Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

MESIN PENGOLAH LIMBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN


BAKAR ALTERNATIF

DisusunOleh :
Ardi Nur Rahman (1421504737)
M. Agris Muqtavin (1421504813)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2018

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 1


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “MESIN
PENGOLAH LIMBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR
ALTERNATIF”.
Begitu banyak masalah teknis maupun non teknis dalam menyelesaikan Tugas
Makalah ini selama melakukan kaji pustaka maupun ketika penyusunan Tugas Makalah ini.
Dalam penyusunan Tugas Makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari
banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa suka cita
dan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menyertai dan memberkahi dalam
pembuatan Tugas Akhir.
2. Seluruh keluarga terutama orang tua saya atas segala dukungan, doa serta
bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir.
3. Bapak Pramoda Agung S, ST, MT. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan arahan dan masukan penyusunan Tugas Makalah ini.
4. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
penyelesaian Tugas Akhir.
5. Serta seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada beberapa hal yang dapat ditambahkan untuk
menyempurnakan dan melengkapi Tugas Makalah ini, sehingga penulis mengharapkan
tanggapan dan saran dari para pembaca.
Surabaya, 17 Juli 2018

Penulis

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 2


DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................... i
Kata Pengantar…………………………............................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ .1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah....................................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik dan Limbah.................................................................................................3
2.2 Proses Pembuatan Bahan Bakar Minyak dari Sampah Plastik.....................................4
2.3 Perbandingan Minyak dari Sampah Plastik dengan Minyak Lainnya.............................5
BAB III METODOLOGI
BAB IV ANALISA
BAB V KESIMPULAN
BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga
minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat
mengatasi masalah energi secara bersama-sama (Kompas, 2008). Salah satu cara mengurangi
kelangkaan energi adalah dengan cara waste to energy combation yang merupakan
pembakaran limbah yang akan dijadikan sebuah energi alternatif sekaligus mengurangi polusi
akibat limbah. Dari hasil survey sampah plastik merupakan masalah lingkungan berskala
global. Berdasarkan data hasil volume sampah per hari yang dihasilkan sekitar 20 m3 sekitar
3% pada setiap harinya merupakan sampah plastik.
Sampah plastik yang tidak terpungut oleh pemulung, penanganannya tidak bisa
dilakukan dengan metode landfill atau open dump. Pemusnahan sampah plastik dengan cara
pembakaran (incineration), kurang efektif dan beresiko sebab dengan pembakaran munculnya
polutan dari emisi gas buang (CO2, CO, NOx, dan SOx) dan beberapa partikulat pencemar
lainnya sehingga diperlukan cara pengolahan lain untuk mengolah sampah plastik. Salah
satunya adalah dengan cara mengonversi sampah plastik menjadi minyak. Hal ini bisa
dilakukan karena pada dasarnya plastik berasal dari minyak bumi, sehingga tinggal
dikembalikan ke bentuk semula. Selain itu plastik juga mempunyai nilai kalor cukup tinggi,
setara dengan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar. Dalam plastik juga terkandung unsur
yang lain seperti oksigen, nitrogen, chlor, dan belerang. Komponen utama yang menyusun
bahan bakar minyak (BBM) adalah sama juga dengan senyawa hidrogen. Dengan komponen
yang hampir sama dengan bahan bakar minyak, maka kami bermaksud membuat alat
pengolah limbah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif sebagai upaya untuk
mengatasi kelangkaan energi dan mengatasi polusi lingkungan akibat sampah plastik yang
sulit terurai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan diatas, penulisan ini bertujuan:


1. Mencari solusi akan permasalahan bahan bakar minyak dari fosil yang semakin menipis.
2. Menciptakan desain teknologi yang mampu mengolah sampah plastik menjadi bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan.
3. Mengatasi polusi lingkungan akibat sampah plastik yang sulit terurai.

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 4


1.3. Batasan Masalah

Merangkum penerapan tentang mengatasi kelangkaan bahan bakar dan diterapkannya


pembakaran limbah dengan pembuatan mesin pengolah limbah sampah plastik menjadi
energi alternatif.

1.4. Tujuan Peneliatian

Luaran yang diharapkan pada kegiatan ini adalah terwujudnya alat pengolah limbah
sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif. Dengan diterapkannya mesin ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi bidang energi alternatif berupa teknologi yang mampu
mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan juga
mengatasi polusi lingkungan akibat sampah plastik yang sulit terurai. Pengoperasian alat ini
mudah dan sederhana sehingga tidak membutuhkan keahlian khusus.

1.5. Manfaat Peneliatian

Dengan adanya waste to energy combution dengan pengolahan limbah sampah plastik
menjadi bahan bakar alternatif ini maka permasalahan polusi lingkungan akibat sampah
plastik yang sulit terurai dan juga kelangkaan bahan bakar minyak dari fosil di masyarakat
akan bisa terselesasi.

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Plastik dan Limbah Plastik


Plastik adalah senyawa polimer alkena dengan bentuk molekul sangat besar. Istilah
plastik, menurut pengertian kimia, mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik.
Molekul plastik terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga
terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau nilai ekonominya. Secara alamiah,
terdapat beberapa polimer (pengulangan tidak terhingga dari monomer-monomer) yang
digolongkan ke dalam kategori plastik. Secara fisik, plastik bisa dibentuk atau dicetak
menjadi lembar film atau serat sintetik, yang disebabkan karena plastik juga bersifat
"malleable" alias memiliki sifat bisa dibentuk atau ditempa. Dalam proses industri dan
pabrikasi, plastik dibuat dalam jenis yang sangat banyak. Sifat-sifat bisa menerima tekanan,
panas, keras juga lentur, dan bisa digabung dengan partikel lain semisal karet, metal, dan
keramik. Sehingga wajar jika plastik bisa dipergunakan secara massa untuk banyak sekali
keperluan.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini
masih tetap menjadi "PR" besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah
sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit
dikelola.Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas
kantong plastik itu benar-benar terurai. Namun yang menjadi persoalan adalah dampak
negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsinya juga. Dibutuhkan waktu 100 tahun agar
plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini
adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari
tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang
berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan
mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia.
Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan
sistem saraf dan memicu depresi.Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat
saluran-saluran air, tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak
turbin waduk. 
Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap
tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membukus permukaan bumi
setidaknya hingga 10 kali lipat! Coba anda bayangkan begitu fantastisnya sampah plastik

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 6


yang sudah terlampau menggunung di bumi kita ini. Setiap tahun, sekitar 500 milyar – 1
triliyun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan
170 kantong plastik setiap tahunnya. Lebih dari 17 milyar kantong plastik dibagikan secara
gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya. Kantong plastik mulai marak
digunakan sejak masuknya supermarket di kota-kota besar. Sampah plastik dapat
menyebabkan perubahan iklim. Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah
plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan
sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat
tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah
plastik mengeluarkan gas rumah kaca.
Dampak dari limbah plastik sangatlah luar biasa. Sedangkan penggunaan plastik semakin
bertambah setiap tahunnya. Dan sampai saat ini belum ada penanganan yang pasti untuk
mengurangi limbah plastik. Untuk itu, dalam percobaan ini, menyajikan cara pengolahan
limbah plastik, bukan hanya bermanfaat untuk mengurangi jumlah limbah plastik, tetapi juga
dapat membantu mengehemat penggunaan bahan bakar minyak dari alam. 

2.2. Proses Pembuatan Bahan Bakar Minyak dari Sampah Plastik


Dalam pembuatan bahan bakar minyak ini, bahan utama yang diperlukan adalah
sampah plastik. Jenis plastik yang digunakan adalah sampah plastik bekas minuman gelas.
Selain itu juga dapat dicampur dengan plastik putih/bening biasa. Sampah plastik tersebut
dipilah dan dibersihkan, lalu dikeringkan. 

Dalam uji coba ini, menggunakan alat yang sangat sederhana. Alat yang dirancang khusus
untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Yang diperlukan hanyalah
kaleng bekas berukuran sedang, pipa besi bekas dari antena, selang plastik, dan lem. Berikut
adalah cara pembuatan alatnya : 

1. Siapkan peralatan yang ada


2. Ambil kaleng, lalu lubangi pada pojok atasnya. Lubangi hingga sekiranya pipa besi dapat
masuk ke dalamnya
3. Kemudian ambil Lem Foxy hitam dan putih, lalu campurkan kedua lem. Setelah itu
tempelkan pada pipa besi yang telah masuk ke dalam lubang di kaleng
4. Tutup sela-sela lubang menggunakan lem. Pastikan tidak ada rongga disekitar lubang.
Tunggu hingga lemnya mengering

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 7


5. Setelah lemnya mengering, pasang selang plastik pada pipa besi. Alat pembuatan baha
bakar minyak siap digunakan. 
Setelah selesai membuat alatnya, segera ambil sampah plastik yang sudah di bersihkan
tadi. Kemudian masukkan sampah ke dalam alat. Tutup rapat kaleng, pastikan tidak ada satu
celah pun di dalam kaleng. Lalu bakar kaleng, pembakaran dapat dilakukan menggunakan
kompor gas, tetapi dalam percobaan ini untuk menghemat bahan bakar dan menghemat
pengeluaran, kami menggunakan tungku kayu untuk pembakarannya. Karena dibutuhkan
waktu yang cukup lama agar plastik dapat meleleh dan menguap.
Sembari menunggu proses pembakaran, siapkan ember berisi air. Rendam badan selang
plastik yang telah tersambung dengan pipa, dan siapkan wadah untuk penampungannya nanti.
Ember berisi air berguna untuk proses pendinginan minyak yang masuk ke selang. Agar
minyak yang tersalur suhunya dapat turun, maka selangnya harus di rendam dengan air di
dalam ember. 
2.3. Perbandingan Minyak dari Sampah Plastik dengan Minyak Lainnya
Pembanding Minyak Plastik Bensin/Minyak lain
Warna Kuning keruh Kuning bening
Kekentalan Kental Tidak kental
Saat dibakar Mudah Lebih mudah

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 8


BAB III

METODOLOGI
Daur ulang sampah plastik

Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang-barang yang dianggap sudah
tidak mempunyai nilai ekonomis lagi melalui proses fisik maupun kimiawi atau kedua-
duanya sehingga diperoleh produk yang dapat dimanfaatkan atau diperjualbelikan lagi. Daur
ulang (recycle) sampah plastik dapat dibedakan menjadi empat cara yaitu daur ulang primer,
daur ulang sekunder, daur ulang tersier dan daur ulang quarter. Daur ulang primer adalah
daur ulang limbah plastik menjadi produk yang memiliki kualitas yang hampir setara dengan
produk aslinya. Daur ulang cara ini dapat dilakukan pada sampah plastik yang bersih, tidak
terkontaminasi dengan material lain dan terdiri dari satu jenis plastik saja. Daur ulang
sekunder adalah daur ulang yang menghasilkan produk yang sejenis dengan produk aslinya
tetapi dengan kualitas di bawahnya. Daur ulang tersier adalah daur ulang sampah plastik
menjadi bahan kimia atau menjadi bahan bakar. Daur ulang quarter adalah proses untuk
mendapatkan energi yang terkandung di dalam sampah plastik (Kumar dkk., 2011).
Perbandingan energi yang terkandung dalam plastik dengan sumbersumber energi lainnya
dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Nilai kalor plastik dan bahan lainnya

Material Nilai kalor (Mj/kg)

Polyethylene 46,3

Polypropylene 46,4

Polyvinyl chlorida 18,0

Polystyrene 41,4

Coal 24,3

Petrol 44,0

Diesel 43,0

Heavy feul oil 41,1

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 9


Light feul oil 41,9

LPG 46,1

Kerosene 43,4

Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak

Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang tersier.
Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan proses
cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa
dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat diguna
sebagai bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga macam proses cracking yaitu hidro cracking,
thermal cracking dan catalytic cracking (Panda, 2011)

Hidro cracking Hidro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik dengan
hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada temperatur antara
423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa. Dalam proses hydrocracking ini dibantu
dengan katalis. Untuk membantu pencapuran dan reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-
methyl naphtalene, tetralin dan decalin. Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain
alumina, amorphous silica alumina, zeolite dan sulphate zirconia. Penelitian tentang proses
hydrocracking ini antara lain telah dilakukan oleh Rodiansono (2005) yang melakukan
penelitian hydro cracking sampah plastik polipropilena menjadi bensin (hidrokarbon C5-C12)
menggunakan katalis NiMo/Zeolit dan NiMo/Zeolit-Nb2O5. Proses hydro cracking
dilakukan dalam reaktor semi alir (semi flow-fixed bed reactor) pada temperatur 300, 360,
dan 400 °C; rasio katalis/umpan 0,17; 0,25; 0,5 dengan laju alir gas hidrogen 150 mL/jam.
Uji aktivitas katalis NiMo/zeolite yang menghasilkan selektivitas produk C7-C8 tertinggi
dicapai pada temperatur 360 °C dan rasio katalis/umpan 0,5. Kinerja katalis NiMo/zeolit
menurun setelah pemakaian beberapa kali, tetapi dengan proses regenerasi kinerjanya bisa
dikembalikan lagi. Nurcahyo (2005), melakukan penelitian sama dengan penelitian
Rodiansono (2005) tetapi dengan katalis NiPd/Zeolite. Uji aktivitas katalis NiPd/Zeolit untuk
reaksi hydro cracking sampah plastik menjadi fraksi bensin telah dilakukan dengan variasi
temperatur 300, 350, 400, 450 dan 500 °C dan variasi rasio berat katalis : umpan 1/2, 1/4, dan

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 10


1/6 dengan sistem semi alir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas katalis optimum
dicapai pada temperatur 450 °C dan rasio berat katalis : umpan = 1/2.

Sedangkan Daryoso dkk (2012) melakukan penelitian tentang pengolahan sampah plastik
jenis polietilen dengan metode hydro cracking menggunakan katalis NiMo/zeolite. Hydro
cracking dilakukan dengan variasi perbandingan katalis/bahan plastik 1:4, 2:4, 3:4, dan
temperatur prosesnya diatur 350 °C, 400 °C, 450 °C, 500 °C, 550 °C selama 2 jam. Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa Katalis Ni Mo/Zeolit Alam yang telah dipreparasi
berperan dalam proses hidrorengkah sampah polietilen menghasilkan produk hidrorengkah
dengan rantai hidrokarbon yang pendek.Rasio massa katalis Ni-Mo/Zeolit alam dengan
umpan optimum yang menghasilkan konversi sampah polietilen paling besar didapat pada
perbandingan 3 : 4 yaitu sebesar 8,032 %. Temperatur optimum yang menghasilkan konversi
sampah polietilen paling besar diperoleh pada temperatur 500 °C yaitu sebesar 1,334 %.

Thermal cracking Thermal cracking adalah termasuk proses pyrolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada temperatur
antara 350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini akan dihasilkan arang, minyak dari kondensasi
gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta gas yang memang tidak
bisa terkondensasi. Bajus dan Hájeková, 2010, melakukan penelitian tentang pengolahan
campuran 7 jenis plastik menjadi minyak dengan metode thermal cracking. Tujuh jenis
plastik yang digunakan dalam penelitian ini dan komposisinya dalam persen berat adalah
HDPE (34,6%) , LDPE (17,3%), LLPE (17,3%), PP (9,6%), PS (9,6%), PET (10,6%), dan
PVC (1,1%). Penelitian ini menggunakan batch reactor dengan temperatur dari 350 sampai
500 °C. Dari penelitian ini diketahui bahwa thermal cracking pada campuran 7 jenis plastik
akan menghasilkan produk yang berupa gas, minyak dan sisa yang berupa padatan. Adanya
plastik jenis PS, PVC dan PET dalam campuran plastik yang diproses akan meningkatkan
terbentuknya karbon monoksida dan karbon dioksida di dalam produk gasnya dan menambah
kadar benzene, toluene, xylenes, styrene di dalam produk minyaknya.

Penelitian dengan jenis plastik yang lain dilakukan oleh Tubnonghee dkk. pada tahun 2010.
Plastik yang diteliti untuk dijadikan bahan bakar minyak adalah jenis polyethylene (PE) dan
polyprophelene (PP). Pembuatan bahan bakar minyak dari plastik menggunakan proses
thermo cracking (pyrolisis). Pyrolisis dilakukan pada temperatur 450 °C selama 2 jam. Gas
yang terbentuk selanjutnya dikondensasikan menjadi minyak di dalam kondenser yang

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 11


bertemperatur 21 °C. Minyak yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dengan gas
chromatography/mass spectrometry untuk mengetahui distribusi jumlah atom karbonnya.
Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa komposisi minyak dari campuran plastik PE dan
PP tersebut mempunyai jumlah atom Carbon yang setara dengan solar, yaitu C12 – C 17.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Sarker dkk. (2012). Pada penelitian ini, sampah plastik
LDPE diolah menjadi kerosin dengan metode thermal cracking pada tekanan atmosfir dan
dengan temperatur antara 150 °C dan 420 °C. Proses depolimerisasi dilakukan tanpa
penambahan katalis. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa kerosin yang didapat sekitar 30
%. Bahan bakar yang diperoleh dari proses ini mempunyai kandungan sulfur yang rendah dan
nilai kalor yang baik.

Catalytic cracking Cracking cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi perekahan.
Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi. Osueke dan Ofundu
(2011) melakukan penelitian konversi plastik low density polyethylene (LDPE) menjadi
minyak. Proses konversi dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan thermal cracking dan
catalyst cracking. Pyrolisis dilakukan di dalam tabung stainless steel yang dipanaskan dengan
elemen pemanas listrik dengan temperatur bervariasi antara 475 – 600 °C. Kondenser dengan
temperatur 30 – 35 °C, digunakan untuk mengembunkan gas yang terbentuk setelah plastik
dipanaskan menjadi minyak. Katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah silica
alumina. Dari penelitian ini diketahui bahwa dengan temperatur pyrolisis 550 °C dan
perbandingan katalis/sampah plastik 1 : 4 dihasilkan minyak dengan jumlah paling banyak.

Borsodi dkk., 2011, melakukan penelitian tentang pirolisis terhadap plastik yang
terkontaminasi untuk memperoleh senyawa hidrokarbon. Pirolisis dilakukan di dalam reaktor
tabung, dengan pemasukkan material plastik secara kontinyu. Plastik yang diproses ada dua
macam, yaitu HDPE dalam kondisi bersih dan HDPE yang terkontaminasi minyak pelumas.
Dalam penelitian ini temperatur pirolisis 500 °C. Pirolisis dilakukan dengan katalis (thermo-
catalytic pyrolysis) dan tanpa katalis (thermal pyrolysis). Katalis yang digunakan adalah
Yzeolite. Dari penelitian ini diketahui bahwa HDPE yang terkontaminasi produk volatilenya
lebih tinggi dan densitasnya juga lebih tinggi. Pemakaian katalis mempengaruhi proses
cracking pada HDPE yang tidak terkontaminasi, tetapi pada HDPE yang terkontaminasi
pengaruh pemakaian katalis tidak signifikan. Pemakaian katalis

menurunkan densitas dari minyak yang dihasilkan dari proses pirolisis.

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 12


BAB IV

ANALISA
Dari penelitian tentang pengolahan sampah plastik menjadi minyak di atas dapat diketahui
bahwa minyak yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik tergantung dari

beberapa parameter antara lain jenis plastik yang diolah, temperatur proses, penggunaan
katalis dan jenis katalis yang digunakan. Sebagian besar penelitian dilakukan dengan reaktor
tabung atau batch reaktor. Proses pengolahan dalam reaktor tabung ini memang bisa
diterapkan dalam skala eksperimen di laboratorium, tetapi apabila akan dikembangkan dalam
skala produksi maka perlu diteliti lagi menggunakan reaktor jenis kontinyu, sehingga proses
pengolahan bisa berlangsung terus menerus. Apabila proses pengolahan plastik menjadi
minyak ini akan diterapkan maka perlu dilakukan penelitian mengenai sumber energi untuk
proses pemanasannya, karena beberapa penelitian di atas masih memakai sumber energi
listrik sebagai sumber energi dalam proses pemanasan. Apabila dalam tahap penerapan
teknologi, penggunaan energi listrik sebagai sumber energi panas ini tentu tidak efisien.
Minyak dari pengolahan sampah plastik mempunyai prospek yang baik sebagai bahan bakar
substitusi untuk solar maupun bensin. Dari hasil penelitian di dalam motor diesel, campuran
minyak dari sampah plastik menjadikan daya dan efisiensi termal dan efisiensi mekanisnya
meningkat. Penelitianpenelitian pada mesin-mesin yang lain masih perlu dilakukan untuk
mengetahui unjuk kerjanya.

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 13


BAB V

KESIMPULAN

Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan pada proses konversi sampah plastik
menjadi minyak, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Sampah plastik jenis polietilene atau pilipropilene dapat diolah dengan proses
hydrocracking yang dibantu dengan katalis menjadi hidrokarbon rantai pendek (sekelas
bensin).

2) Pada proses konversi sampah plastik jenis LDPE dengan thermal cracking tanpa katalis
akan menghasilkan minyak yang setara dengan kerosin.

3) Campuran plastik PE dan PP yang diproses dengan thermo cracking pada temperatur 450
°C selama 2 jam dan selanjutnya dikondensasikan pada temperatur 21 °C akan
menghasilkan minyak yang mempunyai jumlah atom Carbon yang setara dengan solar,
yaitu C12 – C 17.

4) Pada proses konversi sampah plastik jenis LDPE dengan thermal cracking dan catalytic
cracking akan menghasilkan jumlah minyak yang optimal pada temperatur pyrolisis 550
°C dan perbandingan katalis/sampah plastik 1 : 4.

5) Uji unjuk kerja mesin dari bahan bakar campuran solar dengan minyak dari sampah
plastik PVC pada mesin diesel, menghasilkan konsumsi bahan bakar yang lebih rendah,
SFC yang lebih rendah dan efisiensi termal yang lebih tinggi dibanding bahan bakar
solar murni.

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 14


BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

 http://www.huwagu.com/2017/01/makalah-pengolahan-limbah-plastik-menjadi-
minyak.html

 Jurnal dari Hendra Prasetyo, Rudhiyanto, Ilham Eka Fitriyanto

 Budiyantoro, C.,2010, Thermoplastik dalam Industri, Teknika Media, Surakarta Das, S.


dan Pande, S., 2007, Pyrolysis and Catalytic Cracking of Municipal Plastic Waste for
Recovery of Gasoline Range Hydrocarbons, Thesis, Chemical Engineering Department
National Institute of Technology Rourkela
 Kumar S., Panda, A.K., dan Singh, R.K., 2011, A Review on Tertiary Recycling of High-
Density Polyethylene to Fuel, Resources, Conservation and Recycling Vol. 55 893– 910
Kurniawan, A., 2012, Mengenal Kode Kemasan Plastik yang Aman dan Tidak
http://ngeblogging.wordpress.com/2012/06/14/mengenal-kodekemasan-plastik-yang-
aman-dan-tidak/, 1 Maret 2013
 Osueke dan Ofundu, 2011, Conversion of Waste Plastics (Polyethylene) to Fuel by
Means of Pyrolysis, (IJAEST) International Journal of Advanced Engineering Sciences
and Technologies, Vol. No. 4, Issue No. 1, 021 – 024
 Pahlevi, M.R., 2012, Sampah Plastik (file:///I:/Artikel%20plastic%20to%20o il/twit-
sampah-plastik.html)
 Panda, A.K., 2011, Studies on Process Optimization for Production of Liquid Fuels from
Waste Plastics, Thesis, Chemical Engineering Department National Institute of
Technology Rourkela
 Sahwan, F.L., Martono, D.H., Wahyono, S., Wisoyodharmo, L.A., 2005, Sistem
Pengolahan Limbah Plastik di Indonesia, Jurnal Teknik Lingkungan BPPT 6 (1),
halaman 311 – 318
 Tamilkolundu, S. dan Murugesan, C., 2012, The Evaluation of blend of Waste Plastic
Oil-Diesel fuel for use as alternate fuel for transportation, 2nd International Conference
on Chemical, Ecology and Environmental Sciences (ICCEES'2012) Singapore April 28-
29, 2012

Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 15

Anda mungkin juga menyukai