REVISI MAKALAH
Disusun Oleh:
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan ajaran terakhir yang diriwayatkan Allah swt kepada
Nabi Muhammad saw. Setelah nabi Muhammad saw tidak ada lagi rasul yang
diutus dan tidak ada lagi wahyu yang diturunkan untuk mengatur kehidupan
umat manusia di muka bumi ini. Hal ini mengisyaratkan bahwa agama islam
merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Agama islam
juga sangat berperan penting dalam kehidupan sosial pada masa ini, hal tersebut
dibuktikan dengan munculnya persoalan-persoalan yang baru dalam masyarakat
dan agama Islam mampu mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dalam
masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut muncul disebabkan oleh
perkembangan sosial yang semakin maju dan semakin moderen.
Banyaknya persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat
menimbulkan munculnya perbedaan-perbedan pendapat antara masyarakat yang
satu dengan yang lain. Untuk itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas
ijtihad, madzhab dan sejarahnya. Untuk lebih jelasnya akan kami jelaskan
sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ijtihad?
2. Apa pengertian Madzhab?
3. Bagaimana sejarah Madzhab?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ijtihad
1. Pengertian Ijtihad
Ijtihad menurut etimologis adalah suatu kemampuan, kesanggupan, dan
kerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Hal tersebut menunjukan adanya
pekerjaan yang sangat berat dan sulit untuk dilakukan.
Menurut Abu Yahya Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria al-
Anshari, ijtihad ialah:
ّ
انظٍ بانحكى استفساغ انفقيه انىسع نتحصيم
في عسف انعهًاء يحصىصا ببرل انًجتهد وسعه في طهب انعهى بأحكاو انشسيعة
ٔٓ١ صيًا
ِ َخ
1
Abu YAhya Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria al-Anshari, kitab Lubb al-Ushul, (Beirut,
Dar al-Fikr, Tth), hlm. 32
2
Abu Hamid Muhammad Al-ghazali, Al Musthofa min ilmi al-ushul, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), hlm. 342
2
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang
yang khianat” QS. An-Nisa‟ : 105
2. Syarat-syarat berijtihad
Al Ghazali mengemukakan beberapa syarat mengenai syarat bagi orang
yang melakukan ijtihad, yaitu:
a. Penguasaan terhadap materi hukum yang terdapat dalam sumber utama
ajaran islam.
b. Mengetahui Nasikh Mansukh3
3
Mardani, Ushul Fiqih, (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 356
3
8) Mengetahui maqasidh al-syariah (tujuan syariat).4
4
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 254
4
3. Mujtahid fi al-Madzhab, yaitu mujtahid yang mengikuti ulama
madzhabnya baik dalam kaidah istinbath dan furu‟.
4. Mujtahid Murajjih, yaitu mujtahid yang tidak menginstimbatkan
pemikiran hukum mujtahid sebelumnya, kemudian memilih yang
dianggap (rajjih) paling kuat.5
4. Tingkatan Ijtihad
Ijtihad memiliki dua tingkatan, yaitu:
1. Ijtihad Darakil Ahkam (menghasilkan hukum yang belum ada)
2. Ijtihad Tathbiqil Ahkam (menerapkan hukum atau kaidah atas segala
tempat yang menerimanya)
5
Arief, H.Abd.Salam, Pembaruan Pemikiran Islam antara Fakta dan Realita kajian Pemikiran Syekh
Mahmud Syaltut, (Yogyakarta: LSFI, 2003), hlm. 37-39
6
Supriadi, Dedi, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008),
hlm.14
7
Supriadi, Dedi, Perbandingan mazhab,.. hlm. 14
5
adanya pembukuan pendapat para imam mazhab sehingga memudahkan
tersebarnya pendapat tersebut di kalangan masyarakat. Karena pada
dasarnya, para Imam mazhab tidak mengakui atau mengklaim sebagai
“mazhab”. Secara umum, mazhab berkaitan erat dengan nama imam atau
tempat.8
2. Sejarah Madzhab
Dimasa pemerintahan Umar bin Khaththab, daerah wilayah daulah Islam
bertambah luas. Hal itu yang menyebabkan tersebarnya para sahabat dan
para tabi‟in keberbagai kota untuk menjadi hakim, dan dikala itu masyarakat
mempunyai berbagai kebudayaan yang berbeda antrara suku yang satu dan
suku yang lain. Karna itulah penyebab yang mempengaruhi antara fuqaha
yang satu dengan yang lain saling beda dalam mengajarkan dan membentuk
hukum Islam9.
Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung oleh fuqaha serta para
pengikut mereka, juga mendapat pengaruh dan dukungan dari penguasaan
politik. Mazhab Hanafi mulai berkembang ketika Abu Yusuf, murid abu
Hanifah diangkat menjadi Qadhi dalam pemerintahan tiga khalifah
Abbasyiah: Al-mahdi, Al-hadi dan Al-Rasyid. Al-Kharaj adalah kitab yang
disusun atas permintaan khalifah Al-Rasyid dan kitab ini adalah rujukan
pertama rujukan Hanafi.10
Mazhab Malik berkembang di khilafah timur atas dukungan al-Mansyur
dan di khilafah barat atas dukungan Yahya Ibnu Yahya ketika diangkat
menjadi qadhi oleh para khalifah Andalusia. Di Afrika, Al-Mu‟iz Badis
mewajibkan seluruh penduduk untuk mengikuti Mazhab Maliki. Mazhab
Syafi‟i membesar di Mesir ketika Shalahuddin al-Ayubi merebut negeri itu.
Mazhab Hanbali menjadi kuat pada masa pemerintahan Al-Mutawakkil.
Waktu itu al-Mutawakkil tidak mengangkat seorang qadhi kecuali dengan
persetujuan imam Ahmad Ibnu hambal.11
8
Supriadi, Dedi, Perbandingan mazhab,... hlm. 33
9
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang:: PT. Pustaka Rizki
Putra,tth) hlm. 100
10
Rakhmat, Jalaluddin, Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh, (Bandung : PT. Mizan, 2007), hlm. 183
11
Rakhmat, Jalaluddin, Dahulukan Akhlak ,…hlm. 183
6
Dari mata rantai sejarah ini jelas terlihat korelasi pemikiran fiqh dari
zaman sahabat, tabi‟in hingga munculnya mazhab-mazhab fiqih pada
periode berikutnya. Meskipun jumlah mazhab tidak terbatas kepada empat
mazhab besar yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali.12
12
Supriadi, Dedi, Perbandingan mazhab,... hlm. 39
13
Nasution, Harun , Islam ditinjau dari berbagai aspek, (Jakarta: UI-Press, 1985), hlm. 14
7
bukan masalah-maslah prinsipil atau pokok syariat. Mereka sependapat
bahwa semua sumber atau dasar syariat adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Semua hukum yang berlawanan dengan kedua hukum tersebut wajib ditolak
dan tidak diamalkan. Mereka juga saling menghormati satu sama lain,
selama yang bersangkutan berpendapat sesuai dengan garis-garis yang
ditentukan oleh syariat islam.14
1. Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi ialah salah satu mazhab fiqih dalam Islam. Mazhab
inididirikan oleh Imam Abu Hanifah yang bernama lengkap Abu Hanifah
bin Nu'man bin Tsabit Al-Taimi Al-Kufi, Mazhab hanafi merupakan
mazhab paling tua di antara empat mazhab Ahlu Sunnah Wal Jamaah
yang populer. Mazhab ini di nisbatkan kepada Imam Besar Abu Hanifah
An-Nu‟man bin Tsabit bin Zutha At-Tamimy, lahir di kuffah tahun 80 H
dan wafat di Baghdad pada tahun 150 H.15 Beliau wafat pada tahun 150
H bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi‟i R.A. Beliau lebih dikenal
dengan sebutan Abu Hanifah An Nu‟man. Dan terkenal sebagai mazhab
yang paling terbuka kepada ide modern.
Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah. Dalam bidang
fiqih beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman, yaitu murid dari
Abdullah bin Mas‟ud. pada awal abad kedua hijriah dan banyak belajar
pada ulama-ulama Tabi‟in, seperti Atha bin Abi Rabah dan Nafi‟ Maula
Ibnu Umar.
Mazhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya, yaitu Abu
Hanifah. Jadi mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan
pendapat-pendapat yang berasal dari Imam Abu Hanifah dan murid-
muridnya serta pendapat-pendapat yang berasal dari para pengganti
mereka sebagai perincian dan perluasan pemikiran yang telah digariskan
oleh mereka yang kesemuanya adalah hasil dari pada cara dan metode
ijtihad.
14
Supriadi, Dedi , Perbandingan mazhab,... hlm. 8
15
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (Jakarta, Hamzah 2015), hlm. 172.
8
Dasar-dasar Mazhab Abu Hanifah ialah:
a. Al kitab.
b. As Sunnah.
c. Al Ijma‟.
d. Al Qiyas.
e. Al Istihsan.
1. Kitab Al-Mabsuth.
2. Kitab Al-Ziyadat.
3. Kitab Al-Jami‟ As-Shagir.
4. Kitab Jami‟ Al-Kabir.
5. Kitab Al-Sair Al-Shagir.
6. Kitab Al-Kabir.
9
Mazhab Hanafi pada masa khalifah bani abbas merupakan mazhab
resmi negara, sehingga pada waktu itu mazhab ini merupakan mazhab
yang banyak di anut umat islam pada mas bani abbasiyah.
2. Mazhab Maliki.
Nama lengkap dari pendiri Mazhab ini ialah Malik bin Anas bin Abu
Amir. Lahir pada tahun 95 Hijriyah di Madinah. Selanjutnya dalam
kalangan umat Islam beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik.
a. Al kitab.
b. As Sunnah.
c. Al Ijma‟.
d. Al Qiyas.
10
datang dari berbagai penjuru negeri Islam, dari Irak, Mesir, Afrika Utara,
dan Andalusia. Dan dari murid-murid imam Malikilah mazhabnya
kemudian menyebar keberbagai negeri Islam. Murid-murid imam Maliki
yang berperan menyebarkan mazhab maliki adalah;
Mazhab ini dibangun oleh Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi‟i
Al-Quraisyi seorang keturunan Hasyim bin Abdul Muthalib. Beliau lahir
di Ghazzah tahun 150 H bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu
Hanifah yang menjadi Mazhab yang pertama.16
Guru Imam Syafi‟i yang pertama ialah Muslim bin Khalid, seorang
Mufti di Mekah. Imam Syafi‟i sanggup hafal Al Qur-an pada usia
sembilantahun. Setelah beliau hafal Al Qur-an barulah mempelajari
bahasa dan syi‟ir, kemudian beliau mempelajari hadits dan fiqh.
16
Jaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh, (Bandung: Mizan, 2007), hlm 190.
11
Mazhab Syafi‟i terdiri dari dua macam berdasarkan atas masa dan tempat
beliau mukim.
Yang pertama ialah Qaul Qadim, yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu
hidup di Irak. Dan yang kedua ialah Qul Jadid, yaitu mazhab yang
dibentuk sewaktu beliau hidup di Mesir pindah dari Irak.
Pemikiran fiqih mazhab ini diawali oleh Imam Syafi'i, yang hidup di
zaman pertentang anantara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang
pada teks hadist) dan Ahlur Ra'yi (cenderung berpegang pada akal
pikiran atau ijtihad). Imam Syafi'i belajar kepada Imam Malik sebagai
tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad Bin Hasan As-Syaibani
sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah. Imam
Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat
dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i
menolak Istihsan dari Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah
dari Imam Malik. Namun demikian Mazhab Syafi'i menerima
penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun
berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi'i
sebagai ulama fiqih, ushul fiqih dan hadits dizamannya membuat
Mazhabnya memperoleh banyak pengikut, dan kealimannya diakui oleh
berbagai ulama yang hidup sejaman dengannya.
a. Al kitab.
b. As Sunnah.
c. Al Ijma‟.
d. Al Qiyas.
12
Perkembangan mazhab Syafi‟i
4. Mazhab Hambali.
17
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta:Lentera Basritama, 1999), hlm xxv.
13
disana beliau bertemu dengan Imam Asyafi‟i dan berguru pada Imam
Syafi‟i.
a. Al kitab.
b. As Sunnah.
c. Al Qiyas.
14
Analisis
“Sesungguhnya pada hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir”
Sebelum melakukan ijtihad seorang mujtahid harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai seorang mujtahid. Adapun syarat-syarat untuk menjadi seorang
mujtahid, yaitu:
a. Seorang mujtahid harus menguasai bahasa arab secara mendalam, seperti Nahwu,
Sharaf, ilmu Bayan, Balaghah, dan lain-lain.
b. Seorang Mujtahid harus menguasai ilmunya Al-Qur‟an. Seperti Asbabun nuzul
ayat, ayat-ayat am, khos, mujmal, mubayyan, mutlak, muqayyad, nasikh wal
mansukh, dan lain-lain.
c. Menguasai ilmu Ushul Fiqih.
d. Menguasai secara mendalam mengenai masalah-masalah yang terjadi ijma‟.
e. Mengetahui maqasidh al-syariah.
15
Setelah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai seorang mujtahid maka
orang tersebut baru bisa dikatan sebagai mujtahid dan boleh melakukan ijtihad. Adapun
tingkatan-tingkatan seorang mujtahid, diantaranya yaitu:
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ijtihad merupakan suatu jalan untek menentukan hukaum yang baru dalam
masyarakat dengan cara menggali lebih dalam ajaran islam. Ijtihad di hanya boleh
dilakukan oleh seorang mujtahid. Untuk menjadi seorang mujtahid maka orang tersebut
harus memenuhi terlebih dahulu syarat-syaratnya. Syarat – syaratnya diantaranya adalah
harus menguasai bahasa arab secara mendalam, harus menguasai ilmunya Al-Qur‟an,
menguasai ilmu Ushul Fiqih, menguasai secara mendalam mengenai masalah-masalah
yang terjadi ijma‟, Mengetahui maqasidh al-syariah. Setelah menjadi seorang mujtahid,
mujtahid tersebut juga mempunyai beberapa tingkatan, diantaranya yaitu Mujtahid
Mutlaq Mustaqil (Mujtahid Independen), Mujtahid Muntasib (Mujtahid berafiliasi),
Mujtahid fi al-Madzhab dan Mujtahid Murajjih.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abu YAhya Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria al-Anshari, kitab Lubb al-
Ushul, Beirut, Dar al-Fikr, Tth
Abu Hamid Muhammad Al-ghazali, Al Musthofa min ilmi al-ushul, Beirut: Dar al-Fikr,
tth
Mardani, Ushul Fiqih, Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana, 2008
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang:: PT.
Pustaka Rizki Putra, tth
H. Abd. Salam Arief, Pembaruan Pemikiran Islam antara Fakta dan Realita kajian
Pemikiran Syekh Mahmud Syaltut, Yogyakarta: LSFI, 2003
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, Bandung : CV Pustaka
Setia, 2008
Rakhmat, Jalaluddin, Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh, Bandung : PT. Mizan, 2007
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek, Jakarta: UI-Press, 1985