. Pada waktu sistem itu, sebagaimana yang
dicontohkan oleh Belanda, merupakan satu-satunya sistem pemilu yang dikenal dan
dimengerti oleh para pemimpin negara. Pada pemilu ini pemungutan suara dilakukan
dua kali yaitu yang pertama untuk memilih anggota DPR pada bulan September dan
yang kedua untuk memilih anggota Konstituante pada bulan Desember. Sistem yang
digunakan pada masa ini adalah sistem proporsional.

Pemilihan umum dilakukan dalam suasana khidmat, karena merupakan


pemilihan pertama sejak awal kemerdekaan. Pemilihan umum berlangsung secara
demokratis, tidak ada pembatasan partai, dan tidak ada usaha interversi dari
pemerintah terhadap partai-partai sekalipun kampanye berlangsung seru, terutama
antara Masyumi dan PNI. Serta administrasi teknis berjalan lancar dan jujur.
Pemilihan umum menghasilkan 27 partai dan satu partai perseorangan, dengan
jumlah total 257 kursi. Namun stabilitas politik yang diharapkan dari pemilihan
umum tidak terwujud. Kabinet Ali (I dan II) yang memerinth selama 2 tahun dan yang
terdiri atas koalisi tga besar ,namun ternyata tidak kompak dalam menghadapi
persoalan, terutama yang terkait dengan konsepsi presiden yang diumumkan pada
tanggal 21 Februari 1957.
Namun stabilitas politik yang sangat diharapkan dari pemilu tidak terwujud.
Kabinet Ali (I dan II) yang memerintah selama dua tahun dan yang terdiri atas koalisi
tiga besar: Masyumi, PNI, dan NU ternyata tidak kompak dalam menghadapi
beberapa persoalan terutama yang terkait dengan konsepsi Presiden Soekarno zaman
Demokrasi Parlementer berakhir.
b. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Sesudah mencabut maklumat pemerintah November 1945 tentang kebebasan
mendirikan partai , presiden soekarno mengurangi jumlah partai menjadi 10.
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 14

Kesepuluh ini antara lain : PNI, Masyumi,NU,PKI, Partai Katolik, Partindo,Partai


Murba, PSIIArudji, IPKI, dan Partai Islam, kemudian ikut dalam pemilu 1971 di masa
orde baru. Di zaman demokrasi terpimpintidak diadakan pemilihan umum.
c. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter ada harapan
besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikansuatu sistem politik yang
demokratis dan stabil. Salah satu caranya ialah melalui sistem pemilihan umum. pada
saat itu diperbincangkan tidak hanya sistem proporsional yang sudah dikenal lama,
tetapi juga sistem distrik yang di Indonesia masih sangat baru.
Pendapat yang dihasilkan dari seminar tersebut menyatakan bahwa sistem
distrik dapat mengurangi jumlah partai politik secara alamiah tanpa paksaan, dengan
harapan partai-partai kecil akan merasa berkepentingan untuk bekerjasama dalam
usaha meraih kursi dalam suatu distrik. Berkurangnya jumlah partai politik
diharapkan akan membawa stabilitas politik dan pemerintah akan lebih berdaya untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakannya, terutama di bidang ekonomi.
Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik berbagai
kesimpulan. Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan sistem proporsional pada
tahun 1967 adalah keputusan yang tepat karena tidak ada distorsi atau kesenjangan
antara perolehan suara nasional dengan jumlah kursi dalam DPR. Kedua, ketentuan di
dalam UUD 12945 bahwa DPR dan presiden tidak dapat saling menjatuhkan
merupakan keuntungan, karena tidak ada lagi fragmentasi karena yang dibenarkan
eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk mendirikan partai baru tidak
bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan demikian sejumlah kelemahan dari
sistem proporsional telah teratasi.
Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini. Pertama,
masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan konstituennya tetap
ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai menjadi tiga telah terjadi penyempitan
dalam kesempatan untuk memilih menurut selera dan pendapat masing-masing
sehingga dapat dipertanyakan apakah sipemilih benar-benar mencerminkan,
kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi pedomannya. Ditambah lagi
masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput telah menunjukkan salah satu
kelemahan dari sistem otoriter orde dan hal itu patut dihargai.
Karena gagal menyederhanakan sistem partai lewat sistem pemilihan umum,
Presiden Soeharto mulai mengadakan beberapa tindakan untuk menguasai kehidupan
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 15

kepartaian. Tindakan pertama yang dilakukan adalah mengadakan fusi diantara partai-
partai, mengelompokkan partai-partai dalam tiga golongan yaitu Golongan Spiritual
(PPP), Golongan Nasional (PDI), dan Golongan Karya (Golkar). Pemilihan umum
tahun1977 diselenggarakan dengan menyertakan tiga partai, dalam perolehan suara
terbanyak Golkar selalu memenangkannya.
d. Zaman Reformasi (1998-sekarang)
Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan
fundamental. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya partai
politik secara bebas, termasuk medirikan partai baru. Kedua, pada pemilu 2004 untuk
pertama kalinya dalam sejarah indonesiadiadakan pemilihan presiden dan wakil
presiden dipilih melaluiMPR. Ketiga, diadakannya pemilihan umum untuk suatu
badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang akan mewakili kepentingan daerah
secara khusus. Keempat, diadakannya “electoral thresold “ , yaitu ketentuan bahwa
untuk pememilihan legislatif setiap partai harus meraih minimal 3% jumlah kursi
anggota badan legislatif pusat.
Ada satu lembaga baru di dalam lembaga legislatife, yaitu DPD ( dewan
perwakilan daerah ). Untuk itu pemilihan umum anggota DPD digunakan Sistem
Distrik tetapi dengan wakil banyak ( 4 kursi untuk setiap propinsi). Untuk pemilihan
anggota DPR dan DPRD digunakan system proposional dengan daftar terbuka,
sehingga pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung kepada calon yang
dipilih. Dan pada tahun 2004, untuk pertama kalinya diadakan pemilihan presiden dan
wakil presiden secara langsung, bukan melalui MPR lagi.
6. Asas-asas Pemilihan Umum
Meskipun Undang-Undang Politik tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) dari
Pemilu ke Pemilu beberapa kali mengalami perubahan, perubahan itu ternyata tidak
bersifat mendasar. Secara umum, asas-asas dari Pemilu ke Pemilu di Indonesia dapat
digambarkan sebagai berikut :

a) Langsung, yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan


suaranya secara langsung, sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa
perantara.
b) Umum, yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan undang-undang berhak mengikuti Pemilu. Pemilihan yang bersifat
umum menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara,
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 16

tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,


kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.
c) Bebas, yaitu setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan
pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Di dalam
melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat
memilih sesuai kehendak hati nuarani dan kepentingannya.
d) Rahasia, yaitu dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya
tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih
memberikan suaranya pada surat suara tanpa dapat diketahui oleh orang lain
kepada siapa pun suaranya diberikan.
e) Jujur, yaitu setiap penyelenggara Pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu,
pengawas Pemilu, pemantau Pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait
harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
f) Adil, yaitu setiap pemilih dan peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama,
serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.
C. PARTAI POLITIK (PARPOL)
1. Definisi Parpol

a. Secara Umum
Partai Politik adalah Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
b. Menurut para ahli
a) Carl. J. Friedrich
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan
bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada
anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.
b) R.H. Soltau
Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan menguasai pemerintahan
dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.
c) Sigmund Neumann
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 17

Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda.
d) Maurice Duverger
Partai politik adalah sekelompok manusia yang mempunyai doktrin politik
yang sama.
e) Edmund Burke
Partai politik adalah suatu kumpulan manusia untuk memajukan keinginan-
keinginan bersamanya, yaitu kepentingan nasional melalui prinsip-prinsip khusus
yang sudah disepakati.
c. Menurut Undang-Undang
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008. Partai politik
adalah organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga Negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
Negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian bervariasi, dimana secara garis besar dapat digolongkan menjadi
tiga, sebagai berikut:
 Sistem partai tunggal, yaitu parpol yang eksis di suatu negara hanya satu. Secara
otomatis, pemerintah negara tersebut tidak memiliki partai oposisi. Kontrol terhadap
kekuasaan pemerintah dilakukan dalam internal parpol itu sendiri. Beberapa negara
yang menerapkan sistem partai tunggal yaitu Kuba, Korea Utara, Cina, Pantai Gading,
dan Guinea
 Sistem dwi partai, yaitu hanya ada dua parpol yang eksis di suatu negara. Oleh
karena hanya ada dua partai, peran yang dimainkan sangat jelas, satu partai sebagai
penguasa, satunya lagi sebagai oposisi. Kedua partai berkompetisi ”abadi” satu sama
lain. Amerika Serikat merupakan negara yang menerapkan sistem dwi partai.
 Sistem multipartai, yaitu parpol yang eksis lebih dari dua. Jumlahnya persisnya
bervariasi. Munculnya multipartai bisa disebabkan oleh konteks sosial negara itu yang
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 18

majemuk. Kemajemukan bisa dilihat dari berbagai hal misalnya, dari ras, suku,
agama, kebudayaan, sampai ideologi. Indonesia adalah salah satu negara yang
menganut sistem multipartai
3. Fungsi Parpol
a. Fungsi partai politik menurut Miriam Budiardjo
 Partai sebagai sarana komunikasi politik
Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan
aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran
pendapat dalam masyarakat berkurang.
 Partai sebagai sarana sosialisasi politik
Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenangan dan pemilihan umum,
partai politik harus memperoleh dukungan seluas mungkin. Untuk itu partai berusaha
menciptakan “image” bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Di samping
menanamkan solidarias dengan partai, partai politik juga mendidik anggota-
anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga
Negara dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional.
 Partai sebagai sarana rekruitmen politik
Rekruitmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan
seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sisem
politik pada umumnya dan politik pada khususnya. Fungsi ini semakin besar porsinya
manakala partai politik itu merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik
totaliter, atau manakala partai itu merupakan partai mayoritas dalam badan
perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem
politik demokrasi. Fungsi rekruitmen politik dilakukan dengan cara kontak pribadi,
persuasi dan lain-lain. Juga kader diusahakan untuk menarik golongan muda untuk
dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama.
 Partai sebagai sarana pengatur konflik
Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat
merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha
mengatasinya.
b. Fungsi partai politik menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik pasal 11
Partai Politik berfungsi sebagai sarana:
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 19

 Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
 Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
untuk kesejahteraan masyarakat.
 Penyerap, penghimpun, penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan
dan menetapkan kebijakan Negara.
 Partisipasi politik warga Negara Indonesia.
 Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
c. Fungsi partai politik secara umum
 Sebagai sarana komunikasi politik (penyalur aspirasi dan pendapat rakyat kepada
pihak pemerintah.
 Sebagai sarana sosialisasi politik (penanaman nilai dan norma terhadap masalah-
masalah politik.
 Sebagai sarana rekruitmen politik (mencari dan mengajak untuk turut aktif dalam
kegiatan politik sebagai anggota partai)
 Sebagai sarana pengatur konflik (turut mengatasi kesalahpahaman yang terjadi
pemerintahan maupun masyarakat).
4. Sejarah partai politik
Partai politik memang merupakan organisasi yang dapat dikatakan jauh lebih muda
dibanding Negara. Pasalnya, studi mengenai partai politik baru dimulai pada abad ke-20.
Walaupun arah dan fokus penelitian tentang partai politik lambat. Namun dalam struktur
dunia modern sekarang ini, pembahasan tentang partai politik menjadi sebuah subjek
pembahasan yang banyak dibahas, terlebih dalam momen-momen politik tertentu. Itulah
mengapa sejarah perkembangan partai politik dari masa ke masa juga menjadi penting agar
kita tahu bahwa ada organisasi yang inherent dalam kehidupan politik selain Negara, yakni
partai politik
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 20

Partai politik pertama-tama lahir di Negara-negara Eropa Barat. Seiring dengan


berkembangnya diskursus bahwa rakyat merupakan factor yang perlu diperhitungkan serta
diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik lahir dan berkembang secara
spontan sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain.
Pada awal perkembangannya, pada akhir dekade 18-an di negara-negara Barat seperti
Inggris dan Prancis, kegiatan politik dipusatkan pada kelompok-kelompok politik di dalam
parlemen. Kegiatan ini mulanya bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan
kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja.
Pada dekade 19-an lahirlah partai politik yang dibentuk untuk menggalang dukungan
secara politik di parlemen. Hal ini muncul karena kesadaran politik yang dirasa perlu
untuk memperoleh dukungan dari pelbagai golongan masyarakat, kelompok-kelompok
politik di parlemen. Partai semacam ini dalam praktiknya hanya mengutamakan
kemenangan dalam pemilihan umum. Partai ini juga mengutamakan kekuatan berdasarkan
keunggulan jumlah anggota, maka dari itu ia sering dinamakan partai massa.
Partai ini biasanya terdiri dari berbagai aliran politik yang sepakat untuk bernaung di
bawahnya dalam memperjuangkan program tertentu. Hal ini menjadi terlalu luas dan agak
kabur karena harus memperjuangkan terlalu banyak kepentingan yang berbeda dari setiap
aliran politik. Contohnya Partai Republik dan Partai Demokrat di Amerika Serikat.
Dalam perkembangannya, di Barat timbul pula partai yang lahir diluar parlemen.
Partai-partai ini kebanyakan berlandaskan pada suatu asa atau ideologi
atau Weltanschauung tertentu seperti Sosialisme, Fasisme, Komunisme, Kristen
Demokrat, dan sebagainya.
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 21

Selanjutnya, pada masa menjelang Perang Dunia I telah timbul klasifikasi partai
berdasarkan ideologi dan ekonomi yaitu parta “Kiri” dan partai “Kanan”. Kemudian
muncul pula konsep pertentangan politik, “Kiri” versus “Kanan”.
Pembagian “Kiri” versus “Kanan” berasal dari Revolusi Prancis waktu parlemen
mengadakan sidang pada tahun 1879. Para pendukung raja dan struktur tradisional duduk
di sebelah kanan panggung ketua, sedangkan mereka yang ingin perubahan dan reformasi
duduk di sebelah kiri. Jika dewasa ini pengertian “Kiri”/”Kanan” digambar dalam suatu
spektrum linier, maka terdapat di satu ujung sikap “extrem Kiri” (yaitu campur tangan
negara dalam kehidupan sosial dan ekonomi secara total), dan ujung yang lain sikap
“extrem kanan” (pasar bebas secara total).
5. Perkembangan Partai Politik di Indonesia
Partai politik di Indonesia adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
1. Masa penjajahan Belanda
Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indoneisa (waktu itu
Hindia Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu
semua organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah,
ataupun yang berazaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai
Katolik, ikut memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.
Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran
nasional untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan Dewan
Rakyat, gerakan ini oleh beberapa partai diteruskan di dalam badan ini. Pada tahun 1939
terdapat beberapa fraksi di dalam Dewan Rakat, yaitu Fraksi Nasional di bawah pimpinan
M. Husni Thamin, PPBB (Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera) di bawah
pimpinan Prawoto dan Indonesische Nationale Groep di bawah pimpinan Muhammad
Yamin.
Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan
menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI
(Komite Rakyat Indoneisa) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang
merupakan gabungan dari partai-partai yang beraliran nasional, MIAI (Majelis Islamil
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 22

A”laa Indonesia) yang merupakan gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang
terbentuk tahun 1937, dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia) yang merupakan gabungan
organisasi buruh.
Pada tahun 1939 di Hindia Belanda telah terdapat beberapa fraksi
dalam volksraad yaitu Fraksi Nasional, Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putera,
dan Indonesische Nationale Groep. Sedangkan di luar volksraad ada usaha untuk
mengadakan gabungan dari Partai-Partai Politik dan menjadikannya semacam dewan
perwakilan nasional yang disebut Komite Rakyat Indonesia (K.R.I). Di dalam K.R.I
terdapat Gabungan Politik Indonesia (GAPI), Majelisul Islami A'laa Indonesia (MIAI) dan
Majelis Rakyat Indonesia (MRI). Fraksi-fraksi tersebut di atas adalah merupakan partai
politik – partai politik yang pertama kali terbentuk di Indonesia.
2. Masa pendudukan Jepang
Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam yang diberi
kebebasan untuk membentuk partai Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Partai
Masyumi) yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.
3. Masa pasca proklamasi kemerdekaan
Beberapa bulan setelah proklamsi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk
mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik Indonesia. Dengan
demikian kita kembali kepada pola sistem banyak partai.
Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan PKI.
Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai politik,
karena partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara
melalui sistem parlementer. Sistem banyak partai ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai
politik tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun
dan tidak dapat melaksanakan program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak
dapat berjalan dengan baik pula. Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekrit 5
Juli 1959, yang mewakili masa-masa demokrasi terpimpin.
Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan
di pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan
NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada
masa Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah
kuat, terutama melalui G 30 S/PKI (akhir September 1965).
Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak
lebih leluasa dibanding dengan masa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa ini
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 23

adalah munculnya organisasi kekuatan politik baru yaitu Golongan Karya (Golkar).
Pada pemilihan umum thun 1971, Golkar muncul sebagai pemenang partai diikuti oleh 3
partai politik besar yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI.
Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat
partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung menjadi
Partai Persatu Pembangunan (PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia,
Partai Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia)
bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Maka pada tahun 1977 hanya terdapat 3
organisasi kekuatan politik Indonesia dan terus berlangsung hinga pada pemilu 1997.
Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya
rezim Suharto, maka pemilu dengan sistem multi partai kembali terjadi di Indonesia. Dan
terus berlanjut hingga pemilu 2014 nanti.
Setelah merdeka, Indonesia menganut sistem Multi Partai sehingga terbentuk banyak
sekali Partai Politik. Memasuki masa Orde Baru (1965 -1998), Partai Politik di Indonesia
hanya berjumlah 3 partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan
Partai Demokrasi Indonesia. Di masa Reformasi, Indonesia kembali menganut sistem
multi partai.
Pada 2012, DPR melakukan revisi atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Partai Politik.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Partai Politik di Indonesia sejak
masa kemerdekaan adalah:
1. Maklumat X Wakil Presiden Muhammad Hatta (1955).
2. Undang-Undang Nomor 7 Pnps Tahun 1959 tentang Syarat-Syarat dan
Penyederhanaan Kepartaian.
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1960 tentang Pengakuan, Pengawasan, dan
Pembubaran Partai-Partai.
4. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
5. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.
8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (berlaku saat ini).
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 24

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut. Indonesia telah menjalan beberapa demokrasi dari zaman
orde lama, orde baru hingga reformasi.akhirnya di Indonesia menggunakan system demokrasi
pancasila.
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang- orang untuk mengisi
jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai
dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu
merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa)
dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain
kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun
dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga
dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.
Di Indonesia sudah menyelenggarakan sepuluh kali pemilihan umum sejak
kemerdekaan Indonesia hingga tahun 2009. Sistem pemilihan umum yang di anut oleh
Indonesia dari tahun 1945-2009 adalah sistem pemilihan Proporsional. Sistem proporsional
lahir untuk menjawab kelemahan dari sistem distrik. Sistem proporsional merupakan sistem
pemilihan yang memperhatikan proporsi atau perimbangan antara jumlah penduduk dengan
jumlah kursi di suatu daerah pemilihan. Dengan sistem ini, maka dalam lembaga perwakilan,
daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan memperoleh kursi yang lebih banyak di
suatu daerah pemilihan, begitu pun sebaliknya
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.
B. KRITIK DAN SARAN
Kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata-kata bahasa maupun kalimat, oleh karena itu
kami sangat berharap sekali masukan, kritik maupun saran yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan penyusunan makalah kami selanjutnya.
D E M O K R A S I , P E M I L U , D A N P A R P O L | 25

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, dan achmad zubaidi,2010, pendidikan kewarganegaraan,paradigma:
Yogyakarta.
http://delviindriadi.blogspot.com/2013/06/sistem-pemilu-di-indonesia.html , diakses tanggal
http://donitadn083.blogspot.com/ diakses tanggal : 21/10/2019
http://get-and-share.blogspot.com/2013/03/demokrasi-dan-pemilu-di-indonesia.html
diakses tanggal : 21/10/2019
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi , diakses tanggal : 21/10/2019
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum , diakses tanggal : 21/10/2019
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia ,diakses tanggal : 21/10/2019
http://martmarthen.blogspot.com/2014/01/implementasi-uu-pemilu-dalam-demokrasi.html,
diakses tanggal : 21/10/2019

Anda mungkin juga menyukai