Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI

PENDAHULUAN

Disusun Oleh:
Septika Liza Alena
F1D219007

PROGRAM STUDI TEKNIK KEBUMIAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang
mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil
yang berukuran mikro. Salah satu pengetahuan yang terdapat pada ilmu
mikropaleontologi adalah planktonik foraminifera (fosil plankton). Fosil ini
sangat banyak ditemukan di berbagai tempat, terutama pada batuan di
dalam tanah, ataupun batuan yang terdapat di dalam laut. Tidak banyak
orang yang mengetahui spesies apa saja yang ditemukan tersebut. Untuk
mengetahui identitas dari fosil tersebut harus dilihat bentuk dan sifat-sifat
fisiknya melalui mikroskop, kemudian bertanya kepada ahlinya ataupun
membaca dari buku referensi.
Fosil yang terdapat di alam mempunyai ukuran yang berbeda-beda,
sehingga penelitian terhadapnya dilakukan dengan cara yang berlainan pula.
Ada yang dilakukan megaskopi, yang artinya penelitian dilakukan dengan
mata telanjang atau dengan pertolongan lensa pembesar. Mempelajari
mikropalentologi didalam ilmu Geologi sangatlah penting karena dari fosil
kita dapat mengetahui umur dari batuan atau lapisan dari batuan sedimen
tersebut. Pada praktikum kali ini kita akan membahas tentang Foraminifera.
Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel tunggal yang hidup
secara aquatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau lebih kamar-
kamar yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang
ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Mikropaleontologi
2. Mengetahui apa itu Foraminifera
3. Mengetahui manfaat dari fosil Foraminifera
1.3 Alat dan Bahan
1. Modul
2. Laptop
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang
mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terlewatkan di alam berupa fosil
yang berukuran mikro, sehingga biasa disebut mikrofosil. Pengetahuan yang
dibahas antara lain adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan
stratigrafi (Maha dkk, 2009).
Kegunaan fosil dalam geologi adalah untuk mengetahui kondisi geografi
dan iklim pada zaman saat fosil hidup, menentukan umur relatif batuan
yang terdapat di alam didasarkan atas kandungan fosilnya, menentukan
lingkungan pengendapan batuan berdasarkan sifat dan ekologi kehidupan fosil
yang yang dikandung batuan dan untuk mengetahui korelasi antar batuan yang
terdapat di alam atau biostratigrafinya yaitu dengan dasar kandungan fosil yang
sejenis atau memiliki umur yang sama (Noor, 2014).
Foraminifera merupakan makhluk hidup yang secara taksonomi ia berada
di bawah salah satu Kingdom Protista, Filum Sarcomastigophora, Subfilum
Sarcodina, Superkelas Rhizopoda dan Kelas Granuloreticulosea serta Ordo
Foraminiferida. Foraminifera berdasarkan cara hidupnya dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu yang pertama foraminifera yang hidup di dasar laut (benthonic
foraminifera) dan yang kedua foraminifera yang hidupnya mengambang
mengikuti arus (panktonic foraminifera). Foraminifera bentonik pertama mulai
hidup sejak Zaman Kambrium sampai saat ini, sedangkan foraminifera
planktonik hidup dari Zaman Jura sampai saat ini. Foraminifer sekalipun tetap
merupakan protozoa bersel satu yang merupakan suatu kelompok organisme-
orgfanisme sangat komplek (Culver Dan Buzas, 1983).
Foraminifera termasuk dalam mikrofosil yang berada pada Filum Protozoa
yang mulai berkembang pada jaman Kambrium sampai Resen.
Mayoritasanggotanya hidup pada lingkungan laut dan mempunyai ukuran 3
mm sampai3 mm. Menurut habitatnya, foraminifera dibagi menjadi foraminifera
planktonic dan bentonik (Haq & Boersma, 1998).
Foraminifera planktonik merupakan jenis foraminifera yang terkelompokkan
oleh organisme laut yang tidak terlalu dalam, yaitu plankton, sedangkan
foraminifera bentik dikelompokkan oleh organisme laut yang lebih dalam, yaitu
bentos. Dari dua jenis foraminifera ini lebih sering digunakan pada ilmu
perminyakan dimana dari kedua jenis fosil itu identik dengan hidrokarbon yang
terdapat pada trap (jebakan). Dalam geologi struktur dimana dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sesar, kekar dan lipatan (Daniel, 2017).
Kumpulan fosil foraminifera planktonik pada batuan sedimen menyediakan
informasi yang berguna tentang keadaan masa lampau kolom air, termasuk
suhu, stratifikasi, dan produktivitas. Seperti banyak organisme laut lainnya,
sebagian besar spesies foraminifera planktonik modern beradaptasi dengan
perubahan rentang suhu dan salinitas. Sebagian besar spesies foraminifera
planktonik yang hidup secara vertikal dikelompokkan dalam zona fotik di mana
persediaan makanan utama berada dan melimpah. Foraminifera ini berperan
penting baik sebagai mangsa maupun predator dalam tingkat trofik jaring-jaring
makanan. Selain menempati relung trofik beragam, foraminifera planktonik
menempati bagian yang berbeda dari setiap kolom air bagian atas, dan sejumlah
spesies akan berubah habitat secara vertikal berdasarkan perubahan-
perubahan kolom air (Hayness,1981).
Perubahan-perubahan vertikal pada lingkungan hidup ini akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seperti peningkatan jumlah
kamar, meningkatkan ukuran tes atau cangkang, dan karakteristik lainnya
seperti ciri morfologi dan perkembangbiakannya. Sebagai contoh, beberapa
takson, yang hidup di perairan fotik dari mixing layer sebagian besar
foraminifera hidup singkat sebelum menambahkan kalsit sekunder dan
tenggelam ke kedalaman yang lebih besar untuk melakukan proses-proses
gametogenesis (pelepasan gamet). Gametogenesis dan pertumbuhan awal dari
foraminifera muda dapat terjadi di sekitar zona dasar lapisan campuran atau
termoklin atas di mana yang optimal untuk organisme fitoplankton
berproduktivitas (Noor, 2009).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dengan judul pendahuluan praktikan belum
melakukan pendeskripsian terhadap maket maket fosil yang akan dipelajari
selama praktikum mikropaleontologi ini berlangsung, mikropaleontologi sendiri
adalah salah satu cabang ilmu geologi yang lebih tepatnya cabang ilmu dari
paleontologi yang membahas mengenai fosil, lain hal nya dengan paleontologi
yang biasanya melakukan penelitian menggunakan cara megaskopi atau mata
telanjang, mikropaleontologi sendiri melakukan penelitian menggunakan cara
mikroskop yang kita ketahui dari namanya mikro berarti kita membahas fosil
dengan ukuran atau skala yang kecil. Fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan
masa lampau atau segala sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah
membantu.
Foraminifera merupakan kelompok hewan bersel satu (amoeba) termasuk
dalam Filum Protozoa dan Kelas Sarcodina yang hidup di laut atau marine.
Foraminifera dibedakan menjadi dua yaitu foraminifera plantonik dan bentonik.
Cangkang foraminifera biasanya terbuat dari kalsium karbonat (CaCO3).
Cangkang foraminifera ada yang terdiri dari satu ruang (satu kamar) sampai
yang terdiri dari banyak ruang (banyak kamar) dan membuat struktur yang
rumit, tapi hal inilah yang membuat perbedaan dalam klasifikasi dan
identifikasi foraminifera. Ukuran cangkang yang bervariasi mulai dari kecil
sekitar 1 mm sampai yang berukuran besar 1 cm. Cangkang foraminifera yang
bermacam-macam berguna untuk melindungi diri dari pemangsa, sebagai
pembatas dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, sebagai
tempat untuk material yang dikeluarkan, sebagai alat bantu dalam reproduksi,
untuk memudahkan dalam perpindahan organisme dan sebagai alat bantu
dalam pertumbuhan sel.
Faktor-faktor lingkungan (ekologi) yang mempengaruhi kehidupan dari
foraminifera antara lain adalah temperatur atau suhu lingkungan, salinitas
atau kadar garam, kedalaman, nutrisi atau bahan makanan, substrat, pH,
kekeruhan air, intensitas Cahaya, kadar oksigen, kadar CaCO3, arus dan
pasang surut dan faktor-faktor ekologis yang lain.Adapun ciri-ciri umum
daripada foraminifera plankton adalah sebagai berikut, yaitu test nya bulat,
susunan kamar umumnya trochospira, komposisi test gamping hyalin, hidup
dengan cara mengambangkan diri pada permukaan laut. Foraminifera
planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat pada praktikum kali ini:
1. Mikropaleontologi cabang ilmu paleonteologi yang khusus membahas
semua sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikrofosil yang dibahas
antara lain adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan
mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi.
2. Foraminifera adalah organisme bersel tunggal yang hidup secara aquatik
(terutama hidup dilaut), mempunyai satu atau lebih kamar-kamar yang
terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang
ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen).
3. Manfaat dari fosil foraminifera diantaranya yaitu untuk mengetahui
umur dari batuan atau lapisan sedimen serta bagaimana kondisi
lingkungan pada saat itu.
4.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya di harapkan agar praktikan memahami
modul yang telah diberi agar penyampaian materi dari dari asisten praktikum
lebih dipahami lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Culver, S.J., And Buzas, M.A. 1983. Benthic foraminifera at the shelfbreak:
North American Atlantic and Gulf margins: in Stanley, D.J., and Moore,
G.T., eds., The Shelfbreak: Critical Interface on Continental Margins.
Daniel.A.O.T.2017. Sistem Pakar Penentuan Jenis Planktonik Foraminifera
Berbasis Web Dengan Metode Forward Chaining. Jurnal Ilmiah
Teknologi Informasi Terapan. Vol.4 (1).
Haq B. U., & Boersma A. 1998. Introduction to Marine Micropaleontology.
Singapura : Elsevier Science.
Hayness, J.R. 1981. Foraminifera. Mac-millan Publishers, LTD. London: 555 pp.
Leckie, R. Mark & H.C.
Maha, Mahap., dkk. 2009. Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi,
Laboratorium Mikropaleontologi, Jurusan Teknik Geologi UPN
”Veteran” Yogyakarta : Yogyakarta.
Noor, D. (2009). Pengantar Geologi. Bogor: CV. Graha Ilmu.
Noor Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta : Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai