Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU MANTIK

Tentang

Lawahiq al-Qiyas

Disusun oleh:

kelompok 10

Fadhil Arsyad / 2213030090


Imam Putra Adipati / 22130300
Zibran Saputra / 2213030057
Ikhsan Nur Hidayat / 2113030022
Alcon Medofa / 2113030042
Riska Wiryani / 2013030017
Delita / 2013030020
Aysah / 2013030022
Mohd Ikram / 2213030165

Dosen Pengampu :

Dr. Azhariah Khalida, M.Ag.

PRODI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1445 H/2023 M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Lawahiq al-Qiyas. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas dari ibu Dr. Azhariah Khalida, M.Ag. pada mata kuliah Ilmu Mantiq di Universitas Islam
Negeri Imam Bonjol Padang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Azhariah Khalida,
M.Ag selaku dosen pengampu. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pad
a semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 1 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………………………………………………….ii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….4
C. Tujuan Masalah………………………………………………………….…4
BAB II Pembahasan…………………………………………………………………….
A. Pengertian Lawahiq al-Qiyas……...………………………………………5
B. Bentuk-bentuk Qiyas tambahan…………………………………………
BAB III Penutup……………………………………………………………………….
A. Kesimpulan………………………………………………………………..11
B. Saran………………………………………………………………………11
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan
dalam berpikir. Diantara pendapat yang lain mengatakan bahwa, Ilmu mantiq adalah
ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara
benar, yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berfikir
secara keliru dan menghasilkan kesimpulan salah.

Diantara ulama dan cendekiawan Muslim yang mendalami, menterjemah dan


mengarang di bidang Ilmu Mantiq adalah Abdullah Ibn Al- Muqaffa', Ya'qub Ibn Ishaq
Al-Kindi, Abu Nashr Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Hamid Al-Ghazali, Ibnu Rusyid dan
banyak lagi yang lainnya. Lebih jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas
tentang alat dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan
selamat dari cara berpikir salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan
lepas dari berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai
tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir jernih, logis
dan obyektif. Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang
benar, tidak keliru.

Diantara pembelajaran ilmu mantiq yang takkala pentingnya yaitu Qiyas yang
membutuhkan penjelasan lengkap dari Lawahiq Qiyas itu sendiri agar tidak salah dalam
pemikiran maupun logika. Oleh karena itu dalam makalah ini kami coba membahas
tentang Lawahiq Qiyas atau rentetan-rentetan qiyas agar dapat memahami
Qiyas itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Liwahiq Qiyas?


2. Apa bentuk-bentuk Liwahiq Qiyas?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Liwahiq Qiyas.


2. Untuk mengetahui apa saja bentuk-benuk Liwahiq Qiya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. LAWAHIQ QIYAS
Qiyas atau Silogisme disebut Qiyas Manthiqi. Terhadap Qiyas Manthiqi ini
terdapat beberapa qiyas yang dihubungkan atau diikutkan dalam Istidlal, yang kemudian
disebut Lawahiq al-Qiyas (Susunan dalam qiyas). Qiyas Manthiqi dijamin validitasnya,
sedangkan Lawahiq al-Qiyas tidak dijamin sebab memerlukan penelusuran lebih lanjut
sampai validitasnya ditemukan.1

B. Bentuk-bentuk Lawahiq Qiyas


Lawahiq Qiyas terdapat empat macam :
1. Qiyas Murakkab
2. Qiyas Istiqra
3. Qiyas Tamtsili
4. Qiyas Khafi

1. Qiyas Murakkab (Silogisme Majemuk)

Definisi Qiyas Murakkab:

ِ ‫ْث ت َ ُكو ُن نَتِي َحةُ ُك ٌّل مِ ْن َها ُمقَ ِد َمةً ِل ِق َي‬


ُ‫اس تَتْلُوه‬ َ ‫طي ِْن أ َ ْو مِ ْن ِعدَةٍ أ َ ْف َي‬
ُ ‫س ٍة ِب َحي‬ َ ‫سي ِْن َب ِس ْي‬
َ ‫ِياس ُم َر َّكبٌ مِ ْن قِيا‬
ُ ‫ه َُو ق‬

Qiyas yang tersusun dari dua qiyas yang sederhana (mudah) atau dari
beberapa qiyas yang setiap natijahnya menjadi muqaddamah bagi qiyas yang
mengikutinya.

1
H. Syukriadi Sambas, Mantiq: Kaidah Berpikir Islami, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2012, hal. 144

2
Cara membuatnya ialah: qiyas yang telah menelorkan kesimpulan,
disambung/dirangkaikan dengan qiyas yang lain dan ini akan mengeluarkan natijah.
Natijah ini ditangkaikan pula dengan qiyas yang lain. Demikian seterusnya.2
Qiyas yang diikutinya disebut Qiyas Sabiq, dan Qiyas yang mengikuti disebut
Qiyas Lahiq, contoh:
• Benda itu emas
Tiap-tiap emas adalah logam
Tiap-tiap logam dapat menghantarkan panas
Maka natijahnya: emas dapat menghantarkan panas
• Benda itu kayu
Tiap-tiap kayu adalah tumbuhan
Tiap-tiap tumbuhan mesti bertumbuh
Tiap-tiap yang tumbuh memerlukan makanan
Tiap-tiap yang yang memerlukan makanan adalah makhluk
Maka natijahnya adalah: benda itu makhluk

Macam-macam Qiyas Murakkab


Murakkab artinya tersusun atau bertumpuk-tumpuk. Maksudnya adalah
mukaddimah qiyas lebih dari satu. Bisa dua bisa tiga bisa empat dan seterusnya. Untuk
sampai kepada natijah. Karenanya dinamakan murakkab, bertumpuk, bersusun. Qiyas
Murakkab terbagi dua:

1. Muttashil al-Nata'ij yaitu qiyas yang natijahnya disebutkan secara eksplisit, dan
natijahnya itu menjadi muqaddamah shugra bagi qiyas yang mengikutinya.
Contoh:
Tiap-tiap pepaya adalah buah-buahan
Tiap-tiap buah-buahan adalah tumbuh.
Tiap-tiap pepaya adalah tumbuh
Tiap-tiap tumbuh perlu air
Tiap-tiap pepaya perlu air
Maka tiap-tiap pepaya perlu air

2
Cholil Bisyri Mustofa,2000. Ilmu Mantiq, Terjemah Assullamul Munauroq, al- Ma'arif, Bandung, hlm 82

3
2. Munfashil al-Nata'ij adalah qiyas yang natijahnya disebutkan secara eksplisit,cukup
jelas dapat diketahui.
Contoh:
Tiap-tiap pepaya adalah buah-buahan
Tiap-tiap buah adalah tumbuh
Tiap-tiap yang tumbuh perlu air
Maka tiap-tiap pepaya perlu air

2. Qiyas Istiqra`
Istiqra` ialah metode menari k kesimpulan atau hukum yang diawali dari
bagian khusus untuk dijadikan alat mengambil kesimpulan atau hukum yang secara
umum berlaku bagi semua bagian-bagian khusus tersebut. Secara sederhana yaitu
penyelidikan berbagai juz’iyyah untuk menetapkan kesimpulan umum 3Contohnya:
• Manusia jika makan yang bergerak adalah rahang bawahnya
• Sapi jika makan yang bergerak adalah rahang bawahnya
• Kuda jika makan yang bergerak adalah rahang bawahnya
• Kucing jika makan yang bergerak adalah rahang bawahnya
• Monyet jika makan yang bergerak adalah rahang bawahnya
Jadi : Semua binatang jika makan rahang bawahnya bergerak.
Dengan demikian, kata “binatang” itu dijadikan sebagai suatu natijah
(kesimpulan) yang bersifat umum, dan hal ini dilakukan dengan menggunakan
argumentasi juz`iyyah, yaitu kata manusia, sapi, kuda, dan monyet.
Namun demikian, metode istiqra` hanya bisa dipakai untuk menunjukkan
pada hal yang secara umum relatif benarnya, bukan untuk yang pasti benarnya.
Sebab diantara binatang ada yang dalam ketika makan yang bergerak adalah rahang
atasnya, seperti buaya.
Pembagian Istiqra`
1) Istiqra` Tam, yaitu metode berfikir induktif yang diawli dengan hal-hal yang
khusus untuk menentukan status hukum secara umum dan dalam realitasnya,
hukum umum tersebut berlaku untuk seluruh bagian-bagiannya yang sejenis.

3
Chaerudji Abdulchalik dan Oom Mukarromah, (2013). Ilmu Mantiq, (Jakarta: a PT RajaGrafindo Persada) hlm
131.

4
Jika hasil simpulannya memiliki kebenaran yang meyakinkan, maka metode ini
dikenal dengan istiqra` tam.
Tam, yaitu suatu penyelidikan yang didasarkan atas penelitian seluruh
juz’iyyah, yang daripadanya terbentuk suatu kulli dan memberlakukan
hukumnya atas kulli istiqra’i itu.
Contoh:
• Bulan Januari itu kurang dari 33 hari
• Bulan Februari itu kurang dari 33 hari
• Bulan Maret itu kurang dari 33 hari
• Bulan April itu kurang dari 33 hari
• Bulan Mei itu kurang dari 33 hari
• Bulan Juni itu kurang dari 33 hari
Jadi: Semua bulan masehi kurang dari 33 hari
2) Istiqra` Naqis, yaitu menyelidiki sesuatu yang mungkin dapat diselidiki dari
berbagai juz’iyyah dan memberi hukum yang sesuai dengan juz’iyyah untuk kulli
yang meliputi kepadanya dan yang lainnya. Contoh: “semua hewan
menggerakkan rahang bawahnya ketika mengunyah”. Jadi semua manusia dan
binatang, termasuk harimau sama seperti itu kalau mengunyah4
Naqis yaitu metode berfikir induktif yang diawali dengan hal-hal umum untuk
menentukan status hukum secara umumtapi nilai kebenaranpada natijahnya
relatif meyakinkan5 Contoh:
• Perak jika dipanaskan, akan menuai
• Besi jika dipanaskan, akan menuai
• Emas jika dipanaskan, akan menuai
• Tembaga jika dipanaskan, akan menuai
Jadi: Semua benda padat jika dipanaskan, akan menuai

3. Qiyas Tamtshili (Analogi)


Tamtsil dalam bahasa arab sama dengan asal kata missal berarti mengambil
contoh, mengidentifiikasai kemiripan. Maksudnya adalah menetapkan hukum

4
IBID hlm 131.
5
H. Syukriadi Sambas, Op. Cit, hal. 147.

5
sesuatu terhadap sesuatu yang lain yang dapat persamaan sifat. Persamaan sifat ini
yang disebut Tamtsil.

Contoh:
Di pulau jawa ada air, ada udara segar, ada pohon.
Sedang di pulau lain juga ada air, udara segar, dan pohon.
Berarti karena di pulau jawa ada manusia ada manusia maka di pulau lain
juga ada manusia. Ini sebagai contoh, contoh yang demikian belum tentu benar,
karena unsur-unsur adanya manusia. belum tentu itu benar.

Contoh lain tentang hukum Islam:


Babi hukumnya haram dimakan, kemudian kita cari unsur penyebabnya,
ditemukan penyebabnya oleh manusia adalah cacing pita. Kemudian binatang yang ada
unsur cacing pitanya kita. hukumi haram. Hukum haramnya babi itu karena asalnya.
Hukum haramnya yang selain babi tapi bercacing pita dinamakan furu"
mempersamakan itu disebut tamsil.
Dalam hukum Islam yang demikian tidak bisa dibenarkan, haramnya babi
adalah asal ketentuan wahyu, sedang sebab haramnya bukan ketentuan wahyu akan
tetapi yang dicari manusia. Karenanya ulama sepakat bahwa sebab yang dicari manusia
tidak bisa menghapus hukum asal.
Qiyas Tamtsili banyak digunakan dan dikembangkan dalam pembahasan Ushul
Fiqh sebagai model Mantik Islami.
4. Qiyas Khafi (Analogi Tersembunyi)
Qiyas Khafi adalah menetapkan suatu objek pikir dengan membatalkan
lawannya. Dalam proses penyusunannya terdiri dari dua qiyas, Iqtirani dan Istitsna'i
Jika objek pikir yang ditetapkan yang ditetapkan itu tidak terbukti, yang terbukti adalah
lawannya. Sebaliknya. jika lawannya yang terbukti, objek pikir yang ditetapkan itu
mustahil terbuktinya. Jadi, kesimpulannya "kemustahilannya itu sendiri".
Contoh: apabila kewajiban shalat itu tidak terbukti hilang bagi perempuan yang
haid, shalat itu terbukti wajibnya. Dan jika shalat itu wajib bagi perempuan yang haid,
wajib pula baginya puasa yang terjadinya mustahil. Akan tetapi, kewajiban puasa itu
tidak terbukti bagi perempuan yang haid. Jadi, tiadanya kewajiban shalat bagi
perempuan yang haid itu terbukti. Qiyas Khafi ini jarang digunakan dalam istidlal.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita membahas secara menyeluruh mengenai qiyas ini maka dapat
ditarik kesimpulkan bahwa qiyas itu memiliki Lawahiq qiyas dengan pembagian-
pembagiannya antara lain: rentetan

1. Qiyas Murakkab
2. Qiyas Istiqra'
3. Qiyas Tamsil
4. Qiyas Khafi

Selain itu ada pula macam-macam murakkab yang terbagi menjadi dua jenis,
yaitu qiyas murakkab dengan natijah tidak terpisah (mausul nataij) dan qiyas murakkab
yang natijahnya tidak terpisah disebut dengan (mafsul nataij). Dan yang terakhir
macam-macam hujjah yang terbagi menjadi dua pula Hujjah Aqliyah dan
Hujjah naqliyah.

B. Saran

Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai Liwahiq Qiyas. Kami


menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah kami. Maka dari itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Harapan penulis
semoga makalah ini sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sambas, H. Syukriadi. 2012 Mantiq: Kaidah Berpikir Islami. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya

Mustofa, Cholil Bisyri. 2000. Ilmu Mantiq, Terjemah Assullamul Munauroq. Bandung: PT. al-
Ma'arif

Chaerudji Abdulchalik dan Oom Mukarromah, (2013). Ilmu Mantiq, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai