Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

Gizi Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

Alya Khairunnissa (2306273993)


Ana Margaretha Que (2306315485)
Liv Tiffany Sutedja (2306225445)
Maria Theodora Pandisurya (2306209542)
Morin Kristiani Panggabean (2306157841)
Nadaa Nabila (2306157822)
Thrasya Varelie (2306157885)
Trifosa Rehuel Alfasan (2306157803)

Kelompok 5 – Dasar Kesehatan Masyarakat


Dosen : Drs. Bambang Wispriyono, Apt., PhD
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 1


BAB 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 2
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
A. Definisi Zat Gizi dan Jenis Zat Gizi ......................................................................... 4
B. Definisi Gizi Kesehatan Masyarakat ......................................................................... 5
C. Pengaruh Gizi terhadap Kesehatan Masyarakat pada Khususnya dan pada Sumber
Daya Manusia pada Umumnya ...................................................................................... 6
D. Posisi Gizi pada SDGs (Sustainable Development Goals) ......................................... 8
E. Masalah Triple Burden Bidang Gizi di Indonesia ...................................................... 10
F. Masa 1000 HPK dan Akibatnya jika Kurang Maksimal ............................................. 14
G. Pengaruh Gizi Terhadap Kualitas Suatu Negara ........................................................ 16
BAB 3
PENUTUP ......................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gizi kesehatan masyarakat merupakan bentuk kesehatan masyarakat yang


mempunyai acuan tersendiri pada kondisi kesehatan masyarakat yang melakukan
peninjauan terhadap pola hidup masyarakat, status gizi, dan kesehatan. Gizi kesehatan
masyarakat sendiri memiliki fokus dalam lingkup kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat. Adanya penyediaan layanan dan fasilitas yang optimal, membuat program
ini dapat berjalan dengan baik, dan disesuaikan agar memiliki relevansi yang sejalan
dengan kebutuhan masyarakat. Antara lain, gizi kesehatan masyarakat meliputi promosi
kesehatan, pembuatan kebijakan, pemberlakuan penegakan, dan penerapan pola hidup
sehat dalam setiap aspek kehidupan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian zat gizi serta apa saja yang termasuk zat gizi ?
2. Apa pengertian gizi kesehatan masyarakat ?
3. Bagaimana pengaruh gizi terhadap kesehatan masyarakat pada khususnya dan pada
sumber daya manusia pada umumnya ?
4. Apa saja posisi gizi pada SDGs (sustainable development goals) ?
5. Apa masalah triple burden bidang gizi ?
6. Apa yang dimaksud dengan 1000 HPK ?
7. Bagaimana pengaruh gizi terhadap kualitas suatu negara ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari zat gizi serta apa saja yang termasuk zat gizi
2. Mengetahui definisi gizi kesehatan masyarakat
3. Menjelaskan pengaruh gizi terhadap kesehatan masyarakat pada khususnya dan pada
sumber daya manusia pada umumnya
4. Menjelaskan posisi gizi pada SDGs (sustainable development goals)
5. Mengetahui masalah triple burden bidang gizi
6. Mengetahui definisi dari 1000 HPK
7. Menjelaskan pengaruh gizi terhadap kualitas suatu negara
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi Zat Gizi dan Jenis Zat Gizi


Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses kehidupan. Berikut adalah yang termasuk jenis zat gizi:
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi yang berperan dalam menghasilkan energi yang utama dalam
tubuh. Fungsi karbohidrat dalam tubuh karbohidrat berperan sebagai penghasil energi
utama sehingga kebutuhan tubuh akan karbohidrat diperhitungkan akan fungsinya sebagai
penghasil energi. Selain berfungsi dalam menghasilkan energi karbohidrat juga sebagai
pemberi rasa manis pada makanan, mengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran
feses dan sebagai penghemat protein.
Sumber Karbohidrat :
Sumber utama karbohidrat yaitu bahan makanan pokok seperti beras, jagung, sagu,
gandum.

2. Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang di butuhkan oleh tubuh dan memiliki
peran penting dalam membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, peran
penting ini tidak dapat digantikan oleh zat gizi lainnya. Protein di perlukan oleh tubuh untuk
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan, mengatur keseimbangan air, serta
untuk membentuk antibodi. Adapun jenis-jenis protein yaitu protein enzim, protein
structural, protein hormone, protein antibodi, protein transport, protein pengikut dan
protein penggerak. Masing-masing jenis protein memiliki fungsi yang berbeda-beda untuk
tubuh.
3. Lemak
Lemak termasuk salah satu sumber energi yang sangat penting di butuhkan khususnya
manusia guna melakukan aktivitas sehari-hari. Manusia mempunyai tubuh yang
membutuhkan kadar lemak yang seimbang. Hal ini untuk membuat agar cadangan energi
tetap ada. Lemak merupakan suatu molekul yang terdiri atas okigen, hidrogen, karbon, dan
terkadang terdapat nitrogen serta forforus. Lemak tidak mudah larut dalam air maka dari
itu untuk melarutkan lemak di butuhkan pelarut khusus seperti choloroform.

4. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen,
danterkadang nitrogen atau elemen lain yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
agarmetabolisme, pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal. Jenis nutrien
ini merupakan zat-zat organik yang dalam jumlah kecil ditemukan pada berbagai macam
makanan. Vitamin tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi.
Sumber Vitamin :
Sumber Vitamin dapat ditemukan pada sayur sayuran, buah-buahan, daging, telur, ikan,
kacang serta biji bijian.

5. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan organ maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan . Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh
manusia. Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang
lebih banyak terdapat di alam makanan nabati.

B. Definisi Gizi Kesehatan Masyarakat


Terkait erat dengan ”gizi kesehatan masyarakat” adalah ”kesehatan gizi masyarakat,”
yang mengacu pada cabang populasi terfokus kesehatan masyarakat yang memantau diet,
status gizi dan kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan memberikan peran
kepemimpinan dalam menerapkan public kesehatan prinsip- prinsip untuk kegiatan yang
mengarah pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pengembangan
kebijakan dan perubahan lingkungan. Definisi gizi kesehatan masyarakat merupakan
penyulingan kompetensi untuk gizi kesehatan masyarakat yang disarankan oleh para
pemimpin nasional dan internasional di lapangan.
Gizi istilah dalam kesehatan masyarakat mengacu pada gizi sebagai komponen
dari cabang kesehatan masyarakat , ”gizi dan kesehatan masyarakat” berkonotasi
eksistensi gizi dan kesehatan masyarakat, dan gizi masyarakat mengacu pada cabang
kesehatan masyarakat yang berfokus pada promosi kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat dengan menyediakan layanan berkualitas dan program berbasis masyarakat
yang disesuaikan dengan kebutuhan yang unik dari komunitas yang berbeda dan
populasi. Gizi masyarakat meliputi program promosi kesehatan, inisiatif kebijakan dan
legislatif, pencegahan primer dan sekunder, dan kesehatan di seluruh rentang hidup.

C. Pengaruh Gizi terhadap Kesehatan Masyarakat pada Khususnya dan pada


Sumber Daya Manusia pada Umumnya
Berdasarkan pengertian WHO, kesehatan atau sehat adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif baik
secara ekonomi maupun sosial. Teori Bloom menyatakan terdapat 4 faktor determinan
penentu kesehatan, salah satunya adalah gaya hidup atau life style. Gaya hidup
seseorang dapat mempengaruhi kesehatan suatu individu. Pola makan termasuk dalam
gaya hidup. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Konsumsi
yang kurang baik kualitasnya akan memberikan kondisi kesehatan dan gizi yang tidak
seimbang. Hal ini menjadi penyebab banyaknya penyakit disebabkan oleh praktik gizi
dan gaya hidup yang buruk (Boorse, 2011). Tiga di antaranya adalah penyakit gizi lebih
(obesitas), penyakit gizi kurang penyakit metabolik bawaan, dan penyakit keracunan
makanan (Soedioetama, 2004).
Pada akhir abad ke-20 terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari
pembangunan ekonomi menjadi pembangunan sumber daya manusia oleh Program
Pembangunan PBB (United Nation Development Programs). Paradigma pembangunan
mengukur keberhasilan pembangunan tidak hanya dari income per kapita, melainkan
juga dari indeks kualitas sumber daya manusia (Human Development Index) (HDI).
Indeks HDI ditentukan oleh 3 komponen utama yang meliputi pendidikan, kesehatan,
dan ekonomi. Komponen kesehatan diukur dari angka harapan hidup, kematian bayi,
dan kematian ibu.
Selanjutnya, kualitas SDM dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu fisik dan non
fisik. Kualitas fisik dan kualitas non fisik dapat diukur dari status gizi dan IQ. Tingkat
kecerdasan dapat ditentukan oleh gizi makanan. Makanan bergizi lengkap sebagai salah
satu aspek kesehatan, sangat menentukan perkembangan fisik dan intelektual yang
menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu, kecukupan gizi secara
kuantitatif dan kualitatif sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Kecukupan
makanan bergizi bagi pengembangan kualitas SDM diperlukan sejak dalam kandungan.
Oleh karena itu, kecukupan gizi bagi ibu hamil dan anak harus diperhatikan.
Berikut adalah penanganan gizi yang dapat dilakukan dengan pendekatan
Kesehatan Masyarakat.
1. Surveillance and Monitoring (Surveilans dan Pemantauan)
Proses survei dan monitor gizi berupa kegiatan terstruktur yang memberikan
informasi tentang diet, gizi, status kesehatan, hubungan antara diet dan kesehatan, dan
faktor yang mempengaruhi status gizi serta diet. Langkah ini biasanya dilakukan oleh
instansi seperti BPOM dan Kementerian Kesehatan. Data yang didapat dari survei dan
monitor dapat digunakan untuk membuat kebijakan kesehatan selanjutnya.
2. Assessment, Program Planning, and Evaluation (Penilaian, Perencanaan
program, dan Evaluasi)
Penilaian menjadi dasar untuk mengembangkan dan melaksanakan perencanaan
program serta mengevaluasi program. Penilaian dapat dilakukan dari melihat data yang
didapat dari instansi resmi.
3. Public Health Nutritionist (Ahli Gizi Kesmas)
Ahli gizi diperlukan karena memiliki keterampilan kegiatan gizi kesehatan
masyarakat. Fungsi ahli gizi kesmas :
-Perencana makro, pembuat keputusan, dan kepala sektor pemerintahan.
- Memberikan kepemimpinan dalam menilai kebutuhan gizi kesehatan
masyarakat, melakukan perencanaan kampanye, dan mengevaluasinya.
- Bertanggung jawab dalam memastikan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan tentang penyelenggaraan pelayanan gizi masyarakat dan
penjaminan kompetensi tenaga kerja gizi.
4. Training Public Health Nutrition Professionals (Pelatihan untuk Para
Profesional Ahli Gizi Kesmas)
Menurut Harvard University, tujuan melatih para profesional ahli gizi kesmas
adalah :
- Untuk memperoleh pengetahuan rinci tentang dasar biologis gizi dan
mekanisme diet yang dapat mempengaruhi kesehatan.
- Untuk mengembangkan kemampuan menerjemahkan penelitian ke dalam
praktik, melalui kebijakan, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program,
manajemen, komunikasi lisan dan tertulis serta penyebaran informasi gizi.
- Untuk mendapatkan perspektif interdisiplin tentang gizi kesmas, di kedua
ranah, baik itu domestik maupun internasional.
- Untuk mengembangkan keterampilan kuantitatif yang diperlukan dalam
biostatistik untuk mengevaluasi hubungan diet dan penyakit dalam studi
epidemiologi.
-Untuk mencapai keterampilan dalam mengembangkan proposal penelitian
yang membutuhkan integrasi pengetahuan tentang gizi manusia dengan konsep
epidemiologi, dalam rangka perbaikan pola makan dan aktivitas serta mengurangi
risiko penyakit pada populasi.

D. Posisi Gizi pada SDGs (Sustainable Development Goals)


SDGs (Sustainable Development Goals) atau yang dalam bahasa
Indonesia dikenal sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) merupakan
sebuah program yang digagas untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial
masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan
terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
Terdapat 17 tujuan yang dibentuk sebagai komitmen global dan
nasional, yaitu: (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan
Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan
Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya
Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan
Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem
Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang
Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Poin kedua (Tanpa Kelaparan) dan ketiga (Kehidupan Sehat dan
Sejahtera) pada tujuan SDGs membahas permasalahan akan Gizi yang ada di dunia
dengan memiliki beberapa tujuan, antara lain:

a. Tanpa Kelaparan
b. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan
mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Tujuan ini sejalan dengan
prioritas pembangunan Indonesia yang termaktub ke dalam prioritas ketahanan
pangan dan penciptaan lapangan kerja. Kekurangan pangan banyak terjadi
dikarenakan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kemiskinan,
ketidakstabilan sistem pemerintahan, penggunaan lingkungan yang melebihi
kapasitas, diskriminasi dan ketidakberdayaan seperti pada anak-anak, wanita,
dan lansia, terbatasnya subsidi pangan, meningkatnya harga-harga pangan,
menurunnya pendapatan riil dan tingginya tingkat pengangguran. Hal ini
menyebabkan meningkatnya penderita kekurangan gizi baik anak anak di
bawah lima tahun (balita) sampai lansia.
c. Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi


semua orang di segala usia. Fokus dari seluruh target tersebut antara lain gizi
masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga
Berencana (KB), serta sanitasi dan air bersih. Gizi yang baik pada ibu dan anak dapat
mengurangi angka kematian ibu dan anak secara global. Hal ini disebabkan karena
dengan gizi yang buruk, maka dalam jangka pendek dapat menyebabkan terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua. Hal-hal tersebut dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia, produktivitas, dan daya saing bangsa.

E. Masalah Triple Burden Bidang Gizi di Indonesia


Triple burden of malnutrition atau tiga beban malnutrisi merupakan suatu kondisi
yang mengacu pada kekurangan, kelebihan, dan ketidakseimbangan asupan gizi. Istilah
malnutrisi mencakup kelompok kondisi yang luas diantaranya yaitu kurang gizi yang
mencakup stunting/kerdil (tinggi badan rendah menurut usia), wasting/kurus (berat
badan rendah menurut tinggi badan), underweight/kekurangan berat badan (berat badan
rendah menurut usia) dan defisiensi atau insufisiensi mikronutrien (kekurangan vitamin
dan mineral penting). Adapun yang lainnya adalah kelebihan berat badan, obesitas, dan
penyakit tidak menular yang berhungan dengan pola makan (seperti penyakit jantung,
stroke, dan kanker) (WHO, 2020). Secara global, masalah ini sangat mempengaruhi
tingkat kesehatan setiap negara. Pada orang dewasa, sekitar 1,9 miliar orang dewasa di
seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan, sementara 462 juta kekurangan berat
badan. Adapun pada anak-anak diperkirakan sebanyak 41 juta anak di bawah usia 5
tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, sementara sekitar 159 juta anak
mengalami stunting dan 50 juta anak mengalami wasting. Disamping itu, yang
menambah beban ini terdapat 528 juta atau 29% wanita usia subur di seluruh dunia
mengalami anemia (WHO, 2020). Di Indonesia sendiri, sebanyak 30,8% balita
mengalami stunting (pendek dan sangat pendek),10,2% balita mengalami wasting
(kurus dan sangat kurus), 35,4% orang dewasa memiliki stastus gizi lebih (overweight
dan obesitas), dan sebanyak 48,5% ibu hamil mengalami anemia (Riskesdas, 2018).

Beban ganda malnutrisi dapat terjadi akibat konsumsi pangan yang tidak cukup dan
kerawanan pangan, beban penyakit, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan
lingkungan yang tidak mendukung, praktik pemberian makan dan pengasuhan yang
tidak adekuat, serta akar masalah dan isu yang terkait seperti kemiskinan dan
ketidakmerataan, tren demografi dan urbanisasi, desentralisasi, gender, kepercayaan
Dampak Triple Burden of Malnutrition Kondisi balita stunting dapat berdampak
terhadap penurunan produktifitas saat usia muda, dan meningkatkan risiko terkena
penyakit tidak menular saat dewasa (The World Bank, 2015). Adapun wasting dapat
menyebabkan menurunnya kecerdasan, produktifitas, kreatifitas, kualitas SDM, serta
meningkatkan risiko kematian anak (Hendrayati, 2013). Selain itu, dampak obesitas
diantaranya menyebabkan kondisi sindrom metabolik, diabetes melitus tipe II, penyakit
ginjal, penyakit jantung, penyakit liver, dislipidemia, dan lain-lain (NHLBI, 2018).
Sementara anemia (terlebih pada ibu hamil) dapat meningkatkan risiko kehamilan
abortus, prematur, gangguan proses persalinan (perdarahan), gangguan masa nifas
(kurangnya daya tahan terhadap infeksi dan stres, produksi ASI rendah), dan gangguan
pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, cacat bawaan, BBLR, kematian perinatal,
dll) (Irianto, 2014).

Masalah gizi bersifat kompleks dan saling terkait, dapat terjadi mulai sebelum
kelahiran sampai dapat menjadi sikus. Ibu yang mengalami berat badan kurang
cenderung melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan dengan
risiko kematian yang lebih tinggi. Berat badan berlebih dan obesitas pada ibu juga
meningkatkan risiko kematian bayi. Sementara bayi BBLR cenderung mengalami
kekurangan gizi pada masa kanak-kanak. Kekurangan gizi dan kegemukan selama masa
kanak-kanak dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas. Kurang gizi
dapat menyebabkan kematian balita dan meningkatkan resiko penyakit menular seperti
diare dan infeksi saluran pernapasan akut. Pada saat yang sama, anak yang gemuk
cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang mengalami berat badan berlebih dan
mengalami penyakit tidak menular yang berkaitan dengan pola makan seperti diabetes
tipe dan penyakit kardiovaskular. Remaja putri yang mengalami malnutrisi lebih rentan
untuk menjadi wanita dewasa yang juga terkena malnutrisi dan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah. dan diwariskan ke generasi selanjutnya. Dengan demikian, ia
akan mewariskan masalah gizi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Bappenas,
2019).

Selain dampak kerugian dalam bidang kesehatan, malnurisi juga menghambat


pembangunan manusia, mengakibatkan kemiskinan intergenerasi, dan memperlambat
pertumbuhan ekonomi. Stunting dan kekurangan gizi lainnya diperkirakan merugikan
Indonesia lebih dari US$ 5 miliar per tahun atau setara dengan hilangnya 2-3% dalam
produk domestik bruto karena kehilangan produktivitas sebagai akibat dari standar
pendidikan yang buruk dan berkurangnya kemampuan fisik Kerugian juga akan lebih
besar jika obesitas dan kelebihan berat badan serta penyakit tidak menular
diperhitungkan.(Bappenas, 2019) dan praktik budaya, dan keadaan darurat (Bappenas,
2019).

Ancaman Pandemi terhadap Peningkatan Prevalensi Triple Burden of


Malnutrition
Pandemi COVID-19 berpotensi meningkatkan kejadian triple burden of malnutrition.
Hal ini dapat disebabkan akibat beberapa kondisi seperti:

1. Terjadi goncangan ekonomi masyarakat (tingginya angka PHK, meningkatnya


jumlah pengangguran, dan angka kemiskinan) yang dapat menurunkan akses
masyarakat terhadap pangan
2. Pembatasan layanan kesehatan.
3. Kurangnya pendidikan, informasi dan kepedulian terhadap pemenuhan gizi seimbang
4. Faktor lain seperti minimnya ketersediaan air bersih, meningkatnya angka urbanisasi,
terjadinya bencana alam, dll (Pkemensos.go.id, 2021).

Tantangan dalam Optimalisasi Program Gizi (Khususnya dalam Pemenuhan


Pangan) di Masa Pandemi

Berdasarkan studi literatur dan pengkajian internal yang dilakukan ILMAGI, berikut
beberapa tantangan dalam mengoptimalkan program gizi khususnya yang terkait
pemenuhan pangan masyakarat di masa pandemi:

1.Menyelaraskan program gizi dengan program bantuan COVID-19

Dikutip dari laman Kompas.com (26/08/2020), terdapat 7 bantuan yang diterima


masyarakat selama masa pandemi COVID, yaitu bantuan sembako, bantuan sosial
tunai, BLT dana desa, listrik gratis, kartu prakerja, subsidi gaji karyawan, dan BLT
usaha mikro kecil. Tantangan bagi para pemangku kebijakan adalah selain bantuan
tersebut tepat sasaran, juga perlu dipastikan bantuan tersebut dapat digunakan
sebagaimana mestinya oleh penerima serta tidak hanya bertujuan untuk menanggulangi
masalah ekonomi akibat pandemi COVID-19, melainkan juga diselaraskan dengan
upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi. Seperti misalnya dengan cara
penandatanganan syarat dan ketentuan dan adanya pemberian edukasi kepada
masyarakat.

2.Kepercayaan diri dan konsistensi tenaga gizi dan kesehatan untuk berinovasi sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah

Dikutip dari laman UNICEF Indonesia (2020), seorang tenaga gizi di Klaten, Jawa
Tengah mengatakan bahwa “Tantangan terbesar adalah meyakinkan diri kita sendiri
untuk terus melakukan pekerjaan. Tidak mudah bagi kita untuk menghalau ketakutan
yang ada“. Ditengah pandemi COVID-19, upaya perbaikan gizi di Indonesia harus
tetap menjadi prioritas. Dengan adanya skema Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) dan protokol kesehatan menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga gizi untuk
melakukan inovasi yang berbasis bukti agar tujuan dan indikator program gizi dapat
tercapai.

3.Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

Misalnya melakukan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mampu menerapkan


pekarangan pangan lestari guna memenuhi kebutuhan gizi. Namun dalam melakukan
pemberdayaan kepada masyarakat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menurut
Candarmaweni dan Rahayu (2020), terdapat 5 faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yaitu

1) perencanaan dan sosialisasi


2) pendampingan dan pemberian motivasi kepada kelompok sasaran,
3) pelatihan pemanfaatan hasil pekarangan mendukung diversifikasi konsumsi
pangan,
4) monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan dampaknya, serta
5) pentingnya aspek promosi dan pemasaran

F. Masa 1000 HPK dan Akibatnya jika Kurang Maksimal


Masa 1000 Hari Pertama Kehidupan, atau dikenal dengan istilah 1000 HPK,
merupakan masa krusial yang dimulai sejak terjadinya fertilisasi hingga anak berusia 2
tahun. Masa ini sangat penting untuk masa depan seorang anak karena pesatnya
perkembangan struktur dan kognitif otak anak sehingga sangat rentan terhadap
pengaruh dari lingkungan luar. Selama masa 1000 HPK, pemenuhan akan nutrisi, kasih
sayang, stimulasi, dan imunisasi sangat diperlukan. Terdapat beberapa kemungkinan
buruk dan risiko yang terjadi jika masa 1000 HPK tidak terpenuhi dengan baik:
1. Malnutrisi. anak akan menjadi kurus (wasting) dan pendek (stunting),
perkembangannya terhambat sehingga kualitas hidupnya menjadi rendah. Pada
periode berikutnya, anak stunting memiliki metabolisme lemak yang lambat
sehingga rentan terkena obesitas, diabetes melitus, kardiovaskular, dan sindrom
metabolik lainnya. Kekurangan nutrien makro seperti protein dapat memengaruhi
IQ dan disregulasi perilaku.
2. Kurangnya yodium dan zink. Defisiensi atau gangguan transpor zat besi pada ibu
hamil meningkatkan risiko pada janin. Jika bayi mengalami defisiensi yodium, yang
berperan dalam sintesis hormon tiroid, maka akan memengaruhi kognitif otak dan
menyebabkan kretinisme pada anak dengan latar belakang mental berat dan berat.
Zink berperan dalam faktor transkripsi, lebih dari 100 enzim, dan memengaruhi
lempeng pertumbuhan anak. Anak mengalami defisiensi zink meningkatkan risiko
stunting.
3. Kurangnya ASI. Pada usia 6 bulan pertama, penyaluran kasih sayang melalui
pemberian ASI juga menstimulasi seluruh organ sensoris bayi yang berguna untuk
perkembangan bayi. Bayi yang mendapat ASI menunjukkan tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dari bayi dengan susu formula. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian selama 30 tahun, bahwa bayi yang menerima ASI selama 12 bulan
memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibanding bayi yang menerima ASI
selama kurang dari 1 bulan.
4. Kurangnya MP-ASI. Setelah fase 6 bulan pertama terlewati, bayi membutuhkan
Makanan Pendukung ASI (MP-ASI). Jika bayi kekurangan MP-ASI baik secara
kualitas maupun kuantitas, akan berefek pada growth faltering yang jika
berlangsung lama akan berisiko malnutrisi dan stunting pada anak berusia 6-23
bulan.
5. Kurangnya kasih sayang. Pola pengasuhan yang responsif dan penuh kasih
sayang menimbulkan rasa kepercayaan dan rasa aman pada anak. Jika anak
kekurangan kasih sayang, maka akan menimbulkan ketidakpercayaan dan
mengakibatkan gagal tumbuh karena deprivasi emosi, kondisi ketika seseorang
merasa tidak dipentingkan atau tidak terhubung karena kebutuhan emosionalnya
tidak terpenuhi.
6. Kurangnya stimulasi. Anak yang baru lahir memiliki sekitar 100 milyar sel neuron
yang masih lemah atau belum terhubung sama sekali dengan neuron lainnya. Oleh
karena itu, anak perlu sering diberikan pengalaman stimulasi agar memiliki
hubungan sinaps yang kuat. Sinaps yang sering digunakan akan menetap, tetapi
yang jarang digunakan akan menghilang. Jika anak tidak mendapatkan stimulasi
yang cukup, maka akan memberikan beberapa efek negatif, seperti strabismus. Pada
mata normal, rangsang kedua mata bersatu pada korteks visual oksipital. Pada
strabismus, salah satu mata tidak terkoneksi sehingga menghilangkan kemampuan
melihat secara tiga dimensi. Contoh lainnya yakni dyspraxia, gangguan koordinasi
saraf yang menyebabkan anak terlambat duduk atau berdiri, berjalan atau
melompat.
7. Screen time berlebihan. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) dari zaman ke zaman, juga meningkatkan pajanan screen time pada anak.
Screen time yang berlebihan pada anak menyebabkan keterlambatan bicara,
risiko autisme, hingga Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). World
Health Organization (WHO) tidak menganjurkan screen time pada anak berusia di
bawah 1 tahun. American Academy of Pediatrics juga tidak menganjurkan screen
time pada anak berusia di bawah 18 bulan. Pada anak berusia lebih dari itu, screen
time hanya dianjurkan 1 jam per hari dan hanya untuk program belajar dengan
pendampingan orang tua.

G. Pengaruh Gizi Terhadap Kualitas Suatu Negara


Menurut Sugihartono, (2015), gizi merupakan fondasi yang sangat penting dan
memiliki peran besar dalam bebagai aspek yang pada akhirnya memberikan kontribusi
terhadap pembangunan suatu bangsa, diantaranya:
1. Investasi gizi pada remaja perempuan dapat meningkatkan statusnya
kelak saat menjadi ibu dan bermanfaat bagi keluarga kecilnya sebagai
cikal bakal pencetakan sumber daya manusia.
2. Perhatian khusus pada gizi berdampak langsung pada keuntungan di
bidang pertanian dengan peningkatan produksi untuk penyediaan
kebutuhan pangan bagi masyarakat, dan menjaga keseimbangan
lingkungan dengan mempertahankan makan berbasis pangan lokal
3. Perbaikan gizi merupakan langkah awal dalam pengembangan SDM dan
penurunan kemiskinan
4. Program perbaikan gizi merupakan sebuah proses partisipasi yang
mengedepankan HAM
5. Gizi yang cukup meningkatkan imunitas dan berperan pada pencegahan
penyakit tidak menular (PTM).

Hubungan gizi dengan pembangunan bersifat timbal balik, yang artinya bahwa
gizi akan menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitupula sebaliknya kondisi suatu
bangsa dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya
Gizi dalam kaitannya dengan pembangunan suatu bangsa berkaitan dengan
sumber daya manusia, karena gizi sebagai sentra untuk pembangunan manusia.
Seseorang yang hidup didukung dengan gizi yang cukup sesuai kebutuhan akan tumbuh
dan berkembang secara optimal dan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas (fisik yang sehat, cerdas, kreatif, produktivitas tinggi).
Dikutip juga dari (Sugihartono 2015), bahwa apabila semua penduduk suatu
bangsa memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal maka akan terlahir penduduk yang memiliki kualitas yang baik, dan sumber
daya manusia yang berkualitas ini merupakan unsur utama dalam pembangunan suatu
bangsa
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Makanan bergizi adalah makanan yang cukup kwalitas dan kawantitasnya serta
mengandung unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan. Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat gizi.
Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh, di antaranya karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air. Revolusi Hijau adalah suatu istilah untuk menggambarkan
sebuah transformasi agrikultural yang membawa peningkatan produksi secara
signifikan di banyak negara berkembang sekitar tahun 1940-1960. Pangan merupakan
kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan
kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi menjadi landasan utama manusia untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

DAFTAR PUSTAKA

dr., Sugihartono, Anung, M.Kes. (2015). Status Gizi Pengaruhi Kualitas Bangsa. [online]
Sehat Negeriku. Tersedia di: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20150210/2111924/status-gizi-pengaruhi-kualitas-bangsa/ [Diakses 4 Nov. 2023].

Drs. Syafrizar, Wilda Welis, S.P., M. 2008. Ilmu Gizi UNP. Available at:
http://repository.unp.ac.id/490/1/ILMU%20GIZI.pdf

Gunardi, H. (2021) “Optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan: Nutrisi, Kasih Sayang,
Stimulasi, dan Imunisasi Merupakan Langkah Awal Mewujudkan Generasi Penerus yang
Unggul”, e-Journal Kedokteran Indonesia, 9(1), p. 1. doi: 10.23886/ejki.9.2.1.
Lepre, B. et al. (2022) ‘Global Architecture for the nutrition training of health professionals:
A scoping review and blueprint for next steps’, BMJ Nutrition, Prevention & Health,
5(1), pp. 106–117. doi:10.1136/bmjnph-2021-000354.

N. Saparudin. 2023. Zat Gizi Mikro

Notoatmodjo, S. (2008) ‘Kesehatan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia ’, Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional , 2(5). Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/39756-ID-kesehatan-dan-pembangunan-sumber-
daya-manusia.pdf (Accessed: 03 November 2023).

Rokom, R. (2019) Derajat Kesehatan 40% Dipengaruhi Lingkungan, Sehat Negeriku.


Available at:

Sehat Negeriku. (2015). Status Gizi Pengaruhi Kualitas Bangsa. [online] Available at:
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20150210/2111924/status-gizi-pengaruhi-
kualitas-bangsa/ [Accessed 5 Nov. 2023].

The World Bank. 2015. Beban Ganda Malnutrisi bagi Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI.
NHLBI. 2018. Overweight and Obesity.

Yekti, Rahayu. 2020. SDGs (Sustainable Development Goals) Dan 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Available.

Anda mungkin juga menyukai