Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


ACARA II
“TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN
KOPI DAN KELAPA SAWIT”

Disusun Oleh:

Nama : Said Agil Almunawar


NPM : E1J021053
Shift : A2
Dosen : Prof.Dr. Ir. Alnopri, M.S.
Co.Ass : 1. Afrizal (E1J019074)
: 2. Teodora Elchrist Vitasari Lumban(E1J019083)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................................. 2

1.3 Manfaat yang diharapkan .................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 3

BAB III ............................................................................................................................. 6

METODOLOGI ................................................................................................................ 6

3.1 Waktu dan tempat praktikum .................................................................................. 6

3.2 Bahan dan alat ......................................................................................................... 6

3.3 Cara Kerja ............................................................................................................... 6

3.4 Sifat-sifat yang diamati ........................................................................................... 7

BAB IV ............................................................................................................................. 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 8

4.1 Hasil ........................................................................................................................ 8

4.2 Pembahasan ............................................................................................................. 8

BAB V............................................................................................................................. 11

KESIMPULAN ............................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha budidaya tanaman perkebunan seperti kopi dan yang dilakukan tentulah
mengharapkan produktivitas yang tinggi, karena itu bentuk pola tanam, jarak tanam dan
kerapatan tanaman yang tepat akan memberikan dampak jangka panjang pada produktivitas
tanaman perkebunan.
Dalam melakukan penanaman, hal yang pertama kali dilakukan adalah menentukan
jarak tanaman yang sesuai agar tidak mengganggu pertumbuhan dan produktifitas tanaman itu
sendiri dalam jangga waktu yang panjang.
Pengaturan jarak tanam sangat mendukung pertumbuhan tanaman dan produksi, karena
jarak tanam berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro disekitar tanaman dan penerimaan
cahaya matahari. Jarak tanam yang rapat menyebabkan kelembaban udara yang tinggi di
sekitar tanaman. Kondisi ini tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman karena
tanaman mudah terserang penyakit (Cahyono, 2003). Jarak tanam yang tidak tepat akan
menimbulkan pengaruh negatif dan beberapa kerugian kedepannya. Menurut Pima (2000)
tanaman dengan jarak tanam yang normal akan mendapatkan cahaya matahari dan unsur hara
yang cukup karena persaingan antar tanaman lebih kecil sehingga mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Mengatur jarak antar tanaman merupakan bagian dari penyediaan tempat bagi tanaman.
Bila ruang yang tersedia sempit, maka timbul persaingan dalam memperoleh unsur hara dan
cahaya matahari. Pada tanaman tahuhan, tingkat persaingan ini selalu berubah seiring
berubahnya umur tanaman. Oleh karna itu penentuan jarak tanam yang tepat untuk tanaman
tahunan lebih sulit dibanding dengan tanaman semusim(Wahyudi, 2008). Pada umumnya
masalah-masalah atau gejala pada kerapatan tanam sebagai berikut: a) rendahnya intensitas
cahaya matahari di dalam areal perkebunan; b) penurunan produksi tanaman ; c) pelepah
saling menutupi dengan pokok batang yang bersebelahan; d) tegaknya pelepah akan
menyebabkan terganggunya penyerbukan dan perkembangan tandan buah; e) keguguran buah
sebelum matang pada pelepah bagian bawah; f) batang memanjang, tidak kokoh dan lebih
kecil dari yang normal.
Jarak tanam yang terlalu rapat akan menimbulkan persaingan dalam memperoleh unsur
hara, air, cahaya matahari, tempat untuk berkembang dan proses fotosintesis terganggu.
Sebaliknya jika jarak tanam yang terlalu lebar tidak efisien dalam pemanfaatan lahan, dapat
memperkecil populasi tanaman dalam satu hektar dan memperkecil hasil panen tanaman .

1
Jarak tanam yang terlalu lebar akan membuat penyinaran terhadap lahan lebih banyak
sehingga dapat dimanfaatkan gulma untuk tumbuh, akibat terjadi persaingan antara gulma
dengan tanaman pokok. Jarak tanaman tidak hanya mempengaruhi habitus tanaman dan luas
perakaran, tetapi juga faktor-faktor lainya yang dapat mengakibatkan turunnya produktivitas
tanaman sehingga dapat merugikan petani (Susanto, 1994).

1.2 Tujuan Praktikum


Memahami dan terampil melakukan pengajiran agar memperoleh pertanaman yang
lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun agak miring.

1.3 Manfaat yang diharapkan


Dalam pelakasanaan praktikum Teknik Pembuatan Pengajiran Tanaman Perkebunan
Kopi’’maanfaat yang diharapkan adalah praktikan dapat mengetahui teknik pengajiran yang
baik dan benar dan harapanya praktikan mampu mengaplikasikan keterampilan/ teknik
pengajiran tersebut secara langsung di lapangan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengajiran merupakan cara untuk mendapatkan titik-titik untuk lokasi tanaman dan
lobang tanam sesuai dengan jarak tanam yang di kehendaki sehingga barisan antar tanaman
bisa teratur. Pengaturan barisan tanaman ini di maksudkan untuk menghindari kompotensi
antar tanaman dan mempermudah dalam pengelolahannya.
Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
dikembangkan sejak penjajahan Belanda. Tanaman ini telah menjadi komoditas yang
diperhitungkan dalam penguatan devisa negara. Hal ini dapat dilihat dari data produksi,
ekspor dan luas areal kopi Indonesia. Produksi kopi Indonesia telah menempati posisi ke-3
dunia dibawah Brazil dan Vietnam. Ekspor kopi Indonesia kurang lebih 0.353 juta ton biji
kopi (ICO 2014) dan luas areal perkebunan kopi Indonesia telah mencapai 1.2 juta ha. Luas
areal tersebut didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 96% dan 4% milik perkebunan
swasta dan BUMN (Marka Fenotipik et al., n.d.,2014).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu komoditas perkebunan yang
sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Dengan tersedianya lahan budidaya yang luas
subur sehingga syarat tumbuh kelapa sawit terpenuhi dengan baik, indonesia memiliki potensi
yang sangat besar untuk pengembangan kelapa sawit. Keluaran industri kelapa sawit
dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati, minyak goreng, dan minyak industri (Rahayu,
2021). Diperlukan sistem pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang efektif, efisien,
berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mendukung pembangunan perekonomian nasional,
sesuai dengan keluaran Perpres RI No. 44/M/2020, yang mengatakan bahwa perkebunan
kelapa sawit Indonesia menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan memberikan devisa
negara (Menkumham RI, 2020).
Pengajiran dilakuakan segera setelah lahan dibersihkan, dilanjutkan dengan pengajiran
untuk menentukan titik penggalian lobang tanaman sesuai dengan jarak tanam yang
direncanakan. (Pahan, I.2010). Dimana jarak tanam untuk kopi tergantung pada jenis kopi,
kesuburan tanah dan iklim. Jarak tanam yang umum dipakai adalah sebagai berikut :
Tabel.12 :Jarak Tanam Kopi Robusta dan Arabica
Jarak Tanam Robusta Arabika
Segi empat 2,5 x 2,50 2x2
2,75 x 2,75 2,5 x 2,50
Pagar 1,75 x 3,50 1,5 x 3,50
Pagar ganda 2x 2 x 3,50 1,5 x 1,5 x 3
2x 2 x 4 1,5 x 1,5 x 4

3
Jarak tanam pagar dan pagar ganda arah barisan utara-selatan untuk tanam miring barisan
sesuai countour. Disamping jarak tanam tersebut diatas ada juga jarak tanam sementara
sempit, kemudian diperlebar(Subandi,2011).
Jarak tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit,
karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun sangat menentukan pertumbuhan
tanaman. Semakin rapat populasi tanaman sawit dalam satu hektar maka akan sedikit jumlah
intensitas cahaya matahari yang diperoleh oleh tanaman dan semakin tinggi tingkat kompetisi
antar tanaman dalam untuk mendapatkan sinar matahari. Pada populasi yang lebih tinggi,
kontak antar akar tanaman lebih cepat terjadi sehingga kompetisi dalam mendapatkan air dan
unsur hara akan meningkat pada musim kemarau. Peningkatan jarak tanam sampai tingkat
tertentu, dapat meningkatkan hasil per satuan luas sedangkan hasil tiap tanaman kelapa sawit
akan menurun (Budiastuti, 2000).
Pengajiran model segitiga di lahan datar hingga berombak dimulai dengan menetapkan
garis lurus arah Utara – Selatan. Tentukan titik awal, tancapkan pasak pada salah satu jung tali
tadi (1), lalu tancapkan ajir utama dan ukur 9 m untuk titik penanaman berikutnya dalam arah
garis lurus pertama tadi, lalu tancapkan pasak pada ujung tali yang satu (2). Dari titik ajir
utama tarik garis lurus ke arah Timur – Barat tegak lurus terhadap garis Utara Selatan tadi.
Kemudian tarik pasak di titik pertengahan dari tali ke arah barisan tanaman di sebelahnya
(barisan kedua) sampai tali menegang (3) sehingga terbentuk segitiga sama sisi 9 x 9 x 9 m
(Kalshoven, L.G.E. 2008).
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan
tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman
perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita
tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga
sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam
pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua
selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran
yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai
dibuat.
Topografi adalah kondisi permukaan tanah yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
pencapaian potensi produksi, topografi yang terlalu curam dan terlalu miring akan
meningkatkan potensi kehilangan air dan unsur hara, salah satu kendala yang sering dihadapi
apabila topografi tidak diperhatikan dengan baik adalah terjadinya erosi atau longsor maka
untuk antisipasi terjadinya erosi atau longsor pada daerah lahan miring perlu adanya
pembuatan teras kontur sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, Selain itu kondisi topografi
4
berhubungan dengan teknis budidaya kelapa sawit seperti perawatan tanaman pemupukan dan
pengendalian gulma, perawatan hama dan penyakit serta aktivitas panen dan pengangkutan
hasilnya. Standart topografi yang optimal bagi tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 15°
dikarenakan hal ini berkaitan dengan proses evakuasi pengangkutan buah dari dalam blok
kemudian dikumpulkan di tempat pegumpulann hasil untuk diangkut dan dikirim ke pabrik
pengolahan. Apabila kemiringan lahan lebih dari 15° masih bisa untuk pertumbuhan kelapa
sawit akan tetapi menyulitkan untuk proses teknis budidayanya (Andika, 2019).
Pengajiran dan pencegahan erosi di lahan miring. Pengajiran di lahan berbukit atau
curam sebaiknya mengikuti garis kontur. Upaya pencegahan erosi di lahan miring harus
dilakukan baik secara mekanis maupun biologis atau kombinasi keduanya. Pencegahan erosi
secara mekanis berupa teras. Teras dapat berupa teras kontinu seperti teras Bangku atau teras
individual Penggunaan teras bangku lebih efektif dalam mengendalikan erosi tetapi biayanya
lebih mahal (Wibawa, G at all,2000).

5
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat praktikum


Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan ini dilaksanakan pada hari senin,
12 Februari 2024, pukul 14.00 s/d selesai, di Lapangan Bola, Universitas Bengkulu.

3.2 Bahan dan alat


Adapun bahan dan alat yang digunakan yaitu: Meteran, kompas, tali pancang, tali rafia,
tongkat ajir induk, dan tongkat ajir kecil/biasa.

3.3 Cara Kerja


Berikut cara pengajiran untuk pertanaman kopi dengan dengan menggunakan sistem
jarak tanam pagar dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m.

1. Pembuatan ajir induk (dengan menggunakan BTM/Theodolit):


a) Tentukan arah Barat-Timur (BT) dan Utara-Selatan (US) dan keduanya
berpotongan tegak lurus.
b) Tentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya Ukur AC = CD = 21
m pada arah BT, dan AG = GH = 21 m menurut arah US.
c) Buat garis a dan b tegak lurus pada BT di C dan D demikian pula p dan q tegak
lurus pada US di G dan H.
d) Garis a memotong p dan q di F dan I, sedangkan b di E dan J.
e) Secara sama dibuat petak-petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi
seluruh areal yang akan ditangani.

Pembuatan petak selanjutnya tidak memerlukan BTM, cukup berpedoman pada ajir
induk yang telah ada. Titik A, C, D, E, F, G, H, I dan J disebut ajir induk atau ajir pokok
dan dipasangi dengan Ajir yang ukurannya lebih besar dan diberi cat warna yang mencolok
(merah) .

2. Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam, contoh : ACFG


a) Ukur menurut arah GF, jarak 2,5 m, dengan titik F1, F2, F3, dan F4, demikian
juga AC dengan titik A1, A2, A3, dan A4.
b) Ukur menurut arah CF jarak 2,5 m dengan titik C1, C2, C3, C4 dst , demikian
juga AG dengan titik G1, G2, G3, G4 dst.
c) Hubungkan dengan tali titik-titik A1 dan F1, A2 dan F2, A3 dan F3, A4 dan F4,
keempat tali ditarik dengan kencang agar diperoleh garis yang lurus.
6
d) Hubungkan dengan tali titik-titik G1 dan C1, tali G1 dan C1 ditarik dengan
kencang. Tali G1 C1 akan memotong tali A1 F1, A2 F2, A3 F3, dan A4 F4, dan
pada titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir.
e) Tali bekas penghubung antara titik G1 dan C1 dipindahkan untuk
menghubungkantitik G2 dan C2, yang juga akan memotong A1 F1, A2 F2, A3
F3, dan A4 F4 dengan cara sama pada setiap titik potong tersebut ditancapkan
sebuah ajir.
f) Ulangi cara-cara tersebut sampai semua petak terisi.

Ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua
selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan
ketajaman mata si pelaksana. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah
lubang selesai dibuat.

Pengajiran sebaiknya dimulai di tengah-tengan dan dibagian kebun yang tertinggi,


sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan ditepi dan
batas-batas kebun, sungai dan jalan.

3.4 Sifat-sifat yang diamati


Pada praktikum “Teknik Pembuatan Pengajiran Tanaman Perkebunan Kopi’’ ini adapun
hal yang diamati antaralain yaitu:

a. Cara penggunaan kompas yang baik dan benar.


b. Teknik pemasangan ajir/ pengajiran dilapangan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Praktikum Teknik Pembuatan Pengajiran Tanaman Perkebunan Kopi dilakukan di
lapangan bola Universitas Bengkulu. Teknik pengajiran merupakan kegiatan menentukan
jarak tanam tanaman baik itu kopi maupun kelapa sawit, namun pada praktikum ini kami
mempraktekkan cara pengajiran pada tanaman kopi.
Pengajiran bertujuan untuk mengatur jarak tanam di lapangan, mempermudah
pembuatan lubang tanam, membantu agar benih yang ditanam membentuk garis lurus
sehingga mempermudah dalam pengelolaan dan pemeliharaan tanaman.
Pada lahan datar pengajiran dilakukan secara larikan dengan arah barisan mengikuti
arah mata angin. Ajir induk/kepala ditempatkan pada arah utara–selatan, sedangkan ajir
anakan (pengisi) pada arah timur–barat. Ajir induk ditempatkan di tengah apabila lahannya
luas dan diletakkan di pinggir apabila luasnya kurang dari 1 ha. Pada lahan miring
(kemiringan lahan di atas 30%), pemancangan ajir dilakukan sesuai kontur dengan mengikuti
prinsip titik-titik pada ketinggian yang sama. Alat yang dipakai untuk tanah datar adalah
8
bambu-bambu yang telah dibelah dengan ukuran panjang sekitar 1 m, sedangkan pada tanah
berkontur menggunakan segitiga kontur (Teknologi Budi Daya Tanaman Kopi, N.D.2015).
Topografi lahan tidaklah sama, untuk itu pada lahan yang miring dilakukan pengajiran
yang berbeda dengan lahan yang datar. Pada lahan yang datar, pengajiran tidak begitu susah
dengan lahan miring. Pada lahan miring, kita harus mengikuti garis contour untuk membuat
posisi ajir yang tepat dan lurus. Pada lahan yang miring, dengan sudut kemiringan berkisar
8%-15% pada umunya dilakukan teras-teras untuk mecegah erosi lahan pada lahan yang
kondisi miring. Untuk memudahkan dalam proses pengajiran, sebaiknya dimulai dari lahan
paling dasar atauu bagian lahan yang paling rendah, kemudian bergerak terus naik hingga ke
titik tertinggi lahan. Lahan yang miring susah untuk dibuat lurus seperti pada lahan datar pada
umumnya. Tapi ini bisa diupayakan dengan berbagai teknik. Yaitu membuat pancang ajir
Utama sebagai titik acuan pada topografi lahan paling tinggi . Pancang ajir utama berfungsi
sebagai patokan dalam pengajiran. Ajir utama ini tidak boleh bergerak atau dipindah-pindah.
Ukuran panjang ajir utama lebih panjang dan biasanya dikarenakan ajir induk adalah patokan
dan supaya lebih mudah untuk di lihat.
Pengajiran tanaman dan lubang tanam pada lahan datar berbeda dengan pengajiran pada
lahan miring. Pada lahan datar, pengajiran barisan tanaman di buat dengan arah Utara Selatan,
dan deretan tanaman pokok dalam barisan maupun antar barisan di buat saling tegak lurus.
Pada lahan datar pengajiran dilakukan secara larikan dengan arah barisan mengikuti
arah mata angin. Ajir induk/kepala ditempatkan pada arah utara– selatan, sedangkan ajir
anakan (pengisi) pada arah timur–barat. Ajir induk ditempatkan di tengah apabila lahannya
luas dan diletakkan di pinggir apabila luasnya kurang dari 1 ha. Pada lahan miring
(kemiringan lahan di atas 30%), pemancangan ajir dilakukan sesuai kontur dengan mengikuti
prinsip titik-titik pada ketinggian yang sama. Alat yang dipakai untuk tanah datar adalah
bambu-bambu yang telah dibelah dengan ukuran panjang sekitar 1 m, sedangkan pada tanah
berkontur menggunakan segitiga kontur.
Dalam pelaksaanan praktikum ini kami melakukan pengajiran pada lahan datar.
Pengajrian membutuhkan alat dan bahan diantaranya adalah meteran, kompas, tali rafia,
tongkat ajir induk dan tongkat ajir kecil/biasa. Jarak tanam tanaman kopi saat ini dikenal dua
model, yakni model empat persegi panjang atau bujur sangkar dan model jarak tanam pagar.
Pada praktikum kami menggunakan jarak tanam pagar dengan jarak 2,5 m x 2,5 m.
Pada tahap awal pelaksanaan praktikum yaitu menentukan titik utama atau titik
koordinat awal untuk penancapan ajir induk. Ajir induk pertama yang ditancap itulah yang
menjadi acuan untuk menentukan arah mata angin dan arah mana yang akan dilakukan

9
pengajiran. Alat kompas digunakan untuk menentukan arah mata angin. Pada praktikum ini
pengukuran dilakukan ara Utara selatan dan Barat timur sepanjang 21 meter.
Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran
yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai
dengan pengajiran akan diperoleh tanaman yang rapi, lurus beraturan, jarak tanam sama baik
antar tanaman maupun antar barisan, memperoleh tanaman yang baik, tidak terjadi persaingan
unsure hara antar tanaman, memudahkan dalam perawatan dan pemanenan.
Setelah ajir induk terpasang semua, selanjutnya pemasangan ajir kecil pada setiap garis
khayal sepanjang 2,5 m x 2,5 m yang akan dihubungkan dengan tali rafia. Setiap potongan tali
rafia tersebut akan menjadi titik/lobang tanam tanaman kopi. Populasi yang di dapat dari
pengukuran adalah sebanyak 64 lobang tanam maka dalam 1 hektar lahan diperoleh populasi
sebanyak 1.600 tanaman per hektar.

10
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini yakni teknik pengajiran sangat
penting untuk menentukan jarak tanam antar tanaman. Dengan jarak tanam yang ideal
tanaman dapat tumbuh dengan maksimal tanpa adanya persaingan cahaya, unsur hara dan air
dengan tanaman lainnya. Dengan penentuan jarak tanam proses pemeliharaan dan pemanenan
juga dapat berjalan dengan lancar tanpa ada penghalang. Teknik pengajiran juga dapat
menentukan jarak tanam pada berbagai kontur tanah sehingga dengan tanaman dapat ditanam
secara rapi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Andika, H. (2019). Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Pada Topografi Yang Berbeda.
Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.

Ansiska, P., Hasri Windari, E., & Meilina Sari, I. (n.d.).2020. Rekomendasi Pembangunan
Perkebunan Kopi Masyarakat Sindang Melalui Kajian Ethnoagriculture (Vol. 2020,
Issue 1).

Budiastuti, MTh, S. 2000. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam PadaTanaman Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus L.). Agrosains Vol 2 (2) (2000). Universitas 11 Maret,
Surakarta.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Hal 12-62.
Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Pedoman Budidaya Yang Baik Untuk Tanaman Karet
(Good Agriculture practices for Rubber). Departemen Pertanian, Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. 2008. Pest of Crop in Indonesia. P.T.Ichtiar Baru –van Hoeve, Jakarta.
P.85. Marka Fenotipik, P., dan Molekuler untuk Percepatan Pemuliaan Anggrek
Phalaenopsis yang Resisten, B., Sudarsono, S., & Rubiyo, R. (n.d.). Molecular Marker
Development Project View project.DOI: https://doi.org/10.13140/RG.2.2.24208.66567

Pahan, I. 2010. Panduan lengkap . Managemen Agribisnis dari hulu hingga hilir.Penebar
Swadaya, Jakarta.

Pima, D. 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jagung. (Zea mays L.) Varietas DK3

Rahayu, T. (2021). Kajian Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq) Pada
Berbagai Tingkat Topografi Di PT. MEKAR AGRO SAWIT Kecamatan Batin XXIV
Kabupaten Batang Hari (Nomor 2006). Universitas Jambi.

Sari, R., Pangkung, Y. G., Pertambangan, J. T., Pertambangan, T., Perminyakan, D., Papua,
U., Salju, J. G., & Manokwari, A. (n.d.). (2020). Penilaian Keberhasilan Reklmasi
Lahan Bekas Tambang Pada Blok Area Paringin High Wall 2 PT.Adaro Indonesia
Kalimantan Selatan.

Subandi, M. (2011). Budidaya Tanaman Perkebunan: Bagian Tanaman Kopi.

12
Susanto,1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Konisius. Yogyakarta.
Hal : 74. Wahyudi, dkk, 2008. Panduan Lengkap Kakao, Penebar Swadaya, Jakarta

Tekno Ekonomi Budidaya a Tanaman Penghasil Energi Alternatif 1). (N.D.).

Teknologi Budi Daya Tanaman Kopi Aplikasi pada Perkebunan Rakyat. (n.d.).

Wibawa, G. At all. 2000. Alternatif Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat dengan Pola
Wanatani. Proceeding lokakarya dan ekspose teknologi perkebunan. Buku I. Model
peremajaan karet rakyat secara swadaya. AP2I.

Windari, E., Ansiska, P., & Prawanto, A. (2021). Rekomendasi Pengelolaan Perkebunan Kopi
Rakyat di Kabupaten Kepahiang. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 5(3), 906–
915.DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2021.005.03.2

13

Anda mungkin juga menyukai