Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Psikologi Perkembangan ABK

Dosen Pengampu:

Kelompok:

M. Sepa Pratama (22212040)

Kaafi sahal ()

1
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH DARUL FATTAH

FAKULTAS TARBIAH PRODI PAI 2023/2024.

KATA PENGANTAR

‫الحمدهللا رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا و الدين والصالة والسالم على‬
‫اشرف األنبياء والمرسلين و على اله وأصحابه أجمعين‬

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
Hidayah-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Yang inshaAllah penulis akan membahas dengan
judul”Psikologi Perkembangan ABK”

Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas yang di lampirkan dosen demi
meningkatkan produktifitas mahasiswa dalam menuntut ilmu, tidak lupa
penulis meminta maaf kepada pembaca yang budiman jika sekiranya dalam
penulisan makalah terdapat kesalahan, mengingat manusia adalah makhluq
hidup yang tak luput dari dosa.

Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

2
Bandar Lampung, Maret 2024

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL………………….........................................................................................i

KATA PENGANTAR ………………………………………………….………..ii

DAFTAISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

 Latar Belakang.............................................................................................1
 Rumusan Masalah........................................................................................2
 Tujuan Masalah………...……………………….…………………………3
BAB II PEMBAHASAN

 Apa itu anak Berkebutuhan Khusus (ABK)…….………………………...4


 Psikologi Perkembangan ABK…..…………..……………………………5
BAB III PENUTUP

3
...........................................................................................................................................K
esimpulan…………………………..………………………………………. 6
DAFTAR PUSTAKA…………………...……………………………………….7

BAB I

1. Latar Belakang.

Latar belakang penelitian dalam psikologi perkembangan anak dengan kebutuhan


khusus (ABK) memainkan peran penting dalam merinci dan memahami dinamika
unik perkembangan anak-anak ini. Menelusuri aspek-aspek seperti kognitif,
emosional, sosial, dan perilaku pada anak ABK memberikan pandangan mendalam
tentang tantangan yang dihadapi mereka sepanjang perjalanan perkembangan
mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menggali faktor-faktor yang memengaruhi
perkembangan anak ABK, termasuk pengaruh interaksi genetik, lingkungan, dan
intervensi pendukung. Dengan memahami kompleksitas psikologi perkembangan
ABK, kita dapat membentuk strategi pendekatan yang lebih efektif untuk membantu

4
mereka mencapai potensi optimal mereka, meningkatkan kesejahteraan psikologis,
dan memfasilitasi integrasi sosial yang positif.

2. Rumusan Masalah.

1. Apa itu Anak Berkebutuhan Khusus?

2. Bagaimana Psikologi Pendidikan ABK?

3. Tujuan Penulisan.

1. Mengetahui Apa itu Anak Berkebutuhan Khusus.

2. Menegtahui Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

BAB II

PEMBAHASAN

5
A. Ruang Lingkup Anak Berkebutuhan Khusus

Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak. Anak yang diharapkan


oleh orangtua adalah anak yang sempurna tanpa memiliki kekurangan. Pada
kenyataannya, tidak ada satupun manusia yang tidak memiliki kekurangan. Manusia
tidak ada yang sama satu dengan lainnya. Seperti apapun keadaannya, manusia
diciptakan unik oleh Sang Maha Pencipta.

Setiap orang tidak ingin dilahirkan di dunia ini dengan menyandang kelainan
maupun memiliki kecacatan. Orang tua juga tidak ada yang menghendaki kelahiran
anaknya menyandang kecacatan. Kelahiran seorang anak berkebutuhan khusus tidak
mengenal berasal dari keluarga kaya, keluarga berpendidikan, keluarga miskin, keluarga
yang taat beragama atau tidak. Orangtua tidak mampu menolak kehadiran anak
berkebutuhan khusus.

Sebagai manusia, anak berkebutuhan khusus memiliki hak untuk tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bangsa. Ia memiliki hak untuk
sekolah sama seperti saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal. Allah
SWT memiliki maksud mulia bahwasanya orangtua memiliki anak berkebutuhan
khusus, dan manusia harus meyakini hal tersebut dengan taat kepadaNya.

‫ُْل‬
‫يَا أَُّي ھَاَّ الِذ يَن آََم نُو ا اَل ت ِھُك ْم أَْم َو الُُكْم َو اَل أَْو اَل ُد ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِر َّ ِﷲ َو َم ْن يَْفَع ْل َذ لَِك فَأُو لَئَِك‬
‫ھُُم اْلَخ اِس ُروَن‬
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat
Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
merugi.”
(Qs Al Munafiqun: 9)

B. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Siapa yang disebut dengan anak berkebutuhan khusus itu? Gearheart


(1981) mendefinisikan anak dengan kebutuhan khusus sebagai anak yang
memerlukan persyaratan pendidikan yang berbeda dari rata-rata anak normal, dan

6
untuk belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas, dan materi
khusus.

Adapun Turner & Hamner (1990) mengungkapkan bahwa anak yang luar
biasa (exceptional child) adalah mereka yang berbeda dalam beberapa hal dari
anak-anak pada umumnya. Mereka yang masuk dalam kategori ini memiliki
kebutuhan yang unik yang berbeda dengan kebanyakan anak yang lain untuk
dapat mengembangkan kemampuan mereka sampai pada potensial yang penuh
dari masing-masing anak ini, sehingga mereka disebut memiliki kebutuhan
khusus.

Sedangkan Mangunsong (1998) sendiri mengartikan anak dengan


kebutuhan khusus adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal
dalam hal: ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular,
perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi maupun kombinasi dua
atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas
sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk
mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal..

Pendapat Ormrod (2008) tentang anak berkebutuhan khusus adalah anak


yang sangat berbeda dari teman-teman sebayanya. Mereka membutuhkan materi
atau praktik instruksional yang telah diadaptasi secara khusus agar sesuai dengan
kebutuhan mereka.

Jadi anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai karakteristik


khusus terkait dengan kondisi psikis dan fisiknya sehingga membutuhkan materi
atau praktik instruksional yang sesuai agar dapat mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.

C. Ragam Anak Berkebutuhan Khusus

Ormrod (2008) menjelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dibagi


menjadi empat kelompok:

1. Anak yang mengalami hambatan kognitif atau akademik khusus, meliputi:

7
a. Kesulitan Belajar

Kesulitan dalam proses-proses kognitif khusus (misalnya, dalam persepsi, bahasa


atau memori) yang tidak dapat diatribusikan ke bentuk-bentuk hambatan yang lain
seperti keterbelakangan mental, gangguan emosi atau perilaku, atau gangguan
sensori.

b. Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD)

Gangguan yang ditandai oleh salah satu atau kedua karakteristik ini:

(1) Kesulitan menfokuskan dan mempertahankan atensi.

(2) Perilaku hiperaktif dan impulsif yang sering.

c. Gangguan bicara dan komunikasi

Gangguan dalam bahasa lisan (misalnya, salah mengucapkan bunyi-bunyi


tertentu, gagap, atau pola sintaksis yang abnormal), atau dalam pemahaman
bahasa yang secara signifikan mengganggu performa di kelas.

3. Anak yang mengalami keterlambatan dalam fungsi kognitif dan sosial,


meliputi:

a. Keterbelakangan mental

Inteligensi secara signifikan di bawah rata-rata dan mengalami kekurangan dalam


perilaku adaptif (yaitu dalam inteligensi praktis dan sosial )

C. Gangguan penglihatan

Gangguan fungsi mata dan syaraf optik yang mengganggu penglihatan normal
bahkan setelah menggunakan kaca mata.

d. Gangguan pendengaran

Gangguan fungsi telinga atau saraf-saraf terkait yang mengganggu persepsi terhadap
suara dalam rentang frekuensi bicara yang normal

e. Ketidakmampuan/hambatan yang parah dan majemuk.

8
Adanya dua hambatan atau lebih, yang kombinasinya menuntut tingkat adaptasi yang
signifikan dan layanan pendidikan yang sangat spesial

4. Anak yang perkembangan kognitifnya tinggi: Keberbakatan (giftedness).

Kemampuan yang tinggi dan bakat yang tidak biasa dalam satu atau beberapa
bidang. yang membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk membantu
berkembang secara penuh.

D. Kelas Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 70 Tahun 2009 semua lembaga pendidikan diharapkan melaksanakan
pendidikan inklusi agar Anak Berkebutuhan Khusus dapat bersekolah pada kelas
reguler di mana pun ia berada, Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Konsep yang mendasari pendidian inklusif sangat berbeda dengan konsep yang
mendasari pendidikan khusus (special education). Inklusi atau pendidikan inklusif
bukanlah istilah lain dari pendidikan khusus. Konsep pendidikan inklusif
mempunyai banyak kesamaan dengan konsep yang mendasari pendidikan untuk
semua (education for all) dan konsep tentang perbaikan sekolah (schools
improvement).

Dalam seminar Agra tahun 1998 telah dirumuskan bahwa esensi pendidikan
inklusi hakekatnya, adalah:

1. Pendidikan yang lebih luas daripada pendidikan formal, mencakup pendidikan


di rumah, masyarakat, sistem nonformal dan informal.

2. Suatu pendidikan yang mengakui bahwa semua anak dapat belajar.

3. Memungkinkan struktur, sistem dan metodologi pendidikan memenuhi


kebutuhan semua anak.

9
4. Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak, yaitu perbedaan
usia, gender, etnik, bahasa, ketunaan, status kesehatan, dan kemampuan.

5. Merupakan proses yang dinamis yang senantiasa berkembang sesuai dengan


budaya dan konteksnya.

6. Merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mempromosikan


masyarakat yang inklusif.

1. Tujuan Pendidikan Inklusif

(a) memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik


yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya;

(b) mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman,


dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik sebagaimana yang dimaksud
pada huruf.

Kelebihan kelas inklusi (Ormrod, 2008):

1. Gambaran diri yang lebih positif

2. Keterampilan sosial yang lebih baik

3. Lebih sering berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang normal

4. Perilaku yang lebih sesuai di kelas

5. Prestasi akademik yang setara (dan kadang kala lebih tinggi) dengan prestasi yang
dicapai bila ditempatkan dalam kelas khusus (dalam Ormrod, 2008).

Peserta Didik Kelas Inklusi

(1) Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial
atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti
pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya.

10
(2) Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. tunanetra;

b. tunarungu;

c. tunawicara;

d. tunagrahita;

e. tunadaksa;

f. tunalaras;

g. berkesulitan belajar;

h. lamban belajar;

i. autis;

j. memiliki gangguan motorik;

k. menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya;

1. memiliki kelainan lainnya;

m. tunaganda

Kelebihan kelas inklusi (Ormrod, 2008):

1. Gambaran diri yang lebih positif

2. Keterampilan sosial yang lebih baik.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai