Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTUS SEKOLAH

Disusun Oleh :

Mentari Yaneli Putri ( 21101157510201 )

Dosen Pengampu :

Rina Mariana, S.Psi, M.Psi, Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PUTERA INDONESIA YPTK

PADANG

2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................3
BAB 1....................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................4
B. PERTANYAAN PENELITIAN.................................................10
C. TUJUAN PENELITIAN...........................................................10
D. MANFAAT PENELITIAN........................................................10
E. TINJAUAN TEORI...................................................................11
a) REMAJA................................................................................11
b) REMAJA PUTUS SEKOLAH...............................................13
c) PENYESUAIAN DIRI...........................................................14
BAB II.................................................................................................22
PEMBAHASAN.................................................................................22

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian kualitatif mengenai

“Penyasuaian diri remaja putus sekolah” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-

Nya tentunya saya tidak bisa untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas di mata kuliah Metodologi Penelitian

Kualitatif.

Proposal ini tidak hanya diambil dari satu sumber saja, melainkan dari

berbagai sumber. Saya tentu menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata

sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.

Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk proposal ini

supaya proposal ini nantinya dapat menjadi proposal yang lebih baik lagi. Apabila

terdapat banyak kesalahan pada proposal ini, saya mohon maaf.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada

dosen pengampu dalam menyusun proposal ini. Demikian,semoga proposal ini

dapat bermanfaat, terima kasih.

Padang, 4 November 2023

3
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada remaja putus sekolah adalah

tentang keberadaan mereka setelah putus dari sekolah, hal utama yang dihadapi

oleh remaja putus sekolah adalah tidak mampunya remaja dalam berinteraksi

dengan lingkungannya yang lain seperti masyarakat dan teman sebaya yang

terutama remaja sekolah. Permasalahan yang ada di lapangan, remaja putus

sekolah tidak secara bebas dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, berbeda

dengan ketika mereka masih bersekolah. Ketika bersekolah, remaja yang putus

sekolah tidak ada rasa malu dan rendah diri pada lingkungannya, mereka sering

menghabiskan waktunya dengan teman sebaya dan masyarakat. Namun setelah

menyandang putus sekolah mereka merasakan hal seperti rasa malu dan rendah

diri pada teman yang lainnya. Dilain itu pihak remaja yang putus sekolah ini tidak

banyak berpartisipasi dalam aktivitas kemasyarakatan. Seperti kegiatan di mesjid

dan gotong royong yang dilaksanakan ditempat tersebut. Sosialisasi dengan

masyarakat terlihat kurang.

Di daerah Marapalam masih ditemukan remaja yang putus sekolah

dengan rentang usia berkisar antara 16-20 tahun. Remaja yang putus sekolah

terdiri dari lakilaki dan perempuan, namun laki-laki lebih banyak menghabiskan

4
waktu degan teman dan lingkungnannya. Berbeda dengan remaja perempuan yang

menghabiskan waktu di rumah dan banyak juga yang sudah menikah. Hal ini juga

didasarkan pada pemaparan perangkat desa yang menyatakan bahwa sekitar

beberapa tahun yang lalu masih ada remaja yang masih belum dapat melanjutkan

sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dihimpun oleh Pusat Data dan

Informasi Perempuan Riau (PUSDATIN PUANRI) menyatakan bahwa pada tahun

2006 di kabupaten Kampar secara umum dan di Kecamatan XIII Koto Kampar

masih banyak ditemukan remaja yang putus atau tidak sekolah. Banyak penyebab

anak usia sekolah yang putus sekolah, hal yang utama sekali dipaparkan dalam

penelitian ini adalah permasalahan ekonomi yang tidak mampu membiayai

sekolah, jarak sekolah yang jauh, mengaggap sekolah tidak penting, bekerja,

menikah, dan hal yang lainnya.

Desa Tanjung merupakan salah satu wilayah di kecamatan Koto Kampar

Hulu yang dahulunya masih bergabung dengan XIII Koto Kampar. Putus sekolah

dipandang sebagai suatu hal yang negatif, karena banyak stereotipe yang muncul

seperti kenakalan remaja, merokok dan minuman keras serta narkoba. Jadi dapat

disimpulkan bahwasanya putus sekolah menjadi masalah bagi sebagian remaja.

Karena banyak efek yang ditimbulkan dengan menyandang status sebagai remaja

putus sekolah. Oleh karena itu remaja putus sekolah juga akan merasa tidak bebas

dalam bergaul dengan remaja yang sekolah, karena remaja putus sekolah

menganggap dirinya tidak pantas berteman dengan remaja yang masih sekolah.

Dengan kata lain remaja putus sekolah merasa malu bersosialisasi dengan remaja

5
yang masih sekolah. Begitu juga dengan masyarakat, remaja juga tidak akan

secara bebas dan leluasa dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya karena

remaja tersebut sudah putus sekolah.

Kondisi di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama faktor

ekonomi. Keadaan ekonomi orangtua yang kurang mampu membiayai pendidikan

membuat banyak remaja memutuskan berhenti sekolah dan bekerja. Sehingga

remaja tersebut ingin membantu kelancaran ekonomi keluarganya.. sebagaia besar

remaja putus sekolah ini ingin sekali menikmati bangku sekolah, namun dilain

pihak orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikan.

Karena Pendidikan itu sangat penting, jadi putus sekolah dipandang

sebagai suatu hal yang negatif, karena banyak stereotipe yang muncul seperti

kenakalan remaja, merokok dan minuman keras serta narkoba. Jadi dapat

disimpulkan bahwasanya putus sekolah menjadi masalah bagi sebagian remaja.

Karena banyak efek yang ditimbulkan dengan menyandang status sebagai remaja

putus sekolah. Oleh karena itu remaja putus sekolah juga akan merasa tidak bebas

dalam bergaul dengan remaja yang sekolah, karena remaja putus sekolah

menganggap dirinya tidak pantas berteman dengan remaja yang masih sekolah.

Dengan kata lain remaja putus sekolah merasa malu bersosialisasi dengan remaja

yang masih sekolah. Begitu juga dengan masyarakat, remaja juga tidak akan

secara bebas dan leluasa dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya karena

remaja terseut sudah putus sekolah. Sebagaian besar remaja putus sekolah ini

ingin sekali menikmati bangku sekolah, namun dilain pihak orangtuanya tidak

6
mampu membiayai Pendidikan namun putus sekolah juga adakalanya merupakan

keputusan dari remaja yang bersangkutan.

keputusan tersebut sangat di sayangkan karena keberadaan lembaga

sekolah dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pemahaman remaja

terhadap berbagai aspek kehidupan, seperti memahami pentingnya masa depan,

memahami pentingnya beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan sosial yang

berbeda, dll. Sesuai dengan pengembangan tugas. Di lingkungan sekolah, remaja

dikenalkan dengan banyak hal yang berkaitan dengan pencapaian impiannya.

Misalnya saja, keberadaan SMA mempunyai pengaruh besar terhadap bagaimana

generasi muda membayangkan siapa mereka, bagaimana mereka menyesuaikan

diri dengan masyarakat, dan akan menjadi siapa mereka di masa depan. Di

lingkungan sekolah mereka juga diajarkan tentang hakikat pentingnya pergaulan

dengan berbagai lapisan masyarakat, teman sebaya, dan juga lingkungan keluarga.

Sekolah menengah hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan anak muda dalam

masa peralihannya menjadi seorang dewasa. Sekolah menengah merupakan jalan

ke arah dunia yang lebih luas yang akan dimasuki oleh para se usia remaja

(Sulaiman, 1995).

Usia remaja merupakan usia yang memberikan dampak yang begitu besar

bagi kelangsungan kehidupan masa depan, karena pada masa remaja banyak

diajarkan tentang kehidupan dan usia remaja juga harus mampu menjalankan

semua tugas perkembangan sesuai dengan masanya. Melihat begitu pentingnya

masa remaja sebagai masa pembentuk kehidupan di masa yang akan datang sesuai

7
dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (2002), maka perlu bimbingan dan

arahan pada masa remaja sebagai suatu pertimbangan dalam menciptakan masa

depan yang cerah untuk remaja tersebut.

Remaja juga makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran orang lain,

selalu membutuhkan keharmonisan antar manusia. Agar interaksi dapat berjalan

dengan baik diharapkan manusia dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan fisik dan sosialnya, agar dapat menjadi bagian dari lingkungan

tersebut tanpa masalah apa yang anda timbulkan pada diri anda sendiri. Dengan

kata lain, keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

sangat bergantung pada kemampuan adaptasinya. Proses adaptasi manusia

tidaklah mudah. Memang benar, sepanjang hidup kita, masyarakat terus

menghadapi pola hidup baru dan ekspektasi sosial baru. Masa penyesuaian ini

merupakan masa yang istimewa dan sulit dalam kehidupan manusia. Manusia

diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-

sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang

dihadapi (Hurlock,2002).

Disebutkan juga oleh Hurlock bahwa proses penyesuaian diri adalah hal

yang sulit dihadapi manusia secara umum, begitu juga halnya dengan seorang

remaja. Usia remaja juga dituntut mampu menyesuaikan diri, yang mana proses

penyesuaian diri pada remaja ini merupakan suatu peralihan dari satu tahap

perkembangan ketahap berikutnya. Dalam periode peralihan ini terdapat keraguan

akan peran yang akan dilakukan, namun pada periode ini juga memberikan waktu

kepada remaja untuk mencoba gaya baru yang berbeda, menentukan pola

8
perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. Dengan kata lain hal

ini merupakan proses pencarian identitas diri yang dilakukan oleh para remaja

yang di bentuk juga dari lingkungannya.

Karena lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan remaja,

remaja tidak hanya berinteraksi dengan keluarga, namun ia juga dituntut mampu

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya remaja dituntut untuk

dapat membina dan menyesuaikan diri dengan bentukbentuk hubungan yang baru

dalam berbagai situasi, sesuai dengan peran yang dibawakan pada saat itu dengan

lebih matang. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai

kebahagiaaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuiakan

diri dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, maupun dalam pekerjaan.

Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya

kesehatan jiwa atau mental individu (Gerungan, 2003).

Teori yang dikemukakan oleh schneiders (dalam Ali & Asrori, 2010)

menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

seseorang individu, antara lain adalah (a) kondisi fisik seperti halnya masalah

kesehatan individu dan sistem syaraf. Selain itu (b) kepribadian yang merupakan

kemampuan individu dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungan sekitar, dan

(c) keberadaaan pendidikan atau edukasi yang meliputi di dalamnya adalah proses

belajar, dan latihan, (d) keberadaan lingkungan serta agama dan budaya.

Lingkungan dalam hal ini adalah seperti masyarakat, sekolah dan keluarga.

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, penulis tertarik untuk meneliti

bagaimana remaja yang putus sekolah dalam menyesuaikan diri dengan berbagai

9
lingkungannya. Maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul penelitian

“Penyesuianan Diri Remaja Putus Sekolah (Studi pada remaja desa Tanjung,

Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar).

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Bagaimana penyesuian diri remaja putus sekolah ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara mendalam

tentang penyesuian diri remaja putus sekolah.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

a) Memberikan gambaran mengenai pemahaman remaja yang putus sekolah

tentang pentingnya suatu penyesuaian diri terhadap berbagai lingkungan.

b) Menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan terkait anak putus

sekolah, dalam upaya menyesuaikan dirinya dengan berbagai lingkungan.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai kalangan yang terkait untuk

meneliti lebih lanjut mengenai penyesuaian diri pada remaja yang putus sekolah

b. Diharapkan menjadi bahan masukan bagi Remaja terutama orangtua dalam

menciptakan pengertian tentang arti pentingnya penyesuaian diri pada masa

remaja terutama pada remaja yang putus sekolah

10
E. TINJAUAN TEORI

a) REMAJA

1. Pengertian Remaja

Remaja yang dalam bahasa latin sering disebut adolesence mempunyai arti

yaitu tumbuh ke arah kematangan baik itu dalam fisik maupun sosial psikologis,

juga merupakan periode antara pubertas dengan kedewasaan (dalam Hurlock,

2002). Rentang kehidupan remaja merupakan suatu rentang kehidupan yang

penuh dengan warna tersendiri. Sehingga masa remaja akan menunjukkan dengan

jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan (Colon dalam Monks,dkk, 2001) jadi

remaja adalah suatu masa atau periode yang sangat penting dalam proses

kehidupan ini karena pada masa remaja inilah individu dapat memperoleh banyak

hal yang berhubungan dengan masa depan.

2. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Havigurst (dalam Yusuf, 2007) menjelasakan ada beberapa rentang tugas

perkembangan yang terkait dengan masa remaja adalah sebagai berikut :

1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Tugas ini

meliputi

a) Belajar melihat kenyataan, wanita sebagai wanita dan laki sebagai laki-

laki,

b) Berkembang menjadi dewasa diantara dewasa lainnya,

c) Belajar bekerjasama dan belajar memimpin untuk kepentingan bersama.

11
2. Mencapai peran sosial sebagai wanita dan pria

3. Menerima keadaaan fisik dan menggunakan secara efektif

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Hal

ini meliputi:

a) Membebaskan diri dari sikap dan perilaku kekanak-kanakan atau bergantung

pada orang tua,

b) Mengembangkan rasa cinta kepada orang tua tanpa merasa terikat kepadanya,

c) (Mengembangkan sikap respek kepada dewasa lainnya tanpa bergantung

kepadanya.

5. Mencapai kemandirian ekonomi, tujuannya adalah agar remaja mampu dalam

menciptakan suatu kehidupan ( mata pencaharian)

6. Memilih dan mempersiapkan karier ( pekerjaan). Hakikat dari tugas sini adalah

a)memilih suatu pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.

b) mempersiapkan diri dengan memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan

dalam memasuki pekerjaan.

7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga

8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan

bagi warga Negara

9. Menciptakan tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Hakikat tugas

ini adalah :

12
a) Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sebagai

Masyarakat.

b) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk atau

pembimbing dalam bertingkah laku. Jadi tugas perkembangan pada masa

remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya

kalau seandainya terlaksana dengan baik maka akan mendatangkan akibat

yang sangat penting bagi remaja tersebut.

b) REMAJA PUTUS SEKOLAH

Putus sekolah masih dipandang sebagai masalah pendidikan sosial serius

selama beberapa tahun terakhir ini. Dengan meninggalkan sekolah sebelum lulus,

banyak individu putus sekolah yang tidak mendapatkan pendidikan yang cukup

sehingga akan berpengaruh pada masa depannya kelak.

Individu yang dapat putus sekolah disebabkan oleh alasan yang berkaitan

dengan dunia sekolah, faktor ekonomi, keluarga, teman sebaya dan masalah

pribadi yang lainnya. Salah satu penelitian yang menyebutkan bahwa 50 persen

siswa yang putus sekolah menyebutkan alasan yang berkaitan dengan sekolah

seperti tidak menyukai sekolahnya dan di skors dari sekolah. Namun 40 persen

nya menyebutkan bahwa alsan mereka putus sekolah adalah karena faktor

ekonomi. Banyak siswa berhenti dan kemudian bekerja membantu orang tuanya.

Status sosial ekonomi merupakan faktor utama yang melatarbelakangi remaja

putus sekolah. Kebanyakan remaja yang putus sekolah juga memiliki teman yang

13
juga dari putus sekolah. Alasan yang lainnya adalah karena alasan pribadi seperti

kehamilan pada perempuan. Meskipun demikian putus sekolah lebih banyak

terjadi pada remaja laki-laki dibandingkan perempuan. (Santrock, 2003).

c) PENYESUAIAN DIRI

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian

yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang

terkenal dengan teori evolusinya. Ia mengatakan: "Genetic changes can improve

the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this

process is called adaptation".(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).

Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat

dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan

tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk

hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan

cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat

bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah

Biologi) disebut dengan istilah adjusment.

Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu

antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia

dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan

lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga

mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.

14
Penyesuain diri merupakan faktor yang terpenting dalam kehidupan

manusia. Karena begitu pentingnya banyak literatur yang menyatakan bahwa “

Hidup dari lahir hingga mati tidak lain adalah penyesuaian diri”. Dan juga istilah

dalam psikologi klinis juga menyatakan bahwa “ kelainan kepribadian tidak lain

adalah kelainan penyesuaian diri”. Oleh karena itu, tidak heran jika seseorang

menunjukkan kelainan kepribadian sering disebut “maladjustmen”. (Sobur, 2003).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri

merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku

individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan

lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa

kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang

menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.

2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi

dan penyesuaian sosial (Fahmi,1982). Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut

akan diuraikan sebagai berikut :

a) Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya

sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan

lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa

kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan

kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak

adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau

15
tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak

adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas,

rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi,

kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai

akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh

lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian

terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu

harus melakukan penyesuaian diri.

b) Penyesuaian Sosial

Setiap individu hidup bermasyarakat, dalam masyarakat tersebut terdapat

proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut

timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan,

hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai

penyelesaian bagi persoalanpersoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu

psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian

sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan

berinteraksi dengan orang lain.

Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar

tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.

Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan

dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat

16
istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi

atau karya yang diberikan oleh sang individu.

Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam proses interaksi dengan

masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang

memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan

cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian

sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial

kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun

dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur

hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu

mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu

mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya

dan menjadi pola tingkah laku kelompok.

Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu

dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri.

Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi

seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal

inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha

mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya

terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta

menolak dan menjauhi halhal yang tidak diterima oleh Masyarakat.

17
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2010) menyebutkan setidaknya

ada lima faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu:

1. Kondisi fisik

Kondisi fisik sangat berpengaruh besar terhadap penyesuaian diri

seseorang. Aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik adalah seperti hereditas,

sistem utama tubuh, dan kesehatan fisik. Hereditas itu dipandang lebih dekat dan

tidak terpisahkan dari mekanisme fisik, maka berkembang suatu prinsip yang

menyatakan bahwa semakin dekat kapasitas pribadi, sifat atau kecenderungan

berkaitan dengan konstitusi fiosik maka akan semakin besar pengaruhnya

terhadap penyesuaian diri. Dan juga seperti sistem utama tubuh yang berpengaruh

dalam penyesuian diri adalah sistem syaraf, kelenjer, dan otot. Serta keberadaan

kesehatan fisik, artinya fisik seseorang harus baik dan sehat dalam penyesuaian

diri agar berjalan dengan baik.

2. Kepribadian

Unsur-unsur kepribadian yang terpenting dalam penyesuaian diri adalah

kemauan untuk berubah, pengaturan diri yang baik, serta kemampuan intelegensi

seseorang.

3. Proses belajar

Dalam hal ini pendidikan sangat berpengaruh dalam proses penyesuaian

diri seseorang, seperti halnya belajar, pengalaman, latihan, dan determinasi diri.

18
4. Lingkungan

Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan

lingkungannya, pada penelitian ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat

menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a) Lingkungan Keluarga

Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila

individu dibesarkan dalam keluarga yang terdapat keamanan, cinta, respek,

toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih

baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.

b) Lingkungan Sekolah

Sebagaimana lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga memungkinkan

berkembangnya atau terhambatnya proses penyesuaian diri. Pada umumnya

sekolah dipandang sebagai media yang sangat berguna untuk mempengaaruhi

kehidupan dan perkembangan intelektual, sosial, nilai-nilai dan moral siswa.

c) Lingkungan Masyarakat

Karena keluarga dan sekolah berada didalam lingkungan masyarakat,

lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap

perkembangan penyesuaian diri. Nilai-nilai, aturan, norma dan moral dalam

masyarakat akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masayarakat akan

berpengaruh dalam penyesuaian diri. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit

penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja sebagai salah satu bentuk

19
penyesuaian diri yang tidak baik yang berasal dari pengaruh lingkungan

Masyarakat.

5. Agama dan budaya

Agama sangat berkaitan erat dengan faktor budaya. Agama memberikan

sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik yang memberikan makna sangat

mendalam, tujuan dan keseimbangan hidup individu. Agama mengingatkan

manusia tentang nilai intrinsik dan kemuliaan manusia yang diciptakan oleh

Tuhan bukan sekadar nilai instrumental seperti yang diciptakan oleh manusia.

Selain agama budaya juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

penyesuaian diri. Hal ini terlihat jika dilihat dari adanya karaktersitik budaya yang

diwariskan kepada individu melalui media dalam lingkungan keluarga, sekolah,

maupun masyarakat.

4. Pentingnya Penyesuaian diri

a) Bagi individu

Kemampuan untuk menyesuaikan diri merupakan suatu keharusan dalam

setiap individu. Karena banyak perubahan-perubahan yang terjadi didalam

kehidupan maka individu dituntut untuk bisa menyesuaikan dirinya. Seseorang

harus menyesuaikan gaya hidupnya dengan sedemikian rupa sehingga dapat

memanfaatkan atau melindungi diri terhadap akibat dari perubahan tersebut. Pada

dasarnya, kemampuan dalam menyesuaikan diri dibentuk oleh kebudayaan yang

dianut oleh individu tersebut. Selain kebudayaan yang di anut, kadang individu

bingung dengan keberadaan budaya asing. Oleh karena itu setiap orang harus

20
mengenal dirinya; sesungguhnya pengenalan diri merupakan syarat pokok dalam

penyesuaian diri yang baik (Sobur, 2003).

b) Bagi Remaja

Masa remaja memiliki urgensi yang sangat penting dalam siklus

kehidupan manusia. Sementara itu banyak orang berpendapat bahwa banyak

persoalan yang dihadapi remaja merupakan suatu beban, dan harus mampu

memikul beban tersebut dalam menyongsong masa depan. Dalam permasalahan

yang lain ditemukan juga remaja harus mampu beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya agar mampu menciptakan suatu kehidupan yang baik. (Fahmi, 1982)

21
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan dan Strategi Penyelidikan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Hal ini terlihat dari prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskripsi: ucapan atau tulisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang

(subjek) itu sendiri. Bob dan Taylor, mendefinisikan metodologi kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati

(dalam Lexy, 2005).

Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk menjawab

permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam

konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan

alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi,

serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif (dalam Zainal,

2012).

Sugiyono mengemukakan beberapa karakteristik penelitian

kualitatif sebagai berikut:

1) Dilakukan pada kondisi alamiah (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument

kunci.

22
2) Penelitian kualitatif bersikap deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada

angka.

3) Penelitian kualitatif menekankan pada proses daripada produk atau

outcome.

4) Penelitian kualitatif merupakan analisis data secara induktif.

5) Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang

teramati)

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian dengan pendekatan Fenomenologi. Penelitian fenomenologi

yaitu jenis penelitian kualitatif yang melihat dan mendengar lebih dekat

dan terperinci penjelasan dan pemahaman individual tentang pengalaman-

pengalamannya. Penelitian fenomenologi memiliki tujuan yaitu guna

menginterpretasikan serta menjelaskan pengalaman-pengalaman yang

dialami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk pengalaman saat

interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Dalam konteks

penelitian kualitatif, kehadiran suatu fenomena dapat dimaknai sebagai

sesuatu yang ada dan muncul dalam kesadaran peneliti dengan

menggunakan cara serta penjelasan tertentu bagaimana proses sesuatu

menjadi terlihat jelas dan nyata.

Peneliti memilih menggunakan metode ini dengan bahan

perimbangan bahwa fenomena yang diteliti termasuk fenomena yang

membutuhkan penggunaan pengamatan serta observasi lebih dalam dan

23
bukan menggunakan model angka atau statistik. Selain itu, dengan

penelitian kualitatif akan lebih mudah apabila berhadapan dengan kondisi

yang nyata atau data yang sebenarnya. Penelitian kualitatif dipilih dengan

alasan karena adanya kedekatan dan kemudahan informasi yang bisa

diakses terkait penelitian. Selain itu, alasan lainnya karena kedekatan

antara peneliti dan responden maka dalam hal penyampaian informasi

akan lebih terbuka dan transparan sehingga data yang dikumpulkan akan

lebih mendalam.

B. Pendekatan Analisis Data Kualitatif

Noeng Muhadjir (1998) mengemukakan pengertian analisis data

sebagai “upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil

observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman

peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan

bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut

analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.”

Pengertian seperti itu, tampaknya searah dengan pendapat Bogdan,

yaitu: “Data analysis is the process of systematically searching and

arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that

you accumulate to increase your own understanding of them and to enable

you to present what you have discovered to others” (Sugiono, 2007). Yang

perlu digaris bawahi dari analisis data menurut Bogdan, selain yang

dikemukakan Noeng Muhadjir ialah field notes atau catatan lapangan,

masalah ini akan diuraikan dalam penjelasan khusus.

24
Pendekatan metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan pendekatan tematik. Menurut Boyatzis (dalam Braun &

Clarke, 2006) pendekatan tematik adalah metode untuk mengidentifikasi,

menganalisis dan melaporkan tema-tema yang terdapat dalam suatu

fenomena. Menurut Arnold (2006) analisis tematik adalah metode untuk

mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan pola-pola atau tema dalam

suatu data. Oleh karena itu metode ini dapat mengatur dan

menggambarkan data secara mendetail agar dapat menafsirkan berbagai

aspek tentang topik penelitian.

Menurut Poerwandari (2005) pendekatan tematik merupakan suatu

proses yang digunakan dalam mengolah informasi kualitatif yang secara

umum bertujuan untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan

lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena

yang dikaji dari pada merinci menjadi variabel-variabel yang saling

berkaitan dan dilaksanakan secara sistematis.

C. Sampling/Subjek Penelitian

Subjek penelitian Subjek penelitian menurut Suharsimi Arikonto

tahun (2016) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau

orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang di

permasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian mempunyai

peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data

tentang variabel yang penelitian amati.

25
Subjek penelitian merupakan tempat variabel melekat. Subjek

penelitian adalah tempat di mana data untuk variabel penelitian diperoleh

(Arikunto, 2010).

Pada penelitian kualitatif responden atau subjek penelitian disebut

dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang

diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik Purposive Sampling merupakan metode

pemilihan subjek yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh

subjek, pemilihan subjek karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan

penelitian yang akan dilakukan. Menurut Herdiansyah (2011) dalam teknik

purposive sampling, peneliti memilih subjek penelitian dan lokasi

penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau untuk memahami

permasalahan pokok yang akan diteliti. Subjek penelitian dan lokasi

penelitian yang dipilih dengan teknik purposive sampling disesuaikan

dengan tujuan penelitian.

Adapun penelitian ini dilakukan pada remaja dengan orangtua yang

mengalami perceraian yang ada disekitar peneliti, adapun yang menjadi

kriteria subjek dalam penelitian ini adalah: suami istri yang belum

memiliki anakk.

D. Metode Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data menjadi langkah penting dalam sebuah

penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

26
memperoleh data dan informasi di antaranya meliputi observasi dan

wawancara. Adapun data yang diambil adalah data yang memiliki

hubungan dengan strategi coping stress pada remaja dengan orangtua yang

bercerai.

a) Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan yang

digunakan peneliti dalam pencatatan fenomena yang terjadi dan

dilakukan secara sistematis.

Sukmadinata (2009) mengungkapkan bahwa observasi atau

pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadapat kegiatan yang

sedang berlangsung. Herdiansyah (2013) menyatakan observasi

adalah sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati

serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

Dalam hal ini peneliti datang langsung ke lokasi dan

melakukan pengamatan. Jenis observasi yang diambil oleh peneliti

adalah observasi partispasi (participant observation) ialah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk

memperoleh gambaran tentang coping stress pada pasangan suami

istri yang belum memiliki anak

b) Wawancara

27
Wawancara adalah sebuah teknik pengumpulan data dan

informasi dengan cara melakukan interview langsung kepada pihak

yang berkepentingan dalam keperluan peneliti untuk mendapatkan

data dan informasi. Moleong (2016) menjelaskan bahwa wawancara

adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan.

Sementara Sugiyono (2015) mengatakan bahwa wawancara

adalah suatu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab terhadap

responden melalui instrumen pertanyaan tertulis, baik melalui

wawancara terstuktur maupun tidak terstruktur.

Tabel 2
Daftar Pedoman Wawancara Riwayat Hidup Subjek
Aspek Indikator
1. Latar belakang 1. Jumlah anggota keluarga, usia tiap
keluarga anggota keluarga.
2. Pekerjaan anggota subjek.
3. Daerah asal subjek.
2. Pandangan subjek 1. Sikap subjek terhadap kelurga.
terhadap linkungan 2. Sikap subjek dengan masyarakat .
3. Pandangan subjek 1. Sikap subjek terhadap masalah yang
terhadap masalah terjadi.
2. Sikap subjek dalam menanggulangi
masalah.
4. Riwayat pekerjaan 1. Pekerjaan subjek.
2. Sudah berapa lama subjek bekerja.
3. Pekerjaan apa saja yang sudah pernah
dilakukan subjek.

28
Tabel 3
Pedoman Wawancara Penyesuaian Diri Berdasarkan aspek-aspek Penyesuaian
Diri Schneider
No Variabel Aspek-aspek Indikator Pertanyaan
1 Penyesuaian Kemampuan a. Pengendalian diri a. Bagaimana cara saudara
Diri mengontrol emosi terhadap respon negatif merespon ketika seseorang
yang berlebihan lingkungannya mengejek saudara mengenai
b. Perasaan subjek putus sekolah?
terhadap respon negatif b. Bagaimana perasaan saudara
orang lain ketika teman atau keluarga
saudara membahas mengenai
saudara putus sekolah?
Kemampuan a. Keterbukaan subjek a. Jika saudara memiliki suatu
meminimalisir terhadap masalah yang masalah apakah saudara
mekanisme dialami mengatakannya kepada
pertahanan diri b. Kemampuan dalam teman atau keluarga
menghadapi masalah saudara? Atau apakah
saudara memiliki teman atau
keluarga yang saudara
percaya untuk bercerita
mengenai masalah yang
saudara miliki?
b. Jika saudara ada suatu
masalah bagaimana cara
saudara untuk
menghadapinya?
Kemampuan a. Kemampuan dalam a. Bagaimana cara saudara
mengurangi rasa menjalani hubungan berinteraksi dan
frustasi dalam lingkungannya menyesuaikan diri dengan
b. Kemampuan subjek teman saudara yang masih
dalam menjaga bersekolah?
hubungan dari sifat dan b. Jika saudara emosi
emosi yang dimiliki bagaimana cara saudara
keluarga dalam menhadapi emosi itu?
Apakah saudara tahan atau
saudara luapkan emosi
tersebut? Kalua iya
bagaimana cara saudara
untuk meluapkan emosi
tersebut?
Pola pikir rasional a. Bagaimana cara subjek a. Bagaimana cara saudara
dan kemampuan dalam untuk mempertimbangkan
mengarahkan diri mempertimbangkan banyak masalah yang ada di
masalah dalam kehidupan saudara?
b. Bagaimana cara subjek b. Jika saudara di hadapi

29
keluar dari masalah dengan suatu masalah
yang dialami bagimana cara saudara
menyelesaikannya?

Kemampuan a. Pengalaman masa lalu a. Apakah ada pengalaman


untuk belajar dan subjek masa lalu saudara yang
memanfaatkan b. Pandangan subjek pada membuat saudara merasa
pengalaman masa orang yang memiliki sedih atau kecewa yang
lalu nasib yang sama saudara ingat sampai
sekarang?
b. Bagaimana pandangan
saudara mengenai orang
yang juga putus sekolah?
Sikap realistis dan a. Bagaimana cara subjek a. Bagaimana cara saudara
objektif dalam menghadapi menghadapi kritikan atau
pendapat masyarakat pendapat mengenai saudara
b. Bagaimana strategi yang putus sekolah?
subjek dalam menilai b. Bagaimana penilaian saudara
dampak putus sekolah mengenai dampak dari putus
sekolah tersebut?

E. Desain Penelitian

1) Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan

sasaran atau permasalahan penelitian dan juga merupakan salah

satu jenis sumber data yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti

pemilihan lokasi atau site selection berkenaan dengan penentuan

unit, bagian, kelompok, dan tempat dimana orang-orang terlibat di

dalam kegiatan atau peristiwa yang akan diteliti. Penelitian

dilakukan di rumah subjek di Lubuk Basung, Kabupaten Agam

provinsi Sumatera Barat. Peneliti memilih lokasi ini, selain karena

lokasinya yang lumayan dekat dari rumah, tempatnya juga tidak

terlalu ramai sehingga proses penelitian tidak terganggu.

30
2) Jumlah Responden

Jumlah subjek atau responden pada penelitian ini berjumlah

satu orang dan berjenis kelamin perempuan.

3) Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan waktu yang digunakan untuk

memperoleh pemecahan masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti

memperkirankan waktu satu sampai dua minggu untuk

menyelesaikan seluruh proses penelitian.

F. Keterpercayaan Penelitian

Sugiyono (2015) menyatakan bahwa teknik pemeriksaan

keabsahan data adalah derajat kepercayaan atas data penelitian yang

diperoleh dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sugiyono

(2015) menjelaskan bahwa untuk pemeriksaan keabsahan data dalam

penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas (credibility) dan uji

dependabilitas (dependability).

1) Uji Kreadibilitas

Uji Kredibilitas (credibility) merupakan uji kepercayaan

terhadap data hasil penelitian kualitatif (Prastowo, 2012). Moleong

(2016) menyatakan bahwa uji kredibilitas ini memiliki dua fungsi,

yaitu fungsi pertama untuk melaksanakan pemeriksaan sedemikian

rupa tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai, dan fungsi

yang kedua untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-

31
hasil penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan

ganda yang sedang diteliti.

2) Uji Dependabilitas

Prastowo (2012) uji Dependabilitas (Dependability) ini

sering disebut sebagai reliabilitas didalam penelitian kuantitatif, uji

dependabilitas didalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara

melakukan audit terhadap keseluruhan proses didalam penelitian.

Dijelaskan juga oleh Sugiyono (2015) bahwa uji dependabilitas

dilakukan dengan cara mengaudit segala keseluruhan proses

penelitian.

32
33

Anda mungkin juga menyukai