DISUSUN OLEH:
M. AGRIS MUQTAVIN
PLAT DATAR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala hidayah dan inayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelusaikan modul perpindahan panas II mengenai konveksi paksa aliran laminer
pada plat datar ini.
Konveksi paksa aliran laminer pada plat datar ini merupakan salah satu subbab dari materi konveksi pada
Perpindahan Panas II yang merupakan matakuliah wajib bagi mahasiswa program sajana (S1) di program studi
keteknikan.
Modul ini telah penulis susun semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai macam pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan modul ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekuranyan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala macam
kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki modul ini.
Akhir kata penulis berharap semoga modul tentang konveksi paksa aliran laminer pada plat datar ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca untuk dapat menyelesaikan permasalah yang sama.
M.AGRIS MUQTAVIN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Pengantar.
1.2. Kompertensi.
1.3. Konsep Umum Konveksi Paksa.
1.4. Angka Nusselt (Nu).
1.5. Lapisan Batas Kecepatan.
1.6. Viskositas.
1.7. Aliran Diatas Pelat Rata.
1.8. Angka Reynold.
1.9. Contoh Soal Aliran Laminer Pada Pelat Datar.
BAB I
PENDAHULIAN
1.1. PENGANTAR
Konveksi adalah sebuah kensep perpindahan panas melalui fluida yang mengalir. Sesuai dengan aliran awalnya
konveksi ini dibagi menjadi dua yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Pada konveksi alami, semua aliran
fluida yang mengalir diakibatkan oleh sesuatu yang alamiah seperti efek pengapungan yaitu naiknya fluida
hangat dan turunnya fluida dingin. Sedangkan pada konveksi paksa, semua aliran fluida dipaksa melalui sebuah
permukaan atau didalam sebuat pipa oleh gaya dorong dari pompa atau kipas.
Menurut tempatnya konveksi terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
1. Konveksi Eksternal : aliran fluida yang mengalir diluar/dupermukaan sebuah sistem.
2. Konveksi Internal : aliran fluida yang mengalir pada didalam sebuah sistem seperti pipa.
Dalam bab ini kita akan membahas mengenai konveksi paksa eksternal yang mengalir secara laminer.
1.2. KOMPETENSI
Setelah membaca modul ini diharapkan para pembaca dapat menguasai mengenai toplik-topik konveksi paksa
ekternal serta mampu :
Mendeskripsikan tentang konsep konveksi eksternal
Menjelaskan tentang aliran fluida.
Menjelaskan lapisan batas kecepatan.
Menjelaskan lapisan batas thermal.
Q,perpindahan panas
Melalui fluida
Pelat panas,40oC
Gambar 1.3. perpindahan panas melalui fluida antara dua lempeng datar.
Meskipun perpindahan konveksi lebih spesifik, tapi laju perpindahan panasnya ternyata sebanding dengan
perbedaan suhu, dinyatakan dengan hukum pendinginan Newton sebagai berikut :
[W/m2] (1-1)
Atau
[W] (1-2)
Dimana :
h = koefisien perpindahan panas konveksi [W/m2.oC]
A = luas permukaan konveksi [m2]
Ts = suhu permukaan benda padat [oC]
Tꝏ = suhu fluida [oC].
Koefisien panas konveksi adalah laju perpindahan panas antara fluida dengan penmukaan benda padat
persatuan luas serta perbedaan suhu.
Jika suatu fluida dipaksa mengalir diatas permukaan benda padat, maka lapisan fluida yang bergesekan dengan
permukaan benda “melekat” pada permukaan benda itu. Artinya terdapat selapis lapisan sangat tipis dari fluida
dipermukaan benda dianggap tidak memiliki kecepatan(0) pada permukaan benda padat. Fenomena ini disebut
sebagai kondisi tanpa slip. Pengertian kondisi ini adalah bahwa perpindahan panas daripermukaan benda padat
kelapisan tipis fluida yang menempel berlangsung melalui kondisi murni, karena lapisan fluida tidak bergerak,
dapat dinyatakan sebagai:
[W/m2] (1-3)
Dimana:
T = distribusi suhu didalam fluida.
(1-4)
Angka nusselt lokal pada satu titik x untuk aliran laminer di atas lempeng datar adalah:
Tapi untuk fluida yang memiliki angka Prandtl kecil (logam cair) dan fluida yamg memiliki angka Prandtl sangat
besar (minyak berat,oli). persamaan diatas tidak dapat digunaka, untuk kasus logan cair. Angka Nusselt lokal
adalah:
(1-5)
Yang berlaku untuk Pr ≤ 0,05 dan (Rex.Pr) ≥ 100.
Untuk Angka Nusselt lokal Nux pada aliran laminer diatas lempeng isotermal, yaitu:
(1-6)
1.6. Viskositas
Viskositas adalah kekentalan suatu fluida, kekentalan suatu fluida adalah ukuran ketahanan fluida tersebut
untuk mengalir. Jadi semakin tinggi/ kental suatu fluida maka akan lebih sulit untuk dialirkan. Viskositas fluida
menurun terhadap suhu, sedangkan pada gas viskositasnya akan naik. Viskositas sangat dipengaruhi oleh jenis
zat cair seperti tabel 1.5 dibawah ini:
Tabel 1.6. viskositas dinamis beberapa fluida
fluida μ(kg./ms)
o
Air (0 C) 1,79 x 10-3
Air (20oC) 1,00 x 10-3
Air (100oC) 0,28 x 10-3
Gliserin 1,5
o
CO2(20 C) 0,014 x 10-3
Hidrogen (20oC) 0,009 x 10-3
Udara (0oC) 0,017 x 10-3
Udara (20oC) 0,018 x 10-3
[N/m2] (1-7)
Dimana:
Cf = koefisien gesekan
ρ = massa jenis fluida
Vꝏ = kecepatan seragam.
Koefisien gesekan pada satu titik x untuk aliran laminer di atas lempeng datar adalah:
(1-8)
Dan koefisikan gesek diseluruh permukaan pelat adalah:
(1-9)
Maka gaya gesekan diseluruh permukaan pelat didapat:
[N] (1-10)
(1-13)
Dimana: Vꝏ = kecepatam arus bebas [m/s]
δ = panjang karakteristik dari geometri permukaan [m]
v = μ/ρ = viskositas kinematik dari fluida [m2/s]
1.9. Contoh Soal Aliran LAminer Pada Pelat Datar
1. Udara pada 100oC dan 1 ATM mengalir sejajar lempeng rata dengan kecepatan 10 m/s. Hitung tebal
lapisan batas kecepatan dan koefisien gesekan pada jarak 5 m menurut solusi eksak dari Blasius dan
pendekatan dari Von Karman. Hitung pula gaya gesekan per satuan lebar lempeng pada 8 m pertama dari
ujung depan.
SOLUSI. Sifat udara pada 100oC (373,15oK, dibulatkan 400 oK) adalah v = 2,59x10-5 m/s, μ =
2,286x10-5Kg/m.s, k = 0,03365 W/moC, ⍴ = 0,8826 Kg/m3 dan Pr = 0,689
Pada x = 5 m,
a. Berdasar solusi eksak blasius
δv= 5 (x) (Rex)-1/2 = 5 (5) (1,93x106)-1/2
δv= 0,0180 m
0 , 664 0 , 664
1/ 2 =
-4
Cf,x= 1/ 2 = 3,68(10 )
ℜx 3243243 ,3
b. Berdasar pendekatan von karman
δv= 4,64 (x) (Rex)-1/2 = 4,64 (5) (1,93x106)-1/2
δv= 0,0167
1, 328 1 ,328
Cf = ℜ1 /2 = 3243243 , 31/ 2 = 7,37(10-4)
L