Pendahuluan
Indonesia merupakan suatu kawasan di Asia Tenggara yang termasuk dalam kategori Negara yang sedang berkembang. Dalam
perkembangannya tersebut, pemerintah tengah gencar melaksanakan pembangunan nasional yang bersifat multidimensional atau
mencakup berbagai aspek. Namun, dalam perkembangannya antara kegiatan ekonomi dan lingkungan terjadi ketidakseimbangan.
Pembangunan ekonomi cenderung mengarah kepada eksploitasi terhadap sumber daya alam. Lingkungan yang semakin rusak, sedikit
demi sedikit mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat dunia.
Berbagai forum internasional diadakan untuk membahas masalah tersebut, salah satunya adalah Konferensi Pembangunan
Berkelanjutan PBB Rio+20 yang berlokasi di Rio de Jeneiro, Brasil yang menghasilkan dua tema besar, yaitu Green Economy dan
kerangka institusi untuk pembangunan berkelanjutan.
Daerah saat ini yang gencar-gencar dalam pengembangan ekonomi hijau adalah Kecamatan Petungkriyono. Dalam kurun 10
tahun belakangan Petungkriyono banyak menjadi perbincangan hangat di masyarakat Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Kecamatan Petungkriyono terletak di Kabupaten Pekalongan adalah wilayah kecamatan yang mempunyai tutupan hutan yang masih
hijau, hawa sejuk dan air sungai yang masih mengalir jernih. Petungkriyono juga dikenal sebagai penghasil kopi yang enak, baik dari
jenis robusta maupun arabica. Kemudian dalam perkembangannya Petungkriyono banyak dikunjungi masyarakat, khususya generasi
muda yang ingin berwisata, mengunjungi obyek-obyek alam seperti air terjun atau melakukan kegiatan wisata air seperti water tubing.
Kecamatan Petungkriyono juga memiliki hutan hujan tropis dataran tinggi dengan keanekaragaman hayati dan menjadi habitat
dari beberapa satwa langka, serta memiliki sungai yang dapat dijadikan sebagai eco adventure. Dengan kondisi bentang alam tersebut,
Kecamatan Petungkriyono memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata. Pengelolaan Ekowisata di
Petungkriyono sedang dikembangkan secara perlahan. Seiring dengan perkembangan pola pikir dan kebutuhan masyarakat, wisata
alam yang dikombinasi dengan peran serta masyarakat dalam kebudayaan dan sosial kemasyarakatan cenderung lebih diminati
Hingga saat ini masyarakat telah mengelola lebih dari 10 obyek wisata di Petungkriyono. Obyek tersebut dikelola oleh
masyarakat secara pribadi, atau melalui BUMDES dan Pokdarwis. Beberapa obyek juga mendapatkan dukungan dari Dinas Pariwisata
Kabupaten Pekalongan. Berkembangnya obyek wisata yang dikelola masyarakat dan besarnya jumlah pengunjung di Petungkriyono
menarik perhatian investor dari luar. Pemerintah Kabupaten pun mulai menyusun rencana untuk memajukan pariwisata di kawasan
ini.
Upaya memajukan pariwisata di Petungkriyono oleh berbagai pihak patut untuk diapresiasi. Namun terdapat beberapa hal yang
berdasarkan hasil diskusi para pihak dikhawatirkan menjadi dampak negatif dari pengembangan wisata ini. Dampak tersebut berupa
peningkatan volume sampah di lahan maupun di aliran sungai serta terbukanya tutupan hutan yang merupakan habitat satwa endemik
akibat pelebaran jalan maupun pembangunan infrastruktur wisata lainnya. Untuk itu, Relung Indonesia bersama dengan Yayasan
Swaraowa mengusung Program Pengembangan Ekonomi Hijau di Petungkriyono.
Ekonomi Hijau yang dimaksud dalam hal ini adalah sebuah gagasan yang terkait dengan berbagai upaya mengembangkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan dengan berpegang pada prinsip kehati-hatian terhadap resiko penurunan kualitas
lingkungan hidup dan kehidupan sosial masyarakat. Dalam konteks ini maka perlu dianalisa berbagai aspek yang terkait dengan
implementasi atau pengembangan dari gagasan tentang ekonomi hijau itu sendiri. Beberapa aspek yang dapat dikaji atau dianalisa
terkait dengan pengembangan gagasasan ekonomi hijau ini paling meliputi aspek potensi dan peluang yang ada dan juga persoalan-
persoalan yang dianggap akan menghambat dari pengembangan ekonomi hijau sendiri.
Beranda
Profil
Keanggotaan
Berita dan Cerita
Publikasi
Kebijakan Strategis
Kontak Kami
Blog - Latest News
You are here:Home/Berita Cerita/Pengembangan Ekonomi Hijau di Kawasan Petungkriyono
Petungkriyono punya banyak alasan untuk menjadi perhatian kita semua. Irma Damayanti dkk (2018)
menyatakan bahwa Petungkriyono paling tidak mempunyai 3 aspek yang menarik untuk kita
perhatikan, yaitu: hutan dan keanekargaman hayatinya, peninggalan arkeologis dan juga fenomena
bentang alam yang indah. Hal inilah yang menjadi daya tarik kedatangan wisatawan di Petungkriyono
yang juga menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat Petungkriyono.
Hingga saat ini masyarakat telah mengelola lebih dari 10 obyek wisata di Petungkriyono. Obyek
tersebut dikelola oleh masyarakat secara pribadi, atau melalui BUMDES dan Pokdarwis. Beberapa
obyek juga mendapatkan dukungan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pekalongan. Berkembangnya
obyek wisata yang dikelola masyarakat dan besarnya jumlah pengunjung di Petungkriyono menarik
perhatian investor dari luar. Pemerintah Kabupaten pun mulai menyusun rencana untuk memajukan
pariwisata di kawasan ini.
1. Pertanian
2. Kehutanan
3. Wisata Alam
Beberapa kebijakan atau regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah terkait dengan ketiga sektor
diatas dapat dijadikan dasar dalam pengembangan ekonomi yang ramah lingkungan. Di sektor
pertanian misalnya, terdapat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:42/Permentan/SR.140/5/2007
tentang Pengawasan Pestisida. Permen tersebut mengatur produksi, peredaran, penyimpanan,
penggunaan serta pemusnahan. Pada Pasal 11 disebutkan bahwa pengawas berkewajiban untuk
melakukan pengawasan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat pengelolaan pestisida;
melakukan pengawasan terhadap kesesuaian jenis dan dosis pestisida serta komoditas dan
organisme sasaran yang diizinkan dalam penggunaan pestisida; melakukan pengawasan efikasi dan
resurgensi pestisida akibat penggunaan pestisida; melakukan pengawasan dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat akibat pengelolaan pestisida; melakukan pengawasan terhadap residu
pestisida pada produk pertanian dan media lingkungan. Dalam hal ini Petungkriyono dapat
dikembangkan menjadi daerah pengembangan produk pertanian sehat dan ramah lingkungan
misalnya.
Apakah pengelolaan hutan di Petungkriyono sudah mencerminkan pembangunan ekonomi hijau? Jika
sudah apa saja indikasinya? Demikian juga jika kita rasa bahwa pengelolaan hutan belum memenuhi
beberapa kriteria dari pembangunan ekonomi hija, tentunya ada aspek-aspek tertentu dalam
pengelolaan hutan yang perlu kita perbaiki, apakah itu terkait dengan keberadaan lahan kritis, laju
illegal logging dan illegal hunting, atau perambahan lahan dll.
[1] Hasil interpretasi dari pengertian oleh UNEP, 2011, tentang Green Economy
Tujuan Dan Manfaat Pengembangan Ekonomi Hijau
Tujuan utama dari pengembangan ekonomi hijau di wilayah Petungkriyono adalah melestarikan potensi spesifik (khusus) dari
wilayah Petungkriyono berupa potensi keanekaragaman hayati dan fungsi perlindungan kawasan dimana Petungkriyono merupakan
kawasan upland yang mempunyai fungsi perlindungan bagi kawasan-kawasan di bawahnya.
Dalam konteks pembangunan desa pengembangan ekonomi hijau ini bertujuan untuk :
Meningkatkan kapasitas pemerintah desa dalam mengimplementasikan pembangunan yang berkelanjutan (SDGs)
Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengembangkan inovasi ekonomi yang ramah lingkungan
Sedangkan dalam konteks Kabupaten pengembangan ekonomi hijau di Petungkriyono ini bertujuan untuk:
Mengembangkan kawasan percontohan (learning site) yang dikembangkan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan
Membangun kawasan yang dikembangkan secara integrative dan kolaboratif berdasarkan prinsip-prinsip
keberlanjutan
Pada tahun 2014, Badan Lingkungan Dunia, UNEP (United Nation Environments Programme) menerbitkan sebuah dokumen dengan
judul A GUIDANCE MANUAL FOR GREEN ECONOMY INDICATORS yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ekonomi
hijau. Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa penting pada fase awal pengembangan Ekonomi Hijau untuk mengidentifikasi
berbagai isu kritis dalam sebuah wilayah yang mengancam kelestarian atau keberlanjutan dalam perspektif sosial, lingkungan hidup
maupun ekonomi.
Berdasarkan atas dinamika sosial-ekonomi yang berkembang di wilayah Petungkriyono, terdapat 4 isu yang dapat dianggap krusial di
Petungkriyono, yaitu:
Terhadap beberapa isu diatas dapat dianalisis dampak atau resiko ke depan yang kemungkinan muncul jika tidak dilakukan
pengendalian. Analisis dampak ataupun resiko terhadap 4 isu diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagaimana pembangunan di Petungkriyono ke depan dapat dikategorikan sebagai pembangunan hijau? Apa sebenarnya kepentingan
kita mengusung istilah Ekonomi Hijau di Petungkriyono? Tentu ada beberapa hal khusus atau spesifik yang kita inginkan terjadi dan
mewujud di Petungkriyono, apa saja itu? Dalam hal ini kita dapat memberikan perhatian khusus terhadap beberapa isu kritis yang
ditetapkan pada bab sebelumnya. Menetapkan indikator dalam hal ini dapat dikaitkan dengan sebuah strategi untuk
mengontrol/mengendalikan dinamika dari isu-isu kritis yang telah kita pilih. Dengan memperhatikan dampak atau resiko yang telah
kita analisis untuk masing-masing isu kritis, kita dapat memilih beberapa indikator untuk mengidentifikasi kemunculan dari resiko-
resiko tersebut. Berikut ini adalah beberapa alternatif indikator yang dapat dipilih kiranya oleh berbagai pihak untuk mengontrol
dinamika dari isu-isu kritis di wilayah Petungkriyono:
Tabel Alternatif Indikator Untuk Mengontrol Dinamika dari Isu-isu Kritis di wilayah Petungkriyono
Dari analisis yang dilakukan diatas banyak sekali indikator-indikator yang perlu kita perhatikan atau kita kendalikan (control) untuk
mengembangkan ekonomi hijau. Tentu pengendalian ini memerlukan sumberdaya. Jika tersedia cukup sumberdaya maka alangkah
baiknya jika beberapa indikator diatas dapat kita kendalikan secara keseluruhan. Namun jika tidak maka kita dapat memilih beberapa
indikator kunci saja. Hal ini dapat kita rumuskan berdasarkan beberapa prinsip dari konsep ekonomi hijau yang perlu kita jadikan
pedoman atau dasar. Dalam hal ini kita dapat meninjau lagi pengertian tentang ekonomi hijau, yaitu:
“Ekonomi yang terus tumbuh dan memberikan lapangan kerja serta mengurangi kemiskinan, tanpa mengabaikan perlindungan
lingkungan, khususnya fungsi ekosistem dan keragaman hayati, serta mengutamakan keadilan sosial”
Berdasarkan pengertian tersebut kiranya dapat kita ambil prinsip dasar dari pengembangan hijau, yaitu:
Selanjutnya kita dapat membuat klasifikasi beberapa indikator-indikator yang telah kita susun berdasarkan 3 prinsip ekonomi
berkelanjutan diatas. Berikut ini adalah klasifikasi indikator ekonomi hijau berdasarkan 3 prinsip diatas:
Tabel Klasifikasi Indikator Pengembangan Ekonomi Hijau yang Dapat Digunakan di Petungkriyono Berdasarkan 3 Prinsip Ekonomi
Hijau
Merumuskan Program Ekonomi Hijau di Petungkriyono
Pengembangan ekonomi hijau juga dapat disusun dengan pendekatan tematik berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi hijau dan beberapa
isu krusial dan indikator yang telah kita susun sebelumnya. Berdasarkan rumusan indikator ekonomi hijau yang telah kita susun
sebelumnya dan berdasarkan berbagai informasi tentang potensi yang ada maka dapat disusun alternatif rancangan program
pembangunan hijau seperti berikut ini:
Untuk dapat mewujudkan ekonomi hijau atau pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan di Kecamatan Petungkriyono perlu
ditempuh berbagai langkah atau strategi. Berikut ini adalah usulan langkah dan strategi yang dapat dilakukan dengan melibatkan
banyak pihak terkait:
Presiden Jokowidodo Luncurkan Sertifikat Badan Hukum BUM DesaFebruary 2, 2022 - 12:48 pm
Dengan dukungan SAID, desa Mantan, Tua’ Abang dan Marsedan Raya di Kapuas Hulu mengaku siap mengikuti Program
Desa Cerdas KEMENDESA PDTT, meski tidak diusulkan KabupatenFebruary 2, 2022 - 12:46 pm
RESBOUND – Bupati Kapuas Hulu Menghadiri Peluncuran Pilot Proyek Model Desa CCSR di desa Marsedan Raya August 13,
2021 - 9:14 am
KEBIJAKAN STRATEGIS
1. Permendes PDTT Nomor 13 Tahun 2020 – Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021
2. Perpres Nomor 82 Tahun 2020 – Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan
Pemulihan Ekonomi Nasional
3. KEPMENDESA PDTT 63 Tahun 2020 – Protokol Normal Baru Desa
SEKRETARIAT ALIANSI
Alamat: Komplek Palapa 2 Blok 3 No 4, RT/RW 11/5, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
SEKRETARIAT ADIL
PUBLIKASI
Buku Saku : Pemindahan Ibu Kota NegaraJanuary 21, 2022 - 10:54 am
Buku Saku Satgas RT dalam Penanganan dan Pencegahan COVID-19 di MasyarakatMarch 2, 2021 - 1:43 pm