Makalah - Pra - UTS - Manajemen Keuangan Lanjut - 030523
Makalah - Pra - UTS - Manajemen Keuangan Lanjut - 030523
Disusun Oleh:
Reinhard Stefanus (21522120006)
Bella Olivia Julianti (215221...)
Kelas : B
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia
dan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Derivatif dan Lindung Nilai”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan dalam menempuh dan menyelesaikan Program
Pendidikan Profesi Akuntan di Universitas Widyatama Bandung.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun
dalam perbaikan makalah ini. Akhir kata, besar harapan penulis agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun pembaca sekalian pada
umumnya. Atas segala bentuk perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Instrumen derivatif dan lindung nilai digunakan untuk mengurangi risiko dalam
investasi dan mengoptimalkan pengembalian investasi. Pada dasarnya, instrumen derivatif
dan lindung nilai memungkinkan perusahaan untuk menghindari fluktuasi harga yang
merugikan dalam aset atau produk yang mereka miliki. Dalam lingkungan bisnis yang tidak
stabil, instrumen derivatif dan lindung nilai dapat membantu perusahaan dalam mengatasi
risiko yang terkait dengan fluktuasi harga dan nilai tukar.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang instrumen derivatif dan lindung
nilai. Bagaimana instrumen ini bekerja, jenis instrumen derivatif, dan bagaimana strategi
lindung nilai dapat membantu perusahaan mengurangi risiko dan memaksimalkan
pengembalian investasi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Bentuk penyelesaiannya ada 2 cara, yaitu:
Pengiriman fisik, dimana Long membayar harga yang telah disepakati dan
menerima aset dari Short. Contoh dari Forward Contracts misalnya PT Kalbe
Farma yang berbasis di Indonesia dan menjual produk farmasi yang berbahan
baku dari luar negeri. Untuk menghindari fluktuasi harga yang merugikan,
perusahaan ini memutuskan menggunakan Forward Contracts untuk membeli
bahan baku di masa depan dengan harga yang disepakati saat ini. Perusahaan
setuju membeli bahan baku senilai $ 100.000 dengan harga forward $ 1 per kg
untuk kontrak sepanjang 3 bulan. Setelah 3 bulan, harga bahan baku mencapai
$1.2 per kg dimana hal ini menguntungkan PT Kalbe Farma karena mereka masih
membeli bahan baku tersebut dengan harga $ 1 per kg. Hal ini membuktikan
bahwa Forward Contracts memberikan perlindungan dari risiko kenaikan harga.
Namun, hal ini akan berlawanan jika harga bahan baku tersebut mencapai $ 0.8
per kg, karena PT Kalbe Farma harus membeli bahan baku tersebut dengan harga
$ 1 per kg maka kondisi ini akan merugikan perusahaan.
Cash Settlement (Penyelesaian Tunai), dimana pembayaran dilakukan secara
tunai pada tanggal penyelesaian tanpa perlu ada penyerahan aset fisik, namun
hanya membayar atau menerima selisih antara harga Forward dengan harga pasar
saat kontrak berakhir. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap pihak
terlibat memperoleh hasil yang adil dan sesuai dengan kesepakatan awal. Jika
harga pasar lebih rendah daripada harga forward, maka pembeli forward contract
harus membayar selisih harga tersebut kepada penjual. Sebaliknya, jika harga
pasar lebih tinggi daripada harga forward, maka penjual forward contract harus
membayar selisih harga tersebut kepada pembeli. Contohnya, seorang investor
sepakat untuk membeli 1.000 lembar saham BBCA dari seorang penjual pada
tanggal penyelesaian di masa depan dengan harga kesepakatan Rp 10.000 per
lembar saham. Namun, kedua belah pihak tidak ingin melakukan pengiriman fisik
saham pada tanggal penyelesaian tersebut. Maka, mereka sepakat untuk
menggunakan penyelesaian tunai. Pada tanggal penyelesaian, harga pasar saham
BBCA adalah Rp 9.000 per lembar saham. Sebagai pembeli forward contract,
investor harus membayar penjual sebesar Rp 10.000.000 (Rp 10.000 * 1.000)
pada tanggal penyelesaian termasuk kerugian yang diperoleh dari turunnya harga
pasar saham BBCA. Sedangkan penjual forward contract akan menerima
1
pembayaran tersebut sebagai kompensasi atas keuntungan dari turunnya harga
pasar saham BBCA. Namun, jika harga pasar saham BBCA pada tanggal
penyelesaian lebih tinggi dari harga kesepakatan, maka penjual forward contract
harus membayar investor sebagai kompensasi atas kerugian yang diderita akibat
kenaikan harga pasar saham BBCA. Dengan menggunakan penyelesaian tunai,
kedua belah pihak dapat menghindari risiko pengiriman fisik saham dan tetap
memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian sesuai dengan perubahan
harga pasar saham.
Contohnya PT Nippon Indosari Corpindo membeli Future Contracts untuk 1.000 ton
gandum dengan harga $ 250 per ton. Di hari pertama, harga komoditas gandum adalah $
300 per ton sehingga perusahaan menerima $ 50 per ton ($ 300 - $ 250) dari lembaga
kliring. Di hari kedua, harga komoditas gandum adalah $ 230 per ton sehingga
perusahaan harus membayar sebesar $ 20 per ton ($ 250 - $ 230) ke lembaga kliring. Di
hari ketiga, harga komoditas gandum adalah $ 280 per ton sehingga perusahaan akan
1
menerima sebesar $ 30 per ton ($ 280 - $ 250) dari lembaga kliring. Dari contoh di atas,
dapat dilihat bahwa nilai kontrak futures dapat berubah setiap harinya, tergantung pada
pergerakan harga pasar. Evaluasi harian adalah proses menghitung nilai kontrak futures
berdasarkan perubahan harga pasar setiap harinya. Jika harga pasar naik, pembeli akan
menerima uang dari lembaga kliring, sedangkan jika harga pasar turun, pembeli harus
membayar ke lembaga kliring sebesar selisih harga dalam kontrak dengan harga pasar
aset.
Short Hedge
Strategi untuk melindungi nilai aset dengan menjual kontrak untuk aset yang
dimiliki. Dengan kata lain, suatu pihak disebut dalam posisi short hedge jika
pihak tersebut adalah pihak yang menjual futures / forward contract. Posisi atau
strategi ini biasanya dipilih oleh pihak yang memiliki aset atau akan memiliki
aset.
Long Hedge
Strategi untuk melindungi nilai aset dengan membeli kontrak untuk aset yang
akan dimiliki. Dengan kata lain, suatu pihak disebut dalam posisi long hedge jika
pihak tersebut adalah pihak yang membeli futures / forward contract. Strategi ini
dipilih oleh pihak yang akan melakukan pembelian aset di masa depan.
Sebagai contoh, seorang investor memiliki portofolio yang terdiri dari sejumlah besar
Bonds dengan jatuh tempo dalam 6 bulan. Investor khawatir bahwa suku bunga akan
naik dalam 6 bulan ke depan, yang akan menyebabkan harga Bonds turun dan
mengurangi nilai portofolio mereka. Untuk menghindari risiko ini, investor membeli
future contracts untuk Bonds dengan jatuh tempo 6 bulan. Dalam hal ini, investor
akan mengunci harga beli Bonds di harga saat ini dan dapat menjual future contracts
tersebut jika suku bunga benar-benar naik dan harga Bonds turun.
1
Ketika suku bunga turun, harga obligasi naik karena obligasi dengan kupon tetap
menjadi lebih menarik bagi investor daripada investasi alternatif dengan suku bunga
yang lebih rendah. Dalam hal ini, permintaan untuk obligasi meningkat dan harga
obligasi naik. Ketika harga obligasi naik, nilai future contract bonds juga akan naik
karena future contract bonds mencerminkan harga obligasi di masa depan. Investor
yang membeli future contract bonds pada saat suku bunga yang lebih rendah,
memiliki hak untuk membeli obligasi dengan harga yang lebih rendah di masa depan,
yang berarti mereka dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar ketika harga
obligasi naik.
Sebaliknya, ketika suku bunga naik, harga obligasi turun karena investor cenderung
memilih investasi alternatif yang menawarkan suku bunga yang lebih tinggi. Dalam
hal ini, permintaan untuk obligasi menurun dan harga obligasi turun. Ketika harga
obligasi turun, nilai future contract bonds juga akan turun karena future contract
bonds mencerminkan harga obligasi di masa depan. Investor yang membeli future
contract bonds pada saat suku bunga tinggi, harus membeli obligasi dengan harga
yang lebih tinggi di masa depan, yang berarti mereka akan mengalami kerugian ketika
harga obligasi turun.
G. Swap Contracts
Abstrak: Perusahaan ekspor menerima penghasilan dalam mata uang asing sehingga
akan terkena dampak dari adanya risiko exchange rate. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui penerapan metode hedging forward contract dan option pada UD Damena
(Seafood Supply & Processing Product) tahun 2014-2016. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif. Objek penelitian yang digunakan adalah keuntungan
1
selisih kurs dari penerimaan piutang transaksi ekspor yang diperoleh UD Damena dari
tahun 2014-2016. Metode pengumpulan data yaitu observasi non perilaku dengan
mengumpulkan data dari sumber tertulis dan metode wawancara untuk mengumpulkan
profil perusahaan. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif dengan
menguraikan tahapan forward contract dan option secara sistematis. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa forward contract dan option mampu meminimalisasi risiko
exchange rate dengan menghasilkan selisih kurs yang lebih besar dan option
menghasilkan peningkatan selisih kurs yang lebih besar daripada forward contract.
1
apabila diasumsikan menggunakan option, dan terakhir mengambil kesimpulan dari data
yang telah diolah dan dianalisa.
Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan analisis data diperoleh hasil yaitu penerapan
forward contract hedging mampu melindungi nilai mata uang dari risiko exchange rate
dengan menghasilkan peningkatan selisih kurs dibandingkan tidak menggunakan teknik
hedging forward contract.
Tabel 7 menunjukkan hasil penerimaan piutang UD Damena pada tahun 2014-2016 saat
tidak melakukan hedging dan saat diasumsikan melakukan forward contract hedging.
Penerimaan piutang UD Damena saat tidak melalukan hedging adalah sebesar
Rp10,263,044,198.57 sedangkan saat diasumsikan melakukan forward contract hedging
penerimaan piutang meningkat menjadi sebesar Rp10,317,441,963.57 atau terdapat
peningkatan selisih kurs yaitu sebesar Rp54,397,765.00. Hasil tersebut menyimpulkan
bahwa penerapan forward contract hedging mampu meminimalisasi risiko exchange rate
1
karena jumlah penerimaan piutang saat diasumsikan melakukan forward contract
hedging lebih besar daripada saat tidak melakukan hedging. Hal ini disebabkan karena
forward rate bernilai lebih besar daripada kurs spot sehingga jumlah Rupiah yang
diterima UD Damena lebih banyak saat melakukan forward contract hedging. Hasil
penelitian ini mendukung teori hedging yang mendasari penelitian ini yaitu mengenai
fungsi penerapan teknik hedging untuk meminimalisasi risiko exchange rate serta
mendukung hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Rofifah dkk. (2017) dan
Alim (2014) yang menemukan hasil serupa bahwa forward contract hedging mampu
melindungi perusahaan dari risiko exchange rate dan menghasilkan peningkatan selisih
kurs.
Tabel 8 menunjukkan hasil penerimaan piutang UD Damena pada Tahun 2014-2016 saat
tidak melakukan hedging dan saat diasumsikan melakukan option hedging. Penerimaan
piutang UD Damena saat tidak melakukan hedging adalah sebesar Rp10,263,044,198.57
sedangkan saat diasumsikan melakukan option hedging penerimaan piutang meningkat
menjadi sebesar Rp10,775,311,116.95 atau terdapat peningkatan selisih kurs yaitu
sebesar Rp512,266,918.38. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa penerapan option
hedging mampu meminimalisasi risiko exchange rate karena hasil penerimaan piutang
saat diasumsikan melakukan option hedging lebih besar daripada saat tidak melakukan
hedging. Hal ini disebabkan karena strike price bernilai lebih besar daripada kurs spot
sehingga jumlah Rupiah yang diterima UD Damena lebih banyak saat melakukan option
hedging. Hasil penelitian ini mendukung teori hedging yang mendasari penelitian ini
yaitu mengenai fungsi penerapan teknik hedging untuk meminimalisasi risiko exchange
rate serta mendukung hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Maurer dan
1
Valiani (2007), Chan et al. (2003), dan Khazeh dan Winder (2006) yang menunjukkan
hasil bahwa option hedging mampu melindungi perusahaan dari risiko exchange rate dan
menghasilkan peningkatan selisih kurs.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil yaitu penerapan teknik forward contract dan
option hedging mampu meminimalisasi risiko exchange rate pada perusahaan UD
Damena Tahun 2014-2016. Namun, teknik hedging option menghasilkan penerimaan
piutang yang lebih besar dibandingkan dengan forward contract.
Kesimpulan Penelitian: Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan hedging dengan
menggunakan forward contract dan option mampu meminimalisasi risiko exchange rate
pada perusahaan UD Damena pada tahun 2014-2016. Hasil penelitian menunjukkan
1
bahwa penerimaan piutang dengan menggunakan teknik hedging forward contract dan
option lebih banyak daripada tidak menggunakan hedging. Hasil penelitian juga
menemukan bahwa penerapan option lebih baik digunakan daripada forward contract
dalam meminimalisasi risiko exchange rate pada perusahaan UD Damena Tahun 2014-
2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan piutang dengan menggunakan
teknik option lebih banyak daripada forward contract.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Lindung nilai adalah strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi
risiko yang terkait dengan fluktuasi harga pasar dan nilai tukar.
2. Instrumen derivatif seperti opsi, kontrak berjangka, dan swap dapat digunakan
sebagai alat untuk melindungi perusahaan dari fluktuasi harga pasar dan nilai
tukar.
3. Penggunaan instrumen derivatif juga dapat menjadi sumber insentif spekulatif
bagi perusahaan jika tidak digunakan dengan hati-hati.
4. Manajer perusahaan harus memahami risiko dan manfaat dari instrumen derivatif
dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya, kompleksitas, dan likuiditas
saat memilih instrumen lindung nilai yang sesuai.
B. Saran
Saran yang bisa disusun bagi para pembaca makalah ini dalam kaitannya dengan
lindung nilai dan instrument derivatif adalah bahwa manajer perusahaan harus
memahami konsep lindung nilai dan instrumen derivatif untuk dapat membuat
keputusan yang tepat tentang penggunaannya. Selain itu, mereka juga harus
mengembangkan strategi lindung nilai yang efektif dan memantau risiko secara
teratur untuk meminimalkan dampak fluktuasi harga pasar dan nilai tukar. Akuntan
yang terlibat dalam pengelolaan keuangan perusahaan harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai dalam hal lindung nilai dan instrumen derivatif agar
1
dapat memberikan saran yang tepat kepada klien mereka. Terakhir, penelitian dan
pengembangan dalam bidang lindung nilai dan instrumen derivatif harus terus
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang risiko dan manfaat dari strategi
ini dan mengembangkan instrumen lindung nilai yang lebih efektif dan efisien.
C. Daftar Pustaka
Redaksi OCBC NISP. (2022). Derivatif adalah: Pengertian, Jenis, Manfaat & Dasar
Hukumnya. Diakses pada 21 Februari 2023 dari
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/01/07/apa-itu-derivatif
Kompas.com. (2021). Hedging Adalah Lindung Nilai: Pengertian, Jenis, dan Contoh.
Diakses pada 21 Februari 2023 dari
https://money.kompas.com/read/2021/10/21/175148126/hedging-adalah-lindung-
nilai-pengertian-jenis-dan-contoh?page=all
Zipmex. (2021). Apa Itu Future Contract?- Definisi dan Jenis. Diakses pada 21
Februari 2023 dari https://zipmex.com/id/learn/future-contract-adalah-definisi-dan-
jenisnya/
1
Nurhandono, Furqon., & Firmansyah, Amrie. (2017). PENGARUH LINDUNG
NILAI, FINANCIAL LEVERAGE, DAN MANAJEMEN LABA TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.17, 31-
52.