Anda di halaman 1dari 69

AS-SYAIKH THOHIR BIN SHALIH AL-JAZAIRI

TERJEMAH

JAWAHIRUL KALAMIYAH

TANYA-JAWAB TENTANG AKIDAH ISLAM

ii
Terjemah Jawahirul Kalamiyah karya Al-Jazairi adalah kitab yang membahas ilmu dasar-dasar
akidah tauhid Asy’ariyah yang dianut oleh mayoritas muslim Ahlussunnah Wal Jamaah
(Aswaja) di Indonesia dan seluruh dunia.

Cover buku yang diterjemahkan

Nama kitab : Terjemah Jawahirul Kalamiyah


Nama kitab asal : Al-Jawahir Al-Kalamiyah fi Idah Al-Aqidah Al-Islamiyah
Nama lain kitab kuning : Al-Jawahir Al-Kalamiyah
Penulis : Tahir bin Saleh Al-Jazairi (wafat. 895 H)
Tim Penyusun/Mahasiswa : Makmun, Robbi Yanto
Editor/Ketua Prodi : Udin Juhrodin, S.Pd.I. M.M.Pd.

iii
Pengantar Penerjemah

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga Buku
Terjemah Jawahirul Kalamiyah ini telah dapat kami selesaikan. Perkembangan teknologi
membawa arus perubahan luar biasa pada dunia terjemahan. Meskipun begitu, kajian terjemahan
seperti tidak pernah habis karena terkait dengan bahasa yang lahir dari konteks budaya berbeda.
Teknologi menjadi tambahan item dalam kajian penerjemahan melengkapi aspek lain seperti
penerjemah (pelaku), budaya, linguistik , terjemahan sebagai profesi dan aspek aspek tiruannya.
Namun demikian, serpihan aspek aspek yang kompleks dalam dunia terjemahan tersebut harus
didekati dari satu pintu awal; pemahaman terhadap dasar dasar konsep terjemahan. Dalam buku
ini kita diajak memasuki pembahasan masalah-masalah penting seputar ilmu kalam dengan ba-
hasa yang sederhana serta mudah dipahami oleh berbagai segment pembaca, sebagai penambah
wawasan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam dalam menerjemahkan
beragam jenis teks secara terukur dan sistematis.

Kami berharap agar setelah membaca isi buku ini dan menerapkan metode-metode yang
diajarkan, para pemula dalam penerjemahan menjadi lebih percaya diri untuk mencoba berkarir
sebagai penerjemah.

Kami menghaturkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing kami Bapak Udin
Juhrodin, S.Pd.I. M.M.Pd. sebagai ketua Prodi yang sudah banyak membantu dalam proses
teknis penulisan buku. Akhirnya, Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini.
Oleh karena itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga
buku ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam
khususnya dan bagi semua pihak yang berminat dalam bidang penerjemahan.

Bandung, Februari 2022

Tim Penulis

iv
Pengantar Editor

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji milik Allah SWT, shalawat dan salam, tetap tercurah ke pangkuan Baginda
.Nabi Muhammad SAW, keluarga sahabat dan ummatnya hingga akhir zaman

Ilmu tauhid adalah fondamen dasar yang sangat penting untuk diketahui oleh semua
umat Islam. Ilmu tauhid merupakan pedoman agar senantiasa berada dalam akidah
.yang lurus

Kitab Jauharul Kalamiyah, adalah salah satu kitab yang mengajarkan materi tauhid
dengan metode khas, yaitu tanya jawab. Kitab ini sangat populer di kalangan santri dan
.memberikan pemahaman yang paripurna, karena metode yang digunakannya

Karena naskah aslinya berbahasa Arab, maka sangat penting untuk diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia untuk dapat mempermudah pemahaman bagi mereka yang
.belum menguasainya

.Semoga terjemahan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

Bandung, Akhir Pebruari 2022


,Editor

Udin Juhrodin

v
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 1


Biografi pengarang kitab ...................................................................................... 2
MUQODDIMAH.............................................................................................................. 3
PENGANTAR AKIDAH ISLAMIYYAH ............................................................................... 4
TERDIRI DARI 4 MASALAH........................................................................................... 4
PEMBAHASAN PERTAMA .............................................................................................. 6
IMAN KEPADA ALLAH SUBHAANAHU WATA'ALA ..................................................... 6
PEMBAHASAN KEDUA ................................................................................................. 21
KEYAKINAN KEPADA MALAIKAT, TERDIRI DARI 3 MASALAH ............................... 21
PEMBAHASAN KE TIGA................................................................................................ 24
KEYAKINAN TERHADAP KITAB ALLAH SUBHAANAHU WATA'ALA ....................... 24
PEMBAHASAN KE EMPAT ............................................................................................ 30
KEYAKINAN KEPADA PARA UTUSAN ALLAH 'ALAHIMUS SALAAM ....................... 30
PEMBAHASAN KE LIMA ............................................................................................... 42
IMAN KEPADA HARI AKHIR (KIAMAT) ...................................................................... 42
PEMBAHASAN KE ENAM .............................................................................................. 50
TENTANG IMAN KEPADA QADLA' DAN QADAR (KETENTUAN ALLAH) .................. 50
PENUTUP ...................................................................................................................... 54
PEMBAHASAN TENTANG BEBERAPA MASALAH PENTING “MENGIKUTI PERKARA
YG TELAH LAMPAU DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA SALAF” ............................ 54

1
Biografi pengarang kitab

Nama lengkap pengarang adalah Syekh Thahir bin


Muhammad bin Saleh bin Ahmad bin Mauhub al-
Sam’any al-Jazairy al-Dimasyqiy. Ayahnya, seorang
faqih bermadzab Maliki dan seorang mufti di Syam.
Pada tahun 1263 H. Ayahnya pindah dari Al-jazair ke
Damaskus. Syekh Thahir lahir di Syam pada tahun
1268 H. bertepatan dengan tahun 1852 M. Beliau bela-
jar di Madrasah al-Jaqmikiyah dan tamat bersama
ustad Abdurrohman al-Bustany. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya belajar kepada
Syekh Abdul Ghanimy al-Maidany (1222-1298). Beliau sangat suka mempelajari berbagai
disiplin ilmu, antara lain Fisika, Matematika di samping keseriusannya dalam mempelajari
ilmu yang berbahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman. Ketika usianya sampai 30 tahun, be-
liau telah menguasai bahasa Arab, Persia, Turki dan Prancis. Beliau giat mencari dan
mempelajari manuskrip-manuskrip kuno, untuk itu ia membantu berdirinya perpustakaan
Dar al-Kutub al-Dzahiriyah di Damaskus dan perpustakaan al-Khalidiyah di Yerussalem.
menggabungkan antara argumen aqli dan naqli, ia mengambil inti dari setiap ilmu dan
menolak bersikap tekstual sehingga ia menjadi seorang yang berilmu dalam bidang agama,
peradaban, matematika, fisika, politik, bahasa, sejarah, archeology, sosiologi, psikologi,
jurnalistik dan sya’ir. Sehingga ia dikenal sebagai ensiklopedi, kunci berbagai bidang ilmu
serta kamus dunia. Pada tahun 1325 H ia pindah ke Mesir, kemudian ia kembali lagi ke
Damaskus pada tahun 1338 H. lalu ia diangkat sebagai anggota al-majma’ al-Ilmiy al-
Araby serta ditunjuk sebagai kepala perpustakaan Dar al-Kutub al-Dzahiry. Beliau wafat
pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 1338 H. bertepatan pada tahun 1920 M.

2
MUQODDIMAH
Bismillaahirrohmaanirrohiim

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah ke atas junjungan kita Nabi
Muhammad beserta para keluarga dan shahabatnya sekalian.

Waba'du,

Ini adalah risalah yang berisi tentang masalah yang penting dalam ilmu kalam (tauhid)
yang mudah untuk difahami. Saya menulisnya dalam bentuk tanya jawab dan memberi
contoh-contoh yang mudah difahami oleh para pencari ilmu.

Syaikh Thahir bin Shalih Al-jazairi

3
PENGANTAR AKIDAH ISLAMIYYAH
TERDIRI DARI 4 MASALAH

Soal : Apakah makna 'aqidah Islamiyyah ?


Jawab : 'Aqidah Islamiyyah ialah perkara-perkara yang wajib diyakini oleh orang
Islam yakni hal-hal yang diyakini secara mantap oleh orang Islam akan
kebenarannya
Soal : Apakah makna Islam ?
Jawab : Islam adalah mengucapkan dengan lisan (Bersyahadat), Membenarkan
dengan hati bahwa segala sesuatu yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Shallallaahu 'Alihi Wasallam itu haq dan benar.
Soal : Apakah rukun-rukun Akidah Islamiyyah atau asas-asasnya?
Jawab : Rukun-rukun akidah Islamiyyah ada enam perkara :
1. Beriman kepada Allah Ta'ala
2. Beriman kepada Malaikat Allah
3. Beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah
4. Beriman kepada Utusan-utusan Allah
5. Beriman kepada hari Kiamat
6. Beriman kepada ketentuan Allah, baik yang baik maupun yang buruk

PENJELASAN

Maka Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang pasti kepada Allah SWT dengan
melaksanakan kwajiban bertauhid kepadaNya, beriman kepada para MalaikatNya, Rasul-
RasulNya, Hari Kiamat, dan Taqdir yang baik dan yang buruk. Dan mengimani pula
seluruh apa apa yang telah shahih tentang prinsip prinsip agama.
Dari penjelasan di atas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa aqidah itu bersifat
harus mengikat, pasti, kokoh, kuat, teguh, yakin. Begitu juga aqidah pantang untuk ragu,
hanya sekedar berprasangka. Harus yakin seyakin-yakinya jika tidak sampai tingkat

4
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

keyakinan yang kokoh maka bukanlah aqidah. Dinamakan aqidah karena orang tersebut
mengikat hatinya dengan hal tersebut. Maka sudah selayaknya seorang muslim untuk
mempelajari mana aqidah yang shahih dan mana yang bathil. Karena jika keyakinanya di
atas keyakinan yang salah atau aqidah yang salah maka hal itu juga akan membawa
kehancuran di dunia ataupun di akherat.

5
PEMBAHASAN PERTAMA
IMAN KEPADA ALLAH SUBHAANAHU WATA'ALA

Soal : Bagaimana cara beriman kepada Allah Subhaanahu Wata'ala ?


Jawab : Yaitu hendaklah meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wata'ala memiliki
segala sifat yang sempurna dan jauh dari sifat kekurangan.
Soal : Bagaimana cara beriman kepada Allah Subhaanahu Wata'ala secara lebih
rinci ?
Jawab : Hendaklah meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wata'ala memiliki sifat :
Wujud (Ada), Qidam (dahulu), Baqa (Kekal), Mukhaalafatu Lilhawaadits
(Berbeda dengan Makhluk), Qiyaamuhu Binafsih (Mandiri dan tidak
membutuhkan yang lain), Wahdaaniyyah (Maha Esa), Hayah (Hidup), 'Ilm
(Mengetahui), Qudrah (Berkuasa), Iraadah (Berkehendak), Sama'
(Mendengar), Bashar (melihat), Kalam (Berbicara). Dan meyakini
bahwasanya Allah itu adalah Al Hayyu (Maha Hidup), 'Aliimun (Maha
Mengetahui), Qaadirun (Maha Berkuasa), Muriidun (Maha Berkehendak)
Samii'un (Maha Mendengar) Bashiirun (Maha Melihat) dan Mutakallimun
(Maha Berbicara)
Soal : Bagaimana cara meyakini Wujud (Keberadan) Allah ?
Jawab : Hendaklah meyakini bahwa Allah itu ada, dan keberadaanNya DzatNya itu
ada dengan sendirinya tanpa memerlukan wasilah atau perantara. Dan
meyakini bahwa keberadaanNya itu wajib adanya, tidak mungkin Dia
pernah tiada.
Soal : Bagaimana cara meyakini Dahulu (Qidam) nya Allah ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Maha Dahulu adaNya,
yakni Allah itu ada sebelum adanya sesuatu selainNya, dan bahwasanya Dia
tidak terikat waktu dan keberadaanNya tanpa awal.
Soal : Bagaimana cara meyakini Kekekalan (Baqa') Allah ?
Jawab : Hendaklah meyakini bahwasanya Allah itu Dzat yang kekal abadi dan

6
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

kekekalanNya tersebut tanpa batas akhir. Dan hendaklah meyakini


bahwasanya Dia tidak pernah berubah sama sekali serta Dia tidak pernah
bersifat tiada pada pada waktu tertentu (kekekalanNya tidak terikat ruang
dan waktu).
Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Mukholafatu Lil
Hawaadits (Berbeda dengan segala hal yang baru / makhluk )?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah tidak menyerupai sesuatu pun,
baik DzatNya, sifatNya maupun perbuatanNya.
Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Dzat Allah itu berbeda dengan segala
hal yang baru / makhluk ?
Jawab : Hendaklah meyakini bahwasanya Dzat Allah itu tidaklah sama dengan
makhluk ciptaanNya, berupa wajah misalnya. Segala hal yang kita lihat atau
bayangkan dalam hati maka Allah tidaklah seperti bayangan tersebut. Laitsa
Kamitslihi Syaiun (Tiada satupun yang serupa denganNya)
Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Sifat Allah itu berbeda dengan sifat segala
hal yang baru / makhluk ?
Jawab : Hendaklah meyakini bahwasanya 'ilmu (pengetahuan) kita tidak sama
dengan pengetahuan Allah, Qudrah (Kekuasaan) kita tidak sama dengan
kekuasaan Allah, Iradah (kehendak) kita tidak sama dengan kehendak
Allah, Hayah (sifat hidup) kita tidak sama dengan sifat hidupnya Allah, sifat
mendengar (Sama') kita tidak sama dengan sifat mendengar Allah, Bashar
(sifat melihat) kita tidak sama dengan pendengaran Allah dan Kalam (sifat
berbicara) kita tidak sama dengan sifat kalam Allah.
Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Perbuatan Allah itu berbeda dengan
perbuatan segala hal yang baru / makhluk ?

7
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya perbuatan Allah Subhanahu Wata'ala


tidak serupa dengan perbuatan makhluqNya, karena Dia dalam berbuat
sesuatu tidak membutuhkan perantara maupun alat. Firman Allah dalam
surat yasin Ayat 82 : Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. Dan
hendaklah meyakini, bahwasanya Allah menciptakan sesuatu tidak berarti
karena Dia membutuhkannya. Juga kita harus meyakini bahwa Dia tidak
menciptakan sesuatu dengan sia-sia atau tanpa guna, karena Dia bersifat
Maha Bijaksana.
Soal : Bagaimana cara meyakini Kemandirian Allah (Qiyamuhu Binafsihi) ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata'ala tidak
membutuhkan sesuatu apapun, Dia tidak butuh tempat dan tidak
membutuhkan makhluk sama sekali. Dia Maha Kaya dan tidak
membutuhkan apapun, bahkan segala sesuatu lah yang membutuhkan Allah
Subhaanahu Wata'ala.
Soal : Bagaimana cara meyakini Kehidupan Allah (Hayah) ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata'ala Maha
Hidup dan bahwa kehihidupan Allah tidak seperti hidup kita. Karena
sesungguhnya kehidupan kita membutuhkan perantara seperti mengalirnya
darah dan nafas sedangkan kehidupan Allah tanpa memerlukan apapun.
Kehidupan Allah itu bersifat dahulu (Qodim), kekal (Baqo') dan
kehidupanNya tiada pernah hilang maupun berubah sama sekali.
Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Wahdaniyyah (Maha
Esa) ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Satu dan tidak memiliki
teman atau sekutu. Tidak ada yang menyamai maupun menyerupaiNya.
Tiada lawan yang sebanding maupun penggantiNya.

8
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat 'Ilm (Maha
Berpengetahuan) ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu memiliki sifat Maha
Berpengetahuan dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Mengetahui
segala hal, baik yang tampak maupun yang tidak. Dia mengetahui jumlah
pasir, titik air hujan maupun daun pepohonan. Dia Mengetahui hal yang
rahasia maupun yang jelas. Tidak ada yang bisa bersembunyi dari Nya. Dan
hendaklah kita meyakini bahwasanya pengetahuan Allah itu tidak
membutuhkan usaha meraihnya, namun pengetahuan Allah akan segala
sesuatu itu telah ada sejak zaman azali sebelum sesuatu itu ada.
Soal : Bagaimana cara meyakini Ke Maha Kuasaan Allah ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu memiliki sifat Maha Kuasa dan
bahwasanya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Berkehendak (Iradah)?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu memiliki sifat Iradah (Maha
Berkehendak) dan Dia lah segala tujuan, tidak ada sesuatupun yang dapat
terjadi tanpa kehendak Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki maka akan
terjadi dan apapun yang tiada dikehendakiNya, maka tidak mungkin akan
ada atau terjadi.
Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Mendengar (Sama')?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha
Mendengar dan sesungguhnya Allah mendengar segala sesuatu baik
nampak atau pun yang tersembunyi. Namun, pendengaran Allah
Subhanaahu Wata'ala tidak seperti pendengaran kita, karena pendengaran
kita sebagai makhluk memerlukan alat perantara berupa telinga sedangkan
pendengaran Allah tanpa memerlukan perantara apapun.

9
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Melihat (Bashar)?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Melihat,
dan Dia Maha Melihat atas segala sesuatu. Dia Maha Melihat hingga semut
hitam kecil berjalan di malam gelap gulita sekalipun, bahkan yang lebih
kecil dari itu (atom). Tidak ada yang dapat bersembunyi dari penglihatan
Allah, baik yg ada di bumi maupun di luarnya, baik yang ada di langit
maupun di luarnya. Namun, penglihatan Allah berbeda dengan kita sebagai
makhluk. Sesungguhnya penglihatan kita membutuhkan perantara yakni
mata, sedangkan penglihatan Allah tanpa membutuhkan alat perantara.
Soal : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Berbicara (Kalam)?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu bersifat Maha Berbicara. Akan
tetapi kalam Allah tidak sama dengan kita sebagai makhluk Nya.
Sesungguhnya pembicaraan kita diciptakan dalam diri kita dan
membutuhkan alat perantara berupa mulut, lidah serta kedua bibir.
Sedangkan Kalam Allah tidak seperti itu (tidak butuh alat perantara).
Soal : Beritahukan kepada kami apa sajakah sifat mustahil yang tidak mungkin
dimiliki Allah ?
Jawab : Yaitu semua sifat yang mustahil bagi Allah. Maksudnya adalah segala
sifat yang tidak mungkin dimiliki Oleh Allah. Yaitu diantaranya : 'Adam
(tiada), huduts (baru ada), Fana' (binasa), mumatsalatu lilhawaadits (serupa
dengan makhluqNya), Ihtiyaaju lighairihi (membutuhkan kepada
selainNya), Wujuudus Syarki (adanya sekutu), Al 'ajz (Lemah), Karohiyah
(terpaksa, maksudnya terjadinya sesuatu tanpa kehendakNya), Al Jahl
(bodoh) dan sifat buruk lainnya. Dan sesungguhnya Allah tidak bersifat hal-
hal di atas karena itu adalah sifat kekurangan. Dan Allah Subhaanahu
Wata'ala tidaklah bersifat kecuali dengan sifat yang sempurna.

10
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Mohon diterangkan sifat yg boleh (Jaiz) ada pada Allah Subhaanahu
Wata'ala !
Jawab : Yaitu sifat melakukan Fi'lu Kulli Mumkinin Aw Tarkuhu (Melakukan
sesuatu atau pun meninggalkannya). Seperti menciptakan manusia dalam
keadaan kaya atau sebaliknya yakni miskin, memberi kesehatan atau sakit
dan lain sebagainya.
Soal : Apa maksud lafadz “ Istawa' ” pada firman Allah : Arrahmaanu 'Ala Al
'Arsy Istawaa (Surah Thaha :5)
Jawab : Yang dimaksud dengan kata Istiwa adalah Istiwa yang pantas bagi
keagungan Allah Ta'ala yang Maha Pengasih. Makna Istiwa' sudah
diketahui (Ma'lum) tapi bagaimana itu dilakukan Allah, tidak diketahui
(Majhul) dan tidak perlu dipertanyakan. Istiwa' Allah atas 'Arsy tidak serupa
dengan bersemayamnya manusia diatas perahu, hewan tunggangan ataupun
kendaraan. Barangsiapa menggambarkan Allah seperti itu, maka dia telah
terkena penyakit wahm (angan-angan yang sia-sia) karena ia telah
menyerupakan Pencipta (Allah) dengan CiptaanNya (Makhluk), padahal
telah jelas berdasarkan akal dan dalil (Naql) bahwa Allah tidak menyerupai
sesuatupun. Maka sebagaimana dzat Allah tidak menyerupai sesuatupun
dari ciptaanNya, maka segala hal yang disandarkan kepada Allah tidak
mungkin serupa dengan segala hal yang ada pada makhluk.
Soal : Apakah mungkin dikatakan bahwa Allah itu memiliki dua tangan, mata dan
selainnya ?
Jawab : Telah disebutkan hal tentang penyandaran satu tangan kepada Allah dalam
firman Nya “Tangan (kekuasaan) Allah berada di atas tangan orang-orang
itu” (Surah Al Fath :10) Dan ayat tentang penyandaran dua tangan kepada
Allah dalam firman Nya : “Apa yang mencegahmu untuk bersujud kepada
Dzat yang telah menciptakanmu dengan kedua tanganNya
(KekuasaanNya)?” (Surah Shad : 75) “Dan bersabarlah akan hukum
tuhanmu dengan kedua mataKu (perlindunganKu)” (Surah At Thuur : 48)
Adalah tidak boleh menyandarkan kepada Allah kecuali apa yang telah

11
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

ditetapkanNya dalam kitab yang telah diturunkanNya atau yang telah


ditetapkan oleh utusanNya
Soal : Apakah yang dimaksud dengan lafadz Yad (tangan) pada ayat tersebut di
atas ?
Jawab : Yang dimaksud dengan lafadz Yad (tangan) pada ayat di atas adalah arti
yang pantas bagi Allah Subhaanahu Wata'ala, begitupun dengan lafadz
A'yun (mata). Karena segala hal yang disandarkan kepada Allah
Subhaanahu Wata'ala maka tidak akan sama dengan sesuatu yang
disandarkan pada makhluk. Barangsiapa meyakini bahwa Allah memiliki
tangan seperti tangan makhluqNya atau meyakini Allah bermata
sebagaimana mata makhluqNya, maka dia telah terkena penyakit wahm
(angan sia-sia) karena telah menyerupakan Allah dengan ciptaanNya,
padahal Tiada suatupun yang serupa dengan Allah Subhaanahu Wata'ala.
Soal : Kepada siapa pendapat di atas – yakni tentang makna kata-kata istiwa',
yadain dan A'yun – disandarkan ?
Jawab : Pendapat yang telah diuraikan di atas tersebut adalah pendapat ulama Salaf
(terdahulu). Adapun Ulama khalaf (yang datang kemudian) mayoritas
menafsirkan lafadz Istiwa' dengan arti “ Istiila' ” (menguasai), Menafsirkan
kata “Yad” dengan nikmat atau kekuasaan serta lafadz A'yun dengan
Penjagaan (Hifdz) dan Pemelihara (Ri'ayah). Hal itu karena kebanyakan
ulama khalaf tersebut khawatir jika kata-kata tersebut tidak ditakwil atau
digeser dari makna dzahirnya maka akan terkena pemahaman “Tasybih”
(menyerupakan Allah dengan CiptaanNya). Padahal baik Ulama Salaf
maupun Khalaf telah sepakat, siapa saja yang menyerupakan Allah dengan
makhluqNya maka dia “Sesat” (Dhallun). Sebagian dari mereka
mengatakan bahwa termasuk ke dalam tasybih (menyerupakan Allah
dengan makhluk ) jika tidak ada dalil 'aqli dan Naqli yang menunjukkan
bahwa orang tersebut meyakini tanziih ( kesucian Allah ). Barangsiapa
menyerupakan Allah dengan makhlukNya (menganggap Allah itu
bertangan, bermata, duduk dan lain sebagainya) maka pendapat itu berasal

12
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

dari dirinya sendiri (bukan pendapat Ulama Salaf maupun Khalaf).


Soal : Bagaimana mungkin kita menetapkan sesuatu (meyakini makna ayat
Mutasyabihat apa adanya), lantas kita mengatakan “Bagaimana Allah
melakukannya itu tidak diketahui?
Jawab : Hal itu bukanlah sesatu yang aneh karena sesungguhnya kita mengetahui
bahwa diri kita memiliki sifat seperti berilmu, berkemampuan,
berkehendak- di sisi lain kita tidak mengetahui cara terjadinya sifat-sifat
tersebut. Sebaliknya, kita mendengar dan melihat tanpa tahu bagaimana
bisa pendengaran dan penglihatan itu terjadi. Bahkan sesunguhnya kita
berbicara dan tidak tahu bagaimana pembicaraan itu bisa keluar. Jika kita
mengetahui bagaimana caranya hal itu terjadi maka hilanglah keraguan kita.
Dan banyak lagi hal yang serupa. Jika hal-hal tersebut di atas disandarkan
pada diri kita (sementara kita tidak dapat memahaminya), maka bagaimana
pula halnya jika perkara tersebut disandarkan pada Allah Subhaanahu
Wata'ala.....
Soal : Diantara dua pendapat tersebut, manakah yang paling rajih (kuat) ?
Jawab : Pendapat Ulama salaf (terdahulu) lah yang paling kuat karena lebih aman
dan kuat. Adapun madzhab khalaf (ulama terkini), maka kita boleh
memakainya saat dlarurat dan hal itu berlaku bagi sebagian manusia yang
dikhawatirkan terjatuh pada keyakinan Tasybih (menyerupakan Allah
dengan makhlukNya), jika kalimat-kalimat di atas tidak ditakwilkan bagi
mereka. Maka menakwilkan hal tersebut di atas dibolehkan menurut
pendapat yang masyhur.

13
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

PENJELASAN

Iman kepada Allah secara umum berarti meyakini bahwa sesungguhnya Allah
SWT mempunyai seluruh sifat-sifat kesempurnaan dengan arti-arti yang patut dan sesuai
dengan dzat-Nya dan bersih dari segala sifat-sifat kekurangan.
Sedangkan secara khusus Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa
sesungguhnya Allah SWT bersifat Wujud (Ada yang tersuci), Qidam (Dahulu tanpa
permulaan), Baqa’ (Kekal Abadi tanpa perubahan), Mukhalafatun lil Hawadits (berbeda
dengan semua perkara baru/makhluk), Qiyamuhu bi Nafsih (Berdiri sendiri tidak butuh
penyanding, penyangga, pembantu dll.), Wahdaaniyyah (Ke-Esaan yang tiada batas),
Hayat (Hidup tanpa membutuhkan udara, makan, minum, dll), Ilmu (Berpengetahuan yang
tersempurna), Qudrah (Berkuasa mutlak), Iradah (Berkehendak tanpa ada yang
memaksanya), Sama’ (Mendengar tanpa lubang telinga), Bashor (Melihat tanpa bola
mata), Kalam (Berbicara dengan seluruh yang Dia ketahui tanpa mulut dan
lidah), Kaunuhu Hayyan (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahahidup), Kaunuhu ‘Aliman
(Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahamengetahui), Kaunuhu Qadiron (Berkeadaan sebagai
Dzat yang Maha kuasa), Kaunuhu Muridan (Berkeadaan sebagai Dzat yang
Mahaberkehendak), Kaunuhu Sami’an (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahamendengar),
Kaunuhu Bashiron (Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahamelihat), Kaunuhu Mutakalliman
(Berkeadaan sebagai Dzat yang Mahaberbicara).
Sifat-sifat yang dimulai dengan kalimat “Kaunuhu” adalah keadaan-keadaan Allah
SWT yang pasti ada karena adanya sifat-sifat ma’ani-Nya (sifat-sifat yang punya esensi
tersendiri disamping Dzat-Nya walaupun tidak bisa terpisahkan dari Dzat-Nya yaitu mulai
dari sifat qudroh sampai sifat kalam). Adapun sifat wujud sampai sifat wahdaniyyah
esensinya hanya terdapat dalam diri Dzat Allah SWT yang suci dari segala kekurangan.

1) Allah SWT bersifat Wujud berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT itu Ada, dan
bahwa wujud dzatnya Allah itu tanpa perantara apapun. Dan wujudnya Allah itu
sebuah keharusan yang tidak mungkin bagi-Nya ketiadaan. Allah SWT berfirman:

14
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

َّ ‫لا أَ ن َا فَاعْب ُ ْدنِي و َأَ ق ِ ِم‬


‫الصلاة َ لِذِكْر ِي‬ َّ ‫الله ُ لا ِإلَه َ ِإ‬
َّ ‫ِإ َّننِي أَ ن َا‬

“Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku,
Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”(QS. Thoha:
14)

2) Allah SWT bersifat Qidam berarti sesungguhnya Allah SWT Maha Dahulu, yakni
Allah wujud sebelum terciptanya segala sesuatu, Allah selamanya akan wujud, dan
wujud-Nya tidak mempunyai permulaan. Allah SWT berfirman:

‫ُل شَيْء ٍ عَلِي ْم‬


ِ ‫ن و َه ُو َ بِك‬ َّ ‫خر ُ و‬
ُۚ ُ ِ‫َالظاه ِر ُ و َالْبَاط‬ ُ ‫ه ُو َ الْا ََّو‬
ِ ٰ ‫ل و َالْا‬

“Dialah yang Awal (telah ada sebelum segala sesuatu ada) dan yang akhir (tetap
ada setelah segala sesuatu musnah) yang Zhahir (nyata adanya) dan yang Bathin
(tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal); dan dia Maha mengetahui
segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid: 3)
3) Allah SWT bersifat Baqa’ berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Abadi,
keabadian-Nya tiada batas, tidak akan pernah sirna, dan Allah tidak mengenal
ketiadaan walaupun hanya sekejap. Allah SWT berfirman:
‫َالإكْرَا ِم‬
ِ ‫لو‬ِ ‫ك ذ ُو الْجَلا‬ ٍ ‫ك ُُّل م َنْ عَلَيْهَا فَا‬
َ ِ ‫ و َيَبْقَى وَجْه ُ ر َب‬. ‫ن‬

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.”


“Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS.
Ar-Rohman: 26-27)
َّ ‫ك ُُّل شَيْء ٍ ه َال ِك ِإ‬
َ‫لا و َجْ ه َه ُ لَه ُ الْح ُ ْكم ُ و َِإلَيْه ِ تُرْجَع ُون‬

“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali dzat Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan,
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qoshosh: 88)
4) Allah SWT bersifat Mukholafatun lil Hawadits berarti bahwa bagi Allah SWT
tidak ada satupun makhluk yang menyerupai-Nya baik dalam bentuk dzat, sifat,
maupun pekerjaan-Nya. Allah SWT berfirman:
َ ‫ن الأَ نْع َا ِم أَ ْزو َاج ًا ي َ ْذرَؤ ُك ُ ْم ف ِيه ِ ل َْي‬
ْ َ ‫َْ كَم ِثْلِه ِ ش‬
‫يء‬ َ ِ ‫سك ُ ْم أَ ْزو َاج ًا وَم‬
ِ ُ ‫ل ل َك ُم م ِنْ أَ نف‬
َ َ ‫جع‬
َ ‫ض‬
ِ ‫َات و َالأَ ْر‬ َّ ُ ‫فَاطِر‬
ِ ‫السم َاو‬

15
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

َّ َ ‫و َه ُو‬
ُ ‫السمِي ُع الب َصِ ير‬

“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.” (QS. Asy-
Syuuro: 11)
Dzat Allah SWT berbeda dengan makhluk-Nya berarti bahwa sesungguhnya Dzat
Allah SWT tidak menyerupai dzat makhluk-Nya dalam segi apapun. Jadi, semua
yang kamu lihat ataupun yang terbayang dalam hatimu tentang Allah, maka Allah
tidak seperti itu. Allah SWT berfirman:
‫َْ كَم ِثْلِه ِ شَيْء‬
َ ‫لَْي‬

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia”(QS. Asy-Syura: 11)


sifat Allah SWT berbeda dengan sifat makhluk-Nya berarti bahwa sesungguhnya
ilmu Allah SWT tidak serupa dengan ilmu kita, begitu juga sifat qudrah, irodah,
hayat, sama’, bashor, dan kalam Allah tidak mungkin sama dengan sifat
kita.pekerjaan Allah SWT berbeda dengan makhluk-Nya berarti bahwa
sesungguhnya pekerjaan Allah SWT tidak serupa dengan pekerjaan semua perkara
yang ada, karena sesungguhnya Allah melakukan sesuatu tanpa membutuhkan
mediator dan fasilitas. Allah SWT berfirman:
ُ‫ل لَه ُكُنْ فَيَكُون‬ َ َ ‫ِإ َّنمَا أَ مْرُه ُ ِإذ َا أَ ر َاد‬
َ ‫شْي ْئًا أَ ْن يَق ُو‬

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata


kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia.” (QS. Yaasiin: 82)
Allah SWT melakukan suatu perkara bukan karena Dia membutuhkannya. Allah
tidak menciptakan sesuatu dengan main-main dalam arti tanpa ada faedahnya,
karena sesungguhnya Allah SWT adalah Maha bijaksana.
5) Allah SWT bersifat Qiyamuhu bi Nafsih berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT
tidak membutuhkan segala sesuatu. Allah tidak butuh tempat, persemayaman dan
juga tidak butuh kepada makhluk sama sekali. Allah adalah Maha Kaya dan semua

16
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

perkara selain-Nya pasti membutuhkan-Nya. Allah SWT berfirman :


َ َ ‫وَع َن َِت ال ْوُجُوه ُ لِلْح َِي الْق َُّيو ِم و َق َ ْد خ َابَ م َنْ حَم‬
‫ل ظُل ْمًا‬

“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan yang hidup
kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya).” (QS. Thoohaa: 111)
6) Allah SWT bersifat Hayat berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Hidup.
Kehidupan Allah tidak seperti kehidupan kita, karena kehidupan kita harus disertai
banyak sarana seperti mengalirnya darah dan bernafas, sedangkan kehidupan Allah
tanpa melalui, membutuhkan sarana apapun. Sifat hayat Allah bersifat dahulu dan
kekal, tak akan pernah musnah dan tak juga mengalami perubahan. Allah SWT
berfirman
ُ‫و َتَو َ َّكلْ عَلَى الْح َ ِي الَّذ ِي لا يَمُوت‬

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati.” (QS. Al-
Furqon: 58)
7) Allah SWT bersifat wahdaniyah berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya, menyamai-Nya,
tidak punya lawan yang dapat menandingi-Nya, dan tidak pula ada yang
menentang-Nya. Allah SWT berfirman:
َ‫ش ع ََّما يَصِ ف ُون‬ ِ ‫الله ِ ر‬
ِ ْ ‫َب الْعَر‬ َّ َ‫الله ُ لَفَسَد َتَا فَسُبْح َان‬ َّ ‫لَوْ ك َانَ ف ِيهِم َا آلِه َة ِإ‬
َّ ‫لا‬

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya
itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada
apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya’: 22)
8) Allah SWT bersifat Ilmu berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Mengetahui. Sesungguhnya pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu baik bathin
(dalam) maupun dhohir (luar)nya. Dia mengetahui jumlah butiran pasir, tetesan
hujan dan dedaunan pohon. Dan dia juga mengetahui segala rahasia, tidak ada
yang samar bagi-Nya. Sifat ilmu Allah tanpa membutuhkan usaha, bahkan Allah
sudah mengetahui segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum sesuatu itu wujud.
Allah SWT berfirman:

17
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

ٍ ‫لا يَعْلَمُه َا و َلا َ ح ََّبة‬


َّ ‫لا ه ُو َ و َيَعْلَم ُ م َا فِي ال ْب َر ِ و َالْب َحْ رِ وَم َا ت َ ْسق ُُط م ِن وَر َقَة ٍ ِإ‬ ِ ‫وَعِندَه ُ مَف َِاتح ُ الْغَي‬
َّ ‫ْب لا َ يَعْلَمُه َا ِإ‬

ٍ‫اب ُّمبِين‬ َّ ‫ِس ِإ‬


ٍ َ ‫لا فِي ك ِت‬ ٍ ‫ب و َلا َ ي َاب‬
ٍ ْ‫ض و َلا َ ر َط‬
ِ ‫ات الأَ ْر‬
ِ َ ‫فِي ظُلُم‬

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di
lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula),
dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz)” (QS.Al-An’aam: 59)
9) Allah SWT bersifat Qudroh berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah Maha
kuasa, dan dia mampu melakukan segalanya. Allah SWT berfirman:

‫ض ِإ َّنه ُك َانَ عَلِيم ًا قَدِير ًا‬


ِ ‫َات و َلا فِي الأَ ْر‬ َّ ‫الله ُ لِيُعْجِزَه ُ م ِن شَيْءٍ فِي‬
ِ ‫السم َاو‬ َّ َ‫وَم َا ك َان‬

“Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana
kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah
lebih besar kekuatannya dari mereka? dan tiada sesuatupun yang dapat
melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Fathir: 44)
10) Allah SWT bersifat Irodah berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Berkehendak. Dia-lah yang berkehendak, semua perkara yang wujud pasti karena
kehendak-Nya. Setiap perkara yang dikehendaki oleh-Nya, maka akan terjadi dan
setiap perkara yang tidak dikehendaki-Nya maka mustahil adanya.

َ ‫ِإ َّنمَا قَو ْلُنَا ل ِشَيْء ٍ ِإذ َا أَ رَدْن َاه ُ أَ ن َّنق ُو‬
ُ‫ل لَه ُكُن فَيَكُون‬

“Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya,


kami Hanya mengatakan kepadanya: “kun (jadilah)”, Maka jadilah ia.” (QS. An-
Nahl: 40)
11) Allah SWT bersifat Sam’ berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Mendengar. Dia mendengar semua perkara baik yang bernada pelan atau keras,

18
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

namun pendengaran Allah tidaklah sama dengan pendengaran kita, karena


pendengaran kita membutuhkan telinga, sedangkan Allah mendengar segala
sesuatu tanpa membutuhkan piranti apapun. Allah SWT berfirman:

‫الله ِ و ََّالله ُ ي َ ْسم َ ُع تَحَاوُرَكُمَا‬


َّ ‫جه َا و َتَشْتَكِي ِإلَى‬ َ ُ ‫ل َّالتِي تُجَاد ِل‬
ِ ‫ك فِي ز َ ْو‬ َ ْ‫الله ُ قَو‬
َّ ‫ق َ ْد سَم ِِ َع‬

“Sesungguhnya Allah Telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan


gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah.
dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. ”(QS. Al-Mujaadilah: 1)
12) Allah SWT bersifat Bashor berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha Melihat.
Dia bisa melihat segala sesuatu hingga semut hitam dalam kegelapan malam
bahkan benda yang lebih kecil darinya. Tidaklah samar dari penglihatan-Nya
segala apapun yang tampak di permukaan bumi maupun dalam perut bumi, di atas
langit maupun di bawahnya. Penglihatan Allah SWT tidak seperti penglihatan kita,
karena kita menggunakan perantara mata sedangkan penglihatan Allah tanpa
perantara apapun. Allah SWT berfirman:

َّ ‫ِإ َّن‬
‫الله َ سَم ِيع بَصِ ير‬

“Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. Al-


Mujaadilah:1)
13) Allah SWT bersifat Kalam berarti bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Berbicara. Kalam Allah itu tidak serupa dengan kalam kita, karena kalam kita itu
makhluk (diciptakan) dan keluar melalui mulut, lidah dan kedua bibir, sedangkan
kalam Allah SWT tidak seperti itu. Allah SWT berfirman:

‫حي َ ب ِِإذْنِه ِ م َا يَش َاء ِإ َّنه ُ عَل ِي ٌّ حَكِيم‬


ِ ‫ل رَسُولا ً فَي ُو‬
َ ‫س‬
ِ ْ‫َاب أَ ْو يُر‬ َّ ‫الله ُ ِإ‬
ٍ ‫لا و َحْ يًا أَ ْو م ِن وَر َاء ِحج‬ َّ ُ ‫وَم َا ك َانَ لِب َشَرٍ أَ ن يُك َل ِم َه‬

“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan
dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan (Malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang
dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. Asy-
Syuuro: 51)

19
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Selain sifat-sifat wajib, Allah memiliki sifat-sifat mustahil. Sifat-sifat mustahil


Allah SWT yakni sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah adalah: Adam (tidak ada),
Huduts (baru), Fana'(rusak), Mumatsalatun lil Hawadits (sama dengan semua perkara baru/
makhluk), Ihtiyajuhu li Ghoirih (membutuhkan perkara lain), Wujudus Syarik
(mempunyai sekutu), ‘Ajzu (lemah), Karohiyyah (terjadinya sesuatu tanpa melalui
kehendak Allah Swt), jahl (bodoh), dan semisalnya. Allah mustahil mempunyai sifat di
atas karena itu semua merupakan sifat kekurangan. Allah tidak bersifat kecuali dengan
sifat kesempurnaan.
Selain sifat wajib dan mustahil, ada pula sifat jaiz bagi Allah. Sifat jaiz bagi Allah
SWT adalah; mengerjakan segala sesuatu yang mungkin dilakukannya atau
meninggalkannya. Seperti Allah menjadikan manusia kaya, miskin, sehat, sakit dsb.

20
PEMBAHASAN KEDUA
KEYAKINAN KEPADA MALAIKAT, TERDIRI DARI 3 MASALAH

Soal : Siapakah malaikat itu ?


Jawab : Mereka adalah materi lembut yang diciptakan dari cahaya. Mereka tiada
makan dan minum. Mereka adalah hamba yang mulia dan tidak pernah
durhaka kepada Allah Subhaanahu Wata'ala. Apa yang diperintahkanNya
kepada mereka, maka mereka akan mengerjakannya.
Soal : Apakah manusia bisa melihat Malaikat ?
Jawab : Manusia tidak bisa melihat malaikat dalam wujud asli mereka - kecuali para
Nabi - karena malaikat adalah materi yang lembut sebagaimana manusia
tidak bisa melihat udara yang memenuhi alam semesta karena bentuknya
yang halus. Namun, jika malaikat berubah dalam bentuk benda padat seperti
manusia, maka manusia biasa bisa melihat malaikat tersebut. Kemampuan
para Nabi dan Rasul melihat malaikat dalam wujud aslinya merupakan
kelebihan yang berguna untuk talaqqi (menyampaikan) masalah keagamaan
dan hukum syariat, dan tidaklah dianggap aneh jika terdapat makhluk
diantara kita yang tidak bisa kita lihat dengan mata kepala. Dan dalam
keadaan sadar, ada hal yang bisa menunjukkan hal itu pada akal dan
membuka mata batin kita. Karena diantara kita banyak benda - baik hidup
atau benda mati - yang tidak nampak oleh mata kepala kita. Seandainya
tidak ada petunjuk, maka kita akan menyangkanya tidak ada bentuk dan
bekasnya. Sebagaimana tidak dianggap aneh adanya hal-hal tertentu yang
hanya bisa dilihat dengat mata hati (abshar) saat mata kepala tidak bisa
melihatnya. Karena sesungguhnya perbedaan penglihatan (mata dan hati)
hanya menunjukkan kuatnya hal yang dilihat (dituju). Dan kelemahan
penglihatan mata adalah sebagai pelajaran bagi manusia yang memiliki
mata hati (Ulil Abshar).
Soal : Apakah pekerjaan para malaikat ?
Jawab : Sebagian diantara para malaikat tersebut bertugas sebagai perantara antara

21
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Allah dan para utusanNya. Seperti malaikat Jibril 'alaihis salam. Ada
diantara mereka yang bertugas sebagai penjaga manusia (malaikat
hafadzah), ada juga yang menulis amal perbuatan manusia baik amal baik
(malaikat Rakib) atau amal buruk (malaikat 'Atid). Ada yang bertugas
menjaga syurga dan segala kenikmatannya (malaikat Ridlwan) dan ada yang
menjaga neraka dengan segala siksanya (malaikat Malik). Ada diantara
mereka yang menyangga 'arsy (makhluk Allah terbesar), ada juga malaikat
yang bertugas menjaga kebaikan dan kemaslahatan umat manusia, dan
banyak lagi sesuai dengan tugas yang diperintahkan Allah bagi mereka.

PENJELASAN

Malaikat adalah jasad-jasad halus yang diciptakan dari cahaya. mereka tidak perlu
makan dan minum. mereka adalah makhluk-makhluk yang mulia dan mereka tidak pernah
bermaksiat terhadap Allah. mereka tidak pernah menentang perintah Allah. mereka selalu
taat dan melakukan apapun yang diperintahkah oleh Allah.
Manusia biasa tidak akan bisa melihat para malaikat dalam wujud asli kecuali para
nabi. mereka adalah jasad halus/ tak kasat mata. sama halnya dengan udara. tidak ada
manusia yang bisa melihat udara padahal udara memenuhi seluruh permukaan bumi hingga
ke angkasa, sampai ke dalam lautan, dalam gua-gua dan lain-lain. manusia baru bisa
melihatnya jika malaikat menjelma menjadi makhluk kasat mata. kemampuan melihat
malaikat dala wujud asli ini adalah keistimewaan para nabi dan rasul untuk menerima
wahyu, petunjuk Allah dalam masalah aqidah, bisyarah maupun syariah. adanya makhluk-
makhluk dengan tubuh tak kasat mata ini tidak mengherankan. kita sudah biasa mengalami
dan merasakannya. sesungguhnya di hadapan kita terdapat banyak makhluk hidup tapi kita
tak bisa melihatnya. misalnya bakteri, virus, sel-sel. kalau tidak ada mikriskop pasti kita
tidak akan bisa melihatnya dan tidak percaya kalau makhluk-makhluk itu ada dan
membekas.
Kalau ada kebanyakan orang tidak bisa melihatnya lalu hanya sebagian kecil orang
bisa melihatnya, hal itu juga wajar karena kemampuan manusia juga berbeda-beda.

22
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

sesungguhnya dalam perbedaan penglihatan, kekuatan, jangkauan dan kelemahannya


terdapat tanda-tanda bagi orang yang mau berpikir.
Para malaikat itu banyak. tugas mereka bermacam-macam. di antara mereka ada
yang menjadi utusan/ penghubung antara Allah SWT dengan para nabi dan rasul. misalnya
malaikat jibril. ada malaikat yang bertugas menjga hamba. ada yang bertugas mencatat
amal baik dan buruk. ada yang menjaga surga dan neraka. ada yang memikul arsy. ada
yang mengurusi maslahat-maslahat para hamba dan manfaat-manfaat mereka. dan ada pula
banyak yang lain. masih banyak tugas malaikat yang belum manusia ketahui.

23
PEMBAHASAN KE TIGA
KEYAKINAN TERHADAP KITAB ALLAH SUBHAANAHU WATA'ALA

Soal : Bagaimana bentuk keyakinan terhadap kitab-kitab Allah Subhaanahu


Wata'ala?
Jawab : Hendaklah kita meyakini sesunguhnya Allah memiliki kitab kitab yang
diturunkan kepada para utusanNya. Kitab-kitab tersebut menjelaskan
perintah, larangan, janji dan ancaman Allah bagi yang melanggarnya. Kitab
tersebut adalah Kalam (firman) Allah secara hakiki yang dilakukanNya
tanpa menyerupai tatacara ucapan manusia. Dia menurunkan kitab tersebut
berupa wahyu. Diantara kitab tersebut yang wajib kita imani ada 4, yaitu :
Taurat, Injil, Zabur dan Alquran.
Soal : Bagaimana keyakinan kita tentang Kitab Taurat ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya Taurat adalah termasuk salah satu
kitab dari Kitab-kitab Allah Subhaanahu Wata'ala yang diturunkan kepada
Nabi Musa 'Alaihis Salam yang bergelar Kaliimulloh. Kitab taurat
diturunkan untuk menjelaskan hukum agama, akidah yang benar yang
diridlai Allah dan kabar gembira akan datangnya Nabi dari keturunan Nabi
Ismail, yaitu Nabi kita Muhammad Alaihis Shalatu Wassalam. Dan kitab
itu juga berisi isyarat akan kedatangan beliau dengan aturan (syariat) baru
yang menunjukkan umat manusia menuju Dar As Salam (Negeri
Kedamaian yakni Syurga).
Soal : Bagaimana keyakinan Ulama pakar sehubungan dengan Kitab Taurat yang
ada di zaman ini ditangan orang Ahli Kitab (Yahudi) ?
Jawab : Keyakinan Ulama pakar tentang hal itu, bahwasanya taurat yang ada
saat ini telah mereka ubah isinya. Diantara bukti akan hal itu adalah tidak
adanya penyebutan tentang syurga, neraka, hari kebangkitan dari kubur, hari
perkumpulan di padang makhsyar dan juga hari pembalasan. Padahal hal itu
semua merupakan perkara yang penting yang selalu disebutkan di kitab-
kitab Ilahi. Termasuk diantara bukti lain, di dalamnya terdapat

24
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

perubahan tentang masalah wafatnya Nabi Musa 'Alaihis Salam yakni di


bab Akhir. Intinya adalah bahwasanya Hanya taurat yang diturunkan kepada
nabi Musa lah yang benar.
Soal : Bagaimana seharusnya keyakinan kita terhadap Kitab Zabur ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwa Kitab Zabur termasuk salah satu dari kitab-
kitab Allah Subhaanahu Wata'ala yang diturunkan Allah kepada Sayyidina
Dawud 'Alaihis Salam. Isinya antara lain sekumpulan dan dzikr, nasehat
serta hikmah dan tidak terdapat hukum syari'at di dalamnya, karena Nabi
Dawud Alaihis Salam diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa
'Alihis Salam.
Soal : Bagaimana seharusnya keyakinan kita terhadap Kitab Injil ?
Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwa Kitab Zabur termasuk salah satu dari kitab-
kitab Allah Subhaanahu Wata'ala yang diturunkan Allah kepada Sayyidina
'Isa Al Masiih 'Alaihis Salam. Kitab ini diturunkan untuk menjelaskan
hakikat kehidupan dan ajakan kepada umat manusia untuk meng Esa kan
Allah, menghapus sebagian hukum taurat yang berupa cabang-cabang untuk
tujuan penerapannya, dan berisi kabar gembira kan datangnya Penutup para
Nabi (Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam).
Soal : Bagaimana keyakinan Ulama pakar sehubungan dengan Kitab Injil yang
ada di zaman ini ditangan orang Ahli Kitab (Kristen) ?
Jawab : Keyakinan Ulama pakar tentang hal itu, bahwasanya Injil yang ada saat ini
terdiri dari empat jenis yang dikarang oleh 4 orang Kristen yang TIDAK
PERNAH berjumpa dengan nabi 'Isa 'Alihis Salam sama sekali. Mereka
adalah Mathius, Markuz, Lukas dan Yohannes (empat jenis injil dinamakan
dengan nama mereka masing-masing). Setiap jenis injil dari empat jenis
tersebut saling bertentangan satu dengan yg lainnya dalam banyak hal. Dan
sungguh orang-orang nasrani (kristen) memiliki banyak lagi injil selain 4
injil ini, akan tetapi sekitar seratus tahun setelah diangkatnya Nabi 'Isa
'Alihis Salam ke langit oleh Allah, mereka mengganti isinya dan
merusaknya hingga menjadi lebih dari empat jenis injil ini, dengan tujuan

25
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

menyelamatkannya dari banyaknya pertentangan dan perbedaan (jadi sudah


bukan merupakan injil yang asli).
Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap Alquran ?
Jawab : Hendaknya kita meyakini bahwasanya Alquran adalah kitab yang paling
mulia. Allah Subhaanahu Wata'ala menurunkannya kepada Nabi yang
paling mulia diantara nabi-nabiNya, yakni Nabi Muhammad Shallallaahu
'Alaihi Wasallam. Kitab Alquran adalah kitab ilahi yg paling akhir
diturunkan dan ia menghapus masa berlaku kitab-kitab sebelumnya. Hukum
yang ada dalam Alquran tetap berlaku hingga hari kiamat. Tidak mungkin
Alquran bisa dirubah atau diganti. Dan Alquran adalah tanda kenabian
terbesar Rasulullah SAW karena keberadaan Alquran sebagai mujizat
terbesar.
Soal : Karena sebab apakah Alquran disebut sebagai mujizat terbesar ?
Jawab : Alquran disebut sebagai mujizat terbesar karena keberadaannya sebagai
ayat 'aqliyah yang abadi sepanjang masa dan bisa direnungkan setiap saat
dengan akal fikiran. Mujizat selain Alquran tidak berlaku seiring
bergantinya waktu dan tidak meninggalkan bekas kecuali hanya cerita.
Bentuk kemukjizatan Alquran adalah dia diturunkan dengan kefasihan dan
keindahan bahasa diluar kemampuan bahasa manusia. Karena itu Nabi
Muhammad SAW menantang dengan Alquran kepada orang 'Arab asli.
Mereka adalah kaum yang paling fasih lisannya, paling baik penguaasaan
ilmu balaghah dan bayan karena di zaman itu ilmu balaghah dan retorika
(khitob) keduanya telah mencapai tingkat tinggi, seakan akan diluar akal
dan mencengangkan pikiran. Rasulullah SAW hidup bersama mereka
selama 23 tahun dan telah menantang mereka dengan Alquran dengan
tantangan yang sungguh-sungguh, dengan Alquran pula beliau mematahkan
keraguan dan kritik mereka terhadap Alquran serta mengalahkan keinginan
mereka untuk mendebat Alquran. Terkadang beliau menantang mereka
untuk membuat satu surat seperti yang ada dalam Alquran, dan mereka
boleh meminta pertolongan kepada siapa saja baik dari golongan jin maupun

26
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

manusia. Terkadang beliau menyindir mereka atas kelemahan


ketidakmampuan mereka dalam memecahkan persoalan tersebut padahal
mereka adalah kaum yang berjiwa tak mau dihina, mudah tertantang serta
memiliki semangat kesukuan yang tinggi namun tetap saja mereka gagal
memenuhi tantangan itu. Mereka meninggalkan perlawanan kata-kata dan
menggantinya dengan perlawanan dengan ketajaman pedang serta
mengganti perang kata-kata dengan dengan tombak (kekerasan) dan di
masa itu mereka gagal memenuhi tantangan untuk membuat satu surat saja
yang sama seperti dalam Alquran. Maka siapakah selain mereka yang lebih
lemah (tidak mampu) lagi dalam memenuhi tantangan ini, padahal
tantangan itu telah lewat lebih dari 1300 tahun, dan belum pernah ditemukan
seorang ahli bahasa pun yang mampu membuat yang serupa dengannya baik
ia seorang muslim ataupun orang yang mengaku Islam. Hal itu
menunjukkan bahwa Alquran bukanlah ucapan manusia, akan tetapi ia
adalah Kalam Sang Maha Pencipta yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa.
Dia menurunkan Alquran tersebut sebagai pembenar akan kerasulan
utusanNya dan penjelas ucapanNya. Hal ini cukup sebagai bukti salah satu
keistimewaan Alquran. Dan banyak sekali bukti kebenaran Alquran,
Pertama, adalah penyebutan kejadian dalam Alquran yang belum terjadi dan
akhirnya menjadi kenyataan persis seperti yang diberitakan dalam Alquran.
Kedua, kita tidak akan bosan mendengarnya meski ia dibaca berulang ulang.
Ketiga, di dalamnya terhimpun berbagai pengetahuan yang tidak dimiliki
oleh bangsa Arab maupun selain mereka. Keempat, Alquran menyebutkan
kisah-kisah yang telah terjadi di masa lalu dan keadaan umat terdahulu.
Padahal orang yang diturunkan Alquran kepadanya (Rasulullah
Shallallaahu Alaih Wasallam) adalah seorang yang ummi (tidak bisa
membaca dan menulis) karena cukup bagi beliau mendapat pengetahuan
melalui wahyu – hal itu menjadi salah satu bukti dapat diterimanya
kemukjizatan Alquran.

27
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

PENJELASAN

Dalam aspek akidah atau tauhid, mengimani dan mempercayai kitab-kitab suci
yang pernah diturunkan Allah SWT kepada para nabi-Nya merupakan salah satu dari rukun
iman, yaitu rukun iman ketiga. Pengejawantahan rukun iman ketiga ini pada dasarnya
adalah meyakini bahwa Allah SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan sebagai wahyu
kepada nabi-nabi-Nya. Kitab-kitab tersebut menjelaskan perintah-perintah, larangan-
larangan, janji-janji, dan ancaman-Nya. Di antara kitab-kitab yang dimaksud adalah
Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an.
Seperti apa pemahaman meyakini keempat kitab ini dalam konteks akidah?
Pertama, mengimani kitab Taurat artinya membenarkan bahwa Taurat merupakan salah
satu dari kitab-kitab Allah, diturunkan kepada Nabi Musa AS. Kitab ini diturunkan untuk
menjelaskan hukum-hukum syariah, akidah shahih yang diridhai, dan memberi kabar
gembira tentang akan datangnya seorang nabi dari keturunan Nabi Ismail AS.
Kedua mengimani kitab Zabur artinya meyakini bahwa Zabur merupakan salah satu di
antara kitab-kitab-Nya, diturunkan kepada Nabi Daud AS. Kitab ini memuat kalimat-
kalimat doa, dzikir, nasihat, dan hikmah. Hanya saja isi kitab Zabur ini di dalamnya tidak
terdapat hukum-hukum syariat, karena Nabi Daud AS diperintahkan mengikuti syariat
Nabi Musa AS.
Ketiga, mengimani kitab Injil artinya meyakini bahwa Injil juga merupakan salah satu dari
kitab-kitab Allah SWT, diturunkan kepada Nabi Isa AS. Kitab ini untuk menjelaskan
kenyataan-kenyataan (kebenaran), mengajak orang-orang mengesakan Sang Pencipta,
mengganti sebagian hukum-hukum cabangan dari Kitab Taurat untuk menyesuaikan
tuntutan keadaan, dan memberi kabar gembira akan lahirnya Nabi Penutup.
Keempat mengimani kitab Al-Qur'an, yaitu meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kitab Allah
yang paling mulia. Allah menurunkan Kitab Al-Qur'an ini kepada nabi termulia di antara
nabi-nabi lainnya, Nabi Muhammad SAW.
Inilah kitab ilahiyah yang terakhir diturunkan. Ia memansukh (menghapus)
semua kitab-kitab sebelumnya. Hukum yang terkandung di dalamnya abadi sampai hari

28
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Kiamat serta tidak mungkin mengalami perubahan. Al-Qur'an ini menjadi tanda terbesar
kenabian Muhammad SAW karena merupakan mukjizat yang paling agung. Tentang
keberadaan Kitab Taurat pada masa sekarang Syehk Thahir bin Shaleh Al-Jazairi
menyatakan sebagai berikut.

‫اعتقاد العلماء الاعلام في حق اتوراة الموجودة الان قد لحقها التحر يف ومما يدل على ذلك انه لْيَ فيها ذكر الجنة‬

‫والنار وحال البعث والحشر والجزاء مع ان ذلك اهم ما يذكر في ال كتب الالهية‬

Artinya : “Keyakinan para ulama terkemuka bahwa kitab Taurat yang ada sekarang ini
sudah ditemukan perubahan (tidak orisinal sebagaimana yang dulu Allah turunkan). Di
antara indikasi yang menunjukkan hal itu adalah di dalam Taurat sekarang tidak disebutkan
lagi pembahasan tentang surga, neraka, hari kebangkitan, saat dikumpulkannya semua
manusia, dan tentang pembalasan. Padahal soal-soal tersebut merupakan hal-hal terpenting
yang termaktub dalam kitab-kitab ilahiah.” (M Haromain)

29
PEMBAHASAN KE EMPAT
KEYAKINAN KEPADA PARA UTUSAN ALLAH 'ALAHIMUS SALAAM

Soal : Bagaimana keyakinan kita kepada para utusan Allah Alaihim Salam ?
Jawab : Hendaknya kita meyakini bahwasanya Allah memiliki para utusan yang
diutusNya sebagai wujud rasa sayang dan keutamaanNya. Tujuaannya agar
para utusan tersebut memberi kabar gembira akan datangnya pahala bagi
orang yang berbuat baik dan sebagai pemberi peringatan akan datangnya
siksa kepada orang yang berbuat dosa. Selain itu juga agar para utusan
tersebut memberi penjelasan atas permasalahan agama dan dunia serta
memberi sesuatu yang bermanfaat bagi manusia agar memperoleh derajat
yang mulia. Para utusan tersebut diberi penguat berupa tanda yang jelas
maupun mukjizat yang luar biasa. Utusan yang pertama adalah Nabi Adam
Alihis Salam dan yang terkahir adalah Nabi kita, Muhammad 'Alaihi
Shalaatu Wasallam.
Soal : Apakah yang dimaksud dengan Nabi ?
Jawab : Yang dimasud dengan Nabi yaitu manusia yang diberikan wahyu
(pengetahuan) berupa aturan Syara' meski tidak diperintahkan untuk
menyampaikan. Jika Nabi tersebut diperintah Allah untuk menyampaikan
wahyu, maka mereka juga dinamakan dengan Rasul. Maka setiap Rasul
pasti seorang Nabi, namun setiap Nabi belum tentu Rasul.
Soal : Berapakah jumlah para Nabi ?
Jawab : Jumlah para Nabi tidak diketahui secara pasti. Nama para Nabi yang
disebutkan dalam Alquran ada 25 orang, mereka adalah : Adam, Idris, Nuh,
Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Syu'aib,
Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Yasa', Yunus, Zakariyya,
Yahya, 'Isa dan Muhammad 'Alaihimus Shalaatu Wassalam. Dan mereka
semua adalah juga seorang Rasul.

30
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Apa yang dimaksud dengan Mu'jizat ?


Jawab : Mu'jizat adalah sesuatu yang tidak biasa terjadi yang muncul dari seorang
penyampai risalah kenabian yang sesuai dengan dakwahnya, dengan tujuan
untuk menantang orang yang ingkar untuk melakukan yang serupa dengan
mu'jizat tersebut.
Soal : Apa hikmah dibalik dinampakkannya Mu'jizat dari para Nabi ?
Jawab : Hikmahnya adalah sebagai pertanda akan kebenaran dakwah mereka.
Karena setiap ajakan (dakwah) yang tidak disertai dalil maka tidak akan
didengar. Selain itu, mu'jizat juga berfungsi sebagai pembeda antara para
nabi dengan orang yang berpura pura menyampaikan risalah kenabian. Hal
itu cocok dengan hadist Qudsi Allah : “HambaKu benar atas apa yang
disampaikannya”
Soal : Bagaimana bentuk penjelasan yang menunjukkan bahwa mu'jizat sebagai
pembenar para Nabi serta kecocokannya dengan hadist qudsi di atas ?
Jawab : Penjelasan yang menunjukkan bahwa mu'jizat sebagai pembenar para Nabi
bisa dimengerti dengan contoh – dan bagi Allah sebaik baik contoh -
berikut: Seandainya ada seseorang yang berdiri dalam di balai pertemuan
yang besar, di depan seorang raja besar yang bijak : “ Wahai sekalian
manusia, saya adalah utusan dan kepercayan Raja yang mulai ini bagi
kalian. Dia mengutusku untuk menyampaikan sesuatu kepada kalian. Raja
ini mengetahui apa yang kukatakan, dia mendengar apa yang kuucapkan dan
dia juga melihatku. Tanda bahwa saya tidak berbohong adalah saya akan
meminta raja untuk berbuat sesuatu yang tidak biasa dilakukan (biasanya
memerintah maka kali ini akan diperintah), maka dia (raja) akan
menuruti apa yang saya minta. Kemudian orang tersebut berkata kepada
raja “wahai raja, jika Engkau membenarkan apa yang saya sampaikan,
mohon anda berbuat sesuatu diluar kebiasaan anda (dari memerintah
menjadi diperintah). Tolong anda berdiri 3 kali berturut turut “!. Kemudian
raja yang bijak tersebut melakukan apa yang diperintahakan orang tersebut.
Maka jamaah yang hadir akan tahu seketika bahwa orang tersebut benar

31
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

dengan apa yang telah disampaiakannya. Maka perubahan kebiasaan Raja


tersebut cocok dengan ucapannya bahwa dia benar-benar telah
memerintahkan orang tersebut dan tidak ada lagi manusia yang ragu bahwa
dia benar-benar utusan raja.
Soal : Apakah perbedaan antara Mu'jizat dengan Sihir ?
Jawab : Sihir adalah hal luar biasa di luar akal yang mungkin untuk ditandingi.
Karena sihir terjadi karena sebab-sebab tertentu yang barangsiapa
mengetahui rahasianya dan bisa mendatangkan sebab tersebut maka dia bisa
melakukan sihir tersebut. Sebenarnya, sihir itu bukanlah sesuatu yg luar
biasa, karena menjadi luar biasa karena orang yang melihatnya tidak
mengetahui rahasia penyebab terjadinya sihir. Adapun mu'jizat adalah Para
Nabi 'Alahim Salam telah menyampaikan risalah Allah yang diturunkan
kepada mereka kepada manusia, dan Dia (Allah) Maha Mengetahui, Maha
Mendengar dan Maha Melihat atas dakwah para Nabi tersebut. Apabila
mereka memohon kepada Allah untuk menampakkan mu'jizat luar biasa dan
diluar kebiasaan manusia yang tidak bisa ditiru oleh manusia biasa, maka
Allah akan mengabulkannya dan memberi para Nabi tersebut kemampuan
untuk menampakkan mu'jizat tersebut. Maka hal itu menjadi pembenar dari
Allah atas apa yang diperbuat bagi para Nabi (dakwah mereka). Mu'jizat itu
sama seperti pembenaran dengan ucapan bahkan lebih dari itu mu'jizat
menjadi sesuatu yang wajib sebagai bukti akan kebenaran para Nabi dalam
menyampaikan risalah. Karena pembenaran dari Allah yang Maha bijak dan
Maha Mengetahui serta Maha Kuasa atas para pendusta, adalah suatu hal
yang jelas bisa terjadi. Apalagi, mu'jizat adalah sebagai salah satu bukti
kebenaran para Nabi disamping bukti lain akan kenabian mereka, yakni
sifat dan perbuatan para Nabi tersebut yang benar benar baik serta sangat
sempurna. benar2 hal luar biasa diluar kebiasaan yang tidak mungkin
ditandingi. Maka tidaklah mungkin para tukang sihir dapat melakukan apa
yang dilakukan para Nabi, baik membuat orang mati menjadi hidup, ataupun
merubah tongkat menjadi ular. Oleh karena itu, para tukang sihir Fir'aun

32
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

beriman kepada Nabi Musa saat mereka melihat tongkat beliau menjadi ular
yang nyata, dan mereka pun melempar tongkat serta tali tamparnya karena
mengetahui bahwa apa yang terjadi pada tongkat Nabi Musa bukanlah
sebuah sihir. Sihir itu bersumber dari jiwa yang penuh nafsu amarah
keburukan dan menghasilkan kerusakan. Sedangkan mu'jizat berasal dari
jiwa yang suci dan mengahasilkan kebaikan dan petunjuk.
Soal : Apakah perbedaan antara Mu'jizat dengan Karomah ?
Jawab : Karomah adalah kejadian luar biasa yang keluar dari seorang wali
(kekasih Allah) dan karamah tidak berhubungan dengan dakwah kenabian.
Adapun mu'jizat berhubungan dengan dakwah kenabian. Wali adalah
seseorang yang mengetahui secara mendalam akan Allah dan sifat-sifat
Nya. Mereka adalah orang-orang yang taat dan menjauhi dosa serta
keburukan. Mereka menjaga diri dari kesenangan dan syahwat. Penampakan
karomah pada diri mereka adalah sebagai bentuk kemulyaan dari Tuhan
serta tanda kedekatan dan terkabulnya doa mereka. Karomah adalah juga -
seperti Mu'jizat para Nabi - diturunkan bagi kaumnya, karena tidak mungkin
seseorang menjadi wali kecuali karena mereka mengakui risalah para Rasul
Allah dan mengikuti jalan mereka sepenuh hati. Andaikata ada seseorang
yang mengaku wali namun tidak mengikuti para jalan Rasul dan bebas
membuat jalannya sendiri maka tidak mungkin muncul karomah pada
dirinya serta ia bukan wali Allah, bahkan dia adalah musuh Allah dan Wali
syaithan. Sebagaimana telah disiratkan oleh Firman Allah yang berbicara
kepada Nabi Alaihis Salam mengenai klaim sebuah kaum yang mengaku
mencintai Allah. Firman tersebut adalah : " Katakanlah (Wahai Nabi), jika
kalian mengaku mencintai Allah maka ikutilah jalanku (Nabi), maka Allah
akan mencintai kalian dan Dia akan mengampuni dosa kalian. Dan Allah
Maha Pengampun serta Maha Pengasih. Katakanlah (Wahai Nabi),
"Taatlah kalian kepada Allah dan Rasul. Jika kalian berpaling maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang Kafir" (Surah Ali
'Imron:32).

33
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Sifat apakah yang wajib ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ?
Jawab : Sifat yang wajib ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ada empat,
yaitu Sidq (Jujur), amanah (dapat dipercaya), Tabligh (Menyampaikan
Risalah) dan Fathanah (Cerdas). Makna Sidq bagi mereka adalah
bahwasanya berita yang dibawa para Nabi tersebut cocok dengan kenyataan
dan sesuai dengan perintah, tidak mungkin ada kebohongan sedikitpun pada
diri mereka. Makna Amanah bagi mereka adalah bahwasanya baik lahir
maupun bathin mereka terjaga dari hal-hal yang tidak diridlai oleh Tuhan
yang telah memilih mereka dari seluruh manusia. Makna Tablgh bagi
mereka adalah bahwasanya mereka menerangkan kepada manusia segala
hal yang telah diperintahkan oleh Allah untuk disampaikan dengan
penjelasan yang paling baik dan mereka tidak menyembunyikannya
sedikitpun. Seangkan makna fathonah bagi mereka adalah bahwasanya para
Nabi tersebut adalah manusia paling sempurna daya ingat dan
pemahamannya.
Soal : Sifat apakah yang mustahil ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ?
Jawab : Sifat yang mustahil ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ada empat,
yaitu Kadzib (Pembohong), 'Isyaan (Durhaka), Kitman (Menyembunyikan
ajaran) dan Ghoflah (Pelupa). Begitupun mustahil ada pada diri para Nabi
setiap sifat cacat (kekurangan) yang ada pada manusia meskipun itu tidak
berdosa seperti memiliki pekerjaan atau nasab yang jelek atau sesuatu yang
menjadi kekurangan menyangkut hikmah atas diutusnya mereka, seperti
bisu dan tuli.

34
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Jika memang sifat durhaka tidak terdapat pada diri para Nabi, maka
bagaimanakah dengan peristiwa Nabi Adam yang memakan buah khuldi
yang dilarang untuk dimakan ?
Jawab : Sesungguhnya peristiwa itu terjadi karena Nabi Adam dalam keadaan lupa.
Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman dalam Surat Thaaha 115 : “Dan
sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa
(akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat “.
Dan orang yg lupa tidaklah terhitung durhaka dan tidak dimintai
pertanggung jawaban. Adapun penisbatan dosa bagi Adam dalam firman
Allah subhaanahu wata'ala dalam surat Thaaha 121: “Maka keduanya
memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-
auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang
ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” Maka
Allah memilih Adam dan Adampun bertaubat kepadaNya sehingga Allah
memberinya petunjuk (hidayah). Karena sumber kesalahan kepada Allah
adalah karena lupa yang timbul dari kesadaran penuh Adam. Sementara
kesalahan yang diperbuat semata mata karena lupa tidaklah terhitung
sebagai dosa bagi pelakunya. Namun hal itu (melakukan kesalahan karena
lupa) terhitung sebagai maksiat bagi Nabi Adam untuk menunjukkan
kemulyaan kedudukan beliau dan ketinggian derajatnya. Meski kesalahan
itu kecil namun dianggap sebagai kesalahan besar. Adapun keputusan Allah
Subhaanahu Wata'ala kepada Adam karena kesalahannya – yaitu
menurunkannya ke dunia ini, pengakuan Adam akan kesalahannya dan terus
menerusnya Adam beristighfar – maka hal itu semata mata untuk
menambah ketinggian derajat Adam. Karena hal itu membuat pahala dan
kebaikannya bertambah. Semua itu juga dianalogikan bagi setiap kesalahan
dan dosa yang diperbuat oleh para Nabi. Karena kesalahan itu dirangkaikan
dengan ketinggian kedudukan mereka, dan kesalahan mereka semata mata
terjadi karena berhubungan dengan kesempurnaan ketaatan mereka kepada
Allah. Kesalahan dan dosa itu tidak terjadi sebagaimana yang terjadi pada

35
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

manusia selain mereka karena perbuatan itu terjadi disebabkan taawwul atau
karena lupa dan tanpa sengaja. Adapun kesadaran dan permohonan ampuna
mereka atas kesalahan tersebut, hal itu adalah sebagai sarana menambah
ma'rifat (pengetahuan) mereka akan Tuhannya, ketinggian wara' (kehati
hatian) serta taqwa mereka. Juga semua itu berfungsi sebagai penambah
pahala dan kedekatan mereka, serta mempertinggi derajat dan pangkat
mereka di sisi Allah.
Soal : Hal apa saja kah yang Yajuz (boleh) ada pada diri para Nabi 'Alaihimus
Salam ?
Jawab : Dibolehkan ada pada diri para Nabi segala macam sifat kemanusiaan yang
tidak mengurangi derajat kemulyaan mereka, seperti makan dan minum,
lapar dan haus, menghindar dari panas dan dingin, capek dan istirahat, sakit
dan sehat, begitupun berdagang dan bekerja dengan pekerjaan tertentu yang
tidak nista, karena mereka adalah manusia yang boleh melakukan apa yang
dilakukan manusia selain hal-hal yang dapat mengurangi derajat kemulyaan
mereka.
Soal : Apakah hikmah di balik penyakit dan rasa sakit yang dialami oleh para
Nabi Alaihimus Salam ?
Jawab : Hikmah di balik itu semua – meski adalah manusia terbaik dan bebas dari
dosa, adalah agar dilipatkan pahala serta semakin memperjelas ketaatan,
komitmen dan kesabaran mereka kepada Allah Subhaanahu Wata'ala. Juga
semua itu disebabkan agar umat manusia berpedoman (mencontoh) mereka
ketika mereka ditimpa bala' dan berputus asa. Dan juga agar umat manusia
mengetahui bahwa dunia adalah tempat bencana dan cobaan, bukan tempat
yang penuh kemulyaan dan kebaikan semata. Hikmah lain adalah agar para
Nabi tersebut mensifati diri mereka dengan sifat ketuhanan karena telah
melihat keluarnya mu'jizat yang jelas dari dirinya, dan menyadari bahwa
semua itu terjadi karena izin dan ciptaan Allah Ta'ala semata. Bukan yang
selainNya. Hikmah berikutnya adalah bahwasanya meskipun mereka
berkemampuan dan kehebatan yang tinggi, mereka tetaplah seorang hamba

36
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Tuhan yang lemah yang tidak bisa mendatangkan manfaat dan menolak
bahaya.
Soal : Ringkasan apakah yang harus kita yakini sehubungan dengan keadaan para
Nabi 'Alahimus Sholaatu Wasallam ?
Jawab : Kita wajib meyakini bahwasanya para Nabi 'Alahimus Sholaatu Wasallam
memiliki segala sifat elok. Mereka bersih baik lahir maupun bathin, ucapan
dan perbuatannya bebas dari hal-hal yang jelek. Para Nabi juga dapat
bersifat layaknya manusia biasa yang tidak mengurangi ketinggian derajat
dan martabatnya. Dan hendaknya meyakini bahwa Allah Ta'ala telah
memilih mereka diantara penghuni seluruh alam, mengutus mereka bagi
alam ini agar seluruh alam mengerti terhadap perintah dan hukum Allah.
Kita juga meyakini para Nabi tersebut tidak pernah melanggar ketentuan
pokok agama karena pokok agama bergantung pada satu keyakinan yang
tidak bercabang dan serta tidak akan berubah. Andaikata para nabi
menyelisihi sebagian perkara syari'at maka itu adalah perkara cabang bukan
pokok syariat. Karena perilaku para Nabi yang menyelisihi sebagian perkara
cabang tersebut mendatangkan hikmah di baliknya dan bahwasanya perkara
cabang tersebut selalu berubah karena berbedanya umat, masa, tempat,
keadaan dan adat kebiasaan.
Soal : Ada berapa sifat jaiz yang ada pada diri Nabi kita Muhammad
Shallallaahu Alihi Wasallam yang membedakan Beliau dengan para Nabi
lain?
Jawab : Nabi kita Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam memiliki tiga sifat
Jaiz yang membedakan Beliau dengan para Nabi lain. Pertama, beliau
adalah Nabi yang paling utama. Kedua, Beliau diutus bagi seluruh umat
manusia. Ketiga, Beliau adalah penutup sekalian Nabi dan tidak ada lagi
Nabi setelah beliau.
Soal : Mengapa Nabi kita Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam adalah
sebagai Penutup para Nabi ?
Jawab : Karena hikmah dibalik diutusnya para Nabi adalah untuk mengajak makhluk

37
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Allah (manusia) untuk menyembah Al Haq (Allah) dan menunjukkan


mereka jalan yang benar baik dalam urusan dunia manupun akhirat.
Mengajarkan manusia tentang perkara yang tidak nampak oleh penglihatan
mereka (ghaib), serta hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal fikiran mereka
(syurga, neraka dll) serta menetapkan dalil-dalil yang benar dan
menghilangkan ketidakjelasan yang batil. Dan sungguh syariat Beliau telah
sempurna karena menjelaskan semua hal di atas dengan bentuk yang tidak
mungkin disamai oleh ajaran yang lebih sempurna. Ajaran beliau juga cocok
bagi seluruh ummat, di setiap masa, tempat dan keadaan. Maka tidak ada
lagi kebutuhan makhluk terhadap Nabi setelah Beliau Shallallaahu Alihi
Wasallam. Karena kesempurnaan telah sampai pada batasnya. Dari
pemaparan tersebut menjadi jelaslah rahasia di balik diutusnya beliau bagi
seluruh makhluk, karena beliau adalah makhluk paling sempurna baik fisik
maupun akhlak nya.
Soal : Kenapa dikatakan bahwasanya Nabi kita adalah penutup para Nabi, padahal
Nabi 'Isa 'Alihis Salam kelak akan turun di akhir zaman ?
Jawab : Sesungguhnya Nabi 'Isa 'Alaihis Salam akan turun di akhir zaman dengan
membawa ajaran Nabi kita Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam,
bukan membawa ajaran beliau sendiri. Karena ajaran beliau telah dihapus
karena lamanya waktu dimana mengamalkan ajaran beliau cocok dengan
hikmah yang telah disebutkan di atas. Maka beliau menjadi khalifah
(pengganti) Nabi Muhammad, menjadi wakil Beliau dalam menyampaikan
risalahnya kepada Ummat ini. Dan keyakinan itu termasuk akidah Nabi kita
Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam.
Soal : Apa saja kah mu'jizat Nabi kita Muhammad 'Alaihis Salam ?
Jawab : Sesungguhnya mu'jizat Nabi kita Muhammad 'Alaihis Salam itu banyak
sekali, diantaranya adalah Alquranul Karim. Alquran adalah tanda kenabian
terbesar, terbaik dan paling jelas. Dan telah disebutkan sebelumnya
beberapa bentuk kemu'jizatannya. Alquran itu tanda kenabian yang abadi
selamanya karena sang Pembawanya (Rasulullah) adalah penutup para

38
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Nabi. Diantara mu'jizat beliau yang lain adalah mengalirnya air dari sela-
sela jemari saat perjalanan bersama para shahabat beliau yang mulia,
sementara saat itu dalam kondisi sangat kehausan dan tidak ada air kecuali
sedikit sekali. Maka kemudian Beliau meletakkan telapak tangan di dalam
wadah air yang sedikit itu maka air itu seakan akan menjadi banyak sehingga
cukup untuk minum semua orang, bahkan lebih. Dan hal itu terjadi berulang
ulang. Termasuk juga diantara mu'jizat beliau adalah berubahnya makanan
yang sedikit menjadi banyak sehingga banyak sekali orang yang hadir
menjadi kenyang karenanya, pun ini terjadi beberapa kali. Dan masih
banyak mu'jizat yang lain yang disebutkan dalam kitab “Dalaa-ilun
Nubuwwah (Tanda-tanda Kenabian) ”.
Soal : Bagaimanakah perjalanan hidup (sirah) Nabi kita Shallallaahu Alihi
Wasallam ?
Jawab : Telah sepakat dan sekata para Ulama berpendapat bahwasanya sejarah
kehidupan Nabi kita adalah sejarah terbaik secara mutlak. Dan sungguh,
orang-orang kafir (orientalis) pun telah mengakuinya. Bagaimana tidak,
sedangkan hal itu (kehidupan Nabi) adalah terang bagaikan matahari
di seperempat siang. Dan sungguh para ahli sejarah telah menyebutkan
bahwa Beliau Rasulullah Shallallaahu Alihi Wasallam adalah manusia
paling baik nasab keturunannya, dan manusia paling elok perilakunya.
Beliau menyambung silaturahim (hubungan persaudaraan), suka menolong
orang yang membutuhkan, suka menanggung beban dan kekurangan orang,
serta penyabar. Diantara sifat beliau adalah pemaaf, suka memberi
kemudahan dan welas asih serta halus budinya. Tidak berbuat sesuatu
keculai yang ada hak kebenaran atau hak ciptaan Tuhan. Beliau adalah
pendiam karena dalam diam itu beliau memikirkan rahasia-rahasia alam
Malakut. Apabila beliau berbicara maka selalu tuntas, yakni kalimatnya
sederhana namun berisi makna yang banyak berupa lautan hikmah. Beliau
adalah manusia paling fasih dalam berbicara, seorang yang humoris di
beberapa keadaan namun meski humoris, kata-kata yang terucap selalu

39
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

berisi kebenaran. Beliau sangat berserah diri kepada penjagaan Allah bagi
beliau di setiap waktu (pasrah). Berada di garis terdepan ketika kebatilan
merajalela dan terus berada dalam kondisi demikian di setiap waktu. Beliau
sangat rendah hati (tawadlu'), namun di balik kerendahan hati dan kearifan
beliau, menyimpan kewibawaan yang besar yang tidak bisa ditandingi
satupun manusia, sampai-sampai para shahabat tidak kuat menatap wajah
beliau. Dan di setiap majlis beliau keadaan selalu tenang, seakan akan ada
burung yang sedang hinggap di kepala setiap hadirin. Mereka tidak saling
memutus pembicaraan dan tidak pernah ada pembicaraan seputar aib
seseorang di dalamnya. Semua orang dewasa, bahkan anak-anak Musyrik
pun menjuluki beliau dengan sebutan Al Amin (Yang dapat dipercaya). Dan
setelah beliau mendakwahkan risalah kenabian, musuh-musuh beliau -
dengan segala sifat permusuhan dan hinaan mereka – tidak menemukan
celah keburukan sedikitpun pada diri beliau dan tidak ada jalan untuk
mencela pribadi beliau. Beliau mengajarkan manusia kebijaksanaan dan
hukum agama dan mengajak mereka menuju Darus Salam (akhirat).
Sungguh telah sempurna ilmu dan amal siapa saja yang mengikuti beliau,
dan barangsiapa tidak mau mengikuti beliau, maka sungguh telah
kehilangan hal diatas baik sekarang maupun dimasa mendatang. Dan
sungguh Allah telah menjadikan agamaNya (Islam) jelas melebihi agama
lain. Dan Dia mengabadikan nama Rasulullah yang indah ini baik pada lisan
pengikutnya maupun penentangnya sepanjang masa. Barangsiapa
mempelajari buku sejarah kehidupan Beliau yang menyebutkan akhlaknya
yang mulia dan elok, maka ia akan mengetahui bahwa beliau adalah
manusia paling mulya di seluruh alam, baik dalam sifat yang nampak
maupun yang tidak.

PENJELASAN

Telah menjelaskan bahwa cara beriman kepada rasul-rasul Allah Swt. adalah

40
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

sebagai berikut.
‫أعتقد أن لله رسلا أرسلهم رحمة منه وفضلا مبشرين للمحسن بالثواب ومنذرين للمسيئ بالعقاب ومبْينين للناس ما‬

‫ وايدهم بايات ظاهرة ومعجزات‬.‫يحتاجون اليه من مصالح الدين والدنيا ومفيدين لهم ما يبلغون به الدرجة العليا‬

.‫باهرة أولهم آدم وآخرهم نبينا محمد عليهم الصلاة والسلام‬

Saya meyakini bahwa Allah Swt. memiliki rasul-rasul yang Dia utus dengan membawa
rahmat dan keutamaan dariNya. (Tugas) mereka adalah sebagai pembawa kabar gembira
untuk orang yang berbuat baik berupa pahala, pengingat untuk orang yang berbuat
kejelekan berupa siksa, penjelas untuk manusia tentang kemaslahatan agama dan dunia
yang mereka butuhkan, dan sebagai pemberi faidah untuk mereka yang telah mencapai
derajat yang tinggi. Allah Swt. pun telah membekali mereka tanda-tanda yang jelas
(tentang kebesaran Allah Swt. dan bukti kenabian mereka) serta mukjizat-mukjizat yang
menakjubkan. Utusan yang pertama dari mereka adalah Adam dan yang paling akhir
adalah Nabi kita Muhammad alaihimus shalatu was salam.
Adapun terkait dengan tugas-tugas diutusnya para rasul tersebut, Allah Swt. berfirman:
‫كيْم ًا‬
ِ َ ‫ل ۗوَك َانَ اللٰه ُ عَز ِ يْز ًا ح‬
ِ ‫س‬ ُّ َ ‫س عَلَى اللٰه ِ حُ َّ جة ۢ بَعْد‬
ُ ‫الر‬ ِ ‫ن لِئ ََّلا يَكُوْنَ ل ِ َّلنا‬ َ ْ ‫رُسُل ًا ُّمب َشِر ِي‬
َ ْ ‫ن وَمُنْذِرِي‬

Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak
ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana. (Q.S. An-Nisa/4: 165)

41
PEMBAHASAN KE LIMA
IMAN KEPADA HARI AKHIR (KIAMAT)

Soal : Apakah yang dinamakan dengan hari akhir, dan apakah artinya beriman
kepada hari akhir tersebut ?
Jawab : Yang dinamakan dengan hari akhir yaitu hari yang keadaanya sangat
dahsyat sampai-sampai anak kecil menjadi beruban rambutnya. Manusia di
hari itu bangkit dari kuburnya dan mereka berkumpul di satu tempat untuk
proses hisab (penghitungan amal). Kemudian akhirnya mereka akan
ditentukan apakah akan penuh kenikmatan (surga) ataukah penuh siksaan
(adzab). Adapun beriman kepada hari akhir yaitu dengan cara membenarkan
bahwasanya hari itu pasti akan datang dan akan jelas segala macam berita
yg telah disampaikan dalam Alquran maupun hadist tentang keadaan hari
itu.
Soal : Apa yang harus kita yakini mengenai hari akhir dan hal-hal yang
berhubungan dengannya ?
Jawab : Pertama kali kita harus meyakini adanya pertanyaan dalam kubur, kemudian
kenikmatan dan siksa dalam kubur, kemudian akan dikumpulkannya jasad
manusia kemudian akan kembali menjadi bentuk seperti saat pertama
diciptakan, kemudian manusia akan dihitung amalnya dan ditimbang.
Kemudian akan dibagikan kepada manusia catatan amalnya, bisa lewat
tangan kanan atau tangan kiri. Dilanjutkan dengan melewati jembatan
(shiroth) dan terkahir orang yang beriman akan dimasukkan ke syurga
tempat kenikmatan dan orang kafir akan dimasukkan ke neraka tempat siksa
yang pedih.
Soal : Jelaskan keyakinan kita sehubungan dengan adanya pertanyaan kubur serta
kenikmatan atau siksa dalam kubur ?
Jawab : Kita harus meyakini bahwasanya saat mayyit diletakkan dalam kuburnya,
maka ruhnya akan kembali ke jasadnya sekedar dia mampu memahami

42
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

pembicaraan dan menjawab pertanyaan kubur. Kemudian akan datang


kepadanya 2 malaikat dan mereka akan bertanya tentang : Siapakah
Tuhannya, Siapa Nabinya, apa Agama yang dianutnya, dan perkara-perkara
yang telah diwajibkan Allah untuk dilaksanakannya. Apabila mayyit
tersebut termasuk orang yang beriman dan beramal shalih maka ia akan
mampu menjawab soal tersebut dengan pertolongan Allah Subhanahu
Wata'ala dengan jawaban yang memuaskan tanpa merasa takut dan gentar
terhadap kedua malaikat tadi. Allah akan membuka mata batinnya dan
memperlihatkan pintu syurga dan memberinya sebagian nikmat yang agung.
Kemudian dikatakan kepadanya “ini adalah ganjaran bagi siapa saja yang di
dunia berjalan lurus mengikuti perintah agama. Apabila mayyit tersebut
termasuk orang yang kafir atau munafiq maka dia akan dibuat kaget dan
takut dan gagal menjawab pertanyaan kubur. Maka kedua malaikat tadi akan
menyiksanya seketika dengan siksaan yang pedih. Allah akan membuka
mata batinnya hingga dia melihat pintu neraka. Mayyit tersebut akan disiksa
dengan bermacam siksa dan kesakitan. Kedua malaikat tersebut akan
berkata kepadanya “inilah balasan bagi siapa yang ingkar terhadap Tuhan
nya dan mengikuti hawa nafsunya semata”.
Soal : Apabila mayyit seseorang dimakan oleh binatang buas sehingga jasad
tersebut berada dalam perut hewan itu, atau mayyit jatuh di lautan kemudian
termakan oleh ikan, apakah mayyit tersebut masih tetap akan ditanya oleh
malaikat dan mendapat nikmat atau siksa kubur ?
Jawab : Benar, setiap manusia yang menginggal akan ditanya tentang pertanyaan
kubur dan kemudian akan disiksa atau diberi nikmat. Maka tidak ada
bedanya apakah mayyit tersebut dipendam di kuburan, atau berada dalam
perut binatang buas atau berada jauh di dasar laut – karena Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu serta Maha Mengetahui dan Mengerti keadaan
segala sesuatu.
Soal : Jika memang dalam kubur roh mayyit dikembalikan ke dalam jasadnya
kemudian ditanya oleh malaikat dan mendapat siksa atau kenimatan, maka

43
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

mengapa manusia tidak dapat melihatnya ?


Jawab : Sesungguhnya Allah subhaanahu wata'ala menutup penglihatan manusia
dari hal tersebut, tujuaannya adalah sebagai ujian bagi mereka agar menjadi
jelas siapakah yang beriman kepada hal ghaib dan siapa yang tidak dan ragu
serta bimbang akan hal tersebut. Seandainya manusia melihat keadaan
dalam kubur, tentu saja mereka akan beriman semuanya, sehingga tidak ada
perbedaan antar manusia, tidak ada perbedaan mana baik dan mana buruk
serta tidak ada beda antara yang mulia dan hina.
Soal : Adakah dalam hal ini perumpamaan yang dapat mendekatkan pada
pemahaman hati ?
Jawab : Ya, sebagai perumpamaan dalam masalah ini yaitu sebagaimana orang
yang tidur. Orang yang tidur melihat hal-hal yang menyenangkan dan penuh
kenikmatan atau bahkan sebaliknya, ia melihat hal-hal yang menyedihkan
dan menyakitkan dalam tidurnya. Dan seseorang yang ada disamping serta
melihat orang tersebut tidak bisa menyaksikan apa yang ada dalam mimpi
orang yang tidur tadi serta tidak bisa merasakannya. Begitupun dengan
keadaan mayyit yang ditanya malaikat dan menjawabnya dalam kubur. Ia
mendapat nikmat atau siksa sedangkan tak seorang manusia pun yang hidup
bisa melihat keadaannya dan tidak mengetahuinya.
Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap Hari dibangkitkannya jasad. Dan
apakah manusia akan dibangkitkan seperti bentuk semula saat ia diciptakan?
Jawab : Yaitu Hendaklah kita meyakini bahwasanya setelah seluruh manusia mati,
Allah akan menghidupkannya kembali dalam bentuk sebagaimana
awal penciptaannya. Maka seluruh manusia akan bangkit dari kuburnya dan
mereka akan dikumpulkan ke satu tempat yang bernaman “Almauqif”
(tempat berhenti).

44
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap Hisab (Penghitungan amal manusia)?


Jawab : Yaitu Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata'ala
setelah mengumpulkan seluruh manusia ke satu tempat, Dia akan
menghitung setiap amal manusia dan menetapkan apakah amal itu baik atau
buruk dan seluruh anggota tubuh manusia akan menjadi saksi. Maka akan
menjadi jelas segala rahasianya dan anggota tersebut akan mengeluarkan
hujjah. Hari itu tidak akan diterima alasan sedikitpun. “Barangsiapa beramal
baik meski sebesar dzarrah (atom) maka ia pasti akan melihatnya dan
Barangsiapa beramal buruk meski sebesar dzarrah (atom) maka ia pun pasti
akan melihatnya “.
Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap adanya Mizan (Timbangan Amal) dan
Pemberian Catatan Amal ?
Jawab : Yaitu Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata'ala
setelah menghisab amal manusia dan memutuskan jenis amal mereka, maka
kemudian amal manusia akan ditimbang agar menjadi jelas bagi setiap
manusia ukuran berat amalnya. Barangsiapa jumlah amal baiknya lebih
banyak dari amal buruknya, maka ia akan diberikan Kitab Catatan Amalnya
lewat tangan Kanan. Dan sebaliknya, Barangsiapa jumlah amal buruknya
lebih banyak dari amal baiknya , maka ia akan diberikan Kitab Catatan
Amalnya lewat tangan Kiri. “ Dan sungguh hal itu adalah kerugian yg
sangat besar”.
Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap As Shiroth (Jembatan di atas Neraka)?
Jawab : Shiroth adalah jembatan yang dibentangkan memanjang di atas neraka
untuk dilewati seluruh manusia. Maka kaki orang yang beriman dan taat
akan mampu melewatinya hingga sampai ke syurga. Diantara orang
beriman tersebut ada yang melewatinya bagaikan petir, sebagian
melewatinya bagaikan kuda yang melesat dan ada yang tertatih tatih. Dan
kaki orang yang ingkar (kafir) dan kaki orang beriman yang masih berbuat
maksiyat akan terpeleset saat melewati shiroth tersebut dan tercebur ke
dalam neraka. Dan tidaklah termasuk aneh jika Allah mempermudah

45
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

hambaNya melewati shiroth bagi orang-orang yang beruntung karena Dia


lah juga yang dengan mudah membuat burung dapat terbang di angkasa.
Soal : Apakah di hari itu berlaku syafa'at (pertolongan) dari seseorang ?
Jawab : Di hari itu, para Nabi, para Wali (orang yang dekat dengan Allah), Alim
Ulama yang mengamalkan ilmunya dan para pahlawan yang gugur syahid
diberi izin oleh Allah untuk memberi Syafa'at (bantuan).
Soal : Kepada siapa sajakah mereka diberi izin Allah untuk memberi syafa'at
tersebut ?
Jawab : Mereka akan memberi syafa'atnya kepada sebagian orang beriman yang
berbuat maksiat.
Soal : Apakah di hari itu seseorang dapat memberi Syafa'at kepada orang kafir?
Jawab : Tak satupun Para Nabi – meski mereka adalah manusia paling utama diantara
yang umat manusia- untuk memohonkan syafa'at kepada Allah walaupun
hanya kepada satu orang kafir. Karena mereka mengetahui bahwasanya
kalimat adzab telah nyata ditujukan bagi orang kafir tersebut. Dan
sesungguhnya Allah Subhanahu waTa'ala tidak mengijinkan hal itu
(syafa'at). Allah yang Maha Mulia berfirman : “Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya “ (Albaqarah 255). Allah juga berfirman:
“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah
Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai
perkataannya. (Thaha 109)
Soal : Apakah yang disebut dengan “ Alkautsar “?
Jawab : Alkautsar adalah nama sebuah sungai di syurga yang airnya lebih putih dari
susu dan rasanya lebih manis daripada madu. Barangsiapa meminum airnya
seteguk saja, maka ia tidak akan haus selamanya.
Soal : Bagaimana keadan (hukum) orang mukmin yang taat setelah dihisab ?
Jawab : Keadaan (Hukum) seorang mukmin yang taat setelah ia dihisab adalah
masuk ke syurga dan ia kekal abadi di dalamnya yang penuh dengan segala
macam kenikmatan dan kebaikan
Soal : Bagaimana keadan (hukum) orang kafir atau orang munafik setelah dihisab?

46
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Jawab : Keadaan (Hukum) seorang orang kafir atau orang munafik setelah ia
dihisab adalah masuk ke neraka dan ia kekal abadi di dalamnya. Tidak akan
diringankan sedikitpun siksa dan kesakitan di dalamnya.
Soal : Bagaimana keadan (hukum) orang mukmin yang berdosa setelah dihisab?
Jawab : Keadaan (Hukum) seorang orang mukmin yang berdosa setelah ia
dihisab adalah jika Allah berkenan mengampuninya maka ia akan masuk
syurga sejak awal dan abadi di dalamnya. Namun apabila Allah tidak
berkenan mengampuninya, maka Dia akan menyiksanya di dalam neraka
sesuai dengan jumlah dosanya, kemudian ia dikeluarkan dan masuk ke
dalam syurga serta abadi di dalamnya.
Soal : Apakah Jannah (syurga) itu ?
Jawab : Syurga adalah tempat segala kenikmatan berada. Tempat yang didambakan
seluruh manusia., tempat segala keindahan dipandang mata. Syurga adalah
tempat dimana belum pernah ada mata yang melihatnya, belum pernah
didengar oleh telinga dan sedikitpun tidak ada hati manusia yang mampu
menggambarkannya (saking nikmatnya).
Soal : Apakah Naar (neraka) itu ?
Jawab : Neraka adalah tempat segala siksa berada. Seluruh siksa dan rasa sakit
ada di dalamnya yang tidak pernah terbayangkan oleh pemahaman manusia
(saking ngerinya).

PENJELASAN

Rukun iman yang kelima adalah beriman kepada hari Akhir. Lalu apakah hari
Akhir itu, dan bagaimana cara kita mengimaninya?
Syekh Thahir Al-Jazairi di dalam kitabnya Al-Jawahirul Kalamiyah Fi Idhahil ‘Aqidah Al-
Islamiyyah menjelaskan sebagai berikut.
‫ تقوم الناس فيه من قبورهم و يحشرون الى صعيد واحد‬.‫ تشْيب فيه الأطفال‬،‫اما اليوم الاخر فهو يوم عظيم الأهوال‬

‫ واما الإيمان به فهو التصديق بأنه لابد أن يأتي وأن يظهر فيه جميع‬.‫ ثم يؤول أمرهم الى النعيم أو العذاب‬.‫للحساب‬

47
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

.‫ما ورد فى القرآن والحديث في شأنه‬

Adapun hari Akhir adalah hari besarnya ketakutan/kengerian-kengeriannya. Anak-anak


kecil pada hari itu rambutnya beruban, orang-orang (yang sudah meninggal) bangkit dari
kuburan-kuburannya dan mereka dikumpulkan ke satu tempat untuk dihitung amalnya, lalu
mereka ditakwilkan untuk diberi kenikmatan atau diadzab. Sementara cara beriman kepada
hari Akhir adalah dengan mempercayai bahwa hari itu pasti akan datang dan semua yang
telah diterangkan dalam Al-Qur’an serta hadis tentang keadaannya akan tampak jelas pada
hari itu.
Dengan demikian, pada hari Akhir semua hal-hal yang menakutkan akan terjadi
sebagai bukti kalau dunia ini telah selesai. Di dalam Al-Qur’an pun telah banyak
digambarkan bagaimana kegentingan dan kengerian ketika hari Akhir tiba. Di antaranya
adalah ayat-ayat sebagai berikut.
َّ َ ‫اس َّاتقُو ْا ر ََّبك ُ ْ ُۚم ا ِ َّن ز َل ْزل ََة‬
‫الساعَة ِ شَيْء عَظِي ْم‬ َّ ‫ٰٰٓيا َُّيهَا‬
ُ ‫الن‬

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu
adalah suatu (kejadian) yang sangat besar. (Q.S. Al-Hajj/22: 1)
‫سكٰر ٰى وَم َا ه ُ ْم بِسُكٰر ٰى و َل ٰ ك َِّن‬
ُ ‫اس‬ َّ ‫ل حَم ْلَه َا و َتَر َى‬
َ ‫الن‬ ِ ‫ض ُع ك ُُّل ذ‬
ٍ ْ ‫َات حَم‬ َ َ ‫َت و َت‬ ِ ‫ل ك ُُّل م ُْر‬
ْ ‫ضعَة ٍ ع ََّم ٰٓا ا َ ْرضَع‬ ُ َ ‫يَوْم َ تَر َ ْونَهَا تَذْه‬

َ ِ ‫عَذ َابَ اللٰه‬


‫شدِي ْد‬

(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang
menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang
hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk,
padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras. (Q.S. Al-
Hajj/22: 2)
ِ‫الساع َة َ ا ٰتي ِ َة َّلا ر َي ْبَ فِيْهَاۙ و َا ََّن اللٰه َ يَبْع َثُ م َنْ فِى الْق ُبُوْر‬
َّ ‫َّوا ََّن‬

Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh,
Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur. (Q.S. Al-Hajj/22: 7)
‫شْي ْبًا‬
ِ َ‫ل الْوِلْد َان‬ َ ‫فَكَي َْف ت ََّتقُوْنَ ا ِ ْن‬
ُ َ ‫كفَرْتُم ْ يَوْم ًا َّيجْع‬

48
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari
yang menjadikan anak-anak beruban. (Q.S. Al-Muzammil/73: 17)
Bahkan di antara nama-nama surah Al-Qur’an pun ada yang bernama hari Akhir
atau Kiamat, seperti Surah Al-Qiyamah, Al-Waqi’ah, Surah At-Taghabun, Surah Al-
Haqqah, Surah Al-Qari’ah, Surah Al-Ghasyiyah, dan Surah Al-Zalzalah. Di dalam surah-
surah tersebut, Allah swt. banyak menceritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di hari
Akhir/Kiamat. Maka, kita harus mengimaninya dengan terus mempersiapkan diri menjadi
hamba-hamba Allah swt. yang baik, karena tidak ada yang tahu kapan hari nahas itu akan
terjadi. Wa Allahu A’lam bis Shawab.

49
PEMBAHASAN KE ENAM
TENTANG IMAN KEPADA QADLA' DAN QADAR (KETENTUAN ALLAH)

Soal : Bagaimana keyakinan kita terhadap adanya qadla dan qadar ?


Jawab : Hendaklah kita meyakini bahwasanya seluruh perbuatan manusia baik yang
membutuhkan usaha (ikhtiyari) - seperti berdiri, duduk, makan dan minum
- maupun tanpa usaha (idltirori) -seperti jatuh – semua itu terjadi karena
kehendak Allah Subhaanahu Wata'ala. Dan ketentuan (takdir) itu telah
dibuat Allah sejak zaman azla (zaman sebelum ada sesuatu kecuali Allah),
dan pengetahuan Allah tentang semua itu telah ada sebelum hal tersebut
terjadi.
Soal : Kalau memang Allah adalah Sang Pencipta segala perbuatan manusia,
bukankah itu berarti manusia adalah majbur (dipaksa) dalam setiap
perbuatannya, dan setiap yang dipaksa maka tidak berhak mendapat pahala
atau siksa ?
Jawab : Bukan demikian maksudnya. Manusia tidaklah dipaksa sama sekali karena
dia memiliki keinginan sendiri yang dapat mengantarkannya ke sisi baik
atau sisi buruk. Manusia juga dikaruniai akal fikiran dimana dengan akal
tersebut ia bisa memilih diantara sisi baik atau buruk. Jika ia menggunakan
kehendaknya ke sisi yg baik, maka menjadi nyatalah kebaikan yang ia
kehendaki. Dan ia akan mendapat pahala atas hal itu karena telah berbuat
baik dan kehendak juziyyah nya bergantung pada sisi baik itu. Apabila
kehendaknya memilih sisi buruk maka menjadi nyatalah keburukan yang ia
kehendaki dan dia mendapat siksa atasnya karena keburukan itu terjadi
karena keinginannya, dan kehendak juziyyah nya bergantung pada sisi
buruk itu.
Soal : Berilah sebuah contoh yang dapat memudahkan hati untuk memahami
bahwasanya seorang hamba tidaklah dipaksa atas perbuatannya ?

50
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Jawab : Setiap manusia memungkinkan untuk mengetahui bahwa ia tidak dipaksa


atas segala perbuatannya. Sebagai contoh dia bisa membedakan saat
tangannya menulis dan saat gemetar. Karena gerakan tangan saat menulis,
sesungguhnya gerakan itu disandarkan kepada dirinya dengan mengatakan
“aku menulis dengan usaha dan keinginanku”. Adapun gerakan tangan saat
gemetar maka hal itu tidak bisa disandarkan pada dirinya (terjadi di luar
kehendaknya) dan dia tidak mengatakan : “aku menggerakkan tanganku” ,
namun dia mengatakan : “sesungguhnya hal itu (gerakan tanganku saat
gemetar) terjadi di luar keinginanku”.
Soal : Pelajaran apa yang dapat dipetik dari contoh di atas ?
Jawab : Dapat diambil pelajaran dari contoh tersebut bahwasanya setiap manusia
dapat memahami dengan pendekatan sederhana, bahwa perbuatannya
dibagai menjadi dua. Pertama, perbuatan yang terjadi dengan usaha dan
kehendaknya. Seperti makan makan, minum, memukul seseorang dan lain
sebagainya. Kedua, perbuatan yg terjadi di luar usahanya seperti jatuh dan
lain sebagainya.
Soal : Hal apakah yang mengiringi perbuatan seorang hamba jika perbuatan
tersebut termasuk Ikhtiary (terjadi karena usaha manusia) ?
Jawab : Perbuatan seorang hamba yang bersifat ikhtiary apabila berupa perbuatan
baik maka akan mendapat pahala, dan apabila berupa perbuatan buruk maka
akan mendapat dosa (siksa). Adapun jika perbuatan itu bersifat Idltirory
(tanpa usaha) maka tidak akan dituntut apapun atas terjadinya perbuatan itu.
Soal : Jika seseorang memukul saudaranya dengan dzalim dan karena
permusuhan, atau melakukan perbuatan buruk dan dosa serta
semacamnya, lantas ia berdalih bahwa perbuatan itu terjadi karena sudah
ditakdirkan, Apakah dapat diterima alasan tersebut ?
Jawab : Sesungguhnya alasan hamba tersebut tidak dapat diterima, baik di sisi Allah
Subhaanahu Wata'ala mupun di sisi manusia. Karena terdapat kehendak
terbatas (iradah juziyyah) pada diri hamba itu, ia pun diberi kemampuan,
usaha dan juga akal fikiran.

51
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Sebutkanlah ringkasan dari seluruh pembahasan di atas ?


Jawab : Sesungguhnya wajib bagi setiap manusia yang mukallaf (telah dibebani
kewajiban), hendaklah meyakini dengan teguh dan mantap, bahwasanya
seluruh perbuatan, ucapan dan setiap gerak geriknya - baik maupun buruk –
semua itu terjadi karena kehendak, ketentuan dan atas sepengetahuan Allah
Subhaanahu Wata'ala. Akan tetapi hanya kebaikan yang diridlainya
sedangkan keburukan tidak diridlainya. Dan hendaklah manusia menyadari
bahwa ia dianugerahi kehendak terbatas (juziyyah) dalam perbuatannya yang
bersfiat pilihan (ikhtiary). Dia akan diberi pahala atas perbuatan baik dan
mendapat siksa karena perbuatan jahat. Dan tidak ada alasan baginya untuk
berbuat kejahatan. Dan sungguh Allah tidak akan mendzalimi hamba-
hambaNya.

PENJELASAN
Muslim juga mesti memercayai adanya qadha dan qadar atau takdir baik dan buruk.
Sebab, semuanya sudah ditentukan oleh Allah SWT. Yang perlu dilakukan Muslim
hanyalah selalu berbuat baik dan beribadah kepada Allah SWT agar selamat di dunia dan
akhirat. Penjelasan Perintah Beriman Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
ِ ‫ل وَم َنْ َّي ْكفُر ْ ب ِاللٰه‬
ُۗ ْ ‫ل م ِنْ قَب‬ ْ ٰٓ ‫ٰب الَّذ‬
َ َ ‫ِي اَنْز‬ ِ ‫سو ْل ِ ٖه و َال ْ كِت‬ َ ‫ِي ن ََّز‬
ُ َ ‫ل عَل ٰى ر‬ ْ ‫ٰب الَّذ‬ ُ َ ‫ن اٰم َن ُ ْٰٓوا ا ٰم ِنُو ْا ب ِاللٰه ِ وَر‬
ِ ‫سو ْل ِ ٖه و َال ْ كِت‬ َ ْ ‫ٰٰٓيا َُّيهَا الَّذ ِي‬

ِ ٰ ‫وَم َلٰۤ ِٰىكَت ِ ٖه وَكُتُب ِ ٖه وَرُسُل ِ ٖه و َالْيَو ْ ِم الْا‬


َ ‫خر ِ فَق َ ْد ض ََّل‬
‫ضل ٰلًا ۢ بَعِيْدًا‬

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya. (QS. Surat An Nisa: 136)
Ibnu Katsir menerangkan, Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
yang beriman untuk mengamalkan semua syariat iman dan cabang-cabangnya, rukun-
rukunnya serta semua penyanggahnya. Tetapi hal ini bukan termasuk ke dalam pengertian

52
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

perintah yang menganjurkan untuk merealisasikan hal tersebut, melainkan termasuk ke


dalam Bab "Menyempurnakan Hal yang Telah Sempurna, Mengukuhkannya, dan
Melestarikannya". Perihalnya sama dengan apa yang diucapkan oleh seorang mukmin
dalam setiap salatnya, yaitu bacaan firman-Nya: Tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
(Surat Al Fatihah: 6) Dengan kata lain, terangilah kami ke jalan yang lurus, dan
tambahkanlah kepada kami hidayah serta mantapkanlah kami di jalan yang lurus. Allah
Swt. memerintahkan kepada mereka untuk beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya,
seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya: Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya. (Al-Hadid:
28) Adapun firman Allah Swt, dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya.
(An-Nisa: 136) Yakni Al-Quran. serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. (An-Nisa:
136) Makna yang dimaksud ialah semua jenis kitab yang terdahulu. Sedangkan mengenai
kitab Al-Quran, hal ini diungkapkan dengan memakai lafaz nazzala, karena Al-Quran
diturunkan secara berangsur-angsur lagi terpisah-pisah disesuaikan dengan kejadian-
kejadiannya menurut apa yang diperlukan oleh semua hamba dalam kehidupan di dunia
dan kehidupan akhirat mereka.
Adapun kitab-kitab terdahulu, maka semuanya diturunkan sekaligus. Karena itulah
dalam ayat ini disebutkan: serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. (An-Nisa: 136)
Kemudian Allah Swt. berfirman: Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 136) Dia telah keluar dari jalan hidayah
dan jauh dari jalan yang benar dengan kejauhan yang sangat. Wa Allahu A’lam bis Shawab

53
PENUTUP
PEMBAHASAN TENTANG BEBERAPA MASALAH PENTING “MENGIKUTI
PERKARA YG TELAH LAMPAU DIKUTIP DARI PENDAPAT ULAMA
SALAF”

Soal : Apakah boleh membicarkan hakikat Dzat Allah dengan menggunakan akal
pikiran?
Jawab : Tidak dibolehkan membicarakan hakikat dzat Allah menggunakan akal
pikiran, karena akal itu terbatas untuk memahami hakikat dzat Allah
Subhaanahu Wata'ala Sang Pencipta. “ Segala hal yg terlintas dalam hatimu
maka Allah tidaklah seperti itu “.
Soal : Jika akal pikiran tidak mampu memahami hakikat Dzat Allah Ta'ala, maka
bagaimana kita bisa sampai ke ma'rifat (mengenal Allah) yang telah
diwajibkan atas tiap manusia?
Jawab : Sesungguhnya mengenal Allah itu bisa tercapai dengan mengetahui sifat
sifat Allah berupa AlWujud (Ada), AlQidam (Dahulu), AlBaqa' (Kekal),
Mukholafatu Lil Hawaadits (Tidak Serupa dengan apapun), Qiyaamuhu
Binafsihi (Mandiri dan tidak membutuhkan apapun), AlWahdaniyyah
(Maha Esa), Alhayah (Maha Hidup), Al 'Ilm (Maha Mengetahui), AlQudroh
(Maha Kuasa), Al-Iraadah (Maha Berkehendak), As Sam-i' (Maha
Mendengar), AlBashar (Maha Melihat) dan Alkalam (Maha Berfirman).
Soal : Dengan perantara apa kita dapat mengetahui keberadaan Allah Ta'ala
sedangkan mata kita tidak bisa melihatNya?
Jawab : Kita dapat mengetahui keberadaan dan Kekekalan sifat Allah Ta'ala melalui
jelasnya hasil kekuasaanNya dalam ciptaanNya yang berifat baru yang
diciptakanNya dengan penuh ketelitian dan menakjubkan sehingga
mencengangkan akal. Seperti langit dan segala hal yang di dalamnya berupa
matahari, bulan dan bintang. Begitupun dengan bumi dan segala hal di
dalamnya seperti segala macam sumber (air dan mineral), pepohonan dan
makhluk hidup lain dimana manusia termasuk di dalamnya. Manusia

54
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

diciptakanNya dalam sebaik baik bentuk, yang diberi segalam macam sifat
kesempurnaan dan keutamaan. Diberi kesempurnaa dengan akal yang kuat.
Maka sebagainya seseorang yang melihat bangunan ia mengetahui pasti ada
yang menciptakan bangunan itu. Pun jika seseorang melihat sebuah tulisan
pasti ia mengetahui bahwa ada yang menulisnya meski ia tidak melihat atau
mengetahui khabar penulisnya. Begitupula dengan manusia yang
mengamati alam raya ini, yang diciptakan dengan penuh ketelitian dan
menakjubkan dan indah, maka ia dapat mengetahui bahwa ada Sang
Pencipta yang bersifat Maha Awal, Maha Menetahui, Maha berkehendak,
Maha Kuasa dan Maha Bijak.
Soal : Apakah dalam masalah ini terdapat contoh pada makhluk, yaitu adakah
terdapat sesuatu yang jelas keberadaanya meski tidak nampak?
Jawab : Ada, contoh dalam masalah ini adalah ruh. Sesungguhnya kita semua
meyakini keberadaan ruh meski kita tidak mampu menyaksikannya, kita
hanya melihat pengaruh ruh tersebut tanpa melihatnya langsung lewat
penglihatan dan kita tak mampu menjangkau hakikatnya dengan akal
pikiran. Begitupun Allah Subhanahu Wata'ala. Sesunguhnya Dia meski tak
nampak oleh mata penglihatan kita, dan kita tak mampu menjangkau
hakikat DzatNya dengan akal pikiran kita, kita meyakini keberadaan Dzat
Allah yang memiliki sifat sempurna, dengan cara melihat segala ciptaanNya
yang rumit dan penuh keajaiban, sebagai orang yang menyaksikan
keberadaan Nya lewat lisan perbuatan dan ucapan.
Soal : Apakah diperbolehkan memperbincangkan dengan panjang lebar hakikat
ruh dan membahasnya?
Jawab : Hal itu tidak diperkenankan karena kemampuan akal itu terbatas dalam
memahami hakikat ruh. Membahasnya dengan panjang lebar hanya akan
membuang waktu dan hal itu adalah dalil terbesar akan keterbatasan
akal manusia. Manusia bahkan tidak bisa memahami hakikat ruh padahal
ruh adalah ciptaan Allah yang ada dalam dirinya sendiri, maka hendaklah
menghentikan keinginan mengetahui hakikat Dzat PenciptaNya yang tidak

55
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

menyerupai apapun.
Soal : Apakah mungkin melihat Allah Subhaanahu Wata'ala dengan mata kepala?
Jawab : Secara akal, melihat Allah dengan mata kepala adalah mungkin. Sedangkan
menghuni syurga bagi orang yang beriman adalah benar menurut dalil
Naqli. Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata'ala itu ada dan setiap hal
yang ada mungkin untuk dilihat. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman :
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhannyalah mereka melihat “ (Al Qiyaamah 22-23). Maka kelak mereka
(orang beriman) akan menyaksikan Tuhan nya di hari kiamat dengan cara
yang tidak diketahui manusia (Bila Kayf). Dan orang kafir dihalangi
penglihatannya untuk melihat Allah, sebagai tambahan atas kesedihan dan
penyesalan mereka.
Soal : Apakah penglihatan mata itu nyata?
Jawab : Benar, dan hal itu karena sebagian manusia, yang umum maupun khusus
jika melihat sesuatu dalam keadaan baik dan menakjubkan maka yang
dilihatnya dapat terkena bencana dan bahaya. Akan tetapi manusia yang
seperti ini sangat sedikit, maka tidak layak bagi manusia menyibukkan
pikirannya dengan hal itu dan menganggap sebagian besar hal yang terjadi
kepadanya karena pengaruh penglihatan atau karena sihir sebagaimana yang
banyak dilakukan oleh para wanita, karena hal itu kecerobohan dan kurang
berhati hati.
Soal : Bagaimana mata bisa memberi kesan melihat (atsar) padahal ia adalah
bagian tubuh manusia yang lembut dan tidak berhubungan langsung dengan
hal yang dilihat serta tidak ada sesuatu yang keluar dari mata yang dapat
menghubungkan mata dengan hal yang dilihat?
Jawab : Tidak ada yang dapat menghalangi adanya hal kecil yang dapat memberi
kesan yang kuat, dan sebuah kesan tidak disyaratkan terjadi dengan adanya
hubungan langsung. Sesungguhnya kita menyaksikan sebagian orang yang
memiliki bentuk tubuh tertentu dan kekuatan, jika melihat seseorang
dengan rasa marah maka bisa saja orang yang dilihatnya menjadi kaget dan

56
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

gugup, dan mungkin seakan akan dia telah terkena sesuatu yang
membuatnya celaka padahal sesungguhnya sama sekali tidak ada yang
menguasainya yang dapat dirasakan oleh inderanya. Dan tidak ada
hubungan serta persentuhan antara yang merasakan takut dan orang yang
membuat kesan rasa takut tersebut. Besi magnet dapat menarik besi tanpa
harus bersentuhan dan tanpa mengeluarkan sesuatu yang dapat membuatnya
tertarik. Akan tetapi penyebabnya adalah hal yang lembut dan tidak nampak.
Bahkan hal yang lembut dapat memberi kesan yang lebih kuat daripada hal
yang nampak. Sesungguhnya hal-hal yang besar itu bermula dari keinginan
dan niat, sedangkan keduanya adalah hal yang bersifat ma'nawi (perkara
hati). Maka tidaklah dianggap aneh jika mata dapat memberi kesan
(pengaruh) kepada hal yang dilihatnya padalal ia adalah sesuatu yang
lembut dan tidak adanya hubungan langsung (bersambung) dengan yang
dilihat serta tanpa harus mengeluarkan sesuatu dari mata tersebut agar dapat
memberi kesan (pengaruh).
Soal : Umat siapakah yang paling mulia setelah para Nabi 'Alaihimus Salam?
Jawab : Umat yang paling utama dari seluruh umat lain adalah ummat Nabi
Muhammad Shallallaahu 'alaihi wasallam dan diantara mereka yang paling
utama adalah para sahabat yang mulia. Para shahabat adalah orang orang
yang berkumpul dengan Nabi kita Alaihis Salam dan beriman kepada beliau
serta mengikuti cahaya kebenaran (Alquran) yang diturunkan kepada beliau.
Dan diantara para sahabat yang paling mulia adalah khalifah yang empat
(Syayidina Abu Bakr, Syayidina 'Umar, Syayidina 'Utsman dan Syayidina
'Ali KW.)
Soal : Apakah Isra' dan Mi'raj itu?
Jawab : Isra' adalah perjalanan malam Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi
Wasallam dari Masjid Al Haram di Makkah menuju ke Masjidil Aqsha di
AlQuds (Palestina). Peristiwa tersebut benar adanya karena telah tercantum
dalam Alquran yang mulia. Sedangkan yang dimaksud dengan Mi'raj adalah
peristiwa naiknya Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam malam

57
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

tersebut dari Masjidil Aqsha ke langit, dan beliau berkumpul dengan para
Malaikat yang mulia sebagai penghormatan dan pemulyaan para malaikat
kepada beliau. Dan peristiwa itu telah diterangkan dalam hadist hadist
shahih dan peristiwa ini mungkin terjadi yang telah diceritakan oleh
manusia yang jujur (Rasulullah), maka wajib mengimaninya sesuai dengan
dzahirnya. Hal itu tidaklah mengherankan – karena dialah Dzat yang dapat
menerbangkan burung di angkasa, menjadikan bintang dapat melintasi jarak
yang jauh dalam sekejap dengan gerakannya, sebuah jarak yang tidak
mampu dilewati manusia dalam waktu jutaan tahun – apabila Dia berkenan
mengangkat kekasih piliha nNya diantara manusia, untuk naik ke langit
dalam waktu sekejap. Sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan
Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
Soal : Apakah doa dapat bermanfaat bagi yang didoakan, dan apakah pahala
sedekah orang hidup bisa sampai kepada mayyit jika pahalanya dihadiahkan
kepadanya?
Jawab : Sesungguhnya sedekah itu adalah perkara yang digemari dan doa serta
merendahkan diri kepada Allah itu diharapkan. Keduanya bermanfaat di
sisi Allah Ta'ala baik bagi orang hidup maupun yang telah mati.
Soal : Apakah kenikmatan dalam syurga itu bersifat rohani atau jasmani, apakah
juga yang terjadi dalam neraka- dan apakah nikmat syurga serta siksa neraka
itu kekal ataukah terbatas waktunya?
Jawab : Sesungguhnya syurga itu berisi dua macam nikmat, yakni rohani dan
jasmani. Nikmat rohani berupa kenikmatan yang dirasakan oleh ruh seperti
bertasbih, beribadah, melihat Allah Subhaanahu Wata'ala dan mengetahui
bahwa Dia telah Ridla terhadap ahli syurga. Sedangkan kenikmatan jasmani
berupa kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani seperti makan, minum dan
menikah. Begitu juga dengan siksa neraka yang terdiri dari dua macam,
yakni siksa ruhani dan siksa jasmani pula. Kenikmatan di syurga maupun
siksa dalam neraka keduanya kekal abadi selamanya dan tidak akan
berhenti, dan penduduk keduanya abadi di dalamnya, syurga dan neraka saat

58
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

ini sudah ada (diciptakan oleh Allah).


Soal : Apakah mungkin seorang wali dapat mencapai derajat Nabi dan apakah
wali dan apakah wali dapat sampai pada suatu keadaan dimana kewajiban
agama telah gugur baginya?
Jawab : Tidak mungkin seorang wali dapat mencapai derajat seperti salah satu Nabi
Alahim Salam sama sekali. Dan tidak mungkin seseorang – selama ia
berakal sehat dan telah baligh (dewasa) - dapat mencapai keadaan dimana
perintah dan larangan agama dapat gugur atas dirinya serta dia
diperbolehkan berbuat sesuka hatinya. Barangsiapa menyangka hal itu dapat
terjadi pada wali, maka sungguh ia telah kafir. Begitupula telah dihukumi
kafir orang yang menyangka bahwasanya syariat agama ini di dalamnya
(bathin) menyalahi dengan apa yang nampak (dzahir) itulah yang
dinamakan hakikat (kesejatian), sehingga mereka mentakwil ayat yang
qoth'iy (telah jelas maknanya) dan menggunakannya tidak sesuai dengan
makna dzahirnya, sebagaimana orang yang menganggap malaikat sebagai
kekuatan akal dan syaithan sebagai kekuatan was was.
Soal : Apakah yang dimaksud dengan Mujtahid, dan siapakah Mujtahid yang
boleh diikuti pendapatnya ?
Jawab : Mujtahid adalah seseorang yang sangat memahami kaidah-kaidah syariat
dan dalil-dalilnya dan biasa memikirkan dengan mendalam keduanya
sehingga menghasilkan pemahaman yang kuat tentang apa yang dimaksud
oleh pembuat syariat (Allah). Adapun Ulama Mujtahid itu ada banyak
sekali. Dan Mujtahid yang pendapatnya layak untuk diikuti serta boleh
diambil kesimpulan pendapat nya ada empat. Mereka adalah : Abu Hanifah
Nu'man Bin Tsabit (Imam Hanafi), Malik Bin Anas (Imam Malik),
Muhammad Bin Idris As Syaafi;i (Imam Syafi'i) serta Ahmad Bin Hanbal
(Imam Hanbali) Semoga Allah meridloi mereka semua. Sesungguhnya
alasan para Ulama memilih untuk mengikuti mereka bukan selain
keempatnya - meski telah mencapai derajat mujtahid - adalah karena
banyaknya kesimpulan hukum yang telah mereka ambil dalam masalah-

59
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

masalah agama karena mereka telah mencurahkan tenaganya untuk


memikirkan masalah-masalah tersebut, sehingga jarang ada permasalahan
yang tidak disebutkan hukumnya. Selain itu juga karena pendapat madzhab
mereka telah sampai kepada kita secara sambung menyambung
(mutawattir), maka hendaknya kita mengikuti pendapat salah satu dari
empat mujtahid tersebut, kecuali untuk kondisi darurat, jika tidak demikian
maka kita bisa jatuh dalam talfiq (mencampur adukkan hukum dari
beberapa madzhab dalam satu masalah), dan akhirnya hal itu tidak sesuai
dengan satupun pendapat empat Ulama di atas.
Soal : Mengapa para Ulama Mujtahid berbeda pendapat dalam beberapa masalah?
Jawab : Sesungguhnya para Ulama Mujtahid di atas tidak berbeda pendapat dalam
masalah ushuluddiin (masalah pokok-pokok agama/ keyakinan) dan tidak
pula dalam pokok cabang-cabang (furu') masalah agama sama sekali karena
ketetapan dalil atas masalah-masalah tersebut telah jelas. Mereka hanya
berbeda dalam sebagian masalah furu' (cabang) karena tiadanya nash
(dalil) yang jelas dan pasti tentang masalah itu, karena sesungguhnya
masalah juziyyah tidak mudah bersepakat atasnya dan perbedaan di
dalamnya adalah sebuah kemudahan. Maka masing-masing Ulama
Mujtahid mencurahkan seluruh kemampuannya yang luas untuk
mengeluarkan hukum atas masalah tersebut sesuai dengan Kitab dan
Sunnah sesuai apa yang nampak. Barangsiapa benar atas kesimpulan
hukumnya, maka dia mendapat dua pahala, dan barangsiapa salah
kesimpulan hukumnya maka dia mendapat satu pahala karena usaha
kerasnya mencari kebenaran sesuai usahanya. Perbedaan diantara para
Ulama mujtahid adalah rahmat bagi ummat, karena perbedaan itu hanya
dalam masalah cabang (far'iyyah), sedangkan perbedaan dalam hal itu
menjadi kemudahan bagi manusia serta hilangnya kesulitan dan bahaya atas
mereka. Apabila mereka sedang dalam kondisi terpaksa (sulit) maka mereka
boleh melakukan mana yang lebih mudah dan jika dalam keadaan lapang
maka dia bisa melakukan yang lebih hati-hati atau lebih layak dan jelas.

60
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

Soal : Apakah syarat (pertanda) kiamat itu?


Jawab : Syarat terjadinya kiamat (tanda-tanda yang menunjukkan telah sangat
dekatnya saat kiamat) ada beberapa hal, diantaranya : Bangkitnya Dajjal
yaitu sesorang yang buta matanya dan keluar dalam keadaan beragama yang
buruk serta jauh dari ilmu. Dia mengaku memiliki sifat ketuhanan dan
mampu menampakkan beberapa keajaiban dan dia hanya orang yang lemah
iman dan keyakinannya saja. Termasuk pertanda kiamat yaitu keluarnya
hewan melata dari bumi yang mampu mengetahui manusia melalui wajah
mereka. Maka barangsiapa beriman maka hewan itu akan menjadikan suatu
pertanda baginya yang membuat orang tersebut dikenali sebagai mukmin.
Dan barangsiapa kafir, maka hewan itu pun akan membuat pertanda baginya
sehingga orang itu dikenali sebagai kafir dan hewan itu bisa berbicara
kepada manusia tentang keadaan manusia itu. Pertanda kiamat lain adalah
terbitnya matahari dari barat sehari dari beberapa hari. Saat itu akan ditutup
pintu taubat dan tidak akan diterima taubat satupun manusia. Termasuk
pertanda kiamat yaitu keluarnya Ya'juj dan Ma'juj, mereka adalah
segolongan manusia yang paling banyak berbuat kerusakan di muka bumi
di masa lalu. Saat Iskandar Dzulqornain sampai di daerah jajahan mereka,
maka para tetangga Ya'juj dan Ma'juj melaporkan kepadanya dan
Dzulqornain pun bersedih karena perbuatan mereka. Dan wilayah yang
memisahkan Ya'juj dan Ma'juj dengan penduduk tersebut adalah sebuah
celah sempit diantara dua gunung. Maka kemudian Dzulqornain
membangun penghalang yang sangat tinggi dari besi dan menyimnya
dengan timah cair sehingga jadilah benteng penahan tersebut bangunan
yang kokoh dan licin yang tidak mudah dilobangi ataupun dilompati.
Apabila telah dekat masa keluar mereka, maka terbukalah benteng itu
karena beberapa sebab sehingga mereka akan menyebar di muka bumi dan
memperbanyak berbuat kerusakan di seluruh wilayah bumi. Maka penuduk
tersebut memohon kepada Tuhan mereka (Allah) untuk menghilangkan
perbuatan buruk dan rusak Ya'juj Ma'juj, maka Allah menghancurkan dan

61
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

mengganti mereka dengan cara menghapus sisa-sisa mereka. Termasuk juga


diantara tanda akan terjadinya kiamat yaitu turunnya Nabi 'Isa Alaihis Salam
saat fitnah menimpa kaum muslimin dan berbagai macam cobaan menimpa
mereka. Maka beliau datang memperbaiki keadaan ummat ini dan
menghilangkan segala kesedihan, membunuh dajjal dan membersihkan
manusia dari hawa nafsu dan kesulitan.
Soal : Siapakah orang yang beruntung itu?
Jawab : Orang mukmin yang shalih yang mengerjakan hal-hal yang benar dan
memenuhi perintah penciptaNya, mematuhi syariat baik yang nampak atau
tidak dan berlawanan dengan dunia yang selalu berubah (dia tetap
istiqomah) dialah orang yang beruntung dan orang yang baik serta mendapat
tambahan kebaikan.

PENJELASAN

Manusia tidak diperbolehkan membicarakan tentang hakikat dzat Allah karena


akal pikiran manusia tidak akan mencapainya. Cara untuk memahami Allah adalah
dengan ma’rifatullah, yaitu mengetahui sifat-sifatNya. Mengetahui keberadaan Allah
melalui hasil kekuasaan dan ciptaanNya.
Secara hakiki manusia tidak dapat melihatAllah melalui matanya. Namum
penghuni syurga dapat melihat Allah.
Umat yang paling mulia adalah umat Nabi Muhammad SAW. Diantara umat
NabiMuhammad SAW, yang paling mulia adalah para sahabat nabi, sedangkan dari
parasahabat tersebut Sayyidina Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali merupakan yang
palingmulia.
Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari masjid Al Haram
menuju Masjid Al Aqsa kemudian naik menuju langit, berkumpul dengan para
malaikatyang mulia sebagai penghormatan dan pemuliaan kepada beliau.
Kita memohon kepada Allah agar menunjukkan kita agar menjadi orang yang
beruntung tersebut. Dan semoga Dia menjadikan kita termasuk orang yang menempuh

62
Terjemah Jawahirul Kalamiyah

jalan yang terbaik.


Dan segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya maka menjadi sempurnalah
kebaikan dan semoga sebaik baik kemulyaan tercurah kepada Nabi yang paling mulya,
Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam.

Wallaahu A'lam Bishowaab....

63
64

Anda mungkin juga menyukai