Manajemen
Perubahan
Modul Standar untuk digunakan
dalam Perkuliahan di
Universitas Mercu Buana
04
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen MK Dr. ZULFITRI, MS, MM
S-1
Abstract Kompetensi
Prosese Dalam Melakukan Mahasiswa dapat memahami &
Manajamen Perubahan , Tahapan- menjelaskan suatu oroses dalam
tahapan perubahan, Penolakan perubahan, tahapan-tahapan yang
Perubahan dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya trjadi, dan Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan dalam
suatu perusahaan.
Proses Dalam Melakukan Manajemen Perubahan
Suatu perubahan terjadi melalui tahap-tahapan. Pertama-tama adanya dorongan dari
dalam (dorongan internal), kemudian ada dorongan dari luar (dorongan eksternal).
Untuk manajemen perubahan adanya tahapan perubahan. Tahap-tahap manajemen
perubahan ada empat, yaitu:
Dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Michael Hammer dan James Champy
menuliskan bahwa ekonomi global berdampak terhadap 3 C, yaitu customer,
competition, dan change. Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan
perubahan menjadi konstan.
Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak
bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti itu maka
diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari perubahan
tersebut mengarah pada titik positif. Manajemen Perubahan adalah upaya yang
dilakukan untuk mengelola akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam
organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam
maupun dari luar organisasi tersebut., yaitu, Kondisi Ketenagakerjaan, Economic
Shocks, Kecenderungan sosial, Tekhnologi, Kompetisi dan Kondisi Politik.
Organisasi dilahirkan, tumbuh dan akhirnya mati.seperti juga manusia ada yang
berkembang lebih cepat dibandingkan yang lain. Organisasi mempunyai daur hidup
dimana mereka berkembang melalui serangkaian transisi yang distandarisasikan pada
saat mereka berkembang dari waktu kewaktu.
2. Produk usang
Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat menyebabkan
banyak produk sangat cepat menjadi usang atau ketinggalan jaman
1. Persaingan
Perubahan dalam pasar persaingan dapat merusak keuntungan perusahaan (produk
baru,promosi,harga,perubahan peningkatan pelayanan)
3. Ketersediaan sumber-sumber
Organisasi tergantung pada lingkungan
4. Teknologi
Perubahan teknologi yang terjadi baik dibidang proses produksi maupun biddang lain
mendesak organisasi untuk melakukan perubahan
5. Sosial politik
Perubahan sosial politik yang terjadi diluar kendali manajer harus diantisipasi
Pendekatan Sepihak DalamPerubahan
1. Dengan dekrit
Cara ini dilakukan oleh atasan dengan mengumumkan kepada bawahan
tentangperubahan yang dilakukan organisasi. Aliran komunikasi dari atasan kepada
bawahan ( Top Down)
2. Dengan pergantian
Individu dalam satu atau beberapa posisi diganti oleh individu yang lain karena atasan
menganggap bahwa perubahan ini akan memperbaiki prestasi dengan sedikit atau
bahkan tanpa konsultasi antara atasan dengan bawahan sebelumnya
3. Dengan struktur
Manajer mengubah kebutuhan hubungan dari tugas bawahan didalam suatu situasi
dengan mengurangi suatu lapisan struktur atau dengan memperkenalkan suatu
kelompok staf penasehat yang baru.
1. Keputusan kelompok
Anggota kelompok memilih satu alternative solusi yang ditawarkan atasan. Pendekatan
ini tidak melibatkan bawahan dalam mengidentifikasi maupun pemecahan masalah,
untuk mencapai kesepakatan kelompok.Dengan cara demikian daharapkan bawahan
akan lebih terikat terhadap pelaksanaan karena dilibatkan dalam proses pemilihan
pemecahan masalah.
Pendekatan delegasi
1. Kelompok diskusi
Atasan dan bawahan mengadakan pertemuan mendiskusikan permasalahan yang ada
mereka melakukan diagnose masalah,menganalisis dan mempertimbangkan alternative
solusi.Keterbukaan diasumsiikan akan memotivasi bawahan untuk menawarkan solusi
terhadap permasalahan.
Setiap agen perubahan akan membawa kepentingannya sendiri, apa yang dirasakan
oleh manajer mengenai suatu keadaan yang membutuhkan perubahan dapat sepenuhnya
diterima oleh yang lain.Kebutuhan akan perubahan dianggap tidak dapat dipungkiri dan
berkembang terus-menerus seperti terlihat pada gambar berikut :
Kekuatan yang
memprakarsai
Agen Perubahan
Struktur?
Teknologi?
Proses Organisasi?
Perubahan
Keefektifan Organisasi
Dengan merujuk Gambar I terlihat bahwa jika ada kekuatan yang memprakarsai
perubahan ada seseorang yang menerima peran sebagai agen perubahan dan telah
ditetaapkan apa yang harus dirubah. Strategi intervensi digunakan untuk menjelaskan
pilihan cara yang digunakan sehingga proses perubahan berlangsung. Proses perubahan
membutuhkan pencairan (unfreezing) status quo. Perpindahan (moving) kekeadaan yang
baru dan pembekuan kembali (refreezing) perubahan tersebut agar menjadi permanen.
Setiap perubahan dapat menjadi ancaman nyata terhadap keadaan ekonomi, rasa
aman, hubungan social atau status para pegawai. Perubahan dapat mengakibatkan
kehilangan uang, kawan atau rekan dalam kelompok kerja.
a) Kekuatan pendorong
Jika pencairan telah terlaksana perubahan dapat dijalankan. Pada saat inilah agen
perubahan memperkenalkan satu atau lebih strategi intervensinya. Dalam kenyataan nya,
tidak terdapat pemisahan yang jelas antara pencairan dan perpindahan.. Banyak usaha
yang dibuat untuk mencairkan status quo tersebut dengan sendirinya dapat menawarkan
perubahan. Jadi taktik yang digunakan agen perubahan untuk menghadapi penolakan bisa
berlaku bagi pencairan atau perpindahan.
Taktik/Strategi Manager
Ada Enam buah taktik yang dapat digunakan oleh manajer dan agen perubahan untuk
menangani penolakan terhadap perubahan (Robbins,1994)
e) Komitmen terhadap perubahan mengakibatkan penerimaan yang lebih besar dan pasti.
Faktor-faktor ini mengingatkan kita bahwa organisasi adalah sebuah system dan
perubahan yang direncanakan akan paling berhasil jika semua bagian dalam sistem tersebut
mendukung usaha perubahan itu.
Yang sejajar dengan proses perubahan pada tahap implementasi adalah keputusan
untuk melakukan mengenai taktik apa yang digunakan untuk melakukan perubahan yang
direncanakan ada empat taktik (Robbins, 1994) :
a) Intervensi
Dicirikan dengan penjualan alasan perubahan oleh agen penjualan kepada mereka yang
terkena.Agen perubahan beragumentasi bahwa prestasi yang ada saat ini tidak
memadai, lalu mereka menetapkan standar-standar baru
b) Participation
Agen perubahan mendelegasikan keputusan mengenai implementasi kepada mereka
yang akan terkena.Agen perubahan merinci kebutuhan akan perubahan atau peluang
yang dapat diberikan oleh perubahan
c) Persuasion
Memberikan kesempatan kepada staf internal yang berminat atau pakar luar yang
berkualifikasi untuk menyampaikan ide mereka untuk melakukan perubahan.Agen
perubahan akan menjadi aktif setelah berbagai ide ditawarkan
d) Edict
Manajemen puncak membuat keputusan tentang perubahan structural mereka secara
sepihak, mereka menghindari partisipasi apa saja dan memberitahukan kepada mereka
yang terkena mengenai bagaimana bentuk perubahan itu nanti.Agen perubahan hanya
memberitahukan perubahan tersebut dengan menggunakan memo,dan presentasi
formal untuk menyampaikan keputusan mereka.
a.) Bahwa pengembangan organisasi merupakan suatu usaha yang dilakukan secara
berencana
b.) Pengembangan organisasi mencerminkan suatu proses terus menerus dan
merupakan kebutuhan
c.) Pengembangan organisasi berorientasi kepada masalah yang harus dipecahkan
d.) Pengembangan organisasi merupakan kegiatan yang menerapkan asas-asas dan
praktek perilaku
e.) Pengembangan organisasi merupakan usaha kearah penyempurnaan organisasi
f.) Pengembangan organisasi merupakan tanggapan terhadap berbagai perubahan
yang terjadi diluar organisasi
g.) Pengembangan organisasi merupakan usaha untuk menyesuaikan dengan hal baru
h.) Pengembangan organisasi merupakan fungsi administrasi yang mempunyai
kedudukan yang tinggi
Pertumbuhan organisasi
a) Tahap I : Kreativitas
Tahap pertama dari evolusi sebuah organisasi dicirikan oleh kreativitas para pendirinya.
Para pendiri biasanya menuangkan energi untuk mengembangkan produk baru dan
pasar. Desain organisasi mereka cenderung kelihatan sebagai suatu struktur sederhana.
Pengambilan keputusan cenderung dikontrol oleh manajer-pemilik atau oleh manajemen
puncak. Komunikasi lebih bersifat informal.
Saat organisasi tumbuh, akan sulit mengelola dengan hanya mengandalkan komunikasi
informal, manajer senior akan terlalu banyak beban kerjanya. Munculah krisis
kepemimpinan karena mereka yang menjalankan perusahaan tidak lagi mempunyai
BESARAN
ORGANISASI
Krisis : OTONOMI 4 Pertumbuhan lewat
KOORDINASI
Kecil
2. Pertumbuhan lewat
PENGARAHAN
1. Pertumbuhan lewat
KREATIVITAS
Model teori ini menunjukan adanya paradoks bahwa keberhasilan menciptakan suatu
masalah tersendiri. Saat organisasi tumbuh, ia mengalami krisis yang baru. Setiap krisis
pada gilirannya mengharuskan manajemen membuat penyesuaian pada alat koordinasi,
sistem control dan desain organisasi.
Dalam keadaan atau persyaratan tertentu suatu organisasi akan berhasil, dan dalam
keadaan atau persyaratan lain dapat menderita atau bahkan gulung tikar. Siklus hidup
suatu organisasi merupakan kapasitasnya untuk hidup. Suatu organisasi yang dapat hidup
terus secara jika internal dikelola dengan baik, dan memiliki suatu kelangsungan hubungan
dengan lingkungan yang penuh kebehasilan. Jelasnya suatu organisasi tidak memiliki
kehidupan dalam pengertian yang sama sebagai organisma biologis. Namun demikian
organisasi merupakan suatu ungkapan, penyampaian, atau manifestasi proses kehidupan
para individu yang menyusunnya. Dengan demikian suatu penguraian organisasi serta
hubungannya terhadap lingkungan akan demikian membantu dalam menentukan faktor-
faktor yang perlu bagi siklus hidupnya.
Dalam suatu sistem ekologi manusia (ekosistem manusia atau organisasi) beberapa
variabel hubungan timbal balik dapat ditunjukkan. Empat yang terpenting di antaranya
adalah penduduk, organisasi, lingkungan dan teknologi. Organisasi itu ada dalam suatu
lingkungan dengan mana organisasi tersebut saling mempengaruhi. Akhirnya, organisasi
memiliki suatu teknologi, yang melukiskan berbagai prosedur dan proses yang bermanfaat
untuk menyelesaikan tujuannya.
Syarat-syarat Siklus Hidup Organisasi Baru.
Sudut pandangan ekologis memberikan suatu wawasan yang menarik ke dalam dua
persyaratan yang penting bagi terciptanya suatu siklus hidup organisasi baru. Ke-dua
persyaratan itu adalah sama dengan yang diperlukan bagi pengembangan pada siklus
hidup rumpun-rumpun biologis organisasi baru.
Pertama, suatu mutasi haruslah terjadi. Dalam organisma biologis suatu mutasi
merupakan sesuatu yang baru, kehidupan yang berbeda yang berkembang karena suatu
susunan genetika baru. Dalam pengkajian tentang organisasi “mutasi” barangkali suatu
produk baru, proses, prosedur, kebijaksanaan, bentuk organisasi, dan lain
sebagainya. Singkatnya mutasi itu hanya untuk melengkapi dengan melalui kreatifitas atau
kejadian yang terjadi tanpa di sengaja yang membedakan sesuatu. Tidak ada jaminan
bahwa bahwa mutasi itu akan berhasil dengan baik , memang, sebagian besar mungkin
bubar.
Sering dikatakan bahwa suatu organisasi harus tumbuh berkembang atau gulung
tikar. Terlalu banyak berkembang, bagaimanapun benar-benar dapat menjadi gangguan
bagi siklus hidup organisasi tersebut jika suatu organisasi melebihi ukuran relung atau
tempatnya. Tantangan bagi siklus hidup organisasi, yaitu untuk menyesuaikan
keberhasilannya pada suatu lingkungan yang dinamis. Tujuan suatu organisasi dalam
relung atau tempat ekologinya ialah untuk memberikan hasil-hasil yang diharapkan untuk
digunakan pada lingkungannya.
Perubahan Organisasi
Perubahan memiliki suatu tempat yang penting dalam pengkajian siklus hidup
organisasi. Suatu jenis perubahan yang benar memungkinkan suatu organisasi untuk
memelihara siklus hidupnya dalam perubahan lingkungannya. Pada pihak lain, jenis
perubahan yang keliru dapat menghancurkan suatu organisasi. Sebagai contoh, kematian,
kehancuran, dan kemunduran semuanya merupakan perubahan, hampir tidak dapat
dipertahankan sekaligus organisasi itu biasanya masih dibangun. Sebenarnya, kematian
suatu sistem dapat berlangsung dan memberikan keuntungan pada sistem-sistem lainnya.
Sebagai contoh, suatu perusahaan yang kompetitif dapat memperoleh keberuntungan dari
kegagalan suatu organisasi atau sistem yang lain. Orang-orang yang revolusioner dapat
pula memandang penghacuran suatu sistem politik yang lama sebagai sesuatu yang perlu
jika cita-citanya ingin terlaksana. Tantangannya ialah menciptakan perubahan yang dapat
meningkatkan atau memperbarui posisi siklus hidup suatu organisasi dalam
lingkungannya. Pembaruan bukan hanya sekedar pembaruan dan perubahan. Melainkan
juga merupakan proses pembawaan hasil-hasil dari perubahan ke dalam kebijakan dengan
berbagai tujuan-tujuan organisasi.
Walaupun lingkungan suatu organisasi secara terus menerus mengalami perubahan,
hal ini perlu adanya penilaian perubahan bagi siklus hidup organisasi. Dan hal tersebut
berhubungan dan sangat tergantung pada bentuk organisasi tersebut. Gambar 1.
Menggambarkan penyesuaian pada hubungan yang panjang bagi kelangsungan hidup
suatu organisasi pada lingkungannya. Bagian kurva yang curam mengemukakan periode
yang segera sesudah organisasi mengadakan perubahan besar. Bagian-bagian yang lebih
mendatar mengemukakan periode yang secara relatif stabil dari yang tidak terpakai lagi.
Menciptakan Perubahan
Seseorang yang memusatkan perhatian dalam menciptakan perubahan organisasi
telah memperhatikan elemen-elemen kreativitas indidividu. Pekerjaan ini dipusatkan pada
proses pemikiran yang kreatif yang meliputi tingkatan atau taraf-taraf seperti: gambaran
terhadap masalah, pengumpulan informasi , pemikiran yang intensif, berbagai hambatan,
kesantaian dan penerangan.
Istilah Pengembangan Organisasi (PO) telah dipakai di berbagai analisis perilaku
dan cara yang digunakan untuk melakukan pendekatan konflik dan perubahan dalam
organisasi. Para ahli mungkin cenderung untuk memberikan perbaikan yang efisien, tetapi
perolehan atau hasil yang efektif diperoleh oleh mereka yang bukan ahli kemungkinan
banyak yang lebih berarti.
Suatu cara untuk menciptakan kreatifitas haruslah menghasilkan gagasan untuk
memungkinkan organisasi mengemukakan tujuan yang sekarang yang lebih efisien atau
untuk meningkatkan tujuan baru yang memberikan suatu hubungan yang lebih aktif dengan
lingkungan.
Decline merupakan tahap akhir dari evolusi industri dimana permintaan konsumen
terhadap produk industri mengalami penurunan. Hal ini ditandai oleh situasi dimana produk
yang dibuat oleh industri lebih besar daripada keinginan konsumen untuk membeli produk
tersebut dan sumber daya perusahaan berkurang. Organisasi/perusahaan seringkali
merespon situasi ini dengan melakukan pemotongan harga untuk meningkatkan kompetisi,
bahkan tindakan yang sering dianggap oleh perusahaan paling efisien adalah keluar dari
industri produk tersebut
Kemunduran organisasi akan menimbulkan konflik, konflik akan lebih tinggi pada
organisasi yang sedang mundur dibandingkan pada organisasi yang sedang tumbuh. Pihak
manajemen harus dapat mengelola konflik tersebut untuk memperlambat kemunduran. Dari
konflik tersebut dapat timbul perubahan yang dapat menghidupkan kembali organisasi
seperti penciptaan produk dan jasa baru dan tindakan untuk mengurangi biaya organisasi
dengan melakukan efisiensi disetiap sektor sehingga organisasi dapat hidup terus.
Kekuatan utama yang menolak perubahan pada tahap awal kemunduran adalah
orang yang mempunyai kepentingan yang paling banyak memperoleh keuntungan dari
pertumbuhan. Koalisi domain mereka akan melindungi diri untuk mempertahankan status
quo dan kontrolnya. Karena basis dari kekuasaan mereka ditantang, sehingga mereka
terdorong untuk meneruskan usaha yang behubungan dengan pertumbuhan meskipun
tidak masuk akal lagi. Jika organisasi tersebut berniat mengubah kebijakan mereka kearah
menstabilisasi organisasi maka mereka perlu melepaskan pendukung pertumbuhan dari
posisi kekuasaan mereka dan menggantikannya dengan kader pemimpin baru yang
mempunyai kepentingan berbeda.
Pada saat kemunduran para anggota organisasi akan melihat kepada individu
atau kelompok tertentu yang dapat dijadikan kambing hitam dari terjadinya kemunduran
tersebut. Ada kecenderungan bahwa pihak manajemen yang akan dijadikan kambing
hitam kemunduran tersebut sehingga kredibilitas mereka akan menurun, tanda-tandanya
dapat dilihat dari menurunnya moral dan komitmen pegawai, kepuasan kerja cenderung
untuk jatuh secara mencolok seperti loyalitas terhadap organisasi.
6. Meningkatnya Perputaran Tenaga Kerja Secara Sukarela
Pada saat terjadi kemunduran organisasi akan terjadi pengunduran diri secara sukarela,
tetapi orang pertama yang akan meninggalkan organisasi adalah orang-orang yang paling
baik, seperti teknisi yang terampil, para profesional dan pegawai manajer yang berbakat.
Sehingga manajemen senior ditantang untuk memberikan insentif bagi manajer yunior jika
ingin memperlambat kemunduran yang lama.
Rusaknya Motivasi Pegawai
Waktu organisasi mundur akan terjadi pemberhentian, pengaturan kembali tugas yang
seringkali merupakan penyerapan dari tugas-tugas sebelumnya yang dilakukan orang lain
dimana perubahan ini dapat menyebabkan stress. Biasanya pegawai sukar untuk tetap
termotivasi jika terdapat ketidakpastian yang tinggi mengenai apakah mereka akan tetap
punya pekerjaan dilain waktu.
Kemunduran adalah fase terakhir dari siklus hidup organisasi yang seringkali
terabaikan untuk diantisipasi, seperti yang telah dikemukakan terdahulu. Demikian pula yang
dikemukakan oleh Greiner bahwa, ” Organizational decline is the life cycle stage that an
organization enters when it fails to “anticipate, recognize, avoid, neutralize, or to adapt to
external and internal pressure that threaten the (its) long-term survival. (Jones, 1994:440)
Decline secara etimologis dapat diartikan “to become fewer or less”(Encarta 2004 ).
Dengan kata lain decline artinya menjadi sedikit atau berkurang dari ukuran semula . Dengan
demikian organisasi mengalami kemunduran dalam kualitas maupun kuantitas. Atau dapat
juga diartikan sebagai berikut: ” to become physically or mentally less vigorous, especially of
illness or mature years (Encarta, 2004)
Tindakan tersebut jika dilakukan dengan mendadak akan menimbulkan dampak yang
sangat serius pada karyawan. Banyak perusahaan berusaha untuk mengambil tindakan
terhadap SDM sebagai langkah terakhir. Langkah pertama adalah perusahaan berusaha
agar buruh tetap sibuk bekerja. Walaupun yang terjadi sesungguhnya adalah pengangguran
terselubung dalam perusahaan. Tetap terdaftar sebagai karyawan tetapi sebenarnya tidak
bekerja penuh. Langkah berikutnya adalah perusahaan mengambil tindakan pengurangan
jam kerja untuk efisiensi. Bila langkah ini tidak cukup, tindakan berikutnya adalah
pengrumahan sementara. Buruh akan dipanggil sewaktu-waktu bila kondisi perusahaan
telah pulih. Tapi bila kemunduran (decline) berkelanjutan, tidak banyak pilihan bagi
perusahaan kecuali mengambil tindakan pemutusan hubungan kerja (PHK) terutama bagi
karyawan yang tidak produktif. Pengurangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya PT Bank Mandiri,Tbk dan PT Dirgantara Indonesia menerapkan cara pemutusan
hubungan kerja dengan semua karyawan dan kemudian dilakukan perekrutan kembali
dengan memilih karyawan yang hanya memenuhi kualifikasi yang dituntut oleh perusahaan
tersebut. Akan tetapi perusahaan seringkali kehilangan karyawan yang berpotensi. Karena
bagi karyawan yang berpotensi, mereka siap-siap mencari kerja di tempat lain yang situasi
perusahaannya masih sehat. Disinilah ironisnya, bagi yang memiliki potensi yang bagus
ternyata mereka tetap bisa melompat ke beberapa perusahaan. Padahal perusahaan sadar
betul, dalam kondisi kemunduran tersebut hanya mereka yang dianggap andal yang harus
dikaryakan untuk bisa membangkitkan, paling tidak mempertahankan eksistensi
perusahaan. Disinilah para downsizers harus dapat mengikat kesetiaan para karyawan yang
memiliki potensi tersebut untuk dapat menyelamatkan perusahaannya. Disamping itu para
manajer harus tetap dapat memotivasi karyawan yang traumatis untuk dapat bekerja seperti
sediakala dan memelihara kepercayaan mereka terhadap perusahaan.
Kesalahan yang seringkali dilakukan dalam kegiatan penurunan besaran diakibatkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
Kekeliruan pada saat merestrukturalisasi tujuan jangka panjang dan jangka pendek
organisasi.
Sesungguhnya tidak ada teknik yang betul-betul ampuh untuk mengatasi hal-hal
yang negatif yang disebabkan mundurnya organisasi. Akan tetapi kita tidak dapat berdiam
diri menghadapi kondisi tersebut. Ada beberapa kegiatan yang harus segera dilakukan
antara lain menjelaskan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi, mensentralisasi
pengambilan keputusan, mendesain kembali pekerjaan dan pengembangan pendekatan
yang inovatif terhadap pemotongan.
Agar bisa tetap bertahan hidup dan bertumbuh subur dalam suasana yang kompetitif
secara global, organisasi-organisasi harus mengambil satu strategi yang memberi mereka
suatu keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Semua strategi tersebut termasuk dalam
satu atau lebih kategori berikut:
- Strategi diferensiasi. Strategi dalam kategori ini berusaha untuk menambah nilai,
sebagaimana ditetapkan oleh pelanggan atas produk atau jasa organisasi. Strategi-
strategi tersebut biasanya mencakup perolehan superioritas atas para pesaing, terus
menerus mengungguli pesaing di bidang mutu, memberikan layanan dukungan yang
lebih besar dan lebih banyak kepada pelanggan, dan/atau memberikan pelanggan
lebih banyak nilai atas uang mereka.
- Strategi celah pasar. Strategi dalam ketegori ini berfokus pada segmen pasar
(celah pasar) yang ditetapkan secara sempit, dan berusaha untuk membuat
organisasi mempertanyakan kepada pemimpin pasar dalam celah tersebut.
Kepemimpinan dapat dicapai dengan mengambil kepemimpinan biaya atau strategi
Mengelola kemunduran organisasi bukan saja berarti mengembalikan apa-apa yang
pernah diperoleh organisasi pada fase-fase sebelumnya, karena ada proses yang terjadi
selama pertumbuhan organisasi yang tak dapat dikembalikan lagi. Seperti yang
dikemukakan Robbins (1990) bahwa terdapat suatu ketertinggalan yang mencirikan tingkat
perubahan dalam struktur selama terjadinya kemunduran panjang yang tidak terdapat pada
pertumbuhan. Ketertinggalan ini mengakibatkan tingkat struktur akan lebih besar dalam
organisasi yang sama dengan tingkat ukuran tertentu selama terjadinya kemunduran
dibandingkan waktu pertumbuhan. Sebaliknya hal tersebut mengakibatkan adanya
komponen administratif yang lebih besar selama kemunduran; makin pentingnya perspektif
pengendalian kekuasaan dalam menjelaskan struktur, serta kecenderungan bagi
manajemen untuk pertama-tama, mengesampingkan kemunduran, kemudian
memperlakukannya sebagai sebuah penyimpangan dan akan hanya menanggapinya
dengan tepat setelah tertunda sejenak.
Pada saat terjadi kemunduran, para manajer kemungkinan akan menghadapi tingkat
konflik yang lebih tinggi, permainan politik yang bertambah, penolakan yang meningkat
terhadap perubahan, kehilangan kredibilitas, perubahan dalam komposisi tenaga kerja
secara sukarela lebih tinggi, dan motivasi pegawai yang makin runtuh.
Untuk menjaga jangan sampai terjadi kemunduran dalam organisasi maka
setidaknya setiap organisasi melakukan evaluasi diri secara kontinyu, seperti halnya yang
seringkali dilakukan oleh organisasi-organisasi pendidikan (seperti yang dilakukan oleh
BAN-DIKTI) yaitu dengan sistem akreditasinya. Dalam evaluasi diri tersebut butir-butir
permasalahan yang dideskripsikan antara lain: Jati diri dan visi program studi; Misi dan
tujuan program studi; Pengelolaan program; Kurikulum dan proses belajar mengajar;
Sumber daya manusia dan pengembangannnya; mahasiswa dan pembimbingannya; sarana
dan prasarana, sistem evaluasi pembiayaan. Dari hasil evaluasi diri tersebut kemudian
dianalisis dengan metode SWOT.
Dasar pemikiran untuk melakukan analisis SWOT adalah bahwa rencana organisasi
hendaknya menghasilkan suatu kecocokan yang memadai antara situasi internal dan situasi
eksternalnya. Sebuah situasi internal organisasi ditentukan oleh kekuatan dan kelemahan.
Situasi eksternal; sebuah organisasi ditentukan oleh peluang dan ancaman yang ada dalam
lingkungan usaha. Rencana strategik hendaknya dirancang dengan cara sedemikian rupa
Untuk organisasi yang homogen ada teknik analisis lain yang dapat dijadikan
sebagai alternatif untuk mengevaluasi diri organisasinya yaitu dengan metode EVR
(Environment – Value – Resources). Dengan metode ini kita dapat mengetahui potensi diri
serta posisi organisasi kita terhadap lingkungan serta hal-hal yang berkaitan dengan nilai-
nilai baik nilai yang dianut individu (manajer dan staf/karyawan) maupun nilai-nilai sosial,
ekonomi, politik, budaya. Dari ketiga aspek tersebut baru dibuat rencana strategik yang
menyentuh ketiga aspek tersebut.
Dari kedua teknik analisis tersebut maka harus dilanjutkan dengan pembuatan
rencana strategik yang memungkinkan bagi organisasi tersebut untuk merumuskan tujuan
jangka pendek dan jangka panjangnya, diawali dengan point of departure (berdasarkan
analalisis SWOT maupun EVR) yang dimiliki oleh organisasi serta strategi pencapaian
terhadap point of arrival dari organisasi yang bersangkutan.
Adapun tindakan downsizing bukan hanya dilakukan pada saat organisasi
mengalami kemunduran. Downsizing merupakan strategi yang dapat dilakukan dalam setiap
tahap dari daur hidup organisasi, untuk menjaga ketepatan ukuran-ukuran organisasi dalam
mempertahankan efektivitas dan efisiensi organisasi yang bersangkutan, bukan sekedar
untuk menjaga eksistensi saja.
2. Diane Mayo and Jeanne Goodrich. Staffing for Result : A Guide to Working Smarter,
Chicago: ALA, 2002
3. Roger Fisher and Willian Ury. Getting to Yes : Negotiaating Agreement Without Giving
In. New York: Penguin Books, 1999
4. Michael Hammer dan James Champy, Reengineering the Corporation : A Manifesto for
Business Revolution, 2004