Anda di halaman 1dari 19

IJTIHAD, MADZHAB DAN SEJARAHNYA

REVISI MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ushul Fiqih

Dosen Pengampu : Muhammad Syaifuddien Zuhriy M.Ag

Disusun Oleh:

1. Moch Barkah Yunus (1504026012)


2. Asrori (1504026016)

JURUSAN TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan ajaran terakhir yang diriwayatkan Allah swt kepada
Nabi Muhammad saw. Setelah nabi Muhammad saw tidak ada lagi rasul yang
diutus dan tidak ada lagi wahyu yang diturunkan untuk mengatur kehidupan
umat manusia di muka bumi ini. Hal ini mengisyaratkan bahwa agama islam
merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Agama islam
juga sangat berperan penting dalam kehidupan sosial pada masa ini, hal tersebut
dibuktikan dengan munculnya persoalan-persoalan yang baru dalam masyarakat
dan agama Islam mampu mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dalam
masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut muncul disebabkan oleh
perkembangan sosial yang semakin maju dan semakin moderen.
Banyaknya persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat
menimbulkan munculnya perbedaan-perbedan pendapat antara masyarakat yang
satu dengan yang lain. Untuk itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas
ijtihad, madzhab dan sejarahnya. Untuk lebih jelasnya akan kami jelaskan
sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ijtihad?
2. Apa pengertian Madzhab?
3. Bagaimana sejarah Madzhab?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ijtihad
1. Pengertian Ijtihad
Ijtihad menurut etimologis adalah suatu kemampuan, kesanggupan, dan
kerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Hal tersebut menunjukan adanya
pekerjaan yang sangat berat dan sulit untuk dilakukan.
Menurut Abu Yahya Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria al-
Anshari, ijtihad ialah:

ّ
‫انظٍ بانحكى‬ ‫استفساغ انفقيه انىسع نتحصيم‬

“seorang faqih mengerahkan kemampuannya untuk menghasilkan


hukum dari dalil dzann.”1
Menurut Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ijtihad ialah:

‫في عسف انعهًاء يحصىصا ببرل انًجتهد وسعه في طهب انعهى بأحكاو انشسيعة‬

“Ijtihad menurut ulama yaitu mengerahkan kemampuan seorang


mujtahid untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum-hukum
syara‟.”2
Definisi ijtihad yang dikemukan al-Syaukani, yaitu:
“Mencurakan seluruh kemampuan guna menemukan hukum syari‟at
yang bersifat praktis dengan cara mengambil kesimpulan hukum”

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, ijtihad


merupakan sebuah metode untuk menggali sumber hukum islam guna untuk
mengeluarkan suatu hukum yang baru dalam masyarakat. Landasan
mengenai dibolehkannya ijtihad salah satunya yaitu dalam QS. An-Nisa‟ :
105, yang berbunyi:

‫اس بِ ًَا أَ َزىكَ ٱ َّ ه‬


ٍَ‫للُ َو ََل تَ ُكٍ نِّهخَ ائُِِي‬ ِ َُّ‫ق نِتَح ُك َى بَيٍَ ٱن‬ َ َ‫إََِّا أََزَ نَُا إِنَيكَ ٱن ِكت‬
ِّ ‫ب بِٱن َح‬

ٔٓ١ ‫صيًا‬
ِ َ‫خ‬

1
Abu YAhya Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria al-Anshari, kitab Lubb al-Ushul, (Beirut,
Dar al-Fikr, Tth), hlm. 32
2
Abu Hamid Muhammad Al-ghazali, Al Musthofa min ilmi al-ushul, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), hlm. 342

2
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang
yang khianat” QS. An-Nisa‟ : 105

Dalam ayat tersebut terdapat penetapan ijtihad yaitu berupa qiyas.


ِ ‫اِ ٌَّ فِى َذنِكَ ََلَيَا‬
ٌ ْ‫ت نِقَىْ ِو يَّتَفَ َّكسُو‬
“Sesungguhnya pada hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang
berpikir”

2. Syarat-syarat berijtihad
Al Ghazali mengemukakan beberapa syarat mengenai syarat bagi orang
yang melakukan ijtihad, yaitu:
a. Penguasaan terhadap materi hukum yang terdapat dalam sumber utama
ajaran islam.
b. Mengetahui Nasikh Mansukh3

Menurut Prof. satria Efendi M. Zein syarat untuk berijtihad sebagai


berikut:

1) Mengerti dengan makna-makna yang dikandung oleh ayat-ayat hukum


dalam Al-Qur‟an baik secara bahasa maupun secara istilah.
2) Mengetahui tentang hadits-hadits hukum baik secara bahasa maupun
dalam pemakaian syara‟.
3) Mengetahui tentang mana ayat atau hadits yang telah dimansukh (tidak
dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Allah dan Rasulnya), dan mana ayat
atu hadits menasakh atau sebagai penggantinya.
4) Mengetahui pengetahuan tentang masalah-masalah yang sudah terjadi
ijma‟ tentang hukumnya dan mengetahui tempat-tempatnya.
5) Mengetahui tentang selak beluk qiyas.
6) Menguasai bahasa Arab serta ilmu-ilmu bantu yang berhubungan
dengannya.
7) Menguasai ilmu Ushul Fiqih.

3
Mardani, Ushul Fiqih, (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 356

3
8) Mengetahui maqasidh al-syariah (tujuan syariat).4

Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai syarat-


syarat ijtihad bagi seorang mujtahid, yaitu:

a. Tingkatan Mujtahid Seorang mujtahid harus menguasai bahasa arab


secara mendalam, seperti Nahwu, Sharaf, ilmu Bayan, Balaghah, dan
lain-lain.
b. Seorang Mujtahid harus menguasai ilmunya Al-Qur‟an. Seperti Asbabun
nuzul ayat, ayat-ayat am, khos, mujmal, mubayyan, mutlak, muqayyad,
nasikh wal mansukh, dan lain-lain.
c. Menguasai ilmu Ushul Fiqih
d. Menguasai secara mendalam mengenai masalah-masalah yang terjadi
ijma‟
e. Mengetahui maqasidh al-syariah
3.
Dikalangan ulama yang melakukan ijtihad memiliki beberapa tingkatan.
Tingkatan tersebut tergantung pada aktivitas yang dilakukan mujtahid
tersebut. Tingkatan-tingkatan yang ada dikalangan mujtahid diantaranya,
yaitu:
1. Mujtahid mutlaq mustaqil (Mujtahid Independen), yaitu mujtahid
yang membangun teori dan istinbath sendiri tanpa bersandar kepada
kaidah istinbath orang lain. Yang termasuk dalam jajaran ini adalah
Iaist ibn Sa‟ad, Al-Auza‟i, Sufyan al-Sauri, Abu Saur dan lainnya.
2. Mujtahid Muntasib (Mujtahid berafiliasi), yaitu para ulama yang
beijtihad dengan menggunakan kaidah imam madzhab yang
diikutinya. Akan tetapi dalam masalah furu‟biasanya ia berbeda
dengan ulama madzhab yang diikutinya. Diantaranya adalah Abu
Yusuf, Hanafiyah, Malikiyah, Syafi‟iyah, Ibnu Taimiyah dan
lainnya.

4
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 254

4
3. Mujtahid fi al-Madzhab, yaitu mujtahid yang mengikuti ulama
madzhabnya baik dalam kaidah istinbath dan furu‟.
4. Mujtahid Murajjih, yaitu mujtahid yang tidak menginstimbatkan
pemikiran hukum mujtahid sebelumnya, kemudian memilih yang
dianggap (rajjih) paling kuat.5

4. Tingkatan Ijtihad
Ijtihad memiliki dua tingkatan, yaitu:
1. Ijtihad Darakil Ahkam (menghasilkan hukum yang belum ada)
2. Ijtihad Tathbiqil Ahkam (menerapkan hukum atau kaidah atas segala
tempat yang menerimanya)

B. Madzhab dan Sejarahnya


1. Pengertian Madzhab
Secara bahasa, mazhab memiliki dua pengertian, pertama kata mazhab
berasal dari kata zahaba-yazhabu yang memiliki arti telah berjalan, telah
berlalu, telah mati. Pengertian kedua yakni, mempunyai arti suatu yang
diikuti dalam berbagai masalah disebabkan adanya pemikiran, oleh karena
itu mazhab berarti yang diikuti atau dijadikan pedoman atau metode.6
Secara istilah, Madzhab adalah hasil ijtihad seorang imam (mujtahid)
tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah istinbath. Dengan
demikian pengertian mazhab adalah: mengikuti hasil ijtihad seorang imam
tentang hukum suatu masalah atau kaidah-kaidah istinbathnya.7
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa madzhab adalah suatu
paham atau pemikiran yang dihasilkan dari ijtihad seorang mujtahid.
Secara umum, proses lahirnya mazhab yang paling utama adalah faktor
usaha para murid imam mazhab yang menyebarkan dan menanamkan
pendapat para imam madzhab kepada masyarakat dan juga disebabkan

5
Arief, H.Abd.Salam, Pembaruan Pemikiran Islam antara Fakta dan Realita kajian Pemikiran Syekh
Mahmud Syaltut, (Yogyakarta: LSFI, 2003), hlm. 37-39
6
Supriadi, Dedi, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008),
hlm.14
7
Supriadi, Dedi, Perbandingan mazhab,.. hlm. 14

5
adanya pembukuan pendapat para imam mazhab sehingga memudahkan
tersebarnya pendapat tersebut di kalangan masyarakat. Karena pada
dasarnya, para Imam mazhab tidak mengakui atau mengklaim sebagai
“mazhab”. Secara umum, mazhab berkaitan erat dengan nama imam atau
tempat.8
2. Sejarah Madzhab
Dimasa pemerintahan Umar bin Khaththab, daerah wilayah daulah Islam
bertambah luas. Hal itu yang menyebabkan tersebarnya para sahabat dan
para tabi‟in keberbagai kota untuk menjadi hakim, dan dikala itu masyarakat
mempunyai berbagai kebudayaan yang berbeda antrara suku yang satu dan
suku yang lain. Karna itulah penyebab yang mempengaruhi antara fuqaha
yang satu dengan yang lain saling beda dalam mengajarkan dan membentuk
hukum Islam9.
Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung oleh fuqaha serta para
pengikut mereka, juga mendapat pengaruh dan dukungan dari penguasaan
politik. Mazhab Hanafi mulai berkembang ketika Abu Yusuf, murid abu
Hanifah diangkat menjadi Qadhi dalam pemerintahan tiga khalifah
Abbasyiah: Al-mahdi, Al-hadi dan Al-Rasyid. Al-Kharaj adalah kitab yang
disusun atas permintaan khalifah Al-Rasyid dan kitab ini adalah rujukan
pertama rujukan Hanafi.10
Mazhab Malik berkembang di khilafah timur atas dukungan al-Mansyur
dan di khilafah barat atas dukungan Yahya Ibnu Yahya ketika diangkat
menjadi qadhi oleh para khalifah Andalusia. Di Afrika, Al-Mu‟iz Badis
mewajibkan seluruh penduduk untuk mengikuti Mazhab Maliki. Mazhab
Syafi‟i membesar di Mesir ketika Shalahuddin al-Ayubi merebut negeri itu.
Mazhab Hanbali menjadi kuat pada masa pemerintahan Al-Mutawakkil.
Waktu itu al-Mutawakkil tidak mengangkat seorang qadhi kecuali dengan
persetujuan imam Ahmad Ibnu hambal.11

8
Supriadi, Dedi, Perbandingan mazhab,... hlm. 33
9
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang:: PT. Pustaka Rizki
Putra,tth) hlm. 100
10
Rakhmat, Jalaluddin, Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh, (Bandung : PT. Mizan, 2007), hlm. 183
11
Rakhmat, Jalaluddin, Dahulukan Akhlak ,…hlm. 183

6
Dari mata rantai sejarah ini jelas terlihat korelasi pemikiran fiqh dari
zaman sahabat, tabi‟in hingga munculnya mazhab-mazhab fiqih pada
periode berikutnya. Meskipun jumlah mazhab tidak terbatas kepada empat
mazhab besar yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali.12

Thaha Jabir Fayad Al-Ulwani, menejelaskan bahwa mazhab fiqih islam


yang muncul setelah sahabat dan tabi‟in berjumlah tiga belas aliran. Tiga
belas aliran itu beraliaran Ahli Sunnah. Akan tetapi, tidak semua aliran
tersebut dapat diketahui dasar-dasar dan metode istinbath hukum yang
digunakan, kecuali Sembilan atau sepuluh dari ketiga belas imam tersebut.
Diantaranya aliran tersebut adalah:
1. Abu Sa‟id Al-Hasan ibn Yasar Al-Basri (w. 110 H)
2. Abu Hanifah Al-Nu‟man ibn Tsabit Ibn Zuthi (w.150 H)
3. Al-Auza‟I Abu „Amr „Abdur Rahman Ibn „Amr Ibn Muhammad
(w.157H)
4. Sufyan Ibn Sa‟id Ibn Masruq At-Tsauri (w. 160 H)
5. Al-Laits Ibn S‟ad (w. 175 H)
6. Malik Ibn Anas Albahi (w. 179 H)
7. Sufyan Ibn „uyainah (w. 198 H)
8. Muhammad Ibn Idris As-Syafi‟I (w. 204 H)
9. Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hambal (w. 241 H)
10. Daud Ibn „Ali Al-Ashbahani Al-Baghdadi ( w. 270 H)
11. Ishaq Ibn Rahawai (w. 238 H)
12. Abu Tsawur Ibrahim Ibn Khalid Al-Kalabi
Mereka itulah yang dikenal dengan imam para mazhab. Inilah mazhab-
mazhab fiqih yang dikenal dikalangan sunni. Selain itu, terdapat pula
mazhab-mazhab yang terkenal dalam kelompok syi‟ah, seperti Mazhab
Zaidiyah, Mazhab Imamiyah, Mazhab Ismailiyah dan Mazhab Abadiyyah. 13
Secara umum, tiap-tiap Mazhab memiliki ciri khas tersendiri karena para
pembinanya berbeda pendapat dalam menggunakan metode penggalian
hukum. Namun perbedaan itu hanya terbatas dalam masalah-masalah furuq,

12
Supriadi, Dedi, Perbandingan mazhab,... hlm. 39
13
Nasution, Harun , Islam ditinjau dari berbagai aspek, (Jakarta: UI-Press, 1985), hlm. 14

7
bukan masalah-maslah prinsipil atau pokok syariat. Mereka sependapat
bahwa semua sumber atau dasar syariat adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Semua hukum yang berlawanan dengan kedua hukum tersebut wajib ditolak
dan tidak diamalkan. Mereka juga saling menghormati satu sama lain,
selama yang bersangkutan berpendapat sesuai dengan garis-garis yang
ditentukan oleh syariat islam.14
1. Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi ialah salah satu mazhab fiqih dalam Islam. Mazhab
inididirikan oleh Imam Abu Hanifah yang bernama lengkap Abu Hanifah
bin Nu'man bin Tsabit Al-Taimi Al-Kufi, Mazhab hanafi merupakan
mazhab paling tua di antara empat mazhab Ahlu Sunnah Wal Jamaah
yang populer. Mazhab ini di nisbatkan kepada Imam Besar Abu Hanifah
An-Nu‟man bin Tsabit bin Zutha At-Tamimy, lahir di kuffah tahun 80 H
dan wafat di Baghdad pada tahun 150 H.15 Beliau wafat pada tahun 150
H bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi‟i R.A. Beliau lebih dikenal
dengan sebutan Abu Hanifah An Nu‟man. Dan terkenal sebagai mazhab
yang paling terbuka kepada ide modern.

Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah. Dalam bidang
fiqih beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman, yaitu murid dari
Abdullah bin Mas‟ud. pada awal abad kedua hijriah dan banyak belajar
pada ulama-ulama Tabi‟in, seperti Atha bin Abi Rabah dan Nafi‟ Maula
Ibnu Umar.

Mazhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya, yaitu Abu
Hanifah. Jadi mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan
pendapat-pendapat yang berasal dari Imam Abu Hanifah dan murid-
muridnya serta pendapat-pendapat yang berasal dari para pengganti
mereka sebagai perincian dan perluasan pemikiran yang telah digariskan
oleh mereka yang kesemuanya adalah hasil dari pada cara dan metode
ijtihad.

14
Supriadi, Dedi , Perbandingan mazhab,... hlm. 8
15
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (Jakarta, Hamzah 2015), hlm. 172.

8
Dasar-dasar Mazhab Abu Hanifah ialah:

a. Al kitab.
b. As Sunnah.
c. Al Ijma‟.
d. Al Qiyas.
e. Al Istihsan.

Perkebangan mazhab Imam Abu Hanifah.

Imam Abu Hanifah membentuk badan organisasi yang terdiri dari


tokoh-tokoh cendekiawan yang ia sendiri sebagai ketuanya. Badan ini
berfungi memusyawarahkan dan menetapkan ajaran islam dan
membukukan berbagai ajaran islam. Murid-murid abu hanifah yang
berjasa dalam madrasah kuffah dan membukukan fatwa-fatwanya
sehingga dikenal dalam dunia islam di antaranya adalah:

1. Abu Yusuf Ya‟kub Ibn Ibrahim Al-Anshary.


2. Muhammad Ibn Hasan Al-Syaibany.
3. Zufar Ibn Huzail Ibn Al-Kufy.
4. Al-Hasan Ibn Ziyad Al-lu‟lu‟iy.

Dari keempat murid Abu hanifah tersebut yang banyak menyusun


buah pikiran Abu hanifah adalah Al-Syaiban yang buah karyanya yang
terkenal adalah Al-Kutub Al-Sittah, yaitu:

1. Kitab Al-Mabsuth.
2. Kitab Al-Ziyadat.
3. Kitab Al-Jami‟ As-Shagir.
4. Kitab Jami‟ Al-Kabir.
5. Kitab Al-Sair Al-Shagir.
6. Kitab Al-Kabir.

Para pengikutnya tersebar di berbagai negara seperti Irak, Turki,


Asia Tengah, Pakistan, India, Turkistan, Syria, mesir.

9
Mazhab Hanafi pada masa khalifah bani abbas merupakan mazhab
resmi negara, sehingga pada waktu itu mazhab ini merupakan mazhab
yang banyak di anut umat islam pada mas bani abbasiyah.

2. Mazhab Maliki.

Mazhab Maliki adalah merupakan kumpulan pendapat-pendapat yang


berasal dari Imam Malik dan para penerusnya di masa dimana sesudah
beliau meninggal dunia.

Nama lengkap dari pendiri Mazhab ini ialah Malik bin Anas bin Abu
Amir. Lahir pada tahun 95 Hijriyah di Madinah. Selanjutnya dalam
kalangan umat Islam beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik.

Imam Malik belajar pada Ulama-ulama Madinah. Yang menjadi guru


pertamanya ialah Abdur Rahman bin Hurmuz. Beliau juga belajar kepada
Nafi‟Maula Ibnu Umar dan Ibnu Syihab Az Zuhri. Adapun yang menjadi
gurunya dalam bidang fiqih ialah Rabi‟ah bin Abdur Rahman. Imam
Malik adalah imam negeri Hijaz, bahkan tokohnya semua bidang fiqih
dan hadits.

Dasar-dasar Mazhab Maliki ialah:

a. Al kitab.

b. As Sunnah.

c. Al Ijma‟.

d. Al Qiyas.

Perkembangan mazhab maliki

Imam Malik tinggal di kota Madinah dan tidak pernah berpindah,


sampai ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid memintanya untuk pergi
bersamanya ke Baghdad namun ia menolak dan memilih tinggal di
Madinah dari pada di baghdad dan negara lainnya. Lamanya beliau
tinggal di Madinah dan ketokohannya dalam bidang fiqh telah memberi
adil besar dalam tersebarnya mazhab beliau dan banyaknya murid yang

10
datang dari berbagai penjuru negeri Islam, dari Irak, Mesir, Afrika Utara,
dan Andalusia. Dan dari murid-murid imam Malikilah mazhabnya
kemudian menyebar keberbagai negeri Islam. Murid-murid imam Maliki
yang berperan menyebarkan mazhab maliki adalah;

1. Abdullah Bin Wahab.


Telah berguru kepada imam Maliki selama kurang lebih 20 tahun dan
menyebarkan mazhab Maliki di Mesir dan Maroko.
2. Abdurrahman Bin Al-Qasim Al-Mishriy.
Memiliki peranan penting dalam menulis mazhab Maliki, berguru
kepada imam malik selama hampir 20 tahun, meriwayatkan Kitab Al-
Muwaththa‟ dan periwayatannya termasuk yang paling Shahih, dan
wafat tahun 192 H.
3. Asyhab Bin Abdul Aziz Al-Qaisi.
Sebagai rujukan kaum muslimin di Mesir, Turnisia dalam bidang
Ilmu fiqh, dan wafat pada tahun 224 H.
4. Abu Al-Hasan Al-Qurthubiy.
Belajar Kitab Al-Muwaththa‟ secara langsung dari imam Maliki dan
menyebarkannya di Andalusia.
3. Mazhab As-Syafi‟i.

Mazhab ini dibangun oleh Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi‟i
Al-Quraisyi seorang keturunan Hasyim bin Abdul Muthalib. Beliau lahir
di Ghazzah tahun 150 H bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu
Hanifah yang menjadi Mazhab yang pertama.16

Guru Imam Syafi‟i yang pertama ialah Muslim bin Khalid, seorang
Mufti di Mekah. Imam Syafi‟i sanggup hafal Al Qur-an pada usia
sembilantahun. Setelah beliau hafal Al Qur-an barulah mempelajari
bahasa dan syi‟ir, kemudian beliau mempelajari hadits dan fiqh.

Mazhab Syafi'i adalah mazhab fiqh yang dicetuskan oleh Muhammad


Bin Idris As-Syafi'i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi'i.

16
Jaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh, (Bandung: Mizan, 2007), hlm 190.

11
Mazhab Syafi‟i terdiri dari dua macam berdasarkan atas masa dan tempat
beliau mukim.

Yang pertama ialah Qaul Qadim, yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu
hidup di Irak. Dan yang kedua ialah Qul Jadid, yaitu mazhab yang
dibentuk sewaktu beliau hidup di Mesir pindah dari Irak.

Keistimewaan Imam Syafi‟i dibanding dengan Imam Mujtahidin yaitu


bahwa beliau merupakan peletak batu pertama ilmu Ushul Fiqih dengan
kitabnya Ar-Risaalah. Dan Kitabnya dalam bidang fiqih yang menjadi
induk dari mazhabnya ialah Al-Um.

Pemikiran fiqih mazhab ini diawali oleh Imam Syafi'i, yang hidup di
zaman pertentang anantara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang
pada teks hadist) dan Ahlur Ra'yi (cenderung berpegang pada akal
pikiran atau ijtihad). Imam Syafi'i belajar kepada Imam Malik sebagai
tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad Bin Hasan As-Syaibani
sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah. Imam
Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat
dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i
menolak Istihsan dari Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah
dari Imam Malik. Namun demikian Mazhab Syafi'i menerima
penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun
berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi'i
sebagai ulama fiqih, ushul fiqih dan hadits dizamannya membuat
Mazhabnya memperoleh banyak pengikut, dan kealimannya diakui oleh
berbagai ulama yang hidup sejaman dengannya.

Dasar-dasar Mazhab As-Asyafi‟i ialah:

a. Al kitab.

b. As Sunnah.

c. Al Ijma‟.

d. Al Qiyas.

12
Perkembangan mazhab Syafi‟i

Kesohoran Imam Syafi‟i terdengar khalifah bani Abbasiyah yang


kelima yaitu Harun Al-Rasyid, yang kemudian Harun Al-rasyid
mengundang Imam Syafi‟i untuk datang ke Baghdad dan imam Syafi‟i
memenuhi undangan tersebut, sejak saat itu beliau dikenal secara lebih
luas dan banyak orang belajar kepadanya. Pada waktu itu mazhab Syafi‟i
mulai dikenal. Namun tak lama setelah itu imam Syafi‟i kembali ke
Makkah dan mengajar rombongan jamaah haji yang datang dari berbagai
penjuru dan melalui merekalah mazhab Syafi‟i tersebar luas keseluruh
dunia. Negara yang menganut mazhab Syafi‟i adalah Libia, Indonesia,
Pilifina, Malaysia, Somalia, Palestina, Yordania, Libanon, Syria, Irak,
Hijaz, Pakistan, India.

4. Mazhab Hambali.

Pendiri Mazhab Hambali ialah Al Imam Abu Abdillah Ahmad bin


Hanbal bin Hilal Azzdahili As-syaibani. Beliau lahir di Baghdad pada
tahun 164 H dan wafat tahun 241 H. Ahmad bin Hambal dibesarkan
dalam keadaan yatim dan di besarkan oleh Ibunya, ayahnya meninggal
ketika beliau masih bayi, maka dari kedaan itu beliau sejak kecil
menunjukan sifat dan pribadi yang mulia, sehingga menarik simpati dari
banyak orang, dan sejak kecil itu pula beliau menunjukan minat yang
besar terhadap dunia Ilmu pengetahuan. Kebetulan waktu masa itu
Baghdad merupakan kota pusat Ilmu pengetahuan. Beliau memulai
dengan belajar Bahasa Arab, Hadis, sejarah Nabi dan serta Thabi‟in.17

Kecintaannya terhadap Ilmu pengetahuan sungguh luar biasa, setiap


beliau mendengar ada ulama terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh
perjalanan jauh dan waktu yang lama demi untuk memperdalam Ilmunya
beliau pergi ke berbagai tempat seperti Kufah, Basrah, Syam, Yaman,
Makkah, dan Madinah. Beberapa gurunya antara lain Hammad bin
Khalid, Ismail bin Aliyah, Muzaffar bin Mudrik, dan waktu di Basrah

17
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta:Lentera Basritama, 1999), hlm xxv.

13
disana beliau bertemu dengan Imam Asyafi‟i dan berguru pada Imam
Syafi‟i.

Dasar-dasar Mazhab Abu Hambali ialah:

a. Al kitab.

b. As Sunnah.

c. Al Qiyas.

Perkembangan mazhab Hambali

Pada awalnya mazhab Hambali hanya berkembang di Baghdad,


dan baru abad ke-6 H, mazhab ini berkembang di Mesir. Perkembangan
pesat pun terjadi pada abad ke-11 H dan ke-12 H, berkat usaha Ibn
Taimiyah dan Ibn Qaiyim, kedua tokoh inilah yaang membuka mata
banyak oranguntuk memberi perhatian kepada Fiqh mazhab Hambali dan
kususnya di bidang Mu‟amalah dan pada jamannya mazhab Hambali
menjadi resmi mazhab kerajaan Arab Saudi.

Hasil karya imam Hambali tersebar luas di dunia pendidikan


keagamaan, dan kitabnya yang paling terkenal adalah Musnad Ahmad
bin Hambal.

14
Analisis

Secara etimologis ijtuhad adalah suatu kemampuan, kesanggupan, dan kerja


keras untuk mendapatkan sesuatu. Hal tersebut menunjukan adanya pekerjaan yang
sangat berat dan sulit untuk dilakukan oleh seseorang mujtahid. Adapun dalil yang
memperbolehkannya seorang mujtahid untuk melakukan ijtihad, yaitu:

ٔٓ١ ‫صيًا‬ ‫اس بِ ًَا أَ َزىكَ ٱ َّ ه‬


ِ َ‫للُ َو ََل تَ ُكٍ نِّهخَ ائُِِيٍَ خ‬ ِ َُّ‫ق نِتَح ُك َى بَيٍَ ٱن‬ َ َ‫إََِّا أََزَ نَُا إِنَيكَ ٱن ِكت‬
ِّ ‫ب بِٱن َح‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,


supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat” QS. An-Nisa‟ : 105
Dalam ayat tersebut terdapat penetapan ijtihad yaitu berupa qiyas.

ِ ‫اِ ٌَّ فِى َذنِكَ ََلَيَا‬


ٌ ْ‫ت نِقَىْ ِو يَّتَفَ َّكسُو‬

“Sesungguhnya pada hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir”
Sebelum melakukan ijtihad seorang mujtahid harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai seorang mujtahid. Adapun syarat-syarat untuk menjadi seorang
mujtahid, yaitu:

a. Seorang mujtahid harus menguasai bahasa arab secara mendalam, seperti Nahwu,
Sharaf, ilmu Bayan, Balaghah, dan lain-lain.
b. Seorang Mujtahid harus menguasai ilmunya Al-Qur‟an. Seperti Asbabun nuzul
ayat, ayat-ayat am, khos, mujmal, mubayyan, mutlak, muqayyad, nasikh wal
mansukh, dan lain-lain.
c. Menguasai ilmu Ushul Fiqih.
d. Menguasai secara mendalam mengenai masalah-masalah yang terjadi ijma‟.
e. Mengetahui maqasidh al-syariah.

Apabila belum memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai seorang mujtahid maka


orang tersebut belum boleh melakukan ijtihad, karena dikhawatirkan pemikiran-
pemikirannya akan membawa orang-orang kedalam kesesatan.

15
Setelah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai seorang mujtahid maka
orang tersebut baru bisa dikatan sebagai mujtahid dan boleh melakukan ijtihad. Adapun
tingkatan-tingkatan seorang mujtahid, diantaranya yaitu:

1. Mujtahid Mutlaq Mustaqil (Mujtahid Independen), yaitu mujtahid yang


membangun teori dan istinbath sendiri tanpa bersandar kepada kaidah istinbath
orang lain. Yang termasuk dalam jajaran ini adalah Iaist ibn Sa‟ad, Al-Auza‟i,
Sufyan al-Sauri, Abu Saur dan lainnya.
2. Mujtahid Muntasib (Mujtahid berafiliasi), yaitu para ulama yang beijtihad dengan
menggunakan kaidah imam madzhab yang diikutinya. Akan tetapi dalam masalah
furu‟biasanya ia berbeda dengan ulama madzhab yang diikutinya. Diantaranya
adalah Abu Yusuf, Hanafiyah, Malikiyah, Syafi‟iyah, Ibnu Taimiyah dan lainnya.
3. Mujtahid fi al-Madzhab, yaitu mujtahid yang mengikuti ulama madzhabnya baik
dalam kaidah istinbath dan furu‟.
4. Mujtahid Murajjih, yaitu mujtahid yang tidak menginstimbatkan pemikiran hukum
mujtahid sebelumnya, kemudian memilih yang dianggap (rajjih) paling kuat.
Madzhab merupakan suatu aliran yang dihasilkan dari pemikiran seorang
mujtahid, yang kemudian disebar luaskan oleh muridnya. Awal mulanya imam
madzhab tidak mengakui bahwa pokok pikirannya tersebut adalah suatu madzhab.
Akan tetapi karena muridnya menyebar luaskan pemikiran sang imam kepada
masyarakat sehingga terjadilah madzhab.
Banayaknya perbedaan madzhab yang ada disebabkan karena perbedaan
pemikiran antar imam madzhab. Agar tidak terjadi kekacauan akibat perbedaan
madzhab seseorang harus menumbuhkan rasa toleran antar madzhab, menghargai
pemikiran-pemikirannya selagi pemikirannya tidak melanggar syari‟at.
Madzhab-madzhab yang sering kita jumpai diantaranya, yaitu pertama madzhab
maliki. Madzhab maliki yaitu madzhab yang dihasilkan oleh pemikiran Malik bin
Anas bin Abu Amir. Yang kedua, yaitu madzhab Hambali. Madzhab ini muncul
dari pemikiran imam mereka, yaitu Al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal bin
Hilal Azzdahili As-syaibani. Kemudian ada madzhab Hanafi. Madzhab hanafi ini
dikembangkan oleh imam Abu Hanifah An-Nu‟man bin Tsabit bin Zutha At-
Tamimy. Selain itu ada juga madzhab Syafi‟i. Madzhab ini merupakan hasil
pemikiran Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi‟i Al-Quraisyi.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ijtihad merupakan suatu jalan untek menentukan hukaum yang baru dalam
masyarakat dengan cara menggali lebih dalam ajaran islam. Ijtihad di hanya boleh
dilakukan oleh seorang mujtahid. Untuk menjadi seorang mujtahid maka orang tersebut
harus memenuhi terlebih dahulu syarat-syaratnya. Syarat – syaratnya diantaranya adalah
harus menguasai bahasa arab secara mendalam, harus menguasai ilmunya Al-Qur‟an,
menguasai ilmu Ushul Fiqih, menguasai secara mendalam mengenai masalah-masalah
yang terjadi ijma‟, Mengetahui maqasidh al-syariah. Setelah menjadi seorang mujtahid,
mujtahid tersebut juga mempunyai beberapa tingkatan, diantaranya yaitu Mujtahid
Mutlaq Mustaqil (Mujtahid Independen), Mujtahid Muntasib (Mujtahid berafiliasi),
Mujtahid fi al-Madzhab dan Mujtahid Murajjih.

Madzhab merupakan hasil ijtihad seorang imam (mujtahid) tentang hukum


sesuatu masalah yang belum ditegaskan oleh nash. Madzhab yang sering kita jumpai
diantaranya yaitu madzhab Maliki, Hanafi, Syafi‟i, Hambali. Penyebab terjadinya
perbedaan madzhab karena perbedaan ijtihad yang dilakukan oleh seorang mujtahid.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abu YAhya Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria al-Anshari, kitab Lubb al-
Ushul, Beirut, Dar al-Fikr, Tth
Abu Hamid Muhammad Al-ghazali, Al Musthofa min ilmi al-ushul, Beirut: Dar al-Fikr,
tth
Mardani, Ushul Fiqih, Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana, 2008
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang:: PT.
Pustaka Rizki Putra, tth
H. Abd. Salam Arief, Pembaruan Pemikiran Islam antara Fakta dan Realita kajian
Pemikiran Syekh Mahmud Syaltut, Yogyakarta: LSFI, 2003
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, Bandung : CV Pustaka
Setia, 2008
Rakhmat, Jalaluddin, Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh, Bandung : PT. Mizan, 2007
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek, Jakarta: UI-Press, 1985

Anda mungkin juga menyukai