PEMBAHASAN
Dalam kelima kaidah mayor fiqhi ini selain berfungsi sebagai sumber
studi masāil al-fiqhīyah, juga berfungsi sebagai alat kontrol bagi para pengkaji
atau peniliti masāil al-fiqhīyah. Maksudnya, bahwa seorang pengkaji atau
peneliti masāil al-fiqhīyah dalam melakukakn kajian dan penelitiannya harus :
Dalam pada itu, setidaknya terdapat empat prinsip dasar yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan studi masāil al-fiqhīyah, yaitu:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah masāil al-fiqhīyah tidak hanya difahami sebagai: “Persoalan – persoalan
hukum yang muncul dan terjadi dalam konteks manusia moderen sebagai refleksi
kompleksitas problematika pada suatu tempat, kondisi dan waktu”. Tetapi lebih luas dari
itu, dimana masāil al-fiqhiyah mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia mulai dari
‘aqidah, ‘ibadah, mu’amalah dan bahka akhlak. Dengan pengertian ini, maka objek kajian
masāil al-fiqhīyah adalah persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat baik dari
sisi ‘aqidah, ‘ibadah, mu’amalah maupun akhlak.
Mempelajari masāil al-fiqhīyah secara garis besar bertjuan untuk mengetahui
jawaban syari’at Islam tentang berbagai persoalan-persoalan keagamaan kontemporer dan
menyelesaikannya dengan menggunakan berbagai pendakan dan metode Ilmiyah.
Studi masāil al-fiqhīyah didasarkan pada persoalanpersoalan kemanusiaan dan
kemasyarakatan yang dihadapi oleh kaum muslimin, dimana persoalan-persoalan tersebut
tidak ditemukan keterangannya secara eksplisit dalam alQur’an, al-Sunnah, maupun
Ijma’, dan juga tidak ditemukan kejadiannya dalam masyarakat muslim masa lalu
disebabkan oleh adanya perbedaan situasi, kondisi dan waktu.
Adapun sumber studinya adalah: Seluk-beluk persoalan fiqhi baik klasik maupun
kontemporer; Dalil-dalil syari’at (alQur’an al-Sunnah, Ijma’, Qiyas, dll.); Maqāşid al-
syarī’ah al- ‘āmmah (tujuan umum syari’at); Al-Qawā’id al-fiqhīyah (kaidahkaidah
fiqhi); Menjaga konsistensi muslim terhadap moralitas Islam (al-ādāb al-Islāmīyah)
dalam keseharian hidup;
Studi masāil al-fiqhīyah lebih banyak menggunakan metode ijtihād, sebab
masalah yang dikaji merupakan masalah yang bersifat aktual dan kontemporer. Oleh
sebab itu, terdapat beberapa prinsip dasar yang harus terpenuhi di antaranya: harus
meneguhkan hati kaum muslimin, sehingga menguatkan keyakinan dan kepercayaan
Islamnya; harus berseberangan dengan prilaku orang-orang musyrik dan menolak prilaku
ahl al-kitāab serta adat istiadat mereka; dan senantiasa mencari berbagai alternatif yang
bersifat mudah dan ringan dan menjelaskan berbagai bentuk kemungkinan adanya
kesulitan dalam proses penerapan suatu produk hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Jaib, Sa’di. al-Qāmūs al-Fiqhī Lughatan wa Işţilāhan. Cet. II;
Dar al-Fikr, 1408 H.
‘Ainiy (al), Badr al-Din Mahmud bin Ahmad. al-Bidāyah Syarh
al-Hidāyah, juz. X. Cet. 1; Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,
1420 H.
Albanī (al), Muhammad Nashir al-Din. Irwā’ al-Ghalīl fī Takhrīj
Ahādīts Manār al-Sabīl, juz. VI. Cet. II; Beirut: al-Maktab alIslamiy, 1405
H.
‘Asqalanī (al), Ahmad bin Ali bin Hajar. Fath al-Bārī Syarh Şahīh
al-Bukhārī, juz. IX. Beirut; Dar al-Ma’rifah, t.th.
Aţā’,Abdul Qādir Ahmad. Hāżā Halāl wa Hāżā Harām. Cet. I;
Kairo: Dār al-I’tişām, t.th.
Ba’lī (al), Abu ‘Abdullah Muhammad. al-Maţla’ ‘alā Alfāzh alMuqni’. Cet.
I; Maktabah al-Sawady, 1423 H.
Badakhsyī (al), Muhammad Ibn al-Hasan. Manāhij al-‘Uqūl.
Kairo, t.p., t.th.
Bukharī (al), Muhammad bin Ismail. al-Jāmi’ Şahīh, juz. III. Cet.
I; Kairo: Mathba’ah wa Maktabah al-Salafiyyah, 1400 H.
Dibyan (al), ‘Ali. Ikhtyār al-Hafizh Ibn ‘Abd al-Barr al-Fiqhīyah fi
al-Ahwāl al-Syakhşīyah wa al-Jināyāt wa al-Hudūd wa alAqdhiyah. Cet. I;
t.tp: Muassasah al-Rayyan, 1429 H.
Fasī (al), Abu al-Hasan ‘Ali bin al-Qaththan. al-Iqnā’ fī Masāil alIjmā’, juz.
III. Cet. I; Damaskus: Dar al-Qalam, 1424 H.