WORKSHOP
MANAGEMENT OF ASTHMA
MODUL PELATIHAN
UKK RESPIROLOGI
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2022
Model Pembelajaran
Pelatihan ini menggunakan model pembelajaran:
- Diskusi interaktif: berupa paparan dari fasilitator dan diskusi
- Soft-skill session: berupa diskusi kasus
- Lama waktu pelatihan: 180 menit
1. Diagnosis
Diagnosis asma pada anak ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Walaupun demikian, sebagian
besar diagnosis asma pada anak adalah diagnosis klinis, yaitu ditegakkan
berdasarkan gejala dan tanda yang relevan dan mempunyai karakteristik klinis
yang khas. Pemeriksaan fisis lebih berperan bila pasien datang dalam keadaan
bergejala atau mengalami serangan. Pemeriksaan penunjang bila hasilnya positif
akan menguatkan diagnosis, namun jika negatif tidak menyingkirkan diagnosis
asma. Penegakan diagnosis asma pada bab ini ditujukan untuk anak usia > 6
tahun.
A. Anamnesis
Hal-hal yang perlu ditanyakan pada anamnesis:
a. Gejala
Gejala asma yaitu batuk, mengi, sesak napas, rasa tertekan di dada, atau
kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Karakteristik gejala asma adalah
berulang (episodik), dapat membaik dengan atau tanpa pengobatan
(reversibel), dan cenderung memburuk pada malam hari (nokturnal).
b. Pencetus
Gejala asma biasanya dipicu oleh pencetus (trigger) tertentu, seperti
infeksi virus saluran respiratori, perubahan cuaca/suhu, aktifitas
berlebihan, tertawa terbahak-bahak, menangis, atau pajanan
alergen/iritan. Pencetus gejala asma berbeda antar pasien satu dengan
yang lain. Pada anak, gejala asma seringkali dicetuskan oleh infeksi virus
saluran respiratori.
B. Pemeriksaan Fisis
Pada anak asma yang sedang tidak bergejala atau tidak dalam serangan,
biasanya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisis. Pada asma yang
sedang bergejala atau dalam serangan dapat ditemukan napas cepat, saturasi
oksigen turun, retraksi, dan mengi pada auskultasi. Pada serangan asma yang
sangat berat, mengi bisa tidak terdengar (silent chest) karena obstruksi yang
berat. Pada anak dengan asma persisten berat dapat ditemukan bentuk dada
barrel chest. Selain itu, jika ada penyakit alergi dapat ditemukan tanda dermatitis
atopi, rinitis alergi, atau tanda alergi seperti Dennie Morgan lines, allergic
shiner, nasal crease, allergic salute, geographic tongue (Gambar 1 A-C).
C. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membuktikan
reversibilitas maupun variabilitas gangguan aliran napas akibat obstruksi, hiper-
reaktivitas, inflamasi saluran respiratori, dan atopi.
1. Pemeriksaan untuk menilai gangguan aliran napas akibat obstruksi
Jika hasil spirometri atau PFM tidak sesuai dengan karakteristik asma,
berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis masing-masing pasien,
dokter dapat memutuskan apakah pasien akan diberi terapi empiris asma, diulang
pemeriksaan spirometri, atau dipikirkan diagnosis lain atau adanya komorbid.
E. Diagnosis Banding
Diagnosis banding asma (Tabel 1) perlu dipertimbangkan pada saat awal
menentukan diagnosis, juga pada asma yang tidak terkendali dengan baik
walaupun sudah mendapat tata laksana yang adekuat.
Tabel 1. Diagnosis Banding Asma pada Anak
Infeksi dan kelainan imunologis Patologi bronkus
- Rinitis, rinosinusitis - Displasia bronkopulmonal
- Chronic upper airway cough - Bronkiektasis
syndrome - Diskinesia silia primer
- Infeksi respiratori berulang - Fibrosis kistik
- Bronkiolitis
- Aspirasi berulang
- Tuberkulosis Kelainan sistem organ lain
Obstruksi mekanis - Penyakit refluks gastro-
- Laringomalasia, trakeomalasia esofagus (GERD)
- Hipertrofi timus - Penyakit jantung bawaan
- Aspirasi benda asing - Gangguan neuromuskular
- Vascular ring, laryngeal web
- Disfungsi pita suara
- Malformasi kongenital saluran
respiratori
2. Klasifikasi Asma
Asma memiliki variasi yang luas, sehingga terdapat beberapa cara
pengelompokannya. Untuk kepentingan praktis di lapangan dalam menentukan
tata laksana, setelah diagnosis asma ditegakkan selanjutnya harus diklasifikasi
berdasarkan kekerapan gejala. Apabila anak datang dalam serangan, maka
dokter harus menentukan derajat serangan.
Gambar 1. Siklus tata laksana jangka panjang (Diadaptasi dari GINA, 2022)
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah:
a. Menentukan derajat kekerapan gejala dan derajat kendali asma.
b. Mengidentifikasi adanya faktor risiko timbulnya serangan di kemudian hari
(Tabel 1)
Tabel 1. Faktor risiko terjadinya serangan pada anak asma usia >6 tahun
• Gejala asma tidak terkendali
• Penggunaan SABA yang sering (hampir setiap hari, lebih dari 3
kali per minggu, setara dengan > 3 canister MDI per tahun)
• Penggunaan KI sebagai obat pengendali yang tidak adekuat;
pemakaian tidak teratur, teknik inhalasi salah
• Adanya komorbid, seperti obesitas, rinosinusitis kronis, GERD,
alergi makanan
• Masalah psikososial yang berat
• Paparan asap rokok, e-cigarette, polusi udara dan allergen
• FEV1 rendah (<60% prediksi), responsivitas tinggi pada uji
bronkodilator
• Eosinofilia (darah atau sputum)
• Pernah diintubasi atau perawatan ICU karena asma
• Pernah serangan berat dalam 12 bulan terakhir
*Adanya satu atau lebih faktor risiko ini meningkatkan risiko terjadinya
serangan asma, walaupun gejala asmanya ringan. FEV 1 forced expiratory
volume in one second; GERD gastroesophageal reflux disease; ICU intensive
care unit; KI kortikosteroid inhalasi; SABA short acting beta agonist.
Diadaptasi dari GINA 2022
b. Penilaian
Gambar 3. Tata laksana jangka panjang asma pada anak usia 12-18 tahun. KI
kortikosteroid inhalasi; LABA long-acting beta agonist; LTRA leukotriene receptor
antagonist; SABA short-acting beta agonis.
Diadaptasi dari GINA 2022
Definisi
Serangan asma adalah episode peningkatan yang progresif
(perburukan) dari gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa dada tertekan, atau
berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Serangan asma biasanya
mencerminkan gagalnya tata laksana asma jangka panjang, atau adanya pajanan
dengan pencetus.
Pemeriksaan fisis
- Tanda vital dan derajat serangan (Tabel1), meliputi: kesadaran, suhu,
frekuensi nadi, frekuensi napas, tekanan darah, SpO2, kemampuan bicara
lengkap satu kalimat, retraksi dinding dada dan mengi
- Tanda komplikasi atau penyakit penyerta (anafilaksis, pneumonia,
pneumotoraks)
- Tanda dari kondisi lain yang dapat menjadi penyebab distres respirasi
(misalnya tanda gagal jantung, inhalasi benda asing, obstruksi saluran napas
atas)
Pemeriksaan penunjang
▪Saturasi oksigen
Pemeriksaan SpO2 dilakukan dengan menggunakan pulse oximetry
sebelum diberikan terapi oksigen atau 5 menit setelah terapi oksigen
dihentikan. Pasien dengan serangan asma harus dimonitor ketat SpO2-nya,
terutama pada anak yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan PEF.
- SpO2 normal pada anak adalah >95%
- SpO2 <92% indikator perlunya rawat inap
- SpO2 <90% tanda diperlukannya terapi yang agresif
▪Spirometri/peak flow metri
▪ Pasien dengan serangan berat yang disertai dengan dehidrasi dan asidosis
metabolik mungkin akan mengalami refrakter, yaitu respons yang kurang
baik terhadap SABA. Pasien seperti ini cukup diberikan inhalasi SABA datu
kali, kemudian secepatnya dirawat untuk mendapat obat intravena dan diatasi
masalah dehidrasi dan asidosisnya.
▪ Jika derajat serangan ringan/sedang, tata laksana pada pasien adalah:
- Oksigen jika SpO2 <92%
- Inhalasi SABA, baik melalui nebulizer atau pMDI + spacer. Pemberian
DIKERJAKAN
No. LANGKAH SUB LANGKAH
YA TIDAK
36
Satu semprotan
ke dalam spacer
6 Bernapas dengan menarik dan menghembuskan
udara melalui mulut beberapa kali (6 - 10 siklus
napas)
7 Jika dibutuhkan lebih dari satu Jika dibutuhkan
semprotan obat, ulangi langkah 5 lebih dari satu
– 7. Jangan menyemprotkan semprotan obat,
lebih dari satu semprotan dalam ulangi langkah 5 –
satu waktu ke dalam spacer. 7
Berikan jeda 30-60 detik dari Jangan
pemberian sebelumnya. menyemprotkan
lebih dari satu
semprotan dalam
satu waktu ke
dalam spacer
Berikan jeda 30-
60 detik dari
pemberian
sebelumnya
8 Bilas mulut dengan berkumur air Bilas mulut
dan keluarkan air tersebut dengan air dan
(jangan ditelan). Membilas mulut keluarkan air
dapat menghilangkan sisa obat tersebut
yang tertinggal di mulut serta Membilas mulut
mengurangi beberapa efek dapat
samping, seperti lapisan putih di menghilangkan
lidah (infeksi jamur) atau sakit sisa obat yang
tenggorokan. tertinggal di mulut
serta mengurangi
beberapa efek
samping, seperti
lapisan putih pada
lidah atau sakit
tenggorokan
DIKERJAKAN
No LANGKAH SUB LANGKAH
YA TIDAK
1 Lepaskan tutup DPI turbuhaler. Lepaskan tutup DPI
Kemudian putar grip berlawanan turbuhaler
arah jarum jam hingga maksimal, Putar grip berlawanan
kemudian diputar lagi searah arah jarum jam hingga
jarum jam hingga berbunyi “klik” maksimal
Putar lagi searah jarum
jam hingga berbunyi
“klik”
2 Turbuhaler dipegang tegak
3 Ambil posisi duduk tegak, kemudian pasien melakukan
ekspirasi maksimal secara perlahan.
4 Mouthpiece turbuhaler diletakkan Mouthpiece turbuhaler
di antara bibir, bibir dirapatkan, diletakkan di antara
lalu dilakukan inspirasi cepat, bibir, bibir dirapatkan
kuat, dan dalam hingga maksimal Lakukan inspirasi cepat,
kuat, dan dalam hingga
maksimal
5 Pasien menahan napas selama 10 detik, kemudian
hembuskan napas keluar
6 Jika dibutuhkan lebih dari satu Jika dibutuhkan lebih
hirupan obat, ulangi langkah 4 – dari satu hirupan obat,
6. Jangan menghirup lebih dari ulangi langkah 4 – 6
satu hirupan dalam satu waktu. Jangan menghirup lebih
Berikan jeda 30-60 detik dari dari satu hirupan dalam
pemberian sebelumnya. satu waktu
Berikan jeda 30-60 detik
dari pemberian
sebelumnya
7 Bilas mulut dengan berkumur air Bilas mulut dengan air
dan keluarkan air tersebut dan keluarkan air
(jangan ditelan). Membilas mulut tersebut
dapat menghilangkan sisa obat Membilas mulut dapat
yang tertinggal di mulut serta menghilangkan sisa
mengurangi beberapa efek obat yang tertinggal di
DIKERJAKAN
No. LANGKAH SUB LANGKAH
YA TIDAK
1 Pegang diskus dengan satu Pegang diskus dengan
tangan, letakkan ibu jari tangan satu tangan
lain pada thumb grip, kemudian Letakkan ibu jari tangan
tekan dengan ibu jari hingga lain pada thumb grip
terbuka. Geser lever hingga Kemudian tekan dengan
terdengar atau terasa “klik” ibu jari hingga terbuka
Geser lever hingga
terdengar atau terasa
“klik”
2 Diskus dipegang mendatar
3 Ambil posisi duduk tegak, kemudian pasien melakukan
ekspirasi maksimal secara perlahan.
4 Mouthpiece diskus diletakkan di Mouthpiece diskus
antara bibir, bibir dirapatkan, lalu
diletakkan di antara bibir,
dilakukan inspirasi cepat, kuat, bibir dirapatkan
dan dalam hingga maksimal Lakukan inspirasi cepat,
kuat, dan dalam hingga
maksimal
5 Pasien menahan napas selama 10 detik, kemudian
hembuskan napas keluar
6 Jika dibutuhkan lebih dari satu Jika dibutuhkan lebih dari
hirupan obat, ulangi langkah 4 – satu hirupan obat, ulangi
6. Jangan menghirup lebih dari langkah 4 – 6
satu hirupan dalam satu waktu. Jangan menghirup lebih
Berikan jeda 30-60 detik dari dari satu hirupan dalam
pemberian sebelumnya. satu waktu
Berikan jeda 30-60 detik
dari pemberian
sebelumnya
7 Bilas mulut dengan berkumur air Bilas mulut dengan air
dan keluarkan air tersebut dan keluarkan air
(jangan ditelan). Membilas mulut tersebut
DIKERJAKAN
No LANGKAH SUB LANGKAH
YA TIDAK
1 Buka tutup swinghaler. Kocok Lepaskan tutup DPI
tabung pada posisi horizontal turbuhaler
dengan arah ke atas lalu ke bawah Putar grip berlawanan
swinghaler sebelum digunakan. arah jarum jam
Tekan swinghaler satu kali sampai hingga maksimal
bunyi “klik” untuk mengeluarkan Putar lagi searah
satu dosis obat. jarum jam hingga
berbunyi “klik”
2 Swinghaler dipegang tegak
3 Ambil posisi duduk tegak, kemudian pasien melakukan
ekspirasi maksimal secara perlahan.
4 Mouthpiece swinghaler diletakkan diMouthpiece
antara bibir, bibir dirapatkan, lalu
swinghaler diletakkan
dilakukan inspirasi cepat, kuat, dan
di antara bibir, bibir
dalam hingga maksimal dirapatkan
Lakukan inspirasi
cepat, kuat, dan
dalam hingga
maksimal
5 Pasien menahan napas selama 10 detik, kemudian
hembuskan napas keluar
6 Jika dibutuhkan lebih dari satu Jika dibutuhkan lebih
hirupan obat, ulangi langkah 4 – 6. dari satu hirupan
Jangan menghirup lebih dari satu obat, ulangi langkah 4
hirupan dalam satu waktu. Berikan –6
jeda 30-60 detik dari pemberian Jangan menghirup
sebelumnya. lebih dari satu hirupan
dalam satu waktu
Berikan jeda 30-60
detik dari pemberian
sebelumnya