Anda di halaman 1dari 4

IMPLEMENTASI METODE STORY TELLING DALAM PEMBELAJARAN

SEJARAH
(STUDI KASUS PERMASALAHAN KEMAMPUAN PUBLIK SPEAKING SISWA
KELAS X-H SMA NEGERI 2 TANGGUL)

LAPORAN STUDI KASUS

(Untuk Memenuhi Persyaratan Uji Kompetensi Pendidikan Profesi Guru (UKPPG) PPG
Prajabatan 2022)

Oleh:
Andika Putra Bayu Firmansyah
230211105853

PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
A. Deskripsi Studi Kasus
Berdasarkan pengamatan yang ditemukan oleh saya dalam pelaksanaan siklus
mandiri dalam pembelajaran sejarah di kelas X-H SMA Negeri 2 Tanggul ditemukan
bahwasannya kemampuan publik speaking peserta didik sangat kurang, hal ini terlihat
pada saat melaksanakan presentasi di depan kelas masih banyak siswa saat presentasi
membaca dan membawa HP sebagai alat bantu untuk melakukan presentasi.
Hal ini berbanding terbalik dengan tuntutan siswa yang harus memiliki
ketrampilan 4C dalam pembelajaran abad 21. Keterampilan abad 21 yang harus dimiliki
generasi muda salah satunya Comuncation. Kemampuan publik speaking yang baik
merupakan keterampilan yang sangat berharga di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran
dengan jelas dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini
dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi
orang lain melalui kemampuan berbicara (Zubaidah, 2017: 4).

B. Analisis Situasi
Dalam implementasi pembelajaran sejarah di kelas, perencanaan pembelajaran
dilakukan dengan penyusunan modul ajar pada mata pelajaran sejarah tentang materi
“Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia” yang mengacu pada Paradigma Pembelajaran Baru
pada Kurikulum Merdeka. Hal tersebut diwujudkan dengan beberapa perencanaan
pembelajaran yang menerapkan berbagai unsur dari Pembelajaran Paradigma Baru pada
Kurikulum Merdeka seperti pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
penerapan Profil Pelajar Pancasila, dan penerapan pembelajaran yang mampu
mengakomodir keterampilan abad-21 seperti kertampilan berbicara atau Publik speaking
peserta didik dan pendekatan pembelajaran Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK). Evaluasi pembelajaran yang diterapkan juga menekankan pada
penerapan asesmen formatif (assessment as learning dan assessment for learning).
Berdasarkan penerapan di kelas, peneliti mempunyai dua peran utama dalam
perencaan dan evaluasi pembelajaran, yaitu sebagai perancang perangkat pembelajaran
dan fasilitator bagi peserta didik dalam proses dan evaluasi pembelajaran. Subyek yang
terlibat dalam pelaksanaan perancangan dan evaluasi pembelajaran selain peneliti adalah
peserta didik dari kelas X.H SMA Negeri 2 Tanggul yang berjumlah sebanyak 36 siswa.
Tantangan dan hambatan dalam implementasi perancangan dan evaluasi
pembelajaran di kelas adalah terkait kemampuan Publik Speaking peserta didik yang
kurang di kelas tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan oleh pendidik saat melaksanakan
pembelajaran diperoleh hasil kemampuan publik speaking peserta didik sangat kurang,
hal ini terlihat pada saat melaksanakan presentasi di depan kelas bahwa kebanyakan siswa
saat presentasi banyak yang membaca dan membawa HP sebagai alat bantu untuk
melakukan presentasi. Oleh karena itu pendidik menjadikan studi kasus dalam
permasalahan tersebut.

C. Alternatif Solusi
Salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi permasalahan dalam di
atas adalah dengan penerapan metode Storytelling. Storytelling adalah kegiatan bercerita
atau menuturkan tentang suatu peristiwa, dan disampaikan secara lisan yang bertujuan
membagiakan pengetahuan kepada orang lain (Salim, 2019). Tujuan dari metode belajar
ini adalah untuk mendorong siswa dalam melatih kemampuan publik speaking peserta
didik agar mereka memiliki kepercayaan diri saat berkomunikasi di depan banyak orang.
Selain itu, tujuan penerapan metode Storytelling dapat menunjang keterampilan berbicara
seperti dikemukakan oleh Brown (2016): 1. Imitatif: Siswa mempraktikkan intonasi atau
mencoba mengidentifikasi bunyi vokal tertentu. 2. Intensif: story telling dirancang untuk
melatih beberapa aspek fonologis atau gramatikal bahasa. Biasanya dilakukan secara
individu atau bahkan berpasangan. 3. Responsive: Artinya siswa melatih bahasanya
dengan menjawab beberapa pertanyaan. Kegiatan ini menggunakan tuturan sederhana
yang bermakna dan otentik. 4. Dialog transaksional: Dialog ini bertujuan mendapatkan
atau bertukar informasi tertentu. Ini adalah versi lebih panjang dari responsif. 5. Dialog
Interpersonal: Dialog ini bertujuan untuk memelihara hubungan sosial, tidak hanya
transmisi fakta dan informasi. Siswa diminta untuk berdialog tentang perasaan mereka. 6.
Ekstensif (monolog): Siswa diminta untuk memberikan monolog dengan versi yang lebih
panjang dalam bentuk laporan lisan, ringkasan, atau pidato. 7. Teknik interaktif lainnya:
Ini termasuk wawancara, permainan, jigsaw, aktivitas pemecahan masalah, permainan
peran dan diskusi (Salim, 2019). Metode Storytelling ini dapat dijadikan alternatif strategi
belajar dalam menigkatkan kemampuan Publik speaking peserta didik.
Dalam mengimplementasikan metode storytelling tersebut diterapkan pada materi
sejarah tentang “Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia”. Pada materi tersebut, peserta didik
ditekankan pada aktivitas membuat video storytelling berbasis Vlog dan diunggah di
media sosial intagram siswa. Dengan diintegrasikan metode storytelling dan penerapan
TPACK ini membuat peserta didik dapat memiliki kemampuan publik speaking yag baik
dikarenakan saat melakukan presentasi mereka tidak akan terfokus kepada buku materi
atau smarthphone, mata mereka akan fokus ke kamera untuk bercerita.

D. Evaluasi
Hasil dari implementasi metode storytelling guna meningkatkan kemampuan
publik speaking peserta didik di kelas X.H SMA Negeri 2 Tanggul adalah peserta didik
menjadi lebih fokus untuk bercerita dan percaya diri tanpa membawa buku atau
smarthphone saat melakukan presentasi. Hal ini terbukti dengan hasil tugas mereka yang
diunggah di media sosial intagram terkait video storytelling siswa berbasis Vlog
mayoritas peserta didik mampu bercerita dengan baik dan kontak mata fokus terhadap
kamera saat menyampaikan isi dari materi yang diberikan. Sehingga dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa penerapan pendekatan metode storytelling telah mampu untuk
meningkatkan kemampuan publik speaking peserta didik di kelas X.H SMA Negeri 2
Tanggul.

Daftar Rujukan
Zubaidah, S. (2017). Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan Melalui,
UNY: Yogyakart
M. Rais Salim, “Penerapan Metode Storytelling untuk Meningkatkan Hasil belajar Mata
pelajaran Bahasa indosnesia Siswa Kelas III SD GMIH L.OC. Kabupaten
Pulau Morotai:,JMP Online Vol.3 No.7 Juli 2019, h.923.

Anda mungkin juga menyukai