Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK 3

MAKALAH
Disajikan materi ajar :
KEPERAWATAN ANAK (NEONATUS ESENSIAL)
Dosen Pengajar:
BAIDAH,S.kep.,Ns.,M.kep

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. Agus Indra Saputra
2. Ali Rahman
3. Dwi Ayu Astuti
4. Misdawati
5. Nor Rifani
6. Putri Alya Salsabela
7. Rosa Amalia
8. Wulan Ramadaningrum

POLITEKNIK KESDAM VI BANJARMASIN


JL. M Jl. Mayjen Sutoyo S No.408, RT.12, Pelambuan, Kec. Banjarmasin Bar., Kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70118
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah makalah ini dapat
tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi.

Isi yang terdapat pada makalah ini disusun berdasarkan dari berbagai referensi
yang ada pada jurnal dan buku yang menunjang dalam pembuatan makalah ini.
Penulis tentunya mengucapkan terimakasih kepada Ibu tri mawarni selaku dosen
pengampu mata yang telah menyampaikan arahan dan pemahaman pada materi yang
akan disampaikan pada makalah ini.

Selanjutnya penulis sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari
kata sempurna, masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, dengan
demikian diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
supaya memperbesar manfaat makalah ini serta bagi penulis agar dapat menyusun
makalah yang lebih baik lagi di kesempatan berikutnya.

Besar harapan penulis, dengan adanya makalah ini semoga bisa bermanfaat untuk
para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Banjarmasin, 5 maret 2024


DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Konsep Neonatal Esensial................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................13

B. Perawatan Neonatal Esensial Setelah Lahir...................................................13

BAB III PENUTUP........................................................................................................16

A. KESIMPULAN.................................................................................................17

B. SARAN...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
BAB I PENDAHULUAN

A. Konsep Neonatal Esensial

1. Perawatan Neonatal Esensial Pada Saat Lahir

Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan neonatal esensial pada


saat lahir meliputi:

1. Kewaspadaan umum (Universal Precaution)


Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa
mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat
percikan darah dan cairan tubuh adalah virus HIV, Hepatitis B dan
Hepatitis C.

Berikut ini adalah 4 langkah pencegahan infeksi, yaitu:

1). Dekontaminasi
Dekontaminasi dilakukan dengan cara merendam dengan
larutan Klorin 0,5%. Langkah ini perlu dilakukan terlebih dulu agar
alat atau barang aman bila tersentuh/terpegang.

Tujuan :

a) Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B,


hepatitis C dan HIV) serta berbagai jenis kuman.
b) Membuat alat atau barang tersebut aman sewaktu pencucian.
c) Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena
mencegah cemaran darah, cairan tubuh lain dan jaringan
mengering pada alat atau barang tersebut.

2). Pencucian

Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu


dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti darah dan feses
yang menghalangi proses sterilisasi atau DTT. Pencucian alat dan
bahan habis pakai dilakukan setelah proses dekontaminasi.
Pencucian dilakukan dengan cara menyikat dengan sikat, deterjen
dan air.

Tujuan :

a) Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran


yang menempel pada alat dan bahan habis pakai.
b) Mengurangi jumlah kuman.
c) Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.

3). Desinfektan Tingkat Tinggi

DTT atau sterilisasi dilakukan dengan cara merebus atau


mengukus (memanasi dengan uap).

Tujuan
a) DTT bertujuan untuk membunuh kuman. DTT perlu dilakukan
sebelum penggunaan alat atau penyimpanan. DTT dapat
membunuh semua kuman kecuali endospora. Endosprora
adalah bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras,
membungkus kuman sehingga sulit dibunuh.
b) Kuman tetanus atau gas gangren dapat membentuk endospora.
c) DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan kontak
dengan kulit maupun mukosa membran yang tidak utuh. Bila
sterilisasi tidak tersedia, DTT merupakan satu- satunya pilihan.
d) DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.

i. Merebus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan
dengan cara merebus alat yang digunakan untuk resusitasi
seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.

ii. Mengukus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan
dengan cara pemanasan menggunakan uap air panas.
Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti tabung
resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan
dikukus.

2. Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
a. Sebelum bayi lahir:
1) Apakah kehamilan cukup bulan ?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
b. Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan
kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:
1) Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap-megap ?
2) Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif ?

Dalam Bagan Alur Manajemen BBdapat dilihat alur penatalaksanaan BBL


mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan apa
yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan
dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan dan
bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal.

Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥ 42
minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak
bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan
manajemen BBL dengan Asfiksia.
Posisikan bayi seperti gambar dibawah ini
Gambar pemilihan sungkup yang benar

3. Pemotongan dan Perawatan tali Pusat

a. Memotong dan Mengikat Tali Pusat


1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat
dipotong. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT
3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu
(agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan
ke-1 ke arah ibu.
2) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
3) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
4) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
5) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu
Dini.

b. Merawat Tali Pusat


1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
2) jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu
dan keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.
4. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama


6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak
usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih),
memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).

Langkah Inisiasi Menyusu Dini Dalam Asuhan Bayi Baru Lahir


a. Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam).
b. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air,
madu, larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali diinstruksikan oleh
dokter atas alasan-alasan medis; sangat jarang ditemukan ibu yang tidak
memiliki air susu yang cukup sehingga memerlukan susu tambahan (Enkin,
et al, 2000).
c. Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan baru
dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah
periode eksklusif tersebut.
d. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun
malam (8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

Tahapan Perilaku selama IMD

a. Bayi menangis tanda paru mulai berfungsi

b. Bayi memasuki tahap relaksasi


c. Pada Menit ke-1 s/d 5 bayi mulai bangun

d. Menit ke 4-12 bayi mulai bergerak, gerakan awal sedikit, mungkin pada lengan,
bahu dan kepala

e. Beberapa kali bayi mungkin ingin beristirahat sebelum memulai gerakan


berikutnya

f. Bayi akan mulai bergerak merangkak kearah payudara. saat telah menemukan
payudara, bayi cenderung beristirahat sementara waktu. seringkali hal ini dapat
keliru sebagai bayi tidak lapar atau ingin menyusu

g. Setelah istirahat di menit 29 s.d 62 bayi akan mulai membiasakan diri dengan
payudara, mungkin mengendus, mencium dan menjilati sebelum akhirnya
menempel untuk menyusu. Proses pembiasaan ini dapat memakan waktu 20
menit atau lebih
h. Sekitar menit ke 49 s.d 90 untuk pertama kali bayi menyusu di payudara
selama beberapa waktu

i. Kemudian bayi akan tertidur hingga 1,5 jam s.d 2 jam

Pedoman Menyusui (WHO/UNICEF, Breast Feeding Promotion And Support,


2005)

a. Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam).


b. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu,
larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali diinstruksikan oleh dokter atas
alasan-alasan medis; sangat jarang ibu tidak memiliki air susu yang cukup
sehingga memerlukan susu tambahan (Enkin, et al, 2000).
c. Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan baru
dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah
periode eksklusif tersebut.
d. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam
(8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

5. Pencegahan Perdarahan
Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi
Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri.
Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin
K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan
kembali.
6. PENCEGAHAN INFEKSI MATA
a. Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera
setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah
lahir.
b. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik
tetrasiklin 1%.
c. Cara pemberian salep mata antibiotic
1) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian
keringkan
2) Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian obat tersebut.
3) Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
4) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes
mata.
5) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata
bayi.
6) Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk
tidak menghapus obat-obat tersebut.

Gambar Salep Mata Antibiotik

7. Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah


pemberian Vitamin K1 secara intramuskular.Imunisasi Hepatitis B bermanfaat
untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama pada jalur
penularan ibu-bayi.
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal
(penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan
dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal,
bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.

Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa
virus Hepatitis B di dalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis.

Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur


pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi
carrier sebesar 90%. Sementara, seseorang yang terinfeksi Hepatitis B pada
umur dewasa memiliki risiko menjadi carrier sebesar 5-10%

Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari karena:

a. Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B


b. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu
pembawa virus
c. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis
menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker
hati primer
d. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75%
e. bayi dari penularan Hepatitis B
f. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali untuk mendapatkan
imunisasi berikutnya sesuai jadwal pemberian imunisasi.

8. Pemberian Identitas

a. Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan


tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk
menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD
b. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan
jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak
kaki bayi pada rekam medis kelahiran
9. Menimbang BB, mengukur TB,LK,LLA,IMT
a. Berat Badan
1) BB Lahir: Kurang lebih 3,25 kg
2) Umur 2-12 bulan: umur (bulan) + 9
2
3) Umur 1-6 tahun: umur (tahun) x 2 + 8
4) Umur 6-12 tahun: umur (tahun) x 7 – 5
2
b. Tinggi Badan
1) Lahir: 50 cm
2) Umur 1 tahun: 75 cm
3) Umur 2-12 tahun: umur (tahun) x 6 + 77
Atau
4) Umur 1 tahun: 1,5 x TB lahir
5) Umur 4 tahun: 2 x TB lahir
6) Umur 6 tahun: 1,5 TB umur 1 tahun
7) Umur 13 tahun: 3 x TB lahir
8) Dewasa: 3,5 x TB lahir (2 x TB umur 2 tahun)

c. Lingkar Kepala (LK)


1) Umur 6 bulan pertama kehidupan: 33-44 cm
2) Umur 1 tahun: 47 cm
3) Umur 2 tahun: 49 cm
4) Umur dewasa: 54 cm

d. Lingkar Lengan Atas (LLA)


1) Lahir: 11 cm
2) Tahun pertama: 16 cm
3) Interpretasi hasil pengukuran LLA (cm):
a) < 12,5 cm = gizi buruk (merah)
b) 12,5 – 13,5 cm = gizi kurang (kuning)
c) >13,5 cm = gizi baik (hijau)
4) Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB:
a) <75% = gizi buruk
b) 75-80% = gizi kurang
c) 80-85% = borderline, dan
d) >85% = gizi baik (normal)

e. Indeks Massa Tubuh (IMT)


1) IMT bayi usia 1-6 bulan
2) IMT = BB lahir (gr) + (usia x 600 gr)
3) IMT bayi usia 7-12 bulan
4) IMT= BB lahir (gr) + (usia x 500 gr)
5) IMT anak usia 1-5 tahun
6) IMT= 2n + 8
7) IMT dewasa
8) IMT= BB (kg) : ( TB (m) X TB (m) )
BAB II
PEMBAHASAN

B. Perawatan Neonatal Esensial Setelah Lahir

1. Menjaga Bayi Tetap Hangat


Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uterin,
bayi harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
menjaga bayi tetap hangat adalah:
a. Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangat
penting untuk menjaga bayi tetap sehat
b. Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih. Bayi
memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki
c. Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti
d. Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah menjangkau
bayinya
e. Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi menggunakan
pakaian yang hangat dan diselimuti
f. Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulit ke
kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang
g. Jaga ruangan tetap hangat
2. Cara menangani gangguan perbafasan pada bayi
Menangani gangguan napas pada penyakit sangat
a. Posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika perlu bahu diganjal
b. Bersihkan jalan napas dengan menggunakan alat
c. Jika mungkin, berikan oksigen dengan kateter nasal atau nasal prong
d. Jika terjadi henti napas (apneu), lakukan resusitasi sesuai dengan Bagan
Alur C

3. Cara Menggunakan Alat Pengisap Lendir:


a. Jika alat pengisap lendir dimasukkan melalui mulut, maka panjang pipa
yang dimasukkan maksimum 5 cm dari ujung bibir.
b. Jika alat pengisap lendir dimasukkan melalui hidung, maka panjang pipa
yang dimasukkan maksimum 3 cm dari ujung hidung

4. Posisi Menyusui
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian
ASI dan mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan
benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukan, terutama jika ibu
pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.
Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa nyaman selama
ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi melakukan isapan yang
efektif.

Posisi menyusui yang benar adalah:


a. Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung bersandar
dan kaki tidak menggantung.
b. Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar hidung bayi
tidak tertutup.

Kemudian tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya :

a. Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.


b. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
c. Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa sehingga
bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.

Gambar 11. Posisi menyusui yang baik (Sumber: Beck et al, 2004)

Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah memiliki
kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya. Masih ada
beberapa posisi alternatif lain yang disesuaikan dengan kemampuan ibu
setelah melahirkan anaknya, misalnya posisi berbaring telentang, miring kiri
atau miring kanan, dan sebagainya. Posisi ibu berbaring telentang dan
setengah duduk mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.

Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat dengan
baik pada payudara ibu.

Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik:

a. Dagu bayi menempel payudara ibu


b. Mulut bayi terbuka lebar
c. Bibir bawah bayi membuka keluar
d. Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak

Apabila posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi akan
mengisap dengan efektif. Tanda bayi mengisap dengan efektif adalah bayi
mengisap secara dalam, teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi
mengisap ASI, hanya terdengar suara bayi menelan.
5. Mengajari Ibu Cara Meningkatkan Produksi ASI

Kegagalan seorang ibu memberikan ASI secara eksklusif


antara lain disebabkan ibu merasa produksi ASI-nya sedikit. ASI akan keluar
lebih banyak jika payudara mendapatkan rangsang yang lebih lama dan lebih
sering. Anda perlu mengajari ibu cara meningkatkan produksi ASI.
a. Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering
mungkin.
b. Menyusui lebih sering akan lebih baik karena merupakan kebutuhan
bayi.
c. Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian.
d. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya.
e. Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam, bangunkan dan langsung disusui.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesehatan merupakan investasi dari setiap orang untuk menjalankan


kehidupannya dan kesehatan merupakan kunci untuk hidup produktif. Menurut
Undang-Undang No 30 tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Neonatus adalah bayi yang lahir dengan
berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (M. Sholch 2007 dalam
Marmi dan Kukuh 2012). Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color
(warna kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit,
grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot)
gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi menang is kuat. (Mochtar 1998 dalam
Rukiyah 2012).

Periode neonatal merupakan periode transisi antara kehidupan di dalam


kandungan ke kehidupan di luar kandungan, perubahan tersebut terjadi secara
drastis. Proses penyesuaian fungsional neonatus (bayi baru lahir) dari kehidupan di
dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan disebut adaptasi
fisiologis.Sistem Pernafasan Sistem pernafasan pada janin saat di dalam
kandungan mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah
bayi lahir dan plasenta lahir bernafas menggunakan paru paru. Sebelum janin lahir
melakukan pematangan paru-paru, menghasilkan surfaktan dan mempunyai
alveolus sebagai pertukaran gas. Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi
dalam waktu 10 detik pertama sesudah lahir.
B. SARAN

Dengan dilakukan pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah


wawasan dan semakin mengenal tentang konsep neonatus essensial. Kiranya
hasil makalah ini dapat memberikan informasi serta masukan dalam meningkatkan.
pengetahuan pembaca tentang neonatus essensial
DAFTAR PUSTAKA

Beck et al,2018 ; mengatur posisi bayi

Back et al,2019 ; Posisi Menyusui Yang Baik

WHO,2009 ; Ventilasi

Ekin,et al,2017 ;Langkah insisisi Menyusui Dini Dalam Asuhan Bayi Baru Lahir

Asosisasi Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia(AIPViKI) ; Modul Ajar


Konsep Keperawatan Anak

Vivian Nanny Lia Dewi ; Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita

Anda mungkin juga menyukai