Laprak Tpti Acara Ii - Said Agil Almunawar
Laprak Tpti Acara Ii - Said Agil Almunawar
Disusun Oleh:
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
BAB II ............................................................................................................................... 3
METODOLOGI ................................................................................................................ 6
BAB IV ............................................................................................................................. 8
BAB V............................................................................................................................. 11
KESIMPULAN ............................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Jarak tanam yang terlalu lebar akan membuat penyinaran terhadap lahan lebih banyak
sehingga dapat dimanfaatkan gulma untuk tumbuh, akibat terjadi persaingan antara gulma
dengan tanaman pokok. Jarak tanaman tidak hanya mempengaruhi habitus tanaman dan luas
perakaran, tetapi juga faktor-faktor lainya yang dapat mengakibatkan turunnya produktivitas
tanaman sehingga dapat merugikan petani (Susanto, 1994).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengajiran merupakan cara untuk mendapatkan titik-titik untuk lokasi tanaman dan
lobang tanam sesuai dengan jarak tanam yang di kehendaki sehingga barisan antar tanaman
bisa teratur. Pengaturan barisan tanaman ini di maksudkan untuk menghindari kompotensi
antar tanaman dan mempermudah dalam pengelolahannya.
Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
dikembangkan sejak penjajahan Belanda. Tanaman ini telah menjadi komoditas yang
diperhitungkan dalam penguatan devisa negara. Hal ini dapat dilihat dari data produksi,
ekspor dan luas areal kopi Indonesia. Produksi kopi Indonesia telah menempati posisi ke-3
dunia dibawah Brazil dan Vietnam. Ekspor kopi Indonesia kurang lebih 0.353 juta ton biji
kopi (ICO 2014) dan luas areal perkebunan kopi Indonesia telah mencapai 1.2 juta ha. Luas
areal tersebut didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 96% dan 4% milik perkebunan
swasta dan BUMN (Marka Fenotipik et al., n.d.,2014).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu komoditas perkebunan yang
sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Dengan tersedianya lahan budidaya yang luas
subur sehingga syarat tumbuh kelapa sawit terpenuhi dengan baik, indonesia memiliki potensi
yang sangat besar untuk pengembangan kelapa sawit. Keluaran industri kelapa sawit
dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati, minyak goreng, dan minyak industri (Rahayu,
2021). Diperlukan sistem pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang efektif, efisien,
berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mendukung pembangunan perekonomian nasional,
sesuai dengan keluaran Perpres RI No. 44/M/2020, yang mengatakan bahwa perkebunan
kelapa sawit Indonesia menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan memberikan devisa
negara (Menkumham RI, 2020).
Pengajiran dilakuakan segera setelah lahan dibersihkan, dilanjutkan dengan pengajiran
untuk menentukan titik penggalian lobang tanaman sesuai dengan jarak tanam yang
direncanakan. (Pahan, I.2010). Dimana jarak tanam untuk kopi tergantung pada jenis kopi,
kesuburan tanah dan iklim. Jarak tanam yang umum dipakai adalah sebagai berikut :
Tabel.12 :Jarak Tanam Kopi Robusta dan Arabica
Jarak Tanam Robusta Arabika
Segi empat 2,5 x 2,50 2x2
2,75 x 2,75 2,5 x 2,50
Pagar 1,75 x 3,50 1,5 x 3,50
Pagar ganda 2x 2 x 3,50 1,5 x 1,5 x 3
2x 2 x 4 1,5 x 1,5 x 4
3
Jarak tanam pagar dan pagar ganda arah barisan utara-selatan untuk tanam miring barisan
sesuai countour. Disamping jarak tanam tersebut diatas ada juga jarak tanam sementara
sempit, kemudian diperlebar(Subandi,2011).
Jarak tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit,
karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun sangat menentukan pertumbuhan
tanaman. Semakin rapat populasi tanaman sawit dalam satu hektar maka akan sedikit jumlah
intensitas cahaya matahari yang diperoleh oleh tanaman dan semakin tinggi tingkat kompetisi
antar tanaman dalam untuk mendapatkan sinar matahari. Pada populasi yang lebih tinggi,
kontak antar akar tanaman lebih cepat terjadi sehingga kompetisi dalam mendapatkan air dan
unsur hara akan meningkat pada musim kemarau. Peningkatan jarak tanam sampai tingkat
tertentu, dapat meningkatkan hasil per satuan luas sedangkan hasil tiap tanaman kelapa sawit
akan menurun (Budiastuti, 2000).
Pengajiran model segitiga di lahan datar hingga berombak dimulai dengan menetapkan
garis lurus arah Utara – Selatan. Tentukan titik awal, tancapkan pasak pada salah satu jung tali
tadi (1), lalu tancapkan ajir utama dan ukur 9 m untuk titik penanaman berikutnya dalam arah
garis lurus pertama tadi, lalu tancapkan pasak pada ujung tali yang satu (2). Dari titik ajir
utama tarik garis lurus ke arah Timur – Barat tegak lurus terhadap garis Utara Selatan tadi.
Kemudian tarik pasak di titik pertengahan dari tali ke arah barisan tanaman di sebelahnya
(barisan kedua) sampai tali menegang (3) sehingga terbentuk segitiga sama sisi 9 x 9 x 9 m
(Kalshoven, L.G.E. 2008).
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan
tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman
perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita
tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga
sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam
pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua
selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran
yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai
dibuat.
Topografi adalah kondisi permukaan tanah yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
pencapaian potensi produksi, topografi yang terlalu curam dan terlalu miring akan
meningkatkan potensi kehilangan air dan unsur hara, salah satu kendala yang sering dihadapi
apabila topografi tidak diperhatikan dengan baik adalah terjadinya erosi atau longsor maka
untuk antisipasi terjadinya erosi atau longsor pada daerah lahan miring perlu adanya
pembuatan teras kontur sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, Selain itu kondisi topografi
4
berhubungan dengan teknis budidaya kelapa sawit seperti perawatan tanaman pemupukan dan
pengendalian gulma, perawatan hama dan penyakit serta aktivitas panen dan pengangkutan
hasilnya. Standart topografi yang optimal bagi tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 15°
dikarenakan hal ini berkaitan dengan proses evakuasi pengangkutan buah dari dalam blok
kemudian dikumpulkan di tempat pegumpulann hasil untuk diangkut dan dikirim ke pabrik
pengolahan. Apabila kemiringan lahan lebih dari 15° masih bisa untuk pertumbuhan kelapa
sawit akan tetapi menyulitkan untuk proses teknis budidayanya (Andika, 2019).
Pengajiran dan pencegahan erosi di lahan miring. Pengajiran di lahan berbukit atau
curam sebaiknya mengikuti garis kontur. Upaya pencegahan erosi di lahan miring harus
dilakukan baik secara mekanis maupun biologis atau kombinasi keduanya. Pencegahan erosi
secara mekanis berupa teras. Teras dapat berupa teras kontinu seperti teras Bangku atau teras
individual Penggunaan teras bangku lebih efektif dalam mengendalikan erosi tetapi biayanya
lebih mahal (Wibawa, G at all,2000).
5
BAB III
METODOLOGI
Pembuatan petak selanjutnya tidak memerlukan BTM, cukup berpedoman pada ajir
induk yang telah ada. Titik A, C, D, E, F, G, H, I dan J disebut ajir induk atau ajir pokok
dan dipasangi dengan Ajir yang ukurannya lebih besar dan diberi cat warna yang mencolok
(merah) .
Ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua
selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan
ketajaman mata si pelaksana. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah
lubang selesai dibuat.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Praktikum Teknik Pembuatan Pengajiran Tanaman Perkebunan Kopi dilakukan di
lapangan bola Universitas Bengkulu. Teknik pengajiran merupakan kegiatan menentukan
jarak tanam tanaman baik itu kopi maupun kelapa sawit, namun pada praktikum ini kami
mempraktekkan cara pengajiran pada tanaman kopi.
Pengajiran bertujuan untuk mengatur jarak tanam di lapangan, mempermudah
pembuatan lubang tanam, membantu agar benih yang ditanam membentuk garis lurus
sehingga mempermudah dalam pengelolaan dan pemeliharaan tanaman.
Pada lahan datar pengajiran dilakukan secara larikan dengan arah barisan mengikuti
arah mata angin. Ajir induk/kepala ditempatkan pada arah utara–selatan, sedangkan ajir
anakan (pengisi) pada arah timur–barat. Ajir induk ditempatkan di tengah apabila lahannya
luas dan diletakkan di pinggir apabila luasnya kurang dari 1 ha. Pada lahan miring
(kemiringan lahan di atas 30%), pemancangan ajir dilakukan sesuai kontur dengan mengikuti
prinsip titik-titik pada ketinggian yang sama. Alat yang dipakai untuk tanah datar adalah
8
bambu-bambu yang telah dibelah dengan ukuran panjang sekitar 1 m, sedangkan pada tanah
berkontur menggunakan segitiga kontur (Teknologi Budi Daya Tanaman Kopi, N.D.2015).
Topografi lahan tidaklah sama, untuk itu pada lahan yang miring dilakukan pengajiran
yang berbeda dengan lahan yang datar. Pada lahan yang datar, pengajiran tidak begitu susah
dengan lahan miring. Pada lahan miring, kita harus mengikuti garis contour untuk membuat
posisi ajir yang tepat dan lurus. Pada lahan yang miring, dengan sudut kemiringan berkisar
8%-15% pada umunya dilakukan teras-teras untuk mecegah erosi lahan pada lahan yang
kondisi miring. Untuk memudahkan dalam proses pengajiran, sebaiknya dimulai dari lahan
paling dasar atauu bagian lahan yang paling rendah, kemudian bergerak terus naik hingga ke
titik tertinggi lahan. Lahan yang miring susah untuk dibuat lurus seperti pada lahan datar pada
umumnya. Tapi ini bisa diupayakan dengan berbagai teknik. Yaitu membuat pancang ajir
Utama sebagai titik acuan pada topografi lahan paling tinggi . Pancang ajir utama berfungsi
sebagai patokan dalam pengajiran. Ajir utama ini tidak boleh bergerak atau dipindah-pindah.
Ukuran panjang ajir utama lebih panjang dan biasanya dikarenakan ajir induk adalah patokan
dan supaya lebih mudah untuk di lihat.
Pengajiran tanaman dan lubang tanam pada lahan datar berbeda dengan pengajiran pada
lahan miring. Pada lahan datar, pengajiran barisan tanaman di buat dengan arah Utara Selatan,
dan deretan tanaman pokok dalam barisan maupun antar barisan di buat saling tegak lurus.
Pada lahan datar pengajiran dilakukan secara larikan dengan arah barisan mengikuti
arah mata angin. Ajir induk/kepala ditempatkan pada arah utara– selatan, sedangkan ajir
anakan (pengisi) pada arah timur–barat. Ajir induk ditempatkan di tengah apabila lahannya
luas dan diletakkan di pinggir apabila luasnya kurang dari 1 ha. Pada lahan miring
(kemiringan lahan di atas 30%), pemancangan ajir dilakukan sesuai kontur dengan mengikuti
prinsip titik-titik pada ketinggian yang sama. Alat yang dipakai untuk tanah datar adalah
bambu-bambu yang telah dibelah dengan ukuran panjang sekitar 1 m, sedangkan pada tanah
berkontur menggunakan segitiga kontur.
Dalam pelaksaanan praktikum ini kami melakukan pengajiran pada lahan datar.
Pengajrian membutuhkan alat dan bahan diantaranya adalah meteran, kompas, tali rafia,
tongkat ajir induk dan tongkat ajir kecil/biasa. Jarak tanam tanaman kopi saat ini dikenal dua
model, yakni model empat persegi panjang atau bujur sangkar dan model jarak tanam pagar.
Pada praktikum kami menggunakan jarak tanam pagar dengan jarak 2,5 m x 2,5 m.
Pada tahap awal pelaksanaan praktikum yaitu menentukan titik utama atau titik
koordinat awal untuk penancapan ajir induk. Ajir induk pertama yang ditancap itulah yang
menjadi acuan untuk menentukan arah mata angin dan arah mana yang akan dilakukan
9
pengajiran. Alat kompas digunakan untuk menentukan arah mata angin. Pada praktikum ini
pengukuran dilakukan ara Utara selatan dan Barat timur sepanjang 21 meter.
Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran
yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai
dengan pengajiran akan diperoleh tanaman yang rapi, lurus beraturan, jarak tanam sama baik
antar tanaman maupun antar barisan, memperoleh tanaman yang baik, tidak terjadi persaingan
unsure hara antar tanaman, memudahkan dalam perawatan dan pemanenan.
Setelah ajir induk terpasang semua, selanjutnya pemasangan ajir kecil pada setiap garis
khayal sepanjang 2,5 m x 2,5 m yang akan dihubungkan dengan tali rafia. Setiap potongan tali
rafia tersebut akan menjadi titik/lobang tanam tanaman kopi. Populasi yang di dapat dari
pengukuran adalah sebanyak 64 lobang tanam maka dalam 1 hektar lahan diperoleh populasi
sebanyak 1.600 tanaman per hektar.
10
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini yakni teknik pengajiran sangat
penting untuk menentukan jarak tanam antar tanaman. Dengan jarak tanam yang ideal
tanaman dapat tumbuh dengan maksimal tanpa adanya persaingan cahaya, unsur hara dan air
dengan tanaman lainnya. Dengan penentuan jarak tanam proses pemeliharaan dan pemanenan
juga dapat berjalan dengan lancar tanpa ada penghalang. Teknik pengajiran juga dapat
menentukan jarak tanam pada berbagai kontur tanah sehingga dengan tanaman dapat ditanam
secara rapi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Andika, H. (2019). Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Pada Topografi Yang Berbeda.
Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.
Ansiska, P., Hasri Windari, E., & Meilina Sari, I. (n.d.).2020. Rekomendasi Pembangunan
Perkebunan Kopi Masyarakat Sindang Melalui Kajian Ethnoagriculture (Vol. 2020,
Issue 1).
Budiastuti, MTh, S. 2000. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam PadaTanaman Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus L.). Agrosains Vol 2 (2) (2000). Universitas 11 Maret,
Surakarta.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Hal 12-62.
Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Pedoman Budidaya Yang Baik Untuk Tanaman Karet
(Good Agriculture practices for Rubber). Departemen Pertanian, Jakarta.
Kalshoven, L.G.E. 2008. Pest of Crop in Indonesia. P.T.Ichtiar Baru –van Hoeve, Jakarta.
P.85. Marka Fenotipik, P., dan Molekuler untuk Percepatan Pemuliaan Anggrek
Phalaenopsis yang Resisten, B., Sudarsono, S., & Rubiyo, R. (n.d.). Molecular Marker
Development Project View project.DOI: https://doi.org/10.13140/RG.2.2.24208.66567
Pahan, I. 2010. Panduan lengkap . Managemen Agribisnis dari hulu hingga hilir.Penebar
Swadaya, Jakarta.
Pima, D. 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jagung. (Zea mays L.) Varietas DK3
Rahayu, T. (2021). Kajian Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq) Pada
Berbagai Tingkat Topografi Di PT. MEKAR AGRO SAWIT Kecamatan Batin XXIV
Kabupaten Batang Hari (Nomor 2006). Universitas Jambi.
Sari, R., Pangkung, Y. G., Pertambangan, J. T., Pertambangan, T., Perminyakan, D., Papua,
U., Salju, J. G., & Manokwari, A. (n.d.). (2020). Penilaian Keberhasilan Reklmasi
Lahan Bekas Tambang Pada Blok Area Paringin High Wall 2 PT.Adaro Indonesia
Kalimantan Selatan.
12
Susanto,1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Konisius. Yogyakarta.
Hal : 74. Wahyudi, dkk, 2008. Panduan Lengkap Kakao, Penebar Swadaya, Jakarta
Teknologi Budi Daya Tanaman Kopi Aplikasi pada Perkebunan Rakyat. (n.d.).
Wibawa, G. At all. 2000. Alternatif Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat dengan Pola
Wanatani. Proceeding lokakarya dan ekspose teknologi perkebunan. Buku I. Model
peremajaan karet rakyat secara swadaya. AP2I.
Windari, E., Ansiska, P., & Prawanto, A. (2021). Rekomendasi Pengelolaan Perkebunan Kopi
Rakyat di Kabupaten Kepahiang. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 5(3), 906–
915.DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2021.005.03.2
13