Disusun Oleh:
Reinhard Stefanus (21522120006)
Bella Olivia Julianti (215221...)
Kelas : B
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia
dan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Derivatif dan Lindung Nilai”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan dalam menempuh dan menyelesaikan Program
Pendidikan Profesi Akuntan di Universitas Widyatama Bandung.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun
dalam perbaikan makalah ini. Akhir kata, besar harapan penulis agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun pembaca sekalian pada
umumnya. Atas segala bentuk perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Instrumen derivatif dan lindung nilai digunakan untuk mengurangi risiko dalam
investasi dan mengoptimalkan pengembalian investasi. Pada dasarnya, instrumen derivatif
dan lindung nilai memungkinkan perusahaan untuk menghindari fluktuasi harga yang
merugikan dalam aset atau produk yang mereka miliki. Dalam lingkungan bisnis yang tidak
stabil, instrumen derivatif dan lindung nilai dapat membantu perusahaan dalam mengatasi
risiko yang terkait dengan fluktuasi harga dan nilai tukar.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang instrumen derivatif dan lindung
nilai. Bagaimana instrumen ini bekerja, jenis instrumen derivatif, dan bagaimana strategi
lindung nilai dapat membantu perusahaan mengurangi risiko dan memaksimalkan
pengembalian investasi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Bentuk penyelesaiannya ada 2 cara, yaitu:
Pengiriman fisik, dimana Long membayar harga yang telah disepakati dan
menerima aset dari Short. Contoh dari Forward Contracts misalnya PT XYZ
yang berbasis di Indonesia dan menjual produk yang berbahan baku dari luar
negeri. Untuk menghindari fluktuasi harga yang merugikan, perusahaan ini
memutuskan menggunakan Forward Contracts untuk membeli bahan baku di
masa depan dengan harga yang disepakati saat ini. Perusahaan setuju membeli
bahan baku senilai $ 100.000 dengan harga forward $ 1 per unit untuk kontrak
sepanjang 3 bulan. Setelah 3 bulan, harga bahan baku mencapai $1.2 per unit
dimana hal ini menguntungkan PT XYZ karena mereka masih membeli bahan
baku tersebut dengan harga $ 1 per unit. Hal ini membuktikan bahwa Forward
Contracts memberikan perlindungan dari risiko kenaikan harga. Namun, hal ini
akan berlawanan jika harga bahan baku tersebut mencapai $ 0.8 per unit, karena
PT XYZ harus membeli bahan baku tersebut dengan harga $ 1 per unit maka
kondisi ini akan merugikan perusahaan.
Cash Settlement (Penyelesaian Tunai), dimana pembayaran dilakukan secara
tunai pada tanggal penyelesaian tanpa perlu ada penyerahan aset fisik, namun
hanya membayar atau menerima selisih antara harga Forward dengan harga pasar
saat kontrak berakhir. Penyelesaian ini digunakan untuk aset yang sulit
diperdagangkan secara fisik seperti saham atau transaksi valas. Contohnya, jika
investor membeli kontrak forward untuk membeli saham pada harga $ 100 per
lembar untuk jangka 3 bulan mendatang. dan tiga bulan berikutnya, harga
mencapai $120 per lembar. Maka pembeli kontrak akan menyerahkan $ 20 per
lembar. Sebaliknya, jika harga pasar mencapai angka $ 90 per lembar, maka
penjual yang akan menyerahkan $ 10 per lembar ke pembeli.
1
tidak perlu membayar sejumlah besar uang untuk membeli gandum sekarang, namun
hanya membayar margin ke perusahaan pialang yang menjual kontrak.
Setelah 3 bulan, harga gandum naik menjadi $ 300 per ton. Namun perusahaan ini tidak
perlu khawatir karena mereka telah memberi kontrak dengan harga $ 250 per ton. Oleh
karena itu, perusahaan menerima $ 50 per ton (300-250). Di skenario lain, jika harga
gandum turun menjadi $ 200 per ton maka perusahaan harus menyerahkan $ 50 per ton
(250-200). Namun kerugian itu akan diimbangi keuntungan pada posisi short futures
yang diambil perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan tetap memiliki pengembalian
investasi yang stabil dan terlindungi dari fluktuasi harga gandum.
Short Hedge
Strategi untuk melindungi nilai aset atau kewajiban dengan menjual kontrak
berjangka untuk aset yang dimiliki. Dengan kata lain, suatu pihak disebut dalam
posisi short hedge jika pihak tersebut adalah pihak yang menjual futures contract.
Posisi atau strategi ini biasanya dipilih oleh pihak yang memiliki aset atau akan
memiliki aset. Misalnya, perusahaan perkebunan yang akan memanen kopi
Arabika di bulan Desember 2014, menjual futures agar perusahaan tidak
menanggung risiko kenaikan atau penurunan harga kopi Arabika pada bulan
Desember 2014.
1
Long Hedge
Strategi untuk melindungi nilai aset atau kewajiban dengan membeli kontrak
berjangka untuk aset yang akan dimiliki. Dengan kata lain, suatu pihak disebut
dalam posisi long hedge jika pihak tersebut adalah pihak yang membeli futures
contract. Strategi ini dipilih oleh pihak yang akan melakukan pembelian aset di
masa depan.
Misalnya, Seorang petani bawang merah memiliki 10.000 kg bawang merah yang
akan siap dijual dalam 6 bulan ke depan. Saat ini harga bawang merah adalah $2
per kg. Namun, petani bawang merah khawatir bahwa harga bawang merah akan
turun di masa depan dan ia ingin melindungi dirinya dari risiko tersebut. Untuk
melindungi dirinya dari risiko tersebut, petani bawang merah memutuskan untuk
melakukan long hedge dengan membeli kontrak futures pada bawang merah.
Misalnya, petani bawang merah membeli kontrak futures pada bawang merah
sebanyak 10.000 kg pada harga $2,20 per kg dengan tanggal penyelesaian 6 bulan
ke depan. Jika harga bawang merah di pasar turun di bawah $2,20 per kg di masa
depan, petani bawang merah masih tetap dapat menjual bawang merahnya pada
harga tetap yang lebih tinggi. Namun, jika harga bawang merah di pasar naik di
atas $2,20 per kg di masa depan, petani bawang merah akan tetap menjual
bawang merahnya pada harga yang lebih rendah dari harga pasar saat itu, namun
ia sudah melindungi dirinya dari risiko kenaikan harga yang tidak terduga.
Sebagai contoh, seorang investor memiliki portofolio yang terdiri dari sejumlah besar
Treasury Bonds dengan jatuh tempo dalam 6 bulan. Investor khawatir bahwa suku
bunga akan naik dalam 6 bulan ke depan, yang akan menyebabkan harga Treasury
Bonds turun dan mengurangi nilai portofolio mereka.
1
Untuk menghindari risiko ini, investor dapat membeli future contracts untuk
Treasury Bonds dengan jatuh tempo dalam 6 bulan. Dalam hal ini, investor akan
mengunci harga beli Treasury Bonds di harga saat ini dan dapat menjual future
contracts tersebut jika suku bunga benar-benar naik dan harga Treasury Bonds turun.
Ketika suku bunga turun, harga obligasi naik karena obligasi dengan kupon tetap
menjadi lebih menarik bagi investor daripada investasi alternatif dengan suku bunga
yang lebih rendah. Dalam hal ini, permintaan untuk obligasi meningkat dan harga
obligasi naik.
Ketika harga obligasi naik, nilai future contract bonds juga akan naik karena future
contract bonds mencerminkan harga obligasi di masa depan. Investor yang membeli
future contract bonds pada saat suku bunga yang lebih rendah, memiliki hak untuk
membeli obligasi dengan harga yang lebih rendah di masa depan, yang berarti mereka
dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar ketika harga obligasi naik.
Sebaliknya, ketika suku bunga naik, harga obligasi turun karena investor cenderung
memilih investasi alternatif yang menawarkan suku bunga yang lebih tinggi. Dalam
hal ini, permintaan untuk obligasi menurun dan harga obligasi turun.
Ketika harga obligasi turun, nilai future contract bonds juga akan turun karena future
contract bonds mencerminkan harga obligasi di masa depan. Investor yang membeli
future contract bonds pada saat suku bunga yang lebih tinggi, harus membeli obligasi
dengan harga yang lebih tinggi di masa depan, yang berarti mereka mungkin
mengalami kerugian ketika harga obligasi turun.
Jika suku bunga tidak naik, investor tidak perlu menggunakan future contracts dan
tetap memegang Treasury Bonds asli di portofolio mereka. Namun jika suku bunga
naik, investor dapat menjual future contracts tersebut pada harga yang lebih tinggi
dari harga aslinya, sehingga dapat mengurangi kerugian dalam portofolio mereka.
G. Swap Contracts
1
Nama Jurnal: " PENGARUH LINDUNG NILAI, FINANCIAL LEVERAGE, DAN
MANAJEMEN LABA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK " (Media Riset Akuntansi,
Auditing & Informasi Vol. 17 No. 1 April 2017)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang hubungan
antara lindung nilai, leverage keuangan, dan manajemen laba pada agresivitas pajak.
Jujur dan Rego (2009) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai tindakan manipulasi
untuk mengurangi besarnya penghasilan kena pajak melalui upaya perencanaan pajak
baik dapat maupun tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan penggelapan pajak.
Dengan menggunakan purposive sampling penelitian ini dipilih 24 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2015 sebagai sampel. Itu hasil regresi
berganda data panel menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan hubungan antara
leverage keuangan dan agresivitas pajak serta pendapatan manajemen dan agresivitas
pajak. Sementara tidak ada hubungan yang signifikan antara lindung nilai dan agresivitas
pajak.
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bukan
termasuk dalam kategori perusahaan sektor keuangan.
Perusahaan memiliki laporan keuangan tahunan dengan elemen laporan keuangan dan
informasi yang lengkap selama periode tahun 2011-2015;
Perusahaan mengungkapkan nilai notional dari derivatif yang digunakan untuk
lindung nilai.
1
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia
dari tahun 2011 s.d. 2015. Data diperoleh dengan mengunduh laporan keuangan dari
laman resmi Bursa Efek Indonesia dengan alamat http://www.idx.co.id
Pembahasan: Dari hasil pengujian di atas lindung nilai tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak. Hal ini berbeda dengan penelitian Lee (2016) yang menemukan bahwa
lindung nilai berpengaruh segnifikan terhadap agresivitas pajak. Penelitian dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama, yang dilakukan oleh (Donohoe, 2011)
juga menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara lindung nilai dengan
agresivitas pajak. Lebih lanjut Graham dan Smith (1999) yang menemukan bahwa
lindung nilai berpengaruh dalam menurunkan kredit pajak sehingga menimbulkan
insentif pajak untuk melakukan lindung nilai. Perbedaan hasil penelitian ini dapat terjadi
karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih sedikit dibandingkan penelitian
sebelumnya. Lee (2016) menggunakan 291 perusahaan dan 1815 observasi sedangkan
Donohoe (2011) Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 17 No. 1 April 2017
46 menggunakan 12.437 observasi. Perbedaan jumlah sampel ini dapat terjadi karena
penelitian sebelumnya dilakukan di Amerika Serikat dan minimnya pengungkapan
mengenai transaksi lindung nilai khususnya mengenai efektivitas lindung nilai. PSAK 55
(Revisi 2015) mensyaratkan adanya efektivitas yang tinggi agar suatu transaksi dapat
1
diakui sebagai lindung nilai. Namun demikian, karena hal tersebut bersifat principle
based, maka tidak ada batasan tingkat efektivitas lindung nilai dan tidak terdapat
kewajiban atas pengungkapan efektivitas lindung nilai dalam catatan atas laporan
keuangan. Padahal jika efektivitas lindung nilai diketahui, dapat diketahui asumsi
mengenai batas efektif dari transaksi instrumen keuangan yang dianggap sebagai lindung
nilai. Karena tidak adanya informasi tersebut maka hanya perusahaan yang
mengungkapkan transaksi lindung nilainya telah memenuhi kriteria PSAK 55 (Revisi
2015) saja yang dimasukkan ke dalam sampel. Tidak adanya kewajiban pengungkapan
ini seharusnya diakomodasi dalam standar akuntansi mengingat informasi tersebut bila
tidak diungkapkan dapat menimbulkan informasi asimetris. Bisa saja terdapat lindung
nilai dengan efektivitas lindung nilai yang rendah tetapi karena dianggap tinggi oleh
perusahaan maka tetap diakui sebagai transaksi lindung nilai atau sebaliknya. Dari hasil
pengujian hipotesis, ternyata di Indonesia, perusahaan yang memiliki derivatif untuk
tujuan lindung nilai tidak terkait dengan motivasi perusahaan untuk melakukan
agresivitas pajak. Hal ini diduga karena sampel perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hanya perusahaan yang telah menyatakan lindung nilai secara
efektif yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebagaimana ketentuan
dalam PSAK 55 (2015). Dengan kata lain bahwa perusahaan tersebut memberikan
jaminan tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan agresivitas pajak. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktavia dan Martani (2013)
membuktikan bahwa pengguna derivatif memiliki tingkat agresivitas lebih besar
daripada non pengguna derivatif. Oleh karena itu, dalam hal kepemilikan transaksi
derivatif dapat disimpulkan bahwa perusahaan di Indonesia melakukan agresivitas pajak
apabila memiliki transaksi derivatif untuk tujuan spekulatif (trading). Namun dugaan itu
perlu adanya pengujian lebih lanjut untuk membuktikan hubungan tersebut secara
empiris.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Lindung nilai adalah strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi
risiko yang terkait dengan fluktuasi harga pasar dan nilai tukar.
2. Instrumen derivatif seperti opsi, kontrak berjangka, dan swap dapat digunakan
sebagai alat untuk melindungi perusahaan dari fluktuasi harga pasar dan nilai
tukar.
3. Penggunaan instrumen derivatif juga dapat menjadi sumber insentif spekulatif
bagi perusahaan jika tidak digunakan dengan hati-hati.
4. Manajer perusahaan harus memahami risiko dan manfaat dari instrumen derivatif
dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya, kompleksitas, dan likuiditas
saat memilih instrumen lindung nilai yang sesuai.
B. Saran
Saran yang bisa disusun bagi para pembaca makalah ini dalam kaitannya dengan
lindung nilai dan instrument derivatif adalah bahwa manajer perusahaan harus
memahami konsep lindung nilai dan instrumen derivatif untuk dapat membuat
keputusan yang tepat tentang penggunaannya. Selain itu, mereka juga harus
mengembangkan strategi lindung nilai yang efektif dan memantau risiko secara
teratur untuk meminimalkan dampak fluktuasi harga pasar dan nilai tukar. Akuntan
yang terlibat dalam pengelolaan keuangan perusahaan harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai dalam hal lindung nilai dan instrumen derivatif agar
dapat memberikan saran yang tepat kepada klien mereka. Terakhir, penelitian dan
pengembangan dalam bidang lindung nilai dan instrumen derivatif harus terus
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang risiko dan manfaat dari strategi
ini dan mengembangkan instrumen lindung nilai yang lebih efektif dan efisien.
C. Daftar Pustaka
Redaksi OCBC NISP. (2022). Derivatif adalah: Pengertian, Jenis, Manfaat & Dasar
Hukumnya. Diakses pada 21 Februari 2023 dari
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/01/07/apa-itu-derivatif
Kompas.com. (2021). Hedging Adalah Lindung Nilai: Pengertian, Jenis, dan Contoh.
Diakses pada 21 Februari 2023 dari
1
https://money.kompas.com/read/2021/10/21/175148126/hedging-adalah-lindung-
nilai-pengertian-jenis-dan-contoh?page=all
Zipmex. (2021). Apa Itu Future Contract?- Definisi dan Jenis. Diakses pada 21
Februari 2023 dari https://zipmex.com/id/learn/future-contract-adalah-definisi-dan-
jenisnya/