Anda di halaman 1dari 7

Nama : Daffa Yudhistira Alif Pahlevi

STB : 4374

Prodi : Teknik Pemasyarakatan A

4 Model Perubahan Organisasi Sesuai Perspektif Teori Sistem ( System Theory


Perspective )

1. Lewin’s three-phase model


Teori model Lewin merupakan model perubahan fundamental awal yang
terencana dengan menjelaskan kekuatan dari perjuangan untuk
mempertahankan status quo dan mendorong untuk perubahan ( Lewin dalam
Hussain.et al, 2016). Analogi teori Lewin dalam manajemen perubahan sebagai
proses es balok untuk dibentuk sesuai sesuai yang diinginkan maka perlu
dicairkan terlebih dahulu (Unfreeze), kemudian dimasukkan kedalam cetakan
sesuai bentuk yang diinginkan ( Change) dan dibekukan kembali menjadi balok
yang berbeda (Oktaviana Nurhaeni,2020)
Contoh penerapannya adalah pada menghadapi perubahan Pendidikan
pada masa covid 19. Teori ini juga dapat digunakan dengan pendekatan prinsip
Tringa milik Ki Hajar Dewantara. Ada tiga tahap penting menurut Teori Lewin
yaitu tahap pertama Mencairkan (Unfreeze). Dimana pendidikan pada saat
pandemi Covid-19 tidak memungkinkan pembelajaran tatap muka dalam
rangka mecegah meluasnya wabah Covid-19. Dengan demikian perlu
pengertian dimasyarakat adanya perubahan yang dibutuhkan untuk merubah
status quo yang selama ini pembelajaran dibatasi oleh ruang dan waktu dalam
ruang kelas secara fisik berubah menjadi ruang kelas yang berbentuk maya
dengan dengan sistem pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan
pendekatan ( Daring, Luring, Blended Leraning).
Sejalan dengan teori Lewin ini Salah satu konsep pemikiran besar yang
menjadi dasar pemikiran telah diberikan oleh tokoh bapak pendidikan nasional
Indonesia, Ki Hajar Dewantoro dengan Prinsip Tringa (Ngarti,Ngrasa,Nglakoni)
yaitu Ngarti artinya mengerti/mengetahui bahwa segala sesuatu membutuhkan
pengertian, kesadaran serta kesungguhan, hal ini berkaitan dengan pengertian
masyarakat dalam memahami secara untuh tentang kebijakan pemerintah
dalam menangani wabah Covid-19 terhadap kebijakan pendidikan. Oleh
karena guru juga wajib Mengerti dalam pengertian ini adalah mengerti akan
makna secara kontekstual apa yang dimaksud dengan Kurikulum Pendidikan
di masa Darurat Covid-19. Ketika sudah mengerti dan memahami arti
sebenarnya tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran virus Disease (Covid-19), maka siapaun akan tergerak untuk
mengambil peranan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Kemudian pada tahap kedua Teori Lewin adalah Perubahan (Change).
Pada tahap ini merupakan tahap yang penting untuk memulai arah perubahan
yang ada dalam menuju tujuan yang diinginkan. Sebagaimana pada tahap ini
dalam prinsip Tinga adalah Ngrasa artinya merasakan bahwa pelaksanaan
Kurikulum Pendidikan di masa Darurat Covid-19 merupakan kepentingan
bersama berbagai pihak seluruh komponen pendidikan. Ketika sesorang sudah
mengerti dan memahami tetapi belum merasakan belumlah lengkap, dengan
merasakan akan ada upaya usaha memperjuangkan secara terus menerus
terhadap pelaksanakan penyelenggaraan pendidikan Kurikulum Pendidikan di
masa Darurat Covid-19 dapat berjalan secara optimal.
Tahap ketiga adalah Membekukan Kembali (Unfreeze), pada tahap ini
perubahan telah terbentuk dan cara baru telah diimplementasikan dan perlu
dipertahankan untuk dapat berlangsung secara lama dengan ciri-ciri adanya
kestabilan dalam pelaksanaan dengan deskripsi kerja yang tetap sebagai cara
baru yang dirasakan dalam perubahan telah nyaman digunakan. Seiring
sejalan dengan tahap ketiga ini dalam Prinsip Tringa adalah Nglakoni artinya
Menjalankan dengan sebaik-baiknya, seteleh mengerti dan merasakan maka
perlu melaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan kesadaran mengerjakan
dan menjalankan tugas dan tanggungjawab Pendidikan

Sumber : Nur Sa’idu (2021). Difusi inovasi Manajemen Perubahan Model Kurt
Lewin Pada Madrasah Dengan Pendekatan Prinsip Tringa. Jurnal Ilmu
Pengetahuan Vol.1 No.4
2. Nadler-Tushman congruence model
Dasar anggapan Nadler-Tushman (dalam Miftah Toha, 2003: 102) terhadap
organisasi seperti weisbord, yakni bahwa suatu organisasi itu merupakan
system terbuka. Dan oleh karenanya organisasi dipengaruhi oleh
lingkungannya (input) dan mempengaruhi lingkungan dengan produk dan
pelayanannya (out put). Suatu organisasi merupakan kesatuan transformasi
antara input dan out put.
Gambar dibawah menjelaskan pemahman Nadler Tushman

Ada empat unsur pokok yang disebut dalam model ini yakni Input, Output,
Proses Transformasi dan Kongruensi
a. Input
Termasuk : Lingkungan organisasi, Sejarah atau Riwayat organisasi
didirkan, sumber daya dan sumber dana, strategi yang diperlukan dan
dikembangkan dari waktu ke waktu
b. Output
Termasuk : Berfungsinya system, perilaku kelompok, hubungan antar
kelompok, perilaku individu dan akibatnya.
c. Proses transformasi
Termasuk : komponen tugas, individu, organisasi formal, komponan
informal
d. Kongruensi : konsep keselarasan
Termasuk : kenali sistemnya, tentukan sifat sifat variable kuncinya, dan
diagnose wujud keselarasannya.

Contoh penerapan : digunakan dalam mendiagnosa dan membangun


intervensi di Taman siswa Taru jurug Surakarta

Sumber : Faizatul Ansoriyah (2010), Penggunaan Model Kongruensi untuk


mendiagnosa dan membangun intervensi di taman satwa taru jurug. Spirit
Publik vol 6 no 2 hal 45-60

3. Burke-Litwin model
Menurut Burke Letwin, dalam pengelolaan perubahan terdapat faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap program perubahan. Faktor-faktor tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Tranformasional Merupakan faktor visi, misi, strategi, kepemimpinan,
serta budaya organisasi yang bersifat strategis dan berpengaruh dalam
melakukan suatu perubahan. Jika tidak didukung oleh visi, misi, dan strategi
yang jelas atas suatu program perubahan atau tidak didukung oleh
pemimpin yang sanggup membawa perubahan dengan segala macam
kendalanya dan juga budaya perusahaan yang dapat menerima suatu
perubahan, niscaya perubahan itu tidak akan terwujud sekalipun pada
tahap awal.
b. Faktor Transaksional Merupakan faktor-faktor yang mendukung jalannya
operasi internal perusahaan. Faktor-faktor transaksional merupakan
cerminan dari 8 faktor yang terdapat dalam model Burke-Litwin dan
disederhanakan dengan mengadopsi kepada dimensi perubahan (The
Price Waterhouse Change Integration Team, 1994).

Dari faktor transaksional jika dilihat dari konteks perubahan internal,


maka faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor utama:
organisasi/SDM, bisnis proses dan teknologi. Burke-Litwin Causal Model
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sebuah perusahaan dengan
mengidentifikasi bahwa setiap kinerja itu dipengaruhi oleh faktor internal
maupun eksternal. Dengan mengetahui setiap hubungan sebab akibat yang
ada, maka Anda dapat mengetahui bagian mana yang perlu diperbaiki atau
diubah untuk bisa mencapai tujuan utama dalam jangka waktu yang lebih
singkat. Model ini terdiri dari 12 faktor yang penting bagi perusahaan.
Hubungan dari setiap faktor tersebut dapat saling mempengaruhi juga
setiap perubahan yang dilakukan dan menentukan hasil yang akan dicapai.
12 faktor ini dibagi ke dalam 4 kelompok yang masing-masing memiliki
pengaruh tersendiri terhadap perubahan. Keempat faktor tersebut adalah
external environment, transforming factors, transaction factors, dan
Individual organizational performance and productivitiy of the company.
Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai keempat faktor
tersebut: A. External Environment Faktor ini berupa setiap perubahan yang
dapat mempengaruhi perusahaan atau memberikan konsekuensi yang
berasal dari luar perusahaan. Dapat berupa kompetitor baru, perubahan
dalam pasar, perubahan pemerintahan, atau perubahan ekonomi. B.
Transforming Factors Faktor ini terdiri atas 3 faktor lainnya yaitu:

1. Strategy and mission: Faktor ini adalah apa saja yang merupakan tujuan
utama perusahaan dan bagaimana tujuan ini dapat dicapai. Sebuah misi
yang baik adalah ketika misi ditulis dan bahkan diterima oleh setiap
karyawan untuk dapat meningkatkan efektivitas kinerja dalam
mencapainya. Sedangkan strategi adalah apa saja cara yang dilakukan
perusahaan untuk dapat mencapai tujuan jangka panjang.
2. Leadership: Faktor ini berupa seperti apa kemampuan kepemimpinan,
values, serta tindakan para pemimpin di dalam perusahaan. Efektivitas
kepemimpinan seseorang diukur melalui sudut pandang para karyawan
tentang values dan kemampuan kepemimpinan para pemimpin tersebut.
3. Organizational company culture: Faktor ini berupa apa saja value dan
norma yang ada dalam perusahaan. Budaya perusahaan berisikan
peraturan serta prinsip tertulis maupun tidak tertulis yang menjadi
panduan bagaimana perusahaan dapat bertindak.

C. Transaction Factors
1) Structure: Faktor yang berisikan hierarki, fungsi, peran karyawan, tingkat
manajemen, komunikasi, dan pengambilan keputusan untuk dapat
menjalankan misi dan strategi perusahaan dengan baik.
2) Systems: Faktor ini berisikan peraturan, mekanisme, dan prosedur yang
memfasilitasi setiap bagian dari perusahaan, termasuk pekerjaan harian
yang dilakukan oleh karyawan. Sistem juga meliputi pemberian
penghargaan, evaluasi kinerja, dan implementasi tujuan.
3) Management practices: Faktor yang berisikan rangkaian tindakan untuk
memastikan bahwa lingkungan kerja dan sumber daya materi dikelola
serta digunakan secara efektif untuk dapat memastikan implementasi
strategi perusahaan berjalan dengan baik.
4) Work climate or microclimate: Faktor berupa sikap dan moral karyawan
di perusahaan.
5) Tasks, skills, and competencies of the individual Faktor berupa
kompetensi karyawan di perusahaan baik itu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang dimiliki untuk dapat memenuhi
persyaratan yang perlu dicapai agar bisa mendapatkan hasil yang
terbaik.
6) Individual needs and values: Faktor psikologis yang memberikan makna
terhadap usaha fisik maupun intelektual karyawan, seperti peran dan
tanggung jawab yang dimiliki karyawan dalam perusahaan.
7) Motivation: Faktor internal dan eksternal yang mampu mendorong
karyawan untuk bekerja dengan kualitas tinggi dalam jangka panjang.
D. Individual Organizational Performance And Productivity Of The
Company Berupa faktor perubahan terakhir dalam perusahaan yang
menunjukkan bahwa setiap anggota karyawan mengetahui kinerja yang
mereka telah berikan terhadap setiap perubahan di faktor lainnya. Itulah
penjelasan mengenai Burke-Litwin Causal Model. Anda dapat
menerapkannya dalam perusahaan untuk dapat menyusun proses
bisnis yang efektif.
Contoh penggunaan Menilai tingkat kepemimpinan klinis dan
mengeksplorasi faktor individu dan pelayanan yang berperan dalam
kepemimpinan klinis pada dokter umum di Rumah Sakit Kanker
Dharmais. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori model
BurkeLitwin dimana faktor pelayanan yang berhubungan dengan
kepemimpinan antara lain struktur pelayanan, manajeman pelayanan,
sistem kebijakan atau prosedur pelayanan dan lingkungan unit
kerja.Dalam Daly et al. disebutkan komunikasi yang kurang dan adanya
konflik peran dapat menjadi penghalang dalam pelaksanaan
kepemimpinan klinis. Kurangnya kejelasan peran dalam tim dapat
menimbulkan adanya gap dalam pelayanan dan timbul
ketidakpercayaan dalam tim.

Sumber : Setiani, R. B., Meliala, A., & Kusumaratna, R. (2022).


KEPEMIMPINAN KLINIS DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KANKER
DHARMAIS. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan (The Indonesian
Journal of Health Service Management), 25(4)

4. Weisbord Six-Box Model

Weisbord (1976) seorang analis Organizational Development,


mengembangkan Six-Box Model yang digunakan untuk melihat kesenjangan
yang ada di organisasi antara realita dengan kondisi optimum yang diinginkan.
Ini dapat dilihat dari faktor-faktor yang dimiliki oleh Six-Box Model, yaitu:
(1)merujuk pada visi dan misi serta goal perusahaan (purpose); (2) mengacu
pada pengaturan dalam organisasi yang dapat dilakukan secara fungsi
(specialist) atau secara produk, program atau proyek yang disebut sebagai
structure; (3) cara orang-orang berkomunikasi, serta bagaimana kita
berinteraksi dengan teknologi yang disebut relationship; (4) reward atau insentif
berupa intrinsik dan ekstrinsik yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan;(5) helpful mechanism, yang mengacu pada proses
perencanaan, pengontrolan, alokasianggaran dan sistem informasi yang
mendukung tujuan organisasi, serta (6) leadership, yangmengacu pada tugas-
tugas pemimpin termasuk bagaimana menjaga keseimbangan di antara‘lima
box’ yang tersebut di atas.

Sumber : Riyono, B. (2022). Misi, Kepemimpinan, Budaya, Kinerja, dan Visi


sebagai Tulang Punggung dari Model Organisasi yang Efektif. Psikologika:
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 27(2), 331-350.

Anda mungkin juga menyukai