Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ETIKA PROFESI
“ PERSONAL VALUE AT WORKPLACE ”

OLEH :

AYUNI SARI 2011072012


FAYEZ RIZQI RIDHO AGLY 2011072004
LEFENIA INDRIANI 2011072009
M JAILANI BARZAN 2011073012
MUHAMMAD RAFI 2011073013
SITI NUR ANNISA 2011071013

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI PADANG
2023
Daftar Isi
Daftar Isi .................................................................................................................i
Bab I Pendahuluan ................................................................................................1
I.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
I.2 Tujuan Penulisan ...........................................................................................1
Bab II Isi dan Pembahasan ....................................................................................2
II.1 Landasan Teori .............................................................................................2
II.2 Penjabaran Kasus..........................................................................................3
II.3 Pembahasan Kasus........................................................................................4
Bab III Penutup ......................................................................................................6
III.1 Kesimpulan .................................................................................................6
III.2 Saran ...........................................................................................................6

i
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Di era tempat kerja modern yang dinamis, pengakuan nilai-nilai pribadi di tempat
kerja semakin mendesak. Teknologi, globalisasi, dan keragaman budaya mengubah
organisasi secara signifikan. Nilai-nilai pribadi karyawan berperan kunci dalam interaksi,
motivasi, dan kepuasan kerja. Ini mencerminkan pergeseran paradigma dalam
manajemen sumber daya manusia, di mana organisasi mengakui keberagaman nilai-nilai
pribadi sebagai sumber daya berharga untuk kesuksesan jangka panjang dan lingkungan
inklusif.
Kasus Personal Value at Workplace menyoroti pentingnya manajemen yang efektif
untuk nilai-nilai pribadi di tempat kerja. Keberagaman nilai-nilai ini bisa menjadi sumber
daya, tetapi ketidaksesuaian dengan budaya organisasi dapat menghambat kinerja.
Penelitian di bidang ini relevan untuk kesuksesan organisasi berkelanjutan dan
lingkungan inklusif.
Makalah ini bertujuan menyelidiki alat dan strategi manajemen efektif. Dengan
pemahaman yang lebih dalam tentang Personal Value at Workplace organisasi bisa
mencapai produktivitas lebih tinggi, kepuasan karyawan, dan budaya kerja yang
harmonis. Oleh karena itu, judul "Personal Value at Workplace" dipilih untuk
menggambarkan inti makalah ini.

I.2 Tujuan Penulisan


1. Memahami konsep personal value dan pentingnya dalam dunia kerja.
2. Memahami korelasi pentingnya value dalam mengambil keputusan saat
menghadapi situasi dilema etika dalam dunia kerja.
3. Memahami konsep kepribadian yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

1
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

II.1 Landasan Teori


Konsep Personal Value, yang mencerminkan keyakinan dan prinsip-prinsip yang
mendasari sikap dan perilaku individu, memiliki peran sentral dalam konteks dunia kerja.
Nilai-nilai pribadi seseorang, seperti integritas, kerja keras, keadilan, atau keberlanjutan,
membentuk dasar bagi bagaimana individu berinteraksi dan mengambil keputusan
dalam lingkungan kerja. Kesadaran akan nilai-nilai pribadi ini penting karena
memengaruhi motivasi, prioritas, dan tindakan karyawan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab mereka di tempat kerja.
Pentingnya Personal Value di dunia kerja juga mencakup korelasi dengan
pengambilan keputusan dalam menghadapi situasi dilema etika. Nilai-nilai pribadi yang
kuat dapat menjadi pedoman dalam menentukan tindakan yang tepat dalam konteks
etika bisnis. Ketika individu memiliki pemahaman yang baik tentang nilai-nilai mereka,
mereka lebih mungkin untuk membuat keputusan yang konsisten dengan prinsip-prinsip
tersebut, bahkan dalam situasi yang kompleks dan sulit.
Selain itu, memahami konsep kepribadian yang dibutuhkan dalam dunia kerja
menjadi relevan dalam upaya memahami bagaimana individu beradaptasi dan
berkontribusi dalam lingkungan kerja. Kepribadian, seperti yang dijelaskan dalam Model
Kepribadian Lima Besar, memainkan peran penting dalam menentukan sejauh mana
seseorang nyaman berkolaborasi, bersifat kooperatif, dapat diandalkan, dan bagaimana
mereka menangani stres di tempat kerja. Oleh karena itu, pemahaman tentang konsep
kepribadian ini membantu perusahaan dalam pengelolaan sumber daya manusia,
pemilihan karyawan, dan pengembangan strategi pengembangan karier yang efektif.
Dalam konteks ini, Personal Value dan Kepribadian saling terkait, karena nilai-nilai
pribadi individu sering kali tercermin dalam perilaku dan sikap yang menjadi bagian dari
kepribadian mereka.

2
II.2 Penjabaran Kasus
Orang yang bersikap mudah bergaul cenderung lebih baik dan ramah dalam situasi
sosial, yang mungkin membuat Anda berpikir bahwa hal ini bisa meningkatkan
kesuksesan mereka dalam hidup. Namun, kita telah mencatat bahwa salah satu dampak
negatif dari sifat mudah bergaul adalah potensi pendapatan yang lebih rendah. Kami
tidak yakin mengapa hal ini terjadi, tetapi individu yang mudah bergaul mungkin kurang
agresif dalam negosiasi gaji awal dan kenaikan gaji.
Namun, ada bukti yang jelas bahwa sifat mudah bergaul adalah sesuatu yang
dihargai oleh para pengusaha. Beberapa buku terbaru mendukung "memimpin dengan
kebaikan" (Baker & O'Malley, 2008) dan "mengambil keuntungan dari kebaikan"
(Tillquist, 2008). Artikel-artikel lain di media bisnis telah berpendapat bahwa CEO yang
peka dan mudah bergaul—seperti Jeffrey Immelt dari GE dan James McNerney dari
Boeing—mengisyaratkan perubahan dalam budaya bisnis (Brady, 2007). Di banyak
lingkaran, individu yang menginginkan kesuksesan dalam karier mereka didorong untuk
"sopan," "baik hati," dan "baik" (misalnya, Schillinger, 2007).
Ambil contoh Lindblad Expeditions dengan 500 karyawan. Perusahaan ini
menekankan sifat mudah bergaul dalam keputusan perekrutan. Wakil Presiden Sumber
Daya Manusia berkomentar, "Anda bisa mengajarkan orang keterampilan teknis apa pun,
tetapi Anda tidak bisa mengajarkan mereka menjadi orang yang berhati baik, murah hati,
dan berjiwa terbuka."
Jadi, meskipun pengusaha menginginkan karyawan yang mudah bergaul,
karyawan yang mudah bergaul tidak lebih baik dalam kinerja pekerjaan, dan mereka
kurang sukses dalam karier mereka. Kita mungkin dapat menjelaskan kontradiksi ini
dengan mencatat bahwa pengusaha menghargai karyawan yang mudah bergaul karena
alasan lain: mereka lebih menyenangkan untuk ditemui, dan mereka mungkin
membantu orang lain dengan cara yang tidak tercermin dalam kinerja pekerjaan mereka.
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa orang yang mudah bergaul suka dengan orang
yang mudah bergaul, yang mungkin diharapkan karena orang suka dengan orang yang
mirip dengan diri mereka sendiri. Namun, bahkan orang yang kurang mudah bergaul
suka dengan orang yang mudah bergaul, mungkin karena lebih mudah untuk
dimanipulasi daripada individu yang kurang mudah bergaul. Mungkin semua orang ingin
merekrut orang yang mudah bergaul hanya karena semua orang senang berada di sekitar
mereka.

3
Selain itu, sebuah studi tahun 2008 tentang CEO dan calon CEO menunjukkan
bahwa kontradiksi ini juga berlaku untuk pemimpin organisasi. Dengan menggunakan
penilaian yang dibuat oleh sebuah perusahaan pencarian eksekutif, para peneliti
mempelajari kepribadian dan kemampuan dari 316 calon CEO untuk perusahaan yang
terlibat dalam transaksi pembelian dan modal ventura. Mereka menemukan bahwa apa
yang membuat seorang calon CEO dipekerjakan bukanlah hal yang membuatnya efektif.
Secara khusus, calon CEO yang mendapatkan penilaian tinggi dalam "sifat baik" seperti
menghormati orang lain, mengembangkan orang lain, dan kerjasama lebih mungkin
untuk dipekerjakan. Namun, karakteristik yang sama ini—terutama kerjasama dan
menghormati orang lain untuk CEO modal ventura—membuat organisasi yang mereka
pimpin kurang berhasil.

II.3 Pembahasan Kasus


Pertama, sifat mudah bergaul atau agreeableness tampaknya membuat individu
menjadi lebih baik dalam interaksi sosial dan berperilaku ramah di tempat kerja. Ini
mencerminkan nilai-nilai pribadi seperti kebaikan hati, keramahan, dan sikap positif
terhadap orang lain.
Namun, ada sebuah kontradiksi yang muncul, yaitu bahwa individu yang mudah
bergaul mungkin menghadapi potensi pendapatan yang lebih rendah. Hal ini mungkin
terjadi karena mereka cenderung kurang agresif dalam negosiasi gaji dan kenaikan gaji.
Ini menggarisbawahi pentingnya memahami bahwa nilai-nilai pribadi dapat
memengaruhi seberapa sukses seseorang dalam mencapai tujuan finansial di tempat
kerja.
Kedua, perusahaan dan pengusaha tampaknya menghargai sifat mudah bergaul
dan kepemimpinan yang berbasis pada kebaikan. Contohnya, perusahaan seperti
Lindblad Expeditions menekankan sifat mudah bergaul dalam perekrutan karyawan. Ini
mencerminkan pergeseran dalam budaya bisnis yang lebih menghargai sifat-sifat seperti
keramahan dan kepedulian terhadap rekan kerja.Pembahasan terkait Personal Values at
Workplace:
1. Nilai Pribadi dan Kesuksesan Karier: Kasus ini menunjukkan bahwa nilai-nilai
pribadi seperti kebaikan hati dan keramahan dapat membantu seseorang dalam
aspek-aspek tertentu di tempat kerja, seperti membangun hubungan yang baik.

4
Namun, untuk mencapai kesuksesan karier yang lebih tinggi, individu juga perlu
mengembangkan keterampilan dalam negosiasi gaji dan pengembangan
profesional.
2. Pentingnya Keseimbangan: Keseimbangan antara nilai-nilai pribadi yang baik
dan kemampuan profesional adalah kunci untuk kesuksesan di tempat kerja.
Individu perlu belajar bagaimana mengintegrasikan sifat-sifat positif seperti
agreeableness dengan kemampuan-kemampuan lainnya.
3. Peran Pemimpin: Pemimpin organisasi memainkan peran penting dalam
membentuk budaya perusahaan. Mereka dapat mendorong penghargaan
terhadap nilai-nilai pribadi yang positif seperti kebaikan hati dan kerjasama.
4. Pemilihan Karier yang Sesuai: Individu juga perlu mempertimbangkan jenis
karier yang cocok dengan nilai-nilai pribadi mereka. Seseorang yang sangat
mudah bergaul mungkin lebih cocok untuk pekerjaan yang melibatkan interaksi
sosial yang intensif daripada pekerjaan yang sangat kompetitif.

5
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Personal Value at Workplace memiliki peran sentral di tempat kerja. Nilai-nilai
pribadi yang positif, seperti integritas dan kepemimpinan berlandaskan pada moral,
berkontribusi pada budaya perusahaan yang harmonis dan produktif. Namun, mereka
dapat menjadi tantangan dalam negosiasi gaji dan jika tidak diintegrasikan dengan baik,
dapat menghambat inovasi. Pemahaman yang lebih dalam tentang Personal Value at
Workplace penting untuk produktivitas dan kebahagiaan karyawan serta kesuksesan
jangka panjang perusahaan. Manajemen harus menghargai nilai-nilai ini tanpa
mengabaikan tujuan bisnis pokok, sehingga menciptakan keseimbangan yang
bermanfaat bagi semua pihak. Dengan menjalankan peran yang cermat dalam
menggabungkan nilai-nilai pribadi ini dalam budaya perusahaan, kita dapat membentuk
tempat kerja yang tidak hanya sukses secara bisnis tetapi juga memenuhi kebutuhan
emosional dan moral karyawan.

III.2 Saran
Kesimpulan tersebut menggarisbawahi pentingnya mencapai keseimbangan
antara nilai-nilai pribadi dan kemampuan profesional, memahami peran pemimpin
dalam membentuk budaya perusahaan yang inklusif, serta memilih jalur karier yang
sejalan dengan nilai-nilai individu. Semua faktor ini memiliki peran yang signifikan dalam
membentuk pengalaman kerja yang sukses dan bermakna bagi individu. Dengan
kesadaran akan pentingnya aspek-aspek ini, individu dapat bergerak maju untuk
mencapai potensi penuhnya di tempat kerja dan juga berkontribusi pada pengayaan
budaya perusahaan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai