FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang berukuran mikro. Salah satu pengetahuan yang terdapat pada ilmu mikropaleontologi adalah planktonik foraminifera (fosil plankton). Fosil ini sangat banyak ditemukan di berbagai tempat, terutama pada batuan di dalam tanah, ataupun batuan yang terdapat di dalam laut. Tidak banyak orang yang mengetahui spesies apa saja yang ditemukan tersebut. Untuk mengetahui identitas dari fosil tersebut harus dilihat bentuk dan sifat-sifat fisiknya melalui mikroskop, kemudian bertanya kepada ahlinya ataupun membaca dari buku referensi. Fosil yang terdapat di alam mempunyai ukuran yang berbeda-beda, sehingga penelitian terhadapnya dilakukan dengan cara yang berlainan pula. Ada yang dilakukan megaskopi, yang artinya penelitian dilakukan dengan mata telanjang atau dengan pertolongan lensa pembesar. Mempelajari mikropalentologi didalam ilmu Geologi sangatlah penting karena dari fosil kita dapat mengetahui umur dari batuan atau lapisan dari batuan sedimen tersebut. Pada praktikum kali ini kita akan membahas tentang Foraminifera. Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel tunggal yang hidup secara aquatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau lebih kamar- kamar yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen). 1.2 Tujuan 1. Mengetahui apa itu Mikropaleontologi 2. Mengetahui apa itu Foraminifera 3. Mengetahui manfaat dari fosil Foraminifera 1.3 Alat dan Bahan 1. Modul 2. Laptop BAB II KAJIAN PUSTAKA Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terlewatkan di alam berupa fosil yang berukuran mikro, sehingga biasa disebut mikrofosil. Pengetahuan yang dibahas antara lain adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan stratigrafi (Maha dkk, 2009). Kegunaan fosil dalam geologi adalah untuk mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil hidup, menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas kandungan fosilnya, menentukan lingkungan pengendapan batuan berdasarkan sifat dan ekologi kehidupan fosil yang yang dikandung batuan dan untuk mengetahui korelasi antar batuan yang terdapat di alam atau biostratigrafinya yaitu dengan dasar kandungan fosil yang sejenis atau memiliki umur yang sama (Noor, 2014). Foraminifera merupakan makhluk hidup yang secara taksonomi ia berada di bawah salah satu Kingdom Protista, Filum Sarcomastigophora, Subfilum Sarcodina, Superkelas Rhizopoda dan Kelas Granuloreticulosea serta Ordo Foraminiferida. Foraminifera berdasarkan cara hidupnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang pertama foraminifera yang hidup di dasar laut (benthonic foraminifera) dan yang kedua foraminifera yang hidupnya mengambang mengikuti arus (panktonic foraminifera). Foraminifera bentonik pertama mulai hidup sejak Zaman Kambrium sampai saat ini, sedangkan foraminifera planktonik hidup dari Zaman Jura sampai saat ini. Foraminifer sekalipun tetap merupakan protozoa bersel satu yang merupakan suatu kelompok organisme- orgfanisme sangat komplek (Culver Dan Buzas, 1983). Foraminifera termasuk dalam mikrofosil yang berada pada Filum Protozoa yang mulai berkembang pada jaman Kambrium sampai Resen. Mayoritasanggotanya hidup pada lingkungan laut dan mempunyai ukuran 3 mm sampai3 mm. Menurut habitatnya, foraminifera dibagi menjadi foraminifera planktonic dan bentonik (Haq & Boersma, 1998). Foraminifera planktonik merupakan jenis foraminifera yang terkelompokkan oleh organisme laut yang tidak terlalu dalam, yaitu plankton, sedangkan foraminifera bentik dikelompokkan oleh organisme laut yang lebih dalam, yaitu bentos. Dari dua jenis foraminifera ini lebih sering digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari kedua jenis fosil itu identik dengan hidrokarbon yang terdapat pada trap (jebakan). Dalam geologi struktur dimana dapat digunakan untuk mengidentifikasi sesar, kekar dan lipatan (Daniel, 2017). Kumpulan fosil foraminifera planktonik pada batuan sedimen menyediakan informasi yang berguna tentang keadaan masa lampau kolom air, termasuk suhu, stratifikasi, dan produktivitas. Seperti banyak organisme laut lainnya, sebagian besar spesies foraminifera planktonik modern beradaptasi dengan perubahan rentang suhu dan salinitas. Sebagian besar spesies foraminifera planktonik yang hidup secara vertikal dikelompokkan dalam zona fotik di mana persediaan makanan utama berada dan melimpah. Foraminifera ini berperan penting baik sebagai mangsa maupun predator dalam tingkat trofik jaring-jaring makanan. Selain menempati relung trofik beragam, foraminifera planktonik menempati bagian yang berbeda dari setiap kolom air bagian atas, dan sejumlah spesies akan berubah habitat secara vertikal berdasarkan perubahan- perubahan kolom air (Hayness,1981). Perubahan-perubahan vertikal pada lingkungan hidup ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seperti peningkatan jumlah kamar, meningkatkan ukuran tes atau cangkang, dan karakteristik lainnya seperti ciri morfologi dan perkembangbiakannya. Sebagai contoh, beberapa takson, yang hidup di perairan fotik dari mixing layer sebagian besar foraminifera hidup singkat sebelum menambahkan kalsit sekunder dan tenggelam ke kedalaman yang lebih besar untuk melakukan proses-proses gametogenesis (pelepasan gamet). Gametogenesis dan pertumbuhan awal dari foraminifera muda dapat terjadi di sekitar zona dasar lapisan campuran atau termoklin atas di mana yang optimal untuk organisme fitoplankton berproduktivitas (Noor, 2009). BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pembahasan Pada praktikum kali ini dengan judul pendahuluan praktikan belum melakukan pendeskripsian terhadap maket maket fosil yang akan dipelajari selama praktikum mikropaleontologi ini berlangsung, mikropaleontologi sendiri adalah salah satu cabang ilmu geologi yang lebih tepatnya cabang ilmu dari paleontologi yang membahas mengenai fosil, lain hal nya dengan paleontologi yang biasanya melakukan penelitian menggunakan cara megaskopi atau mata telanjang, mikropaleontologi sendiri melakukan penelitian menggunakan cara mikroskop yang kita ketahui dari namanya mikro berarti kita membahas fosil dengan ukuran atau skala yang kecil. Fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau atau segala sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah membantu. Foraminifera merupakan kelompok hewan bersel satu (amoeba) termasuk dalam Filum Protozoa dan Kelas Sarcodina yang hidup di laut atau marine. Foraminifera dibedakan menjadi dua yaitu foraminifera plantonik dan bentonik. Cangkang foraminifera biasanya terbuat dari kalsium karbonat (CaCO3). Cangkang foraminifera ada yang terdiri dari satu ruang (satu kamar) sampai yang terdiri dari banyak ruang (banyak kamar) dan membuat struktur yang rumit, tapi hal inilah yang membuat perbedaan dalam klasifikasi dan identifikasi foraminifera. Ukuran cangkang yang bervariasi mulai dari kecil sekitar 1 mm sampai yang berukuran besar 1 cm. Cangkang foraminifera yang bermacam-macam berguna untuk melindungi diri dari pemangsa, sebagai pembatas dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, sebagai tempat untuk material yang dikeluarkan, sebagai alat bantu dalam reproduksi, untuk memudahkan dalam perpindahan organisme dan sebagai alat bantu dalam pertumbuhan sel. Faktor-faktor lingkungan (ekologi) yang mempengaruhi kehidupan dari foraminifera antara lain adalah temperatur atau suhu lingkungan, salinitas atau kadar garam, kedalaman, nutrisi atau bahan makanan, substrat, pH, kekeruhan air, intensitas Cahaya, kadar oksigen, kadar CaCO3, arus dan pasang surut dan faktor-faktor ekologis yang lain.Adapun ciri-ciri umum daripada foraminifera plankton adalah sebagai berikut, yaitu test nya bulat, susunan kamar umumnya trochospira, komposisi test gamping hyalin, hidup dengan cara mengambangkan diri pada permukaan laut. Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang di dapat pada praktikum kali ini: 1. Mikropaleontologi cabang ilmu paleonteologi yang khusus membahas semua sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikrofosil yang dibahas antara lain adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi. 2. Foraminifera adalah organisme bersel tunggal yang hidup secara aquatik (terutama hidup dilaut), mempunyai satu atau lebih kamar-kamar yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen). 3. Manfaat dari fosil foraminifera diantaranya yaitu untuk mengetahui umur dari batuan atau lapisan sedimen serta bagaimana kondisi lingkungan pada saat itu. 4.2 Saran Untuk praktikum selanjutnya di harapkan agar praktikan memahami modul yang telah diberi agar penyampaian materi dari dari asisten praktikum lebih dipahami lagi. DAFTAR PUSTAKA Culver, S.J., And Buzas, M.A. 1983. Benthic foraminifera at the shelfbreak: North American Atlantic and Gulf margins: in Stanley, D.J., and Moore, G.T., eds., The Shelfbreak: Critical Interface on Continental Margins. Daniel.A.O.T.2017. Sistem Pakar Penentuan Jenis Planktonik Foraminifera Berbasis Web Dengan Metode Forward Chaining. Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan. Vol.4 (1). Haq B. U., & Boersma A. 1998. Introduction to Marine Micropaleontology. Singapura : Elsevier Science. Hayness, J.R. 1981. Foraminifera. Mac-millan Publishers, LTD. London: 555 pp. Leckie, R. Mark & H.C. Maha, Mahap., dkk. 2009. Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi, Laboratorium Mikropaleontologi, Jurusan Teknik Geologi UPN ”Veteran” Yogyakarta : Yogyakarta. Noor, D. (2009). Pengantar Geologi. Bogor: CV. Graha Ilmu. Noor Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta : Deepublish.