PENDAHULUAN
1
2
konsep likatan lkimia ladalah ldasar luntuk lmemahami lkonsep lselanjutnya ldalam
kimia, ltermasuk lkesetimbangan lkimia, ltermodinamika, lstruktur lmolekul, ldan
reaksi lkimia l(Ӧzmen, l2004). lHasil lpenelitian lFauziyah l(2016) lmengenai
kesulitan ldan lfaktor-faktor lyang lmempengaruhi lkesulitan lbelajar lsiswa lkelas lX
IPA ldi lSMA lNegeri l4 lMalang lpada lmateri likatan lkimia lmenunjukkan lbahwa
sebanyak l47,5% lsiswa lmemahami lkonsep lkestabilan lunsur; l34,3% lsiswa
memahami lkonsep lstruktur llewis; l46,7% lsiswa lmemahami lkonsep likatan lionik;
42,5% lsiswa lmemahami lkonsep likatan lkovalen; l40,7% lsiswa lmemahami konsep
ikatan lkovalen lkoordinasi; l43% lsiswa lmemahami lkonsep likatan lkovalen lpolar-
nonpolar; l42,2% lsiswa lmemahami lkonsep likatan llogam. lNilai lpersentase
pemahaman lkonsep lsiswa ltersebut ltergolong ldalam lkategori lrendah. Berdasarkan
uraian ltersebut ldapat ldisimpulkan lbahwa lsiswa lbelum lmemahami lmateri likatan
kimia lsecara lutuh. lPemahaman lmateri likatan lkimia lsecara lutuh lsangat
dibutuhkan luntuk lmemperkecil lpersentase lmiskonsepsi lpada lsiswa l(Widarti let
al., l2018).
Salah lsatu lpermasalahan lpendidikan lkhususnya ldalam lpembelajaran ldi
sekolah ladalah lrendahnya lkualitas lproses lpembelajaran.Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 11 Medan terdapat beberapa
permasalahan yang menunjukkan bahwa sekolah siswa kelas X pada pokok bahasan
ikatan kimia masi pasif dalam pembelajaran dan selama ini pembelajaran lebih ke
guru Teacher Centered Learning sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran
karna didominasi oleh guru,kegiatan kelompok juga minim dilakukan sehingga
aktivitas siswa juga masih kurang dalam kegiatan belajar,seperti
bertanya,mengemukkan pendapat di kelas sehingga peningkatan hasil belajar siswa di
SMA 11 Medan Kurang maksimal dan lebih sering menggunakan metode ceramah
dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berkembang.
Model lpembelajaran lProblem lBased lLearning l(pembelajaran lberbasis
masalah) ladalah lmodel lpembelajaran lyang lditujukan luntuk lmengembangkan
motivasi lbelajar lsiswa, lmendorong lsiswa luntuk lmampu lberpikir ltingkat ltinggi,
mendorong lsiswa lmengoptimalkan lkemampuan lmetakognisinya, ldan lmenjadi
pembelajaran lmejadi lbermakna lsehingga lmendorong lsiswa lmemiliki lrasa percaya
diri lyang ltinggi ldan lmampu lbelajar lsecara lmandiri l(Abidin, l2018). Dalam
model lpembelajaran lini, lsiswa ldilibatkan ldalam lkelompok lkecil luntuk
mengeksplorasi lmasalah, mengidentifikasi hal-hal yang perlu diketahui dalam rangka
4
memecahkan masalah, dan model ini sebagai solusi untuk menciptakan lsuatu
lingkungan ldimana lsiswa lberpartisipasi laktif ldalam lproses lpembelajaran.
Mengambil ltanggung ljawab luntuk lpembelajaran lmereka lsendiri, ldan lmenjadi
pelajar lyang llebih lbaik ldalam lhal lketerampilan ldan lkemampuan luntuk
lmengidentifikasi lmasalah (Sungur & Tekkaya, 2006)
Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan hasil Nilai lrata-rata lhasil
belajar lsiswa lyang ldibelajarkan lmenggunakan lmodel lProblem lBased lLearning
berbantuan lmedia liSpring llebih ltinggi lyaitu l84,58 ldan lmengalami lpeningkatan
sebesar l72% ltinggi ldibandingkan lrata-rata lhasil lbelajar lsiswa lyang ldibelajarkan
menggunakan lmodel lkonvensional lyaitu l77,50 ldengan lpeningkatan
62%.(Felentina l& lAgus lKembaren, l2022). lSedangkan lpenelitian ldari l(Janah let
al., l2018), lmengungkapkan lbahwa lhasil lrata- lrata lnilai lpost-test ldari lkelas
eksperimen lyang lmenggunakan lmodel lProblem lBased lLearning llebih lunggul
yaitu l89,6 ldan lkelas lkontrol lsebesar l81,6. lPenerapan lmodel lProblem lBased
Learning l(PBL) lmemberikan lkontribusi lsebesar l35,0% lterhadap lhasil lbelajar dan
19,3% lterhadap lketerampilan lproses lsains.
Model lpembelajaran lyang lakan ldi lgunakan ldalam lpenelitian lini ladalah
Problem lBased lLearning l(PBL). lSalah lsatu lkelebihan lmodel lpembelajaran lini
adalah lmeningkatkan lkegiatan lpembelajaran lyang lberorientasi lpada lStudent
Centre lLearning. Hal ini dilakukan karena berdasarkan observasi yang telah
dilakukan bahwa kegiatan lebih berorientasi pada Teacher Centre
Learning.Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model
pembelajaran yang efektif untuk membantu siswa dalam memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya Ratumanam (Trianto, 2011).
Keterkaitan lPBL ldan lHasil lBelajar,menyatakan lbahwa lModel lProblem
Based lLearning l(PBL) lmemberikan ldampak lpositif lpada lprestasi lakademik
siswa ldan lsikap lsiswa lterhadap lsains l(Yunin lNurun lNafia, l2014). lDalam
pelaksanaan lPBL ldi lsekolah lkesehatan,Problem lBased lLearning l(PBL) lmemberi
dampak lpositif lterhadap lkompetensi ldokter ldalam ldimensi lsosial ldan lkognitif.
Menurut lNovellia l(2018) lyang lmengemukakan lbahwa lmodel lpembelajaran
Problem lBased lLearning l(PBL) lini ldapat lmembantu lsiswa luntuk lmemecahkan
atau lmencari lsolusi lsecara lmandiri latau lberkelompok ldari lpermasalahan ldunia
nyata.lOlehlkarenalitu, dalamlpelaksanaanlpembelajaran lsiswa lakan memperlihatkan
5
hasil lpemahaman lsiswa lyang maksimal karena proses pembelajaran yang tidak
membosankan.
Sesuai ldengan ltuntutan lkurikulum lyang lada lsaat lini, ldimana lproses
pembelajaran lharus lberpusat lpada lsiswa lmaka lsalah lsatu lmodel lpembelajaran
yang ljuga lcocok ldi lgunakan ladalah lDiscovery lLearning l(DL). lModel lDiscovery
Learning ldapat lmeningkatkan lhasil lbelajar lsiswa lmelalui lpenalaran, lmenemukan
sesuatu luntuk ldirinya. lModel lpembelajaran lDiscovery lLearning llebih lunggul
dalam lmeningkatkan lhasil lbelajar ldibandingkan lpengalaman-pengalaman lbelajar
individual latau lkompetitif l(Fitri, l2015). lHasil lpenelitian ldiperoleh lrata-rata lpost
test lsiswa lyang ldiajarkan ldengan lmodel lpembelajaran lDiscovery lLearning (kelas
eksperimen) ladalah l75,83 lsedangkan luntuk lkelas lkontrol lyang lmenggunakan
model lpembelajaran lkonvensional l70,3. lBerdasarkan lhasil lini ldapat ldilihat
bahwa lada lperbedaan lyang lsignifikan lhasil lbelajar l(posttest) lkedua lkelompok
siswa. lDengan lmenggunakan lmodel lpembelajaran lDiscovery lLearning lhasil
belajar lsiswa llebih lbaik, lkarena lsiswa ldituntut luntuk llebih laktif, lpada lsaat
proses lbelajar lmengajar lsiswa lmelakukan ldiskusi lkelompok (Fitri & Darlina.,
2015)
Peningkatan hasil belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar siswa, model
Problem Based Learning ldengan lDiscovery lLearning ldiharapkan lmampu
meningkatkan lhasil lbelajar lsiswa. lPenelitian lyang ldilakukan loleh lMaulana
(2021) ldiketahui lbahwa lmodel lpembelajaran lProblem lBased lLearning ldapat
meningkatkan laktivitas ldan lhasil lbelajar lpeserta ldidik, terlihat dari peningkatan
aktivitas siswa pada materi kesetimbangan kimia dilihat dari siklus I, siklus II dan
siklus III yaitu sebesar 32,37%, 55,25% dan 84,76%.Model Discovery Learning juga
meningkatkan prosentase aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan
sebesar 3,1%, yaitu dari 81,8% menjadi 84,9% (Sopiah & Marlina, 2020)
Berdasarkan permasalahan yang di uraikan di atas yaitu mengenai siswa
menganggap pelajaran kimia adalah pelajaran yang sulit,serta metode mengajar guru
yang kebanyakan masih berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) , kurangnya
siswa dapat menemukan solusi dalam memecahkan masalah dan kurang nya untuk
mencari tahu sesuatu sehingga siswa –siswa lebih pasif sehingga siswa lberanggapan
bahwa lpelajaran lkimia lyang lsulit ldan labstrak lkhususnya lpada lmateri lIkatan
Kimia. Maka lpeneliti ltertarik lmelakukan lpenelitian lini luntuk lmemecahkan
paradigma lsiswa lyang lselama lini lyang lmenganggap lkimia lmerupakan lmata
6
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah dalam
Penelitian ini:
1. Mata pelajaran kimia di anggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit di pahami
siswa
2. Kurangnya penggunaan model pembelajaran pada materi pelajaran pada materi ikatan
kimiamenyebabkan siswa kurang tertarik dengan pelajaran ikatan kimia
3. Penggunaan metode ceramah yang di lakukan oleh guru membuat siswa kurang
memahami konsep yang telah di jelaskan dan siswa menjadi kurang aktif dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran cenderung berpusat kepada guru
4. Hasil belajar siswa kurang memuaskan pada materi ikatan kimia
Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang spesifik,peneliti memfokuskan penelitian pada
materi likatan lkimia lterhadap lhasil lbelajar lsiswa lSMA lkelas lX ldengan lmenggunakan
model lProblem lBased lLearning l(PBL) ldan l lDiscovery lLearning l(DL)
Supaya penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan penelitian lmaka, lpeneliti l l l l l l l
l lmembatasi lmasalah lyaitu lsebagai lberikut:
1. Subjek lpenelitian lyang ldigunakan ladalah lsiswa lkelas lX lIPA lSMAN l11 lMEDAN
2. Cakupan lMateri ldalam lpenelitian lini ldi lfokuskan lpada lmateri likatan lkimia lyaitu
kestabilan lunsur, lstruktur llewis, likatan lionik, likatan lkovalen, ldan likatan llogam.
3. Model lpembelajaran lyang ldigunakan ldalam lpenelitian lini ladalah lProblem lBased
Learning l(PBL) ldan lDiscovery llearningl
Manfaat yang diharapkan dari penelitian llini lladalah llsecara llteoritis lldan
praktis. llManfaat llteoritis lldari llpenelitian llini lladalah llhasil lldari llpenelitian llini
dapat ldigunakan llsebagai llreferensi llpada llpenelitian llselanjutnya llyang llrelevan
serta lldapat lmenambah lldan llmengembangkan llpengetahuan lldalam llbidang
pendidikan lkhususnya ldalam llmenggunakan llmodel. llSedangkan llmanfaat llpraktis
dalam llpenelitian llini, lyaitu:
2. Bagi guru, dapat dijadikan suatu motivasi untuk menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning dan Discovery Learning dalam proses belajar mengajar
terutama materi ikatan kimia.
8
3. Bagi sekolah, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dan kajian untuk
mengembangkan model yang dapatameningkatkan hasil belajarasiswa padaaproses
belajaramengajarasehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Analisis
Analisis lmerupakan lkemampuan luntuk lmengindentifikasi,
memisahan, ldan lmembedakan lkomponen-komponen latau lelemen
suatu lfakta, lkonsep, lpendapat, lasumsi, lhipotesa latau
kesimpulan,dan lmemeriksa lsetiap lkomponen ltersebut luntuk lmelihat
ada ltidaknya lkontradikasi. lDalam lhal lini ldi ltuntut l luntuk
menunjukkan lhubungan ldi lantara lberbagai lgagasan ldengan lcara
membandingkan lgagasan ltersebut ldengan lstandar, lprinsip, latau
prosedur lyang ltelah ldipelajari. lContoh lkata lkerja lanalisis:
Membuat ldiagram, lMembedakan, lMenghubungkan, ldan
Menjabarkan lke ldalam lbagian-bagian.
5. Sintesis
Tujuan lintruksional llevel lini lmenuntut luntuk lmampu
mengkombinasikan lbagian latau lstruktur lyang llebih lbesar. lDalam
hal lini lharus lmelihat lberbagai laspek lsosial, lbudaya,dan lekonomi
dalam lkelompok letnik, lmisalnya ldalam lsistem lkebakaran, lsistem
keagamaan, laspek ltersebut ldan lmembuat lkesimpulan.
6. Evaluasi
Kemampuan lmembuat lpenilaian ldan lkeputusan ltentang lsuatu
gagasan, lmetode, lproduk ldengan lmenggunakan lkriteria ltertentu.
Contoh lkata lkerja loperasional lyaitu: lMembuat lkritik, lMembuat lpenilaian,
Membandingkan, ldan lMembuat levaluasi (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015).
unjuk lkerja lsiswa. lSebagai lsuatu lhasil lbelajar lmaka ldengan lunjuk lkerja
tersebut, lproses lbelajar lberhenti luntuk lsementara. lDan lterjadilah penilaian.
Dengan ldemikian lyang ldimaksud ladalah lpenentuan lsampai lsesuatu ldi
pandang lberharga, lbermutu, latau lbernilai. lUkuran ltentang lhal litu
berharga, lbermutu, lbernilai ldatang ldari lorang llain. lDalam lpenilaian lhasil
belajar,maka lpenentu lkeberhasilan lbelajar ltersebut ladalah lguru. lGuru
adalah lpemegang lkunci lpembelajaran. lGuru lmendesaian lpembelajaran,
melaksanakan lpembelajaran ldan lmenilai lhasil lbelajar
d. Lingkungan lsosial lsiswa ldi lsekolah
Tiap lsiswa lberada ldalam llingkungan lsosial lsiswa ldi lsekolah. lIa
memiliki lkedudukan ldan lperanan lyang ldiakui loleh lsesama. lJika lseorang
siswa ldi lterima, lmaka lia lakan lmudah lmenyesuaikan ldiri ldan lsegera
belajar. lSebaliknya, ljika lia ltertolak, lmaka lia lakan lmerasa ltertekan.
e. Kurikulum lsekolah
Program lpembelajaran ldi lsekolah lmendasarkan ldiri lpada lsuatu
kurikulum. lKurikulum lyang ldi lberlakukan ldi lsekolah ladalah lkurikulum
nasional lyang ldisahkan loleh lpemerintah, latau lsuatu lkurikulum lyang
disahkan loleh lsuatu lyayasan lpendidikan. lKurikulum lsekolah ltersebut
berisi ltujuan lpendidikan, lisi lpendidikan, lkegiatan lbelajar-mengajar ldan
evaluasi.
Perubahan lkurikulum lsekolah ldapat lmenimbulkan masalah.
Masalah-masalah litu ladalah: l(1) ltujuan lyang lakan ldi lcapai lmungkin
berubah, l(2) lisi lpendidikan lberubah lakibatnya lbuku-buku lbacaan ldan
sumber llain lakan lberubah l, l(3) lkegiatan lbelajar lmengajar lberubah l(4)
evaluasi lberubah,akibatnya lguru lmempelajari lmetode ldan lteknik levaluasi
belajar lyang lbaru. lBila levaluasi lberubah, lmaka lsiswa lakan lmempelajari
cara-cara lbelajar lyang lsesuai ldengan lukuran llulusan lyang lbaru l(Dimyati
dan lMudjiono, l l2006).
mengetahui lindikator lkeberhasilan lbelajar ldapat ldi llihat ldari l“daya lserap
siswa ldan lperilaku lyang ltampak lpada lsiswa”.
1. Daya lserap lyaitu ltingkat lpenguasaan lbahan lpelajaran lyang ldi
sampaikan loleh lguru ldan ldi lkuasai loleh lsiswa lbaik lsecara
individual latau lkelompok.
2. Perubahan ldan lpencapaian ltingkah llaku lsesuai lyang ldi lgariskan
dalam lkompetensi ldasar latau lindikator lbelajar lmengajar ldan ltidak
tahu lmenjadi ltahu, ldan ltidak lbisa lmenjadi lbisa, ldari ltidak
kompeten lmenjadi lkompeten.
Sedangkan lindikator llain lyang ldapat ldigunakan lmengukur lkeberhasilan
belajar.
1. Hasil lbelajar lyang ldi lcapai lsiswa
Hasil lbelajar lyang ldimaksud ldisini ladalah lpencapaian lprestasi
belajar lsiswa ldengan lkriteria, latau lnilai lyang ltelah ldi lterapkan
baik lmenggunakan lpenilaian lacuan lpatokan lmaupun lpenilaian
acuan lnorma.
2. Proses lbelajar lmengajar
Hasil lbelajar lyang ldimaksudkan ldisini ladalah lbelajar lyang ldi
capai lsiswa ldi lbandingkan lantara lsebelum ldan lsesudah lmengikuti
kegiatan lbelajar lmengajar latau ldi lberikan lpengalaman lbelajar.
Penilaian lterhadap lproses lbelajar ltidak lhanya lterbatas lpada
membandingkan lnilai lawal ldan lnilai lakhir lsiswa,akan ltetapi ljuga lmenilai
segala laktivitas lsiswa ldalam lmelakukan lkegiatan ldan lpengalaman lbelajar,
baik lkeaktifannya ldalam lmengajukan lpertanyaan lterhadap lpermasalahan
atau ldalam lmateri lpelajaran, lmenjawab lpertanyaan lyang ldi lajukan lguru
maupun lsiswa, lminat,semangat, ldan lgairah lserta lmotivasi lbelajar, lsikap
terhadap lmateri lpelajaran ldan lkegiatan lbelajar lmengajar lserta ltanggung
jawab ldalam lmenyelesaikan ltugas-tugas lyang ldi lberikan loleh lguru
(Supardi, 2013).
(Shoimin,
2014).
pembelajaran siswa
4. Pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5. Pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.Disamping itu,pemecahan masalah
itu
juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap
hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pembelajaran berbasis masalah bisa memperlihatkan kepada
siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain
sebagainya) pada dsarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
dari buku-buku saja.
7. Pembelajaran berbasis masalah diangap lebih menyenangkan dan
disukai siswa.
8. Pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9. Pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam
dunia nyata.
10. Pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan minat siswa
untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir (Istarani, 2012).
Sebagaimana yang diketahui bahwa setiap model memiliki kelebihan
dan kekurangan. Begitu juga dengan pembelajaran berbasis masalah ini. Untuk
ini ,adapun yang menjadi kekurangan dari pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut:
1. Mana kala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
25
Dari tabel ldi latas, lmahasiswa latau lguru ldapat lmemasukkan lsintaks-
sintaks ltersebut lsecara lsistematis ldalam lrencana lpembelajaran ldan
kemudian lmenerapkannya ldalam lpraktik lpembelajaran. lLima latau lenam
langkah lyang ldipilih ltidaklah lmenjadi lmasalah, lyang lpenting lkegiatan
pembelajaran ldilaksanakan lsesuai ldengan ltahapan, ldan lsetiap ltahapan
harus ldilaksanakan lsecara lsistematis (Kemendikbud, 2013).
2He : 1S2
10 Ne : [He] 2s2,2p6
18Ar :[Ne] 3s2,3p6
36Kr :[Ar] 3d10,4s2,4p6
54Xe :[Kr] 4d10,5s2,5p6
86Ne :[Xe] 5d10,4f14,6s2,7p7
Konfigurasi beberapa atom gas mulia juga dapat kita lihat dibawah ini:
Ikatan lionik ladalah likatan lkimia lyang lterbentuk ldari lgaya ltarik
elektrostatik lantara lion-ion lpositif ldengan lion-ion lnegetif lmembentuk
senyawa lionik lpadat. lElektron lyang ldi llepas lakan ldi ltangkap loleh latom
yang lmempunyai lafinitas lelektron lbebas l(mudah lmenarik lelektron) luntuk
membentuk lion lnegatif. lIon lpositif ldan lion lnegatif lselanjutnya lakan tarik
menarik ldengan lgaya lelektrostatis lmembentuk lsenyawa lyang lnetral.
Logam lcenderung lmudah lmelepaskan lelektron lmembentuk lion lpositif,
sedangkan lnon llogam lcenderung lmudah lmenarik lelektron lmembentuk ion
negatif. lBagaimana lproses lterbentuknya likatan lion? latom lunsur
logam,seperti lunsur lpada lgolongan lIA ldan lgolongan lIIA lcenderung
melepaskan lelektron lvalensinya luntuk lmencapai lkestabilan lseperti lgas
mulia. lAtom lyang lcenderung lmelepaskan lelektron lberubah lmenjadi lion
positif.Unsur-unsur ltersebut ldisebut lunsur lelektropositif.
Na Na+ + e-
(2 8 1) (2 8)
Terjadi tarik menarik antara sebuah ion Na+ dengan sebuah ion Cl- membentuk
gabungan ion NaCl.
Na+ + Cl - NaCl
berkurang, lsedangkan ljumlah lproton ldalam linti latom ltetap lsehingga atom
menjadi lion lpositif.
Mengapa latom lunsur lVIA ldan lVIIA lcenderung lmenerima
elektron? lMengapa lunsur lsetelah lmenerima lelektron lberubah lmenjadi lion
negatif? lAtom lunsur l lgolongan lVIA ldan lVIIA lmemiliki lenergi
pengionan llebih lbesar ldi lbanding ldengan lgolongan lutama llainnya
sehingga lsulit lmelepaskan lelektron lvalensinya, ltetapi latom lunsur ltersebut
memiliki lafinitas lelektron lbesar lsehingga llebih lmudah lmenerima lelektron
dari latom llain ldan lmembentuk lion lnegatif. lAtom lyang lmenerima
elektron ldari latom llain lberarti lelektron latom ltersebut
bertambah,sedangkan ljumlah lproton ldalam linti latom ltetap lsehingga
bermuatan lnegatif.
Contoh:
F + 1e- F-
(2 7) ( 2 8)
-
Cl + 1e Cl-
(2 8 7) ( 2 8 8)
F + 1e- F-
(2 6) (2 8)
terpaku lpada lsalah lsatu linti latom. lGaya ltarikan linti latom-atom llogam
dengan llautan lelektron lmengakibatkan lterjadinya lIkatan lLogam
Gaya lVan lDer lWaals lmerupakan lsalah lsatu ljenis lgaya ltarik menarik
diantara lmolekul. lGaya lini ltimbul ldari lgaya lLondon ldan lgaya lantardipol-
dipol.lJadi,lgaya lVan lDer lWaals ldapat lterjadi lpada lmolekul lnonpolar
maupun lmolekul lpolar.
Gaya lini ldiusulkan lpertama lkalinya loleh lJohannes lVan lder lWaals
(1837- l1923). lKonsep lgaya ltarik lantar lmolekul lini ldigunakan luntuk
menurunkan lpersamaan ltentang lzat-zat lyang lberada lpada lfase lgas.
Kejadian lini ldisebabkan ladanya lgaya ltarik-menarik lantara linti latom ldengan
elektron latom llain lyang ldisebut lgaya ltarik lmenarik lelektrostatis l(gaya
coulomb). lUmumnya lterdapat lpada lsenyawa lpolar.Untuk lmolekul lnon lpolar,
44
gaya lVan lder lWaals ltimbul lkarena ladanya ldipol-dipol lsesaat latau lgaya
London.Gaya lVan lder lWaals lbekerja lbila ljarak lantar-molekul lsudah lsangat
dekat, ltetapi ltidak lmelibatkan lterjadinya lpembentukan likatan lantar latom.
Misalnya, lpada lsuhu l-160°C lmolekul lCl2 lakan lmengkristal ldalam llapisan
tipis, ldan lgaya lyang lbekerja luntuk lmenahan llapisan-lapisan ltersebut ladalah
gaya lVan lder lWaals
2. PEB hanya terikatkan pada satu atom dan dapat bergerak lebih leluasa
sehingga memiliki gaya tolak menolak yang lebih kuat dari PEI.Urutan
kekuatan tolak menolak diantara pasangan elektron adalah sebagai berikut:
PEB-PEB>PEB-PEI>PEI-PEI
Bedanya besar tolakan mengakibatkan sudut ikatan mengecil karena
didesak PEB.Begitu juga dengan domain ikatan rangkap tiga atau rangkap
dua,pasti memiliki tolakan yang lebih besar dibanding domain terdiri dari 1
pasang elektron saja.
Dan teori selanjutnya ,yaitu teori hibridisasi elektron. Teori ini membahas
mengenai sebuah atom yang menyusun kembali orbitalnya, untuk membuat
perangkat orbital ekivalen dalam molekul. Misalnya pada molekul metana (CH4)
yang memiliki bentuk tetrahedron dimana terdapat 4 ikatan C-H yang ekuivalen.
Pada tingkatan dasar,unsur C memiliki konfigurasi elektron seperti berikut:
Pada konfigurasi elektron seperti di atas,atom C hanya bisa membangun 2
ikatan kovalen (hanya elektron tunggal yang bisa membuat ikatan kimia).
Dikarenakan pada C dapat terbentuk 4 ikatan kovalen,akan di anggap jikalau 1
elektron dari orbital 2s mendapatkan elektron ke orbital 2p, maka C memiliki 4
elektron tunggal ialah sebagai berikut:
Ketika pada atom C terbentuk ikatan kovalen dengan H menghasilkan
CH4,orbital 2s dan 2p tehibridisasi hingga bentuk 4 orbital yang
tingkatannya.Untuk menyatakan asalnya orbital hibrida ditandai dengan SP3
maksudnya 1 orbital s dan 3 orbital p.
Hibridisasi juga membahas gambar bentuk orbital jadi tidak hanya
mengenai tingkat energi saja. Maka C pada hibrida SP3 dengan 4 orbital bisa
terbentuk 4 ikatan kovalen yang ekuivalen.Jadi hibridisasi adalah meleburnya
orbital yang tingkat energinya berbeda yang menjadi setingkat. Jumlah orbital
yang terlihat pada hibridisasinya merupakan jumlah orbital hibrida (hasil
46
hibridisasi) juga.
Suatu notasi yang menerangkan jumlah pasangan elektron di sekitaran
atom pusat pada molekul, baik domain ikatan maupun bebas disebut dengan tipe
molekul.Tipe moleku didasarkan dengan notasi seperti berikut:
AXmEn
Dimana:
A : atom pusat
X : pasangan elektron ikatan
E : pasangan elektron bebas
m : jumlah pasangan elektron ikatan
n : jumlah pasangan elektron bebas
2.3 Hipotesis
Hipotesis ladalah ljawaban lyang lbersifat lsementara lterhadap lrumusan
masalah. lBerdasarkan lrumusan lmasalah lmaka lyang lmenjadi lhipotesis ldalam
penelitian lini ladalah lsebagai lberikut:
Hipotesis Verbal:
a.Hipoteis Verbal Untuk Rumusan Masalah I
Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
49
(PBL) lterhadap lhasil lbelajar lkimia lsiswa lpada lmateri lIkatan lKimia.
Ha :Ada lpengaruh lmodel lpembelajaranProblem lBased lLearning l(PBL)
terhadap lhasil lbelajar lkimia lsiswa lpada lmateri lIkatan lKimia.
b.Hipotesis Verbal Untuk Rumusan Masalah II
Ho : lTidak lada lpengaruh lmodel lpembelajaran lDiscovery lLearning l(DL)
terhadap lhasil lbelajar lkimia lsiswa lpada lmateri lIkatan lKimia.
Ha :Ada lpengaruh lmodel lpembelajaran lDiscovery lLearning l(DL)
menggunakan lterhadap lhasil lbelajar lkimia lsiswa lpada lmateri lIkatan lKimia
c.Hipotesis Verbal Untuk Rumusan Masalah III
Ho :Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa pada materi Ikatan Kimia dengan
model Problem Based Learning (PBL) dan Discovery Learning (DL)
Ha : ada perbedaan hasil belajar siswa pada materi Ikatan Kimia dengan
model Problem Based Learning (PBL) dan Discovery Learning (DL)
Hipotesis Statistik:
a. Hipotesis Statistik Rumusan Masalah I :
Ha:µ1 > µ2
Ho: µ1 ≤ µ2
Keterangan:
µ1 : Rataan nilai post test pada model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
µ2 :Nilai rata-rata KKM pada mata pelajaran Kimia
b. Hipotesis Statistik Rumusan Masalah II :
Ha:µ1 > µ2
Ho: µ1 ≤ µ2
Keterangan:
µ1 : Rataan nilai post test pada model pembelajaran Discovery Learning (DL)
µ2 : Nilai rata-rata KKM pada mata pelajaran Kimia
c .Hipotesis Statistik Rumusan Masalah III :
50
Ha:µ1 ≠ µ2
Ho: µ1=µ2
Keterangan:
µ1 : Rataan nilai hasil belajar pada model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
µ2 : Rataan nilai hasil belajar pada model pembelajaran Discovery Learning (DL)
51
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel ldalam lpenelitian lini lada ltiga ljenis lyaitu lvariable lbebas,terikat,dan
kontrol.
52
Eksperimen II T3 X2 T4
Keterangan:
X1 : Perlakuan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
X2 : Perlakuan dengan model pembelajaran Discovery Learning (DL)
T1 : Tes awal pada kelas eksperimen 1
T2 : Tes akhir pada eksperimen 1
T3 : Tes awal pada eksperimen 2
T4 : Tes akhir pada eksperimen 2
4. Ikatan lkimia lmerupakan lgaya lyang lmengikat ldua latom latau llebih
untuk lmembuat lsenyawa latau lmolekul lkimia. lSuatu lmateri lyang
dimana mengajarkan ltentang likatan lion, likatan lkovalen, likatan lkovalen
koordinasi ldan likatan llogam lkaitannya ldengan lsifat lzat.
Dalam lpenelitian lini linstrument lyang ldi lgunakan lyaitu linstrumen tes.
Instrumen ltes lberupa lsoal lpilihan lberganda.
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif (soal
pilihan berganda) pretest dan posttest untuk mengukur hasil belajar
kognitif.Jumlah soal sebelum di validasi 40 soal.Sebelum di evaluasi,test akan di
standarisasi menggunakan prosedur standar untuk standarisasi test,pertanyaan
dalam tes evaluasi akan di validasi,reabilitas dengan menggunakan statistik,maka
jumlah soal yang di gunakan sebanyak jumlah soal yang telah valid.
Pretest ldiberikan lkepada lsampel lsebelum lperlakuan
(treatment).Posttest ldiberikan lsetelah lselesai lproses lperlakuan l(treatment).
Bentuk ltes lhasil lbelajar lkimia lsiswa ladalah lpilihan lberganda lyang
mencakup l4 lkawasan lkognitif lmenurut ltaksonomi lbloom lyaitu lC1 lsampai
dengan lC4. lJumlah lsoal lyang ldigunakan luntuk lpenelitian lsebanyak l20 butir
soal.
Instrumen lyang lvalid lberarti lalat lukur lyang ldigunakan ltelah ltepat
untuk lmengukur lapa lyang lhendak ldi lukur.Untuk lmenguji lvaliditas litem
instrument lmaka lisntrumen ltersebut lharus ldiuji lcobakan lke lsiswa lyang
sudah lpernah lmempelajari lIkatan lkimia lyaitu lkelas lX lIPA ldan ldi lanalisis
dengan lanalisis litem. lValiditas litem ldilakukan ldengan lmenghitung lkorelasi
antara lsetiap lskor litem linstrument ldengan lanalisis litem. lValiditas litem
dilakukan ldengan lmenghitung lkorelasi lantara lsetiap lskor litem linstrument
55
Rxy = N∑XY-(∑X)(∑Y)
√{𝑁∑𝑋 2 − (𝑋)2}{𝑁∑𝑌 2 − ∑𝑌)2}
Keterangan:
RXY :Koefisien Validitas tiap tes
X :Skor Butir tes yang akan di hitung validitasnya
Y :Skor total
N :Jumlah responden
Koefisien lvaliditas lyang ldi lperoleh l(RXY) ldibandingkan ldengan lnilai-
nilai lr ltable lproduct lmoment ldengan lderajat lbebas l(db= lN-2) lpada lα l=
0,05 ldengan lkriteria:jika lrhit l> lr ltable,maka lbutir ltes ltersebut ldikatakan
Valid l(Silitongan, l l2011).
𝐾 𝑆 2 −∑𝑝𝑞
r 11 = (𝑘−1)( )
𝑆2
Keterangan:
r 11 = Realiabilitas instrument
56
(∑ 𝑋2 )
2 2 ∑𝑋 2 −
ꭤ = ∑X - 𝑁
𝑁
Keterangan:
∑X2 = Jumlah skor kuadrat
(∑X)2 = Kuadrat dari jumlah skor
N = Jumlah peserta tes
Untuk lmenafsirkan lkeberartian lharga lrealibilitas ltiap lsoal lmaka harga
tersebut ldi lkonsultasikan lke ltable lharga lkritik lr lproduct lmoment,dengan
kriteria lr lhitung>r ltable luntuk ltara lnyata lα l= l0,05 maka soal reliable
Untuk lmenghitung ltaraf lkesukaran ltes lpada lbutir lsoal ldapat ldi lhitung
dengan lrumus:
𝐵
P = 𝐽𝑆
Keterangan:
P =Tingkat kesukaran
B =Banyaknya siswa menjawab yang benar
JS =Jumlah siswa peserta tes
Taraf kesukaran dapat dikonsultasikan dengan:
Soal dengan P = 0,00-0,30 adalah sukar
Soal dengan P = 0,31 -0,70 adalah sedang
Soal dengan P = 0,70 -1,00 adalah mudah
𝐵𝐴 𝐵𝐵
D= - =PA-PB
𝐽𝐴 𝐽𝐵
Keterangan l:
D l= lDaya lpembeda ltes
JA l= lBanyaknya lpeserta lkelas latas
JB l= lBanyaknya lpeserta lkelas lbawah
BA l= lBanyaknya lpeserta lkelas latas lyang lmenjawab lbenar
BB l= lBanyaknya lpeserta lkelas lbawah lyang lmenjawab lbenar
PA l= lProporsi lpeserta lkelas latas lyang lmenjawab lbenar
PB l= lProporsi lpeserta lkelas lbawah lyang lmenjawab lbenar
Tes pada penelitian ini terdiri atas pretest dan posttest. Untuk mengetahui
pemahaman awal siswa digunakan Pretest yang dilakukan diawal penelitian
sebelum sampel diberikan perlakuan. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar
siswa digunakan posttest yang dilakukan diakhir penelitian setelah sampel diberi
perlakuan. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda-beda akan didapatkan data
yang akan dijadikan jawaban dari rumusan masalah penelitian.
58
1.Nilai lpretest ldan lposttest ldari lsetiap lsiswa ldi lkelas leksperimen lI
dan lkelas l l l
ekperimen lII lditabulasi llalu lmenghitung lrata-rata l(mean) ldan lstandar
deviasi ldari ldata lpretest ldan ldata lposttest
2.Melakukan luji lpersyaratan lanalisis lstatistik lterutama luji lnormalitas
dan luji lhomogenitas lpada ldata lpretest,dan ldata lposttest luntuk
mengetahui lkenormalan ldan lhomogenitas lsuatu ldata.Menetapkan luji
statistic lyaitu lUJi-t lpihak lkiri ldan lpihak lkanan luntuk ldapat ldi ltarik
kesimpulan lsebagai ljawaban ldari lrumusan lmasalah lyang lsudah ldi
sajikan lsebelumnya
60
Pemilihan populasi
Pemilihan sampel
Pretest
Post test
Pengumpulan data
Analisiss data
Penarikan Kesimpulan
61
Dalam lpenelitian lini ldata lyang ldi lolah ladalah lpeningkatan lhasil
belajar lsiswa ldari lmasing-masing lkelas. lTeknik lanalisis ldata lyang ldi
gunakan ladalah lanalisis ldengan lmenggunakan lrumus lUji-T lsebelum
melakukan lUji-t ltersebut, lterlebih ldahulu ldilakukan llangkah-langkah lberikut:
√∑(𝑋𝑖−𝑋)2
S= 𝑛−1
Dimana :
( Xi-X)2 = Simpangan Kuadrat
Xi = Nilai siswa
N = Jumlah sampel
2. Uji Normalitas
Uji lnormalitas ldigunakan luntuk lmembedakan ldata lstatistik
yang lakan ldi lanalisis lterdistribusi lnormal latau ltidak.Uji lnormalitas
yang ldi lgunakan ldalam lpenelitian lini ladalah luji lchi-kuadrat.
62
3.Uji Homogenitas
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
F= … .7
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
5.Uji Hipotesis
(𝑋1−𝑋2)
t hitung =√(𝑛1−1) 𝑆12+(𝑛2−1) 𝑆22 1 1
( + )
𝑛1+𝑛2−2 𝑛1 𝑛2
Dimana:
t = harga t perhitungan
X1 =skor rata-rata kelompok eksperimen I
X2 =skor rata-rata kelompok eksperimen II
N1 = Jumlah sampel eksperimen I
N2 = Jumlah sampel eksperimen II
𝑆 2 1=Varians pada kelas eksperimen I
𝑆 2 2= Varians pada kelas eksperimen I
Cara menguji dengan kriteria tolak Ho jika t hitung > t table yang lainnya
di terima Ha. Pengujian ldilakukan lpada ltaraf lsignifikan l5 l% ldan ldk l=N1 l=
N2-2.
64
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
2 Tidak Valid 2 6 12 13 17 30 39
65
Soal lyang lbaik ladalah lsoal lyang ltidak lterlalu lsulit ldan ltidak lterlalu
mudah.Dilakukannya lanalisis ltingkat lkesukaran lguna luntuk lmengetahui linstrument ltes
yang ldigunakan ldalam lkategori lsukar l(p≤0,20), lsedang l(0,20≤p≤80), latau lmudah
(p≥0,80).Hasil luji ltingkat lkesukaran l40 lbutir lsoal lyang ldiujikan ldiperoleh lhasil lbahwa 35
butir lsoal ltermasuk ldalam lkategori lsedang, l5 lbutir lsoal lyang lmudah ldan l l0 l lbutir lsoal
yang ltermasuk lsukar.Adapun lkategori ltingkat lkesukaran ldari lbutir lsoal lditunjukkan lpada
tabel l4.1.2.Dan luntuk llebih ljelas lmengenai lhasil lperhitungan ldaya lpembeda ldapat ldilihat
pada llampiran l6.
1 Sukar -
2 Sedang 1 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
34 35 36 37 38 39 40
1 Jelek 2
2 Cukup 1 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 15 17 20 21 25 26
27 28 29 30 33 35 36 37 38 39 40
3 Baik 10 14 16 18 19 22 23 24 31 32 34
4 Baik sekali -
Hasil perhitungan untuk uji homogenitas untuk data posttest kedua kelas,eksperimen 1
dan eksperimen 2 dengan membandingkan F hitung dan f tabel dikatakan homogeny apabila
harga F hitung<F tabel pada taraf signifikan α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini.
Untuk nilai posttest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berdasarkan tabel nilai
untuk distribusi F dengan taraf nyata α=0,05 dan db pembilang 33 serta db penyebut 33 sehingga
F tabel F 0,05 (33,33) = 1,78 karena harga F hitung<F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data posstest
kedua kelas tersebut homogeny (Lampiran).
Dari hasil yang diperoleh tersebut yaitu t hitung>t tabel ( 5,63>1.66),maka Ho ditolak dan Ha
diterima.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Problem Based Learning terhadap
hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia,ada pengaruh Discovery Learning terhadap hasil
belajar siswa pada materi ikatan kimia,dan ada perbedaan hasil belajar siswa pada materi Ikatan
Kimia dengan model Problem Based Learning (PBL) dan Discovery Learning (DL).Untuk
perhitungan hipotesis dapat dilihat pada lampiran
4.3 Pembahasan
Penelitian ini telah dilakukan di kelas X-2 dan X-4 SMA NEGERI 1 SILIMA PUNGGA-
PUNGGA dengan menggunakan perlakukan berbeda,dimana proses pembelajaran di kelas
eskperimen 1 (X-2) menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelas
eksperimen 2 (X-4) dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.Dalam
pelaksanaannya,penggunaan model Problem Based Learning memiliki fase-fase yang harus di
lakukan ,yakni pertama memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa dengan
cara guru (si peneliti) membahas tujuan pembelajaran,mendeskripsikan dan memotivasi siswa
untuk terlihat dalam kegiatan mengatasi masalah.Kedua,mengorganisasikan siswa untuk meneliti
dengan cara guru membantu siswa untuk mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas
belajar yang terkait dengan permasalahannya.Ketiga,membantu menyelidiki secara kelompok
dengan cara guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, mencari penjelasan
dan solusi.Keempat,mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja dengan cara guru
membantu mereka untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka berupa kesimpulan.
70
Langkah yang selanjutnya adalah peneliti memberi perlakuan yang berbeda pada masing-
masing kelas sebanyak 3 kali pertemuan.Pada kelas eksperimen 1( X-2) memiliki nilai rata-rata
posttest 87,5 dan pada kelas eksperimen 2 (X-4) memiliki nilai pretest 81,29.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil posttest siswa yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model Discovery learning.Berdasarkan
pengujian normalitas data dilakukan menggunakan Chi-Kuadrat,diperoleh bahwa nilai posttest
kedua kelompok sampel memiliki data yang normal,pada taraf siginifikan 95 % α =0,05) dan
N= 34 untuk kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Setelah data di uji normalitas dan
homogenitasnya maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan uji T
dengan kriteria T hitung > T tabel maka Ha di terima dan Ho di tolak.Pada pengujian hipotesis
ini T hitung> T tabel (5,63>1,66) sehingga Ha di terima berarti ada pengaruh pembelajaran
Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia, ada pengaruh
pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia,dan
terdapat perbedaan pembelajaran Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap
hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia.
71
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian,perhitungan data dan pengujian hipotesis, peneliti
memperoleh kesimpulan sebagai berikut
1. Ada pengaruh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada materi ikatan kimia.Dari hasil yang di
peroleh tersebut yaitu t hitung>t tabel ( 5,63<1,66)
2. Ada pengaruh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada materi ikatan kimia.Dari hasil yang di
peroleh tersebut yaitu t hitung>t tabel ( 5,63<1,66)
3. ada perbedaan hasil belajar siswa pada materi Ikatan Kimia dengan model Problem
Based Learning (PBL) dan Discovery Learning (DL). Dari hasil yang di peroleh tersebut
yaitu t hitung>t tabel ( 5,63<1,66)
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka sebagai tindak
lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi guru dan calon guru yang ingin menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
hendaknya mampu menguasai kelas dan mengatur waktu dengan baik supaya sintaks dari model
PBL dengan pendekatan saintifik dapat berjalan dengan baik dan efisien.
2. Untuk pengelolaan kelas eksperimen melalui model pembelajaran Discovery Learning
dibutuhkan durasi waktu yang lebih lama agar guru dapat mengontrol kegiatan siswa pada sanat
melakukan eksperimen di kelas.
72