Anda di halaman 1dari 22

TUGAS LANDASAN PENDIDIKAN

“MAKALAH UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN”

DISUSUN OLEH :
AGIDIA KARINA
1805112355

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Sumardi, M. Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini diharapkan mampu membantu saya dalam memperdalam mata kuliah
Landasan Pendidikan dalam kegiatan belajar. Selain itu, makalah ini diharapkan agar
dapat menjadi referensi para pembaca agar bisa mengetahui dan mendalami tentang
unsur-unsur pendidikan.
Oleh karena itu, makalah ini diharapkan agar pembaca menyadari bahwa pendidikan
adalah apa yang kita peroleh melalui belajar, berupa pengetahuan, nilai-nilai, dan
keterampilan-keterampilan. Sebagai suatu proses pendidikan melibatkan perbuatan
belajar itu sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, dunia pendididkan mengalami
perkembangan yang signifikan. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada para
pembaca yang sudah berkenan membaca makalah ini dengan tulus dan ikhlas. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi saya dan pembaca. Amin.
Akhirnya saya sebagai penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sekalian, demi kesempurnaan makalah ini dan demi
kesempurnaan penulisan selanjutnya.

Pekanbaru, 03 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR….............................................................................................................i

DAFTAR ISI…............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2

1.3 TUJUAN PENULISAN........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN............................................................................................3


2.2 PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT PAKAR….....................................................3
2.3 PENGERTIAN PENDIDIKAN BERDASARKAN FUNGSI…..........................................5
2.4 TUJUAN PENDIDIKAN......................................................................................................7
2.5 ASAL-USUL TUJUAN PENDIDIKAN...............................................................................8
2.6 KEGIATAN PENDIDIKAN.................................................................................................9
2.7 PROSES PENDIDIKAN.......................................................................................................9
2.8 UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN........................................................................................10
2.9 PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM....................................................................................13
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................17

3.2 SARAN.................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................19

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri agar menjadi manusia
yang mempunyai nilai tri-kompetensi dasar, yaitu: intelektualitas, humanitas, dan religiusitas.
Karena itu pendidikan merupakan agen of change untuk mengubah diri sendiri dan masyarakat
sekitar. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 2009:
1) Selain itu pendidikan adalah konsep yang memberikan apresiasi dan pemahaman yang seluas-
luasnya terhadap peserta didik untuk memahami keragaman budaya sebagai realitas sosial yang
tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Melalui pendidikan, keberadaan, sifat, dan hakikat manusia senantiasa menarik untuk
dipelajari dan digali dari berbagai berbagai macam sudut pandang disiplin ilmu. Pendidikan
bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan benih untuk menjadi manusia seutuhnya.
Manusia siapapun, sebagai apapun, di mana dan kapan pun berada, berhak atas pendidikan.
Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam perwujudannya sebagai individu yang
terpadu dengan masyarakat. Dua sisi perwujudan ini dipandang penting pada proses pendidikan
agar di kemudian hari manusia dapat menemukan jati dirinya sebagai manusia (Suradi, 2012: 5).

Namun seperti yang kita ketahui bersama di Indonesia sendiri, kualitas pendidikan masih
sangat memperihatinkan, peserta didik yang seharusnya mendapat pendidikan yang layak masih
belum bisa mendapatkan haknya sebagai peserta didik. Hal ini menandakan bahwa kesadaran
akan kepedulian tentang pentingnya pendidikan terutama dalam tahap perkembangan peserta
didik bagi masyarakat maupun pemerintah masih sangat rendah. Masyarakat sering mengatakan
bahwa pendidikan tinggi hanya untuk orang-orang yang mampu dan memiliki kemampuan
ekonomi yang cukup bahkan lebih.

Oleh karena itu pada makalah ini penulis mengambil suatu tema atau judul tentang
pengertian dan unsur-unsur suatu pendidikan. Karena dengan mengetahui suatu pengertian
tentang pendidikan maka kita akan mengetahui betapa pentingnya pendidikan bagi pembentukan
suatu karakter bangsa. Selain itu dengan mengetahui tentang unsur-unsur pendidikan yang mana
merupakan suatu pendukung dalam menunjang pendidikan, maka akan tercapailah suatu tujuan
pendidikan yang diinginkan. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang bagaimana unsur-unsur
pendidikan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apakah pengertian pendidikan?


2. Apakah pengertian pendidikan menurut para pakar?
3. Apakah pengertian pendidikan berdasarkan fungsi?
4. Apa saja tujuan pendidikan?
5. Bagaimana asal-usul tujuan pendidikan?
6. Bagaimana kegiatan pendidikan?
7. Bagaimana proses pendidikan berlangsung?
8. Apa saja unsur-unsur pendidikan?
9. Bagaimana pendidikan sebagai sistem?

1.3 Tujuan Penulisan

Dengan rumusan masalah di atas diharapkan dapat mengetahui tujuan penulisan dari
makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian pendidikan.


2. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian pendidikan menurut para pakar.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian pendidikan berdasarkan fungsi.
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang tujuan pendidikan.
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang asal-usul tujuan pendidikan.
6. Untuk mengetahui dan memahami tentang kegiatan pendidikan.
7. Untuk mengetahui dan memahami tentang proses pendidikan berlangsung.
8. Untuk mengetahui dan memahami tentang unsur-unsur pendidikan.
9. Untuk mengetahui dan memahami tentang pendidikan sebagai sistem.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “educare”, dalam bahasa latin memiliki konotasi melatih dan
menjinakkan. Jadi, pendidikan merupakan suatu proses membantu, menumbuhkan
mengembangkan potensi diri, mendewasakan. Educere, pendidikan dipandang sebagai proses
pembimbingan dimana terdapat yang memimpin dan yang dipimpin. Agar manusia keluar dari
keterbatasan fisiknya dan mampu bekerjasaa dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan
memberdayakan diri. Arti pendidikan itu sendiri juga menimbulkan berbagai macam pandangan,
termasuk bagaimana pendidikan harus diselenggarakan dan metode seperti apa yang harus
dipakai (Soyomukti, 2015: 21-22).

Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogy” yang mengandung
makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang
mengantar dan menjemput dinamakan “ paeda gogos”. Dalam bahasa Romawi pendidikan
diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam
bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih
intelektual (Muhajir, 2000: 20 dalam Kadir, dkk, 2012: 59). Banyak pendapat yang berlainan
tentang pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu
keseragaman arti.

2.2 Pengertian Pendidikan Menurut Pakar:

1. Edgar Dalle

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan
diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

2. Thompson

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan


perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran, dan sifatnya.
3
3. M.J. Longeveled

Bahwa pendidikan merupakan usaha pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang


diberikan kepada anak agar tertuju pada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak
agar cukup cakap melakukan tugas hidupnya sendiri.

4. Plato

Ia adalah filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M mengatakan bahwa :
“Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan
sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.”

5. Aristoteles

Ia adalah filosof terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun
384 SM-322 SM) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk
pengajaran”.

6. Ibnu Muqaffa

Ia salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab
Kalilah dan Daminah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk
mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman,
dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan
akal dan rohani.”

7. Rousseau

Ia adalah seorang filosof Prancis, 1712-1778 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan ialah


pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan
tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa”.

4
8. James Mill

Ia adalah seorang filosof Inggris, 1773-1836) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu harus
menjadikan seseorang cakap, agar dia menjadi orang yang senantiasa berusaha mencapai
kebahagiaan untuk dirinya terutama dan untuk orang lain selainnya.”

9. John Dewey

Ia adalah filosof Chicago, 1859 M – 1952 M, mengatakan bahwa : ” Pendidikan adalah


membentuk manusia baru melalui perantaraan karakter dan fitrah, serta dengan mencontoh
peninggalan – peninggalan budaya lama masyarakat manusia.”

10. Jean-Jacques Rousseau

Ia adalah filosof swiss 1712-1778 menurutnya : “Pendidikan adalah memberi kita


perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa.”

11. Ki Hajar Dewantara

Ia adalah Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 – 1959, merumuskan pengertian


pendidikan sebagai berikut : “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi
pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan
alam dan masyarakatnya”.

2.3 Pengertian Pendidikan Berdasarkan Fungsi

1. Pendidikan Sebagai Transformasi Budaya


a. Pendidikan merupakan pewarisan budaya.
b. Nilai-nilai kebudayaan mengalami proses transformasi dari generasi tua ke
generasi muda.
c. Pendidikan berfungsi menyiapkan anak didik untuk hari esok.

5
2. Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Pribadi
a. Pendidikan merupakan kegiatan sistematis: yaitu melalui tahap-tahap
berkesinambungan (procedural).
b. Sistematik: pendidikan berlangsung dalam semua situasi kondisi, disemua
lingkungan yang saling mengisi (rumah, sekolah, masyarakat).

3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara

Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan terencana untuk membekali peserta didik
agar menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang baik diartikan selaku pribadi yang
tahu hak dan kewajiban sebagai warga negara, hal ini ditetapkan dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat
2.
4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja

Pendidikan diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memilki bekal
dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kerja.

5. Definisi Pendidikan menurut GBHN 1988

GBHN 1988 memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut:


Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila
serta UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat
bangsa,mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa keoada
Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat disekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhab pembangunan nasianal dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa

6
2.4 Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul
dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam
segala aspek kehidupan.

Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemerintah ini, maka
usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas. Pada
intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan pada
intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan
tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.

Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan
semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki kebutuhan dan perhatian yang
spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada
kurikulum yang pasti dan ditentukan berlaku secara umum. Tujuan pendidikan memuat
gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.
Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan
dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Dalam menentukan tujuan pendidikan ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan, seperti
yang dikemukakan oleh Hummel (1977: 39) antara lain:
a. Authonomy. Gives individuals and groups the maximum awareness, knowledge and ability
so that they can manage their personal and collective life to the greates possible extent.
b. Equity. Enable all citizens to participate in cultural and economic life by coffering them an
equal basic education.
c. Survival. Permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the
generations, but also guiide education towards mutual understanding and towards what has
become a worldwide realizations of common destiny.

7
Tujuan pendidikan harus mengandung ketiga nilai tersebut. Pertama, autonomy yaitu
memberikan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan secara maksimum kepada individu
maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih
baik. Kedua, equity (keadilan) yang berarti bahwa warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi
dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi dengan memberikannya pendidikan dasar
yang sama. Ketiga, survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan
kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

Berdasarkan ketiga nilai diatas, pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi
yang lebih baik, manusia yang berkebudayaan. Manusia sebagai individu yang memiliki
kepribadian yang lebih baik. Nilai-nlai tersebut menggambarkan pendidikan dalam suatu konteks
yang sangat luas, menyangkut kehidupan seluruh umat manusia dimana digambarkan bahwa
tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan suatu kehidupan yang lebih baik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk
kehidupan.
2. Memberi arah kegiatan dan merupakan sesuatu yang ingin di capai.
3. Setiap pendidik harus memahami tujuan pendidikan.
4. Tujuan pendidikan sebagai orientasi kelembagaan.
5. Tujuan pendidikan sebagai motivator bagi individu.
6. Tujuan pendidikan sebagai kriteria evaluasi kinerja pendidikan.

2.5 Asal Usul Tujuan Pendidikan

1. Mempersiapkan anak memasuki kehidupan sosial orang sosial orang dewasa.


2. Ditentukan oleh tujuan politis masyarakat.
3. Analisis situasi sosial aktual kontemporer.
4. Analisis historis lembaga sosial/pendidikan.
5. Konteks tempat masyarakat hidup.

8
2.6 Kegiatan Pendidikan

1. Kegiatan Manusiawi, yaitu pendidikan membuat manusia membuka diri terhadap


dunia. Manusia memanusiakan manusia.
2. Tindakan Edukatif, yaitu individu membaktikan diri dan setia pada nilai yang di
yakini.
3. Tindakan Didaktis, tertuju pada proses pengajaran dan objek pembelajaran, secara
lebih khusus adalah proses pengajaran dalam lembaga pendidikan.

2.7 Proses Pendidikan

1. Mobilisasi semua komponen pendidikan oleh pendidik untuk mencapai tujuan


pendidikan.
2. Proses sangat menentukan kualitas hasil pencapai tujuan pendidikan.
3. Kualitas: komponen & pengelolaan.
4. Tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal.
5. Pengelolaan dalam lingkup:
a. Makro : UU Pendidikan, PP, SK Materi, SK Dirjen.
b. Meso : Implikasi kebijakan nasional ke operasional dalam ruang lingkup wilayah
dibawah tanggung jawab provinsi/kabupaten/kota.
c. Mikro : Aplikasi kebijakan pendidikan disekolah/dikelas.

9
2.8 Unsur-unsur Pendidikan

1. Peserta Didik

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung


menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri-ciri khas dari peserta didik:

a. Insan yang unik.


b. Memiliki potensi fisik dan psikis yang khas.
c. Individu yang sedang berkembang.
d. Membutuhkan bimbingan dan perlakukan manusiawi.
e. Memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dengan sasaran peserta didik. Sebagai seorang pendidik yang memahami akan fungsi dan
tugasnya, guru khususnya ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar,
disertai pula dengan seperangkat latihan ketrampilan keguruan dan pada kondisi itu pula
ia belajar mempersosialisasikan sikap keguruannya. Kewibawaan :
a. Pancaran batin yang dapat menimbulkan pada orang lain sikap untuk mengakui,
menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan tersebut.
b. Kewibawaan muncul karena peserta didik memerlukan perlindungan, bantuan,
bimbingan dan sebagainya dari pendidik.
c. Kemampuan mendidik, dikembangkan pengkajian ilmu pengetahuan tentang
kependidikan dan pengetahuan pekerjaan.

10
3. Interaksi Edukatif antara Pendidik dengan Peserta Didik
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan
secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi,
metode, serta alat-alat pendidikan.

4. Materi atau Isi Pendidikan


Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang
akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun
muatan lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan
persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebinekaan
kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa dan semangat
bineka tunggal ika dapat ditumbuhkembangkan.

5. Konteks yang Mempengaruhi Pendidikan

a. Alat dan Metode

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan yang khusus dan
istimewa adalah “hukuman” yang pedagogis (mendidik), sehingga dapat memperbaiki diri. Alat
pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan kuratif.
1. Alat yang preventif, adalah yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman.
2. Alat yang kuratif, adalah bermaksud memperbaiki misalnya ajakan, contoh, nasihat,
dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman.

11
Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Kesesuaian dengan peserta didik.
3. Kesesuaian dengan pendidik sebagai si pemakai.
4. Kesesuaian dengan situasi dan kondisi saat digunakannya alat tersebut.

b. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan biasanya disebut dengan tri pusat pendidikan, yaitu keluarga,
sekolah, dan masayrakat. Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan
pendidikan). Lingkungan pendidikan sering dijabarkan dengan keluarga, sekolah, dan
masyarakat (Triwijayanto, 2014: 25). Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai tripusat
pendidikan tersebut, yaitu: a.

1. Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
karena hubungan semenda dan sedarah. Fungsi dan peranan keluarga, di samping pemerintahan
dan masyarakat, dalam Sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja,
akan tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Dalam UU RI
No 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas yang menegaskan fungsi dan peranan keluarga dalam
pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun Indonesia seutuhnya. Lingkungan keluarga
merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan karena itu tugas pendidikan adalah
mencari cara, membantu para ibu dalam setiap keluarga agar dapat memdidik anaknya secara
optimal (Tirtarahardja & La Sulo, 2008: 168-170).

2. Sekolah

Sekolah merupakan sarana yang sengaja diancang untuk melaksanakan pendidikan. Dalam
kemajuan suatu zaman, keluarga tidak mungkin lagi dapat eemenuhi seluruh kebutuhan dan
aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju suatu
masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam proses pembangunan masyarakat. Sekolah
seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia sebagai individu, warga
masyarakat, warga negara, dan warga dunia masa depan (Tirtarahardja & La Sulo, 2008: 173). c.

12
3. Masyarakat

Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan maupun yang


tidak dilembagakan. Lambaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat,
baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif. Fungsi
masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari
masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Di Indonesia sendiri,
perkembangan masyarakat itu sangat bervarisi sehingga wujud sosial kebudayaan dalam
masyarakat dalam dewasa ii memiliki tipe yang berbeda-beda (Tirtarahardja & La Sulo, 2008:
179).
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan
jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung
maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun
yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-
hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk
meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan
memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul,
dan sebagainya.

2.9 Pendidikan Sebagai Sistem

1. Pengertian Sistem
Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang berarti sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem
adalah suatu kesatuan integral dari sejumlah komponen. Komponen-koponen tersebut satu sama
lain saling berpengaruh dengan fungsinya masing-masing, tetapi secara fungsi komponen-
koponen itu terarah pada pencapaian satu tujuan (yaitu tujuan dari sistem ).

13
Beberapa definisi sitem menurut para ahli:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan
atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang
kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi
untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan
sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)

2. Unsur-unsur Sistem
a. Ada satu kesatuan organis.
b. Adanya komponen yang membentuk kesatuan organis.
c. Adanya hubungan keterkaitan antar komponen satu dengan yang lain maupun antara
komponen dengan keseluruhan.
d. Adanya gerak atau dinamika.
e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

3. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan


Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut
antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan), instrumentalinput(guru, kurikulum),
environmental input(budaya, kependudukan, politik dan keamanan).

4. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sitem Lain dan Perubahan Kedudukan dari
Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang
ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing sebagai sistem. Pendidikan formal,
nonformal, dan informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan
seterusnya.

14
5. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik.
a. Cara Memandang Sistem
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sitem
ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang lebih besar, tidak lain
daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sitem atau dengan kata lain ruang
lingkup suatu permasalahan.
b. Masalah Berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat,
alternatif maslah, dan latar belakang masalah.
c. Analisis Sistem Pendidikan
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan
pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien dan efektif. Prinsip utama dari
penggunaan analisis sistem ialah: bahwa dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya
harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam maslah pendidikan yang akan
dipecahkan.
d. Saling Hubungan Antar Komponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi
komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala
komponen tersebut tidak berhibungan secra fungsional dengan komponen lain.
e. Hubungan Sistem dengan Suprasistem
Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling berhubungan dengan
sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan
satu aspek dari kehidupan. Sdangkan segenap segi kehidupan itu butuhkan, sehingga semuanya
memerlukan pembinaandan pengembangan.

15
6. Keterkaitan antara Pengajaran dan Pendidikan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah:
a. Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Masing-masing saling mengisis.
b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami
lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan
membentuk wadah, sedangkan pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap
meskipun isi bervariasi dan berubah.

7. Pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan


(inservice education) sebagai sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja
dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan
bermaksud memberikan bekal tambahan kepada oramg-orang yang telah bekerja berupa
penataran, kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya
memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan
dalam jabatan.

8. Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.


Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian
jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA, dan PT. Pendidikan nonformal
lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan
informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat
dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya
keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana
ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang
bertujuan memberdayakan diri. Dalam arti luas pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah
segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Dalam arti sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam arti alternatif atau luas
terbatas pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.

Unsur-unsur dalam pendidikan meliputi beberapa hal yang saling terkait. Unsur-unsur
tersebut antara lain tujuan pendidikan, kurikulum, peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, isi
pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Peserta didik berstatus sebagai subjek didik yaitu subjek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan khususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelanggarakan pendidikan interaksi antara peserta didik dengan
pendidik (interaksi edukatif). Interaksi edukatif adalah komunikasi timbal balik antarpeserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar
dan indah untuk kehidupan. Isi pendidikan merupakan materi-materi dalam proses pembelajaran
yang bertujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman cara penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung atau lingkungan
pendidikan yang sering dijabarkan dengan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

17
3.2 Saran

Dengan belajar tentang pengertian dan unsur-unsur pendidikan maka kita bisa tahu
bagaimana bagaimana hakikat pendidikan yang sesungguhnya dan pentingnya pendidikan dalam
proses pembentukan karakter suatu bangsa. Oleh karena itu sebagai generasi muda seharusnya
kita dapat berusaha lebih giat lagi untuk memajukan pendidikan di negara ini dengan terus
berkarya. Tingkatkan rasa kepedulian terhadap pendidikan terutama dalam diri masing-masing.
Jangan hanya karena tingginya biaya pendidikan bisa menghambat kita untuk memperoleh suatu
pendidikan, karena pada hakikatnya kita bisa mendapatkan pendidikan dimana saja, kapan saja,
dan dengan siapa saja tanpa dibatas oleh ruang dan waktu.

18

DAFTAR PUSTAKA
Buku “Landasan Pendidikan” oleh Daeng Ayub Natuna, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Riau, Pekanbaru.

Eka, Erin. 2017. “Makalah Pengertian dan Unsur-Unsur Pendidikan”.


https://www.academia.edu/33514108/PENGERTIAN_DAN_UNSUR_PENDIDIKAN.docx

Diakses pada tanggal 03 Desember 2018

Saputra, Diun. 2016. “Makalah Pengantar Pendidikan”.


https://www.academia.edu/29521387/MAKALAH_Pengertian_dan_Unsur-unsur_Pndidikan

Diaskses pada tanggal 03 Desember 2018

Thohari, Khamim. 2017. “Makalah Pengertian dan Unsur-Unsur Pendidikan”.


http://khamimthoharis.blogspot.com/2017/05/makalah-pengertian-dan-unsur-unsur.html

Diaskses pada tanggal 03 Desember 2018

Rahmah, Aulia. 2013. “Makalah Hakikat dan Unsur-Unsur Pendidikan”.


http://arianiunl4m.blogspot.com/2013/09/makalah-pengantar-pendidikan-hakikat.html

Diaskses pada tanggal 03 Desember 2018

Hana, Rhen. 2014. “Makalah Pengantar Pendidikan – Pendidikan dan Unsur-unsurnya”.

https://rhenniyhanasj.wordpress.com/2014/01/05/makalah-pengantar-pendidikan-pedidikan-dan-
unsur-unsurnya/

Diaskses pada tanggal 03 Desember 2018

Andhira, Raisya. 2012. “Makalah Unsur-Unsur Pendidikan”.


http://raisyaandhira.blogspot.com/2012/12/makalah-unsur-unsur-pendidikan.html

Diaskses pada tanggal 03 Desember 2018

19

Anda mungkin juga menyukai