Anda di halaman 1dari 149

ABSTRAK

Judul : Upaya Mengurangi Kenakalan Remaja Perilaku Bolos Melalui


Penerapan Teknik Live Modeling Dalam Layanan Bimbingan Kelompok
Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 6 Kota Jambi
Nama : Hizatul Amnah
NIM : A1E118026
Pembimbing 1 : Drs. Rasimin., M.P.d
Pembimbing 2 : Freddi Sarman, M.Pd

Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah
dengan alasan yang tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai
ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu alasan yang jelas. Kenakalan remaja
terdiri dari empat jenis yaitu: kenakalan yang menimbulkan korban fisik,
menimbulkan korban materi, kenakalan remaja yang tidak menimbulkan korban
dipihak orang lain, dan kenakalan remaja yang melawan status. Penelitian ini dilatar
belakangi oleh fenomena yang ada di SMAN 6 Kota Jambi diamana banyak siswa
memiliki perilaku kenakalan remaja yaitu perilaku bolos yang disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya yaitu ikut-ikut teman untuk membolos, sehingga
banyak perilaku bolos yang ditemui. Bolos termasuk perilaku kenakalan remaja
yang melawan status.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya mengurangi kenakalan
remaja melalui penerapan teknik Live Modeling dalam layanan bimbingan
kelompok pada siswa kelas XI IPS 1 SMAN 6 Kota Jambi. Bertujuan untuk
memperoleh tingkah laku baru, mengeliminasi perilaku lama yang merusak diri dan
memperkuat, serta mempertahankan perilaku yang diinginkan yang lebih sehat.
Sebagian tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian,
contoh tingkah laku modeling. Jenis/metode penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian tindak layanan degan Teknik Live Modeling. Subjek utama yaitu siswa
kelas XI IPS 1 di SMAN 6 Kota Jambi yang terdiri dari 10 orang siswa, Teknik
pengambilan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian berdasarkan pandangan dengan modeling bisa memotivasi
seseorang untuk belajar perilaku yang dilihatnya sehingga bisa untuk diteladani
oleh klien sebagai perubahan perilaku tertentu. Peneliti menyimpulkan penerapan
teknik Live Modeling mampu mengurangi perilaku bolos siswa. Hasil observasi
juga mendukung bahwa dalam siklus ketiga angota kelompok telah mampu
memahami dan dapat mengurangi kenakalan remaja perilaku bolos siswa dan
memiliki perilaku baru setelah mengikuti bimbingan kelompok. teknik Live
Modeling dalam bimbingan kelompok efektif membantu siswa dalam mengurangi
kenakalan remaja perilaku bolos. Hal ini juga dapat dilihat dari tabel hasil kriteria
yang dibuat oleh peneliti.
Kata kunci: Kenakalan Remaja, Prilaku Bolos, Live Modeling.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-

Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Upaya

mengurangi kenakalan remaja perilaku bolos melalui penerapan teknik Live

Modeling dalam layanan bimbingan kelompok di SMA Negeri 6 Kota Jambi”

dapat terselesaikan.

Terlepas dari semua rasa syukur peneliti menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang memberikan bimbingan,

saran, dan motivasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

tidak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas

Jambi.

2. Bapak Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M.Sc selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

3. Bapak Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi.

4. Bapak Drs. Nelyahardi Gutji, M.Pd selaku Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dalam kelancaran

proses penulisan skripsi.

5. Bapak Drs. Rasimin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang

selalu bersedia membimbing, meluangkan waktu dan memberikan

motivasi selalu.

ii
6. Bapak Freddi Sarman, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang

selalu bersedia membimbing, meluangkan waktu dan memberikan

arahan sehingga skirpsi ini dapat terselesaikan.

7. Teruntuk Almh. Ibu Fellicia Ayu Sekonda S.Psi , M.Pd selaku Dosen

Pembimbing dua yang telah banyak berjasa dalam mendidik dan selalu

sabar saat membimbing saya saat saya melakukan bimbingan penelitian.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Jambi yang telah memberikan segala ilmu dan pengetahuan

selama melaksanakan perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu guru BK SMAN 6 Kota Jambi yang telah bersedia dan

menerima untuk melaksanakan penelitian di Sekolah serta membimbing

saya sehingga saya dapat melaksanakan penelitian hingga selesai.

Meskipun telah menyelasikan skripsi ini sebaik mungkin, penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi penelitian ini berguna bagi para

pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

iii
Jambi, Desember 2023

Hizatul Amnah
A1E118026

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

A. Latar belakang masalah .............................................................................1

B. Batasan Masalah .........................................................................................8

C. Rumusan masalah .......................................................................................9

D. Tujuan penelitian ........................................................................................9

E. Manfaat penelitian ....................................................................................10

F. Pengertian istilah .......................................................................................11

BAB II ...................................................................................................................12

TINJAUAN KEPUSTAKAAN ...........................................................................12

A. Kenakalan Remaja ....................................................................................12

1. Pengertian kenakalan remaja ..............................................................12

2. Jenis Kenakalan Remaja ......................................................................15

3. Ciri-ciri Kenakalan Remaja .................................................................17

4. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja .................18

B. Teknik Live Modeling................................................................................20

1. Pengertian Teknik Modeling ................................................................20

v
2. Macam-macam Modeling......................................................................22

3. Tujuan Live Modeling ...........................................................................24

4. Prosedur Teknil Live Modeling ............................................................24

C. Layanan Bimbingan Kelompok ...............................................................25

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ........................................................25

2. Tujuan Bimbingan Kelompok ..............................................................27

3. Komponen Bimbingan Kelompok .......................................................29

4. Asas Bimbingan Kelompok ..................................................................33

5. Prosedur dan Pelayanan Layanan Bimbingan Kelompok ................33

D. Penelitian Relevan .....................................................................................36

E. Kerangka Konseptual ...............................................................................37

F. Hipotesis Tindakan ...................................................................................37

BAB III ..................................................................................................................38

METODE PENELITIAN TINDAK LAYANAN ..............................................38

A. Settting PTL ...............................................................................................38

B. Subjek Penelitian .......................................................................................39

C. Instrument Penelitian ...............................................................................40

D. Prosedur .....................................................................................................44

E. Jadwal Penelitian ......................................................................................51

BAB IV ..................................................................................................................52

TEMUAN DAN PEMBAHASAN .......................................................................52

A. Gambaran Umum .....................................................................................52

B. Hasil Siklus ................................................................................................52

C. Pembahasan .............................................................................................108

BAB V..................................................................................................................111

vi
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................111

A. SIMPULAN .............................................................................................111

B. SARAN .....................................................................................................113

C. IMPLIKASI .............................................................................................114

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................115

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1Kerangka Konseptual ........................................................................ 37


Gambar 3. 1 Prosedur PTL.................................................................................... 44

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3 1 Subjek Penelitian....................................................................................40


Tabel 3 2 Pedoman Observasi Bimbingan Kelompok ...........................................42
Tabel 3 3 Jadwal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok ............................51
Tabel 4. 1 Subjek Penelitian................................................................................ 108
Tabel 4. 2 Tabel Skenario Bimbingan kelompok Tindakan I pada Siklus I ......... 53
Tabel 4. 3 Tabel Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok Tindakan I
............................................................................................................................... 58
Tabel 4. 4 Skenario Bimbingan kelompok Tindakan II pada Siklus I .................. 59
Tabel 4. 5 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok Tindakan II .... 64
Tabel 4. 6 Hasil observasi proses pelaksanaan siklus I......................................... 65
Tabel 4. 7 Kriteria Keberhasilan siklus 1 ............................................................. 69
Tabel 4. 8 Skenario Layanan Kelompok Tindakan I Pada Siklus II ..................... 71
Tabel 4. 9 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok Tindakan I ..... 76
Tabel 4. 10 Skenario Layanan Kelompok Tindakan II Pada Siklus II ................. 76
Tabel 4. 11 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok Tindakan II .. 81
Tabel 4. 12 Hasil observasi proses pelaksanaan siklus II ..................................... 82
Tabel 4. 13 Kriteria Keberhasilan siklus II ........................................................... 86
Tabel 4. 14 Skenario Bimbingan kelompok Tindakan I pada Siklus III............... 88
Tabel 4. 15 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok Tindakan I ... 92
Tabel 4. 16 Jadwal Keseharian Kegiatan .............................................................. 98
Tabel 4. 17 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok Tindakan II 100
Tabel 4. 18 Hasil observasi proses pelaksanaan siklus III .................................. 101
Tabel 4. 19 Kriteria Keberhasilan siklus III ........................................................ 104
Tabel 4. 20 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Angota Kelompok .................. 106
Tabel 4. 21 Rekapitulasi Kriteria Keberhasilan Siklus ....................................... 107

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ...................................................................... 117
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) ....................... 119
Lampiran 3NILAI KEAKTIFAN SUBJEK ........................................................ 125
Lampiran 4Lembar Observasi Minggu I Tindakan I ......................................... 131
Lampiran 5Lembar Observasi Minggu I Tindakan II ........................................ 132
Lampiran 6Lembar Observasi Minggu II Tindakan I ......................................... 133
Lampiran 7Lembar Observasi minggu II Tindakan II ........................................ 134
Lampiran 8Lembar observasi Minggu III Tindakan I......................................... 135
Lampiran 9Lembar Observasi Minggu III Tindakan II ...................................... 136
Lampiran 10 KRITERIA KEBERHASILAN SKLUS I ..................................... 137
Lampiran 11KRITERIA KEBERHASILAN SKLUS II..................................... 138
Lampiran 12KRITERIA KEBERHASILAN SKLUS III ................................... 139

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kehidupan remaja sangatlah kompleks. Remaja dapat melakukan berbagai

hal dengan sangat luar biasa , baik hal positif maupun hal negative. Masa remaja

sering di sebut sebagai masa pancaroba ketika remaja berusaha mencari jati

dirinya. Oleh karena itu, masa ini adalah masa-masa yang sangat sensitive dan

penuh kelabilan. Remaja mudah terpengaruh pada hal-hal positif maupun hal

negative. Oleh karena itu, remaja membutuhkan banyak perelakuan dan

perhatian khusus agar yang berkembang bukan hal negatifnya.Tanpa perhatian

yang serius, remaja dapat salah langkah dalam menentukan kepribadiannya.

Termasuk juga banyak di kenal dengan istilah kenakalan remaja.

Istilah kenakalan remaja dalam bahasa Inggris “juvenile delinquent” dua

kata ini selalu digunakan secara berbarengan. Istilah ini bermakna remaja yang

nakal juvenile berarti anak muda, dan delinquent artinya perbuatan salah atau

prilaku menyimpang. Kata juvenile berasal dari bahasa Latin “juvenilis” yang

artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda,sifatsifat khas

pada periode remaja. Sedangkan kata delinquent juga berasal dari bahasa

Latin“delinquere” yang artinya terabaikan, mengabaikan; yang kemudian

1
2

diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,

pengacau penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana dan dursila. Pengertian

juvenile delinquent secara terminologi, banyak para tokoh tokoh yang

mendefinisikan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering sekali melihat kenakalan remaja,

misalnya tawuran antar sekolah, tawuran antar sekolah merupakan salah satu

dari kenakalan remaja. Menurut Sudarsono (2012) bahwa juvenile delinquence

sebagai kejahatan anak dapat diinterpretasikan berdampak negatif secara

psikologis terhadap anak yang menjadi pelakunya, apalagi jika sebutan tersebut

secara langsung menjadi semacam trade-mark. Kenakalan remaja adalah

fenomena umum yang telah lama menjadi sumber keprihatinan bersama.

Ironisnya, kenakalan remaja ini juga turut mewarnai dunia pendidikan.

Fenomena ini telah menyisakan masalah yang menuntut solusi kreatif dan

menyeluruh. Apabila tidak segera diatasi, sekolah sekolah kita akan gagal

melahirkan sosok pemimpin masa depan yang kreatif, dinamis, dan kompetitif.

Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi

dibanggakan. Perilaku kenakalan remaja saat ini sulit diatasi.

Menurut Jensen (Karto,2001:14) Kenakalan remaja terdiri dari empat jenis

atau bentuk yaitu: kenakalan yang menimbulkan korban fisik, kenakalan remaja

yang menimbulkan korban materi, kenakalan remaja yang tidak menimbulkan

korban di pihak orang lain, dan kenakalan remaja yang melawan status. Banyak

teori yang menjelaskan kenakalan remaja salah satunya, Differential

association: Menurut teori ini, kenakalan remaja adalah akibat salah pergaulan.

2
3

Anak-anak nakal karena bergaulnya dengan anak-anak yang nakal juga. Paham

ini banyak dianut orang tua di Indonesia, yang sering kali melarang anak-

anaknya untuk bergaul dengan teman-teman yang dianggap nakal, dan

menyuruh anak-anaknya untuk berkawan dengan teman-teman yang pandai dan

rajin.

Dalam penelitian ini memfokuskan jenis kenakalan remaja yang melawan

status. Kenakalan remaja yang melawan status yaitu : mengingkari status anak

sebagai pelajar dengan cara membolos, alfa, dan lain-lain. Tindak kenakalan

remaja yang dilakukan oleh siswa tentu mempengaruhi banyak hal di sekolah

seperti nilai akademik dan juga nilai sikap. Dalam pelaksanaan proses

pendidikan tentunya tidak mudah banyak yang akan di temukan halangan dan

rintangan baik bagi guru maupun siswa nya terebih lagi bagi siswa yang fokus

menempuh pendidikan dan mencari ilmu pendidikan. Aktivitas belajar bagi

setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, keadaan

tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya prilaku menyimpang pada diri individu

seperti halnya kenakalan remaja yang memungkinkan individu melakukan

perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum yang dilakukan pada usia

remaja atau masa anak – anaka ke dewasa. Dalam kehidupan seperti sekarang

ini, banyak hal yang membuat para siswa terganggu dalam mencari ilmu

pengetahuan.
4

Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan pada UU No.22 tahun 2003 pasal

3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab.

Menurut Jejen Musfah (2017:11) Pendidikan adalah usaha sadar untuk

mengembangkan akhlak, keterampilan, dan pengetahuan anak dan pemuda di

sekolah atau di rumah, agar hidup mereka bahagia dan bermanfaat bagi

masyarakat dan bangsa. Pendidikan harus melahirkan manusia yang hidup

untuk kepentingan orang banyak, masyarakat dan bangsa.

Penelitian ini menarik karena dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti pada saat melakukan Praktek Lapangan Konseling Pendidikan di

Sekolah (PL-KPS) di SMA N 6 Kota Jambi banyak dijumpai siswa – siswi yang

melakukan kenakalan-kenakalan yang berdampak pada penurunan hasil belajar.

Dalam penelitian ini memfokuskan jenis kenakalan remaja yang melawan

status. Kenakalan remaja yang melawan status yaitu : mengingkari status anak

sebagai pelajar dengan cara membolos, alfa, dan lain-lain. Setelah melakukan

observasi pada saat praktik lapangan konseling di sekolah pada bulan Maret

2021 di kelas XI IPS semester ganjil di SMA 6 Negeri Kota Jambi dapat terlihat

kenakalan
5

yang sering terjadi lebih kepada kenakalan perilaku bolos yang menyebabkan

mereka tidak disiplin dalam kegiatan sekolah sehingga berdampak pada

penurunan hasil belajar. Berdasarkan hasil pengamatan dengan guru bimbingan

konseling yang mengampu kelas XI IPS I diketahui bahwa dari jumlah seluruh

siswa dalam satu kelas terdapat beberapa orang siswa yang terlibat dalam

perilaku bolos dan dapat mengakibatkan penurunan hasil belajar dan kasus ini

masih ada sampai saat ini.

Perilaku membolos adalah perilaku siswa yang tidak masuk sekolah atau

tidak mengikuti pelajaran tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak bisa

dipertanggung jawabkan. Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa

yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau membolos juga

dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu alasan yang

jelas. (Amaliyah, Hamzah, Farial, 2018). Membolos merupakan salah satu

bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari

solusinya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Perilaku membolos ini

menjadi fenomena yang menghambat proses pembelajaran. Jika perilaku

membolos ini tidak diungkapkan dengan benar dan tepat, maka akan

dikhawatirkan akan menghambat perkembangan siswa dalam belajar dalam

menggapai masa depannya yang lebih baik.

Teknik Live Modeling ini sudah pernah peneliti gunakan pada saat Praktik

Lapangan Konseling Pendidikan di sekolah akan tetapi belum terlaksana

dengan maksimal, peneliti hanya menggunakan satu kali siklus, itu yang

membuat teknik ini belum terlaksana dengan sepenuhnya, maka dari itu
6

penelitian ini akan di ulang kembali untuk memperbaiki praktik tindakan

layanan sebelumnya. Peneliti telah melakukan penelitian dengan menggunakan

layanan bimbingan kelompok dengan teknik Live Modeling / Modeling

langsung terhadap konsep diri sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut peneliti menggunkan kembali teknik Live Modeling dalam bimbingan

kelompok. Dalam penelitian ini menggunakan teknik Live Modeling sesuai

dengan pendapat Sutja (2016 :69) Modeling adalah salah satu teknik TT

(tingkah laku) dengan menyajikan percontohan kepada klien tentang bagaimana

melakukan sesuatu atau bagaimana sesuatu itu terjadi dengan melihat,

mengobservasi atau mengamati orang lain melakukan sesuatu akan

mendatangkan sesuatu pemahaman klien dan pada gilirannya akan dapat

merubah perilakunya.

Adapun hasil pengamatan yang dilakukan dengan siswa dapat diketahui

bahwa beberapa siswa mengatakan mereka hanya ikut teman menjadi, mereka

lebih memilih bermain ps diluar lingkungan sekolah dibuktikan dengan kasus

beberapa orang siswa SMA sedang main game online di warnet tersebut

membolos dengan beberapa temannya di sebuah warnet, setelah istirahat tidak

masuk kembali pada pembelajaran dan ada juga yang merasa kurang memahami

materi yang di ajarkan oleh guru dikarenakan materi yang di ajarkan oleh guru

mata pelajaran tertentu membosankan, siswa merasa sulit untuk menerima mata

pelajaran karena di anggap sulit sehingga memutuskan untuk membolos dari

mata pelejaran yang di anggap sulit tersebut. Kenakalan yang dilakukan

disekolah adalah kurangnya pemahaman mereka betapa pentingnya proses


7

belajar untuk menunjang pengetahuan serta prestasi belajar, hilangnya mood

belajar karena memiliki masalah pribadi baik dari lingkungan keluarga ataupun

dilingkungan sekolah dapat mengakibatkan penurunan hasil belajar bagi diri

mereka sendiri.

Prayitno (2004:1) bimbingan kelompok mengaktifkan dinamika kelompok

untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan, pribadi,

dan/atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan

kelompok.

Teknik Live Modeling/Modeling langsung adalah prosedur yang digunakan

untuk mengajarkan perilaku yang dikehendaki atau yang hendaknya dimiliki

oleh konseli melalui contoh langsung dari konselor sendiri,guru,atau teman

sebaya Subekti Masri, (2016). Berdasarkan teori belajar sosial Albert Bandura

(Laefudin, 2014 :124) sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui

peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku (Modeling). Untuk itu peneliti

menggunakan teknik Live Modeling agar penerapan teknik Live Modeling

dalam bimbingan kelompok dapat mengurangi perilaku bolos pada siswa kelas

X SMAN 6 Kota Jambi karna berdasarkan teori belajar sosial Albert Bandura

(Laefudin, 2014 :124) sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui

peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku (Modeling).

Menurut peneliti teknik Live Modeling ini dapat digunakan untuk

mengurangi kenakalan remaja yang dialami siswa dan menerapkan teknik

tersebut dalam pelaksanaan layanan Bimbingan Kelompok.


8

Sejalan dengan pendapat Perry dan Furukawa (dalam Abimanyu dan

Manrihu, 1996) mendefinisikan modeling sebagai proses belajar melalui

observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai

model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau

tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model

yang ditampilkan. Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu

strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang

menjadi tujuan. Model dapat berupa model sesungguhnya (langsung) dan dapat

pula secara simbolis. Model sesungguhnya adalah orang, yaitu konselor, guru,

atau teman sebaya.

Dari fenomena diatas, peneliti ingin mengurangi kenakalan remaja yang

dialami siswa-siswi tersebut dengan teknik Live Modeling, Maka peneliti

tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “ Upaya mengurangi

kenakalan remaja perilaku bolos melalui penerapan teknik Live Modeling

dalam layanan bimbingan kelompok”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, agar masalah yang diteliti

tidak meluas, maka perlu diadakan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Subjek dalam penelitian ini dibatasi yaitu pada siswa kelas XI IPS 1 di

SMAN 6 Kota Jambi yang memiliki perilaku kenakalan perilaku bolos.


9

2. Mengingat banyaknya teknik dalam bimbingan dan konseling maka

penelitian ini dibatasi melalui layanan bimbingan kelompok dengan

teknik Live Modeling

3. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah berkurangnya

perilaku bolos pada siswa kelas XI IPS 1 yang berjumlah 10 orang

siswa. Kriteria siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa yang

memiliki perilaku bolos dengan ciri-ciri a) Sering meninggalkan kelas

dalam jam belajar b) Sering berkumpul dengan teman geng c) Tidak

mengirim surat izin kalau tidak masuk d) Meminta izin keluar pada jam

pelajaran tertentu e) Meninggal kan sekolah pada pelajaran tertentu

tanpa ijin dan tidak kembali kesekolah.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan batasan masalah tersebut,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah upaya

mengurangi kenakalan remaja dengan teknik Live Modeling dapat

mengurangi

kenakalan remaja perilaku bolos siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 6 kota

jambi?

D. Tujuan penelitian

Merujuk pada rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui upaya mengurangi kenakalan remaja melalui

penerapan teknik Live Modeling dalam layanan bimbingan kelompok.


10

E. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu

pengetahuan bidang bimbingan dan konseling, khususnya bagi

pengembang layanan Bimbingan kelompok menggunakan teknik

Live Modeling untuk mengurangi kenakalan remaja siswa.

2. Kegunaan praktis

a) Bagi peneliti

Untuk mencari jawaban dan dapat menambah pengetahuan

tentang pentingnya perilaku dan pergaulan yang baik untuk masa

depan generasi penerus bangsa agar menjadi generasi yang

produktif.

b) Bagi siswa

Semoga dapat mengetahui apa saja kenakalan remaja yang ada

di sekitar mereka dan berupaya untuk mencegah agar remaja-

remaja tersebut tidak lagi leluasa untuk berbuat yang melanggar

norma-norma Agama dan Pancasila.

c) Bagi guru pembimbing

Sebagai masukan bagi guru pembimbing mengenai teknik

Live Modeling dapat mengurangi kenakalan remaja siswa

melalui layanan Bimbingan kelompok dan dapat


11

dikembangkan untuk pelaksanaan layanan selanjutnya

disekolah.

F. Pengertian istilah

1. Berdasarkan teori Prayitno (2004:1) yang dimaksud kegiatan

bimbingan kelompok adalah kegiatan mengaktifkan dinamika

kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi

pengembangan, pribadi, dan/atau pemecahan masalah individu

yang menjadi peserta kegiatan kelompok.

2. Berdasarkan teori Sarwono Kenakalan remaja terdiri dari empat

jenis atau bentuk yaitu: kenakalan yang menimbulkan korban fisik,

kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi, kenakalan

remaja yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, dan

kenakalan remaja yang melawan status.

3. Berdasarkan teori Subekti Masri, (2016) Teknik Live

Modeling/Modeling langsung adalah prosedur yang digunakan untuk

mengajarkan perilaku yang dikehendaki atau yang hendaknya dimiliki

oleh konseli melalui contoh langsung dari konselor sendiri, guru, atau

teman sebay
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kenakalan Remaja

1. Pengertian kenakalan remaja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kenakalan dengan

kata dasar nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu,

dan suka tidak menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan

nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan

orang lain, tingkah laku yang melanggar norma kehidupan

masyarakat. Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari anak

menjelang dewasa yang merupakan masa perkembangan terakhir

bagi pembinaan pribadi atau masa persiapan untuk memasuki usia

dewasa yang problemnya tidak sedikit. Menurut Undang-undang RI

No.20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di

perlukan dirinya dan masyarakat. Menurut Jejen Musfah (2017:11)

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan akhlak,

keterampilan, dan pengetahuan anak dan pemuda di sekolah atau di

rumah, agar hidup mereka bahagia dan bermanfaat bagi masyarakat

12
13

dan bangsa. Pendidikan harus melahirkan manusia yang hidup

untuk kepentingan orang banyak, masyarakat dan bangsa.

Istilah kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah juvenile

delinquency yang secara Bahasa dapat dijabarkan bahwa “juvenile”

berarti anak sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan

demikian, pengertian secara etomologi adalah kejahatan anak. Jika

menyangkut subyek, maka menjadi juvenile delinquency yang berati

penjahat anak atau anak jahat. Istilah kenakalan remaja dalam bahasa

Inggris “juvenile delinquent” dua kata ini selalu digunakan secara

berbarengan. Istilah ini bermakna remaja yang nakal juvenile berarti

anak muda, dan delinquent artinya perbuatan salah atau prilaku

menyimpang. Kata juvenile berasal dari bahasa Latin “juvenilis”

yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa

muda,sifatsifat khas pada periode remaja. Sedangkan kata

delinquent juga berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang artinya

terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi

jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror,

tidak dapat diperbaiki lagi, durjana dan dursila. Kartini Kartono

(2008:6) Kenakalan remaja adalah gejala sakit secara sosial pada

anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian

sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku

yang menyimpang.
14

Menurut Sarwono kenakalan remaja terdiri dari empat jenis

atau bentuk yaitu: kenakalan yang menimbulkan korban fisik,

kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi, kenakalan

remaja yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, dan

kenakalan remaja yang melawan status.

Penelitian ini memfokuskan jenis kenakalan remaja yang

melawan status. Kenakalan remaja yang melawan status yaitu :

mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos,

alfa, dan lain-lain. Kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa

tentu mempengaruhi banyak hal di sekolah seperti nilai akademik

dan juga nilai sikap. Kenakalan yang melawan status, misalnya

mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos,

mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah atau

membantah perintah mereka, perilaku-perilaku mereka memang

belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang

dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga)

dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum

secara terinci.

Kartono (2003:56) membolos merupakan perilaku yang

melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses

pengondisian lingkungan yang buruk. Perilaku membolos

sebenarnya bukan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar-setidaknya

mereka yang pernah mengenyam pendidikan sebab perilaku


15

membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tindakan membolos

dikedepankan sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering

dialami oleh banyak siswa terhadap kurikulum sekolah.

Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak

masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau membolos juga

dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu

alasan yang jelas. (Amaliyah, Hamzah, Farial, 2018). Membolos

merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak

segera diselesaikan atau dicari solusinya dapat menimbulkan

dampak yang lebih parah.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para tokoh diatas, jadi

yang dimaksudkan dengan kenakalan remaja adalah kecenderungan

remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang

dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya

sendiri maupun orang lain.

2. Jenis Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja sebagai suatu keadaan yang kurang

menyenangkan dalam kehidupan sosial disebabkan menyentuh

beberapa hal. Ada masalah kenakalan remaja yang menyentuh

masalah material atau kebendaan dan ada pula kenakalan remaja

yang meyentuh dalam hal psikologi, seperti: tercemarnya nama baik

seseorang, harga diri, martabat sesorang dan ada pula kenakalan

dalam kehidupan sosial, melanggar norma-norma sosial dan adat


16

yang berlaku, kebiasaan masyarakat dan hukum yang berlaku.

Kenakalan adalah sebuah sikap yang tidak bisa dilepaskan dalam

kehidupan dari tiap individu pada umumnya,dalam hal ini lebih

khususnya pada kalangan tingkat remaja. Hal tersebut dikarenakan

kondisi emosional mereka yang belum stabil, atau dapat dikatakan

labil. Dalam hal ini terdapat pendapat ahli tentang kenakalan remaja

dan macam-macamnya, yaitu :

Menurut Sarwono membagi menjadi empat

jenis atau bentuk kenakalan remaja, adalah :

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada

orang lain, seperti : perkelahian, pemerkosaan,

perampokan, pembunuhan, dan sebagainya.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi,

seperti : perusakan, pencurian, pencopetan,

pemerasan, dan sebagainya

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban

dipihak orang lain, seperti : pelacuran, merokok,

penyalahgunaan obat-obatan, di Indonesia termasuk

juga hubungan seks sebelum menikah.

d. Kenakalan yang melawan status, seperti:

mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara

membolos, mengingkari status orang tua dengan cara


17

minggat dari rumah atau membantah perintah orang

tua dan sebagainya.

Dari keempat jenis kenakalan remaja di atas terdapat

fenomena yang ditemukan di sekolah yaitu: Perilaku bolos,

Membolos sekolah termasuk perilaku yang menyimpang karena

remaja telah melanggar hukum dalam hal ini aturan atau norma yang

berlaku khusus di sekolah. Perilaku membolos biasanya dilakukan

karena mereka merasa tidak nyaman dengan aturan sekolah. Remaja

menilai bahwa aturan membuat mereka tidak bebas sehingga

berusaha lari (bolos) dari sekolah (Anjaswarni, 2019).

Macam-macam dan jenis kenakalan remaja selalu ada

disetiap zaman makin kesini makin banyak jenis dan bentuk-bentuk

yang dilakukan para remaja zaman sekarang seiring dengan zaman

teknologi yang berkembang pada saat ini, menimbulkan berbagai

jenis kenakalan.

3. Ciri-ciri Kenakalan Remaja

Perilaku nakal atau yang dikenal dengan delinquent adalah

perilaku jahat, kriminal dan melanggar norma-norma sosial dan

hukum. Perilaku delinquent merupakan produk konstitusi mental

serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses

pengkondisian lingkungan buruk terhadap pribadi anak yang

dilakukan oleh anak muda tanggung usia, puber dan adolesense.

Kratcoski & Kratcoski, 2004 (dikutip Anjaswarni, 2014)


18

mengidentifikasi bentuk-bentuk atau tipe perilaku remaja yang

termasuk kategori Juvenile delinquency, yaitu: Meninggalkan

Sekolah (Membolos), Membolos sekolah termasuk perilaku yang

menyimpang karena remaja telah melanggar hukum dalam hal ini

aturan atau norma yang berlaku khusus di sekolah.

Kartono, mengemukakan bahwa perilaku membolos

berakibat pada dirinya sendiri dan bagi orang lain. Bagi dirinya

sendiri maka ia akan ketinggalan pelajaran. Hal ini akan

menyebabkan siswa mengalami kegagalan dalam pelajaran, tidak

naik kelas, nilainya jelek dan kegagalan lain di sekolah. Yang

dipertegas oleh Gunarsa (2006) membolos merupakan pergi

meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

Membolos akan menyebabkan gagal dalam pelajaran,

mengganggu kegiatan belajar teman-teman sekelas dan masih

banyak akibat yang ditimbulkan. Diantara akibat dari membolos

yaitu dia akan bergaul dengan teman-teman yang tidak sekolah atau

terjerumus dalam pergaulan bebas yang akan menyebabkan banyak

lagi kenakalan-kenakalan remaja yang lain.

4. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Ada beberapa factor dalam diri individu dan lingkungan luar

individu yaitu factor lingkungan yang berpengaruh dalam

perkembangan anak remaja. Berbagai faktor ini akan menjadi faktor


19

risiko terjadinya gangguan perilaku juvenile delinquency jika dalam

kondisi individu dan lingkunga sekitarnya tidak baik.

1. Faktor Individu

Faktor individu yang akan dijelaskan pada bagian ini

meliputi empat aspek, yaitu kompetensi sosial atau kemampuan

hidup (life skill), self efficacy, religi dan faktor kecerdasan yang

diidentifikasi dari kemampuan akademik sebagai faktor yang

berpengaruh terhadap terjadinya juvenile delinquency (Stuart &

Laraia, 2005; Alligood, 2014, Calhoun, Glaser & Bartolomucci,

2011).

2. Faktor Mekanisme Koping

Koping adalah upaya kognitif dan perilaku untuk menguasai,

mengurangi, atau mentoleransi tuntutan terhadap stress. Koping

akan mencari cara untuk meringankan dampak masalah yang

terjadi akibat stress.

3. Faktor Keluarga

Keluarga adalah sistem pendukung yang penting bagi

perkembangan remaja. Pola dukungan yang baik akan

menghasilkan perkembangan yang baik bagi remaja. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sancahya & Susilawati (2014) bahwa

perkembangan remaja berhubungan dengan keluarga di setiap

aspeknya. Keluarga adalah lingkungan sosial pertama bagi

remaja untuk berkembang:


20

1) Status ekonomi keluarga

2) Komunikasi dan relasi keluarga

3) Fungsi keluarga

4) Pola Asuh (Pengasuhan)

5) Kedekatan Orang Tua Anak (Bonding)

6) Faktor Lingkungan Sekolah

7) Faktor Teman Sebaya

B. Teknik Live Modeling

1. Pengertian Teknik Modeling

Modeling adalah proses bagaimana individu belajar dan mengamati

orang lain. Modeling merupakan salah satu komponen teori belajar

sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura (Bandura,2006).

Modeling adalah proses belajar melalui pengamatan, sedangkan

perilaku seorang model atau beberapa orang model (teladan) berperan

sebagai perangsang terhadap pikiran, sikap atau perilaku dari pengamat

perilaku model. Sebagai teknik konseling Modeling dapat digunkan

dalam latihan ketegasan, tritmen phobia, problem-problem perilaku

siswa dalam kelas, dan pasian psikiatrik. Proses Modeling pada manusia

biasanya dilakukan hanya dengan menampilkan atau memperlihatkan

suatu perilaku kepada subjek lain . Anak yang normal dapat menirukan

sesuatu hal dengan mudah oleh subjek. Namun jika pada anak yang

memiliki keterbatasan sangat sulit untuk menirukan suatu subjek.


21

Perilaku Modeling tentu tak lepas dari proses belajar manusia.

Proses belajar Modeling dilakukan melalui pengamatan yang berujung

pada peniruan dan perubahan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan

pandangan Sutja (2016:70) dengan Modeling bisa memotivasi

seseorang untuk belajar perilaku yang dilihatnya sehingga bisa untuk

diteladani oleh klien sebagai acuan perubahan perilaku tertentu. Hal ini

sesuai dengan pandangan Sutja (2016:195) mengatakan bahwa

Modeling adalah mengajarkan suatu bentuk tingkah laku tertentu yang

diharapkan dimiliki klien. Artinya, dengan menggunakan teknik

Modeling ini dapat mengajarkan klien untuk perubahan perilaku yang

diharapkan oleh konselor, Dalam hal ini klien dapat mengamati

seseorang yang dijadikan modelnya untuk berperilaku kemudian

diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model. Dalam hal ini

konselor dapat bertindak sebagai model yang akan ditiru oleh klien.

Dalam percontohan, klien mengamati seorang model dan kemudian

diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model tersebut. Bandura

menyatakan bahwa belajar yang bia diperoleh melalui pengalaman

langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati

tingkah laku orang lain beserta konsekuensikonsekuensinya.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Modeling adalah proses belajar dengan cara mengamati atau

mengobservasi perilaku seseorang untuk ditiru yang berakhir pada

perubahan tingkah laku layaknya model yang ditiru. Orang belajar dari
22

mengamati dan meniru apa yang dilakukan orang lain. Di samping itu,

mereka belajar dari mempersepsi konsekuensi positif dan negatif dari

perilaku orang lain.

2. Macam-macam Modeling

Adanya suatu teknik juga terdapat jenis-jenis yang terdapat dalam

teknik atau subteknik. Seperti di dalam proses Modeling yakni ada

beberapa macam jenis-jenis dari teknik Modeling.

Macam-macam Modeling (pencontohan) menurut Corey ada 3 yaitu:

1) Model yang nyata (live model), contohnya konselor yang

djadikan sebagai model oleh konselinya, atau guru, anggota

keluarga, teman sebaya atau tokoh lain yang dikagumi. Live

model digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku

tetentu khususnya situasi interpersonal yang kompleks dalam

bentuk percakapan social dan interaksi dengan memecahkan

masalah. keahlian masyarakat. Keberadaan konselorpun dalam

keseluruhan proses, konseli akan membawa langsung (live

model) baik dalam sikap hangat maupun dingin. Live model

dapat digunakan untuk perilaku maladaptive, seperti kasus pola

asuh orang tua yang otoriter terhadap anak, perilaku agresif,

pecandu rokok, dsb.

2) Model simbolik (symbolic model), adalah tokoh yang dilihat

melalui film, video atau media lainnya. Contohnaya seseorang

yang menderita neurosis yang melihat tokoh dalam film


23

dapat ,mengatasi masalahnya kemudian ditirunya. Tujuan dari

model simbolik adalah untuk merubah perilaku yang kurang

tepat. Dalam Modeling simbolis, model disajikan melalui bahan-

bahan tertulis, audio, video, film atau slide. Symbolic Modeling

membentuk gambaran orang tentang realitas social diri, dengan

cara itu dapat memotret berbagai hubungan manusia dan

kegiatan yang mereka lakukan.

3) Model ganda (multiple model) yang terjadi dalam kelompok.

Seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan

mempelajari suatu sikap baru, setelah mengamati bagaimana

anggota lain dalam kelompoknya bersikap. Misalnya bagaimana

mengurangi rasa keminderan, menumbuhkan sikap percaya diri,

dan perilaku-perilaku yang menyimpang lainnya.

Penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Modeling secara

langsung (live model) dimana peneliti akan memberikan tokoh atau

model secara nyata kepada siswa yang sering mengalami perilaku

bolos dal am pembelajaran dengan siswa yang disiplin dalam

sekolah dan keduanya memiliki latar belakang yang sama. Adapun

kelebihannya yaitu individu dalam hal ini siswa akan lebih mudah

memahami dan mengaplikasikan perilaku yang diinginkan karena

menemukan figur yang akan dicontoh sesuai dengan permasalahan

yang dialami dengan cara siswa mengamati seorang model dan

kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model.


24

3. Tujuan Live Modeling

Proses konseling mempunyai tujuan untuk mengentaskan

permasalahan klien. Begitu juga dengan Modeling simbolik yang

memiliki tujuan untuk mendapatkan perilaku sesuai dengan yang

diharapkan oleh konselor. Strategi Modeling dapat digunakan untuk

membantu siswa memperoleh perilaku baru melalui model hidup

maupun model simbolik, menampilkan perilaku yang sudah diperoleh

dengan cara yang tepat atau pada saat pembelajaran, mengurangi rasa

takut dan cemas, memperoleh ketrampilan social dan mengubah

perilaku verbal, serta mengobati perilaku bolos. Pada prinsipnya, terapi

behavior itu sendiri bertujuan untuk memperoleh tingkah laku baru,

mengeliminasi perilaku lama yang merusak diri dan memperkuat, serta

mempertahankan perilaku yang diinginkan yang lebih sehat. Menurut

Corey (2003:09 ) tujuan konseling behavior dengan teknik Modeling

adalah untuk merubah perilaku dengan mengamati model yang akan

ditiru agar konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.

4. Prosedur Teknik Live Modeling

Seluruh proses konseling memiliki sebuah tahapan yang harus

diterapkan oleh klien yakni berupa teknik-teknik tertentu. Modeling

langsung/Live Modeling adalah prosedur yang digunakan untuk

mengajarkan perilaku yang dikehendaki atau yang hendaknya dimiliki

oleh konseli melalui contoh langsung dari konselor sendiri, guru, atau

teman sebaya. Dalam Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)


25

model langsung digunakan untuk melatih konseli mengidentifikasi

dirinya dengan orang-orang tertentu yang menjadi model untuk

kehidupan dan perilakunya.

Modeling langsung/Live Modeling dilakukan melalui empat tahap

kegiatan (Abimanyu dan M. Thayeb, 2009) yaitu:

1) Menyuruh konseli memperhatikan hal yang akan dipelajari

2) Memilih model yang serupa dengan konseli dengan orang yang

dapat mendemostrasikan tingkah laku yang dipelajari

3) Mendemostrasikan model, dan

4) Menyuruh konseli merangkum hal yang dilihat setelah

didemonstrasikan oleh model.

Sebagian perilaku manusia dibentuk dan dipelajari melalui model

yaitu dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk

membentuk perilaku baru dalam dirinya.

C. Layanan Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Prayitno (2009:99) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan oleh orang ahli kepada seseorang atau beberapa

individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. agar orang yang

dibimbingan dapat mengembangkan kemampun dirinya sendiri dan

mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada

dan dikembangkan berdasarkan norma-normayang berlaku.


26

Prayitno & Amti (2013:309) bimbingan kelompok adalah layanan

bimbingan kelompok yang diberikan dalam suasana kelompok. Prayitno

& Amti (2013:309) bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan

kelompok yang diberikan dalam suasana kelompok..

Rasimin & Hamdi ((2018:5) apabila anggota dalam kelompok

mengemukakan permasalahan lain atau topik-topik bahasan tertentu

yang tidak menyangkut diri sendiri atau tidak bersangkut paut dengan

diri sendiri sama sekali, baik masalah yang diambil dari keadaan

lingkungan, dari berita-berita radio, telivisi, surat kabar, dan lain

sebagainya kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah

umum merupakan layanan bimbingan kelompok.

Layanan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan dimana saja,

didalam ruangan atau pun di luar ruangan, di sekolah atau di luar

sekolah, di rumah salah seorang peserta atau seorang konselor, disuatu

kantor atau lembaga tertentu, atau di ruang praktik pribadi konselor,

Prayitno (2018:133).

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah kegiatan bimbingan

yang diberikan kepada sejumlah individu yang dilakukan secara

bersam-sama, guna dapat membantu peserta didik dalam menyusun

rencana dan pengambilan keputusan yang tepat, bimbingan kelompok

diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat

propesional, vokasional, dan sosial. Proses pemberian bantuan yang


27

diberikan kepada individu untuk meningkatkan dan mengembangkan

potensi yang ada pada dirinya secara maksimal dengan memberikan

informasi, diskusi, tanya jawab dengan memanfaatkan dinamika

kelompok.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Adapun tujuan layanan bimbingan kelompok menurut beberapa para

ahli. Menurut Hallen tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu

untuk mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani

permasalahan yang dibahas di dalam kelompok, dengan demikian dapat

menumbuhkan hubungan yang baik antar anggota kelompok,

kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai

situasi dan kondisi lingkungan, dapat mengembangkan sikap dan

tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana

terungkap didalam kelompok.

Prayitno (2004:2) tujuan bimbingan kelompok ada 2 yaitu:

a. Tujuan umum

Tujuan umun layanan bimbingan kelompok adalah

bekembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya

kemampuan komunikasi peserta layanan.

b. Tujuan khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik

tertentu yang mengandung permasalahan actual (hangat) dan menjadi

perhatian peserta. melalui dinamika kelompok yang intensif,


28

pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan,

pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya

tingkah laku yang lebih efektif.

Prayitno, dkk (2018:134) Tujuan umum layanan bimbingan

kelompok adalah berkembangnya kemampuan bersosialisasi,

khususnya kemampuan peserta layanan. Tujuan khusus bimbingan

kelompok membahas topik-topik tertentu yang mengandung

permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta. Rasimin

& Yusra (2018:8) tujuan bimbingan kelompok secara umum adalah

berkembangnya kemampuan bersosialisasi anggota kelompok,

khususnya kemampuan peserta layanan.

Prayitno (2004:3) Tujuan khusus Bimbingan Kelompok adalah melalui

dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu

mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan

sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif.

Dari beberapa tujuan layanan bimbingan kelompok menurut beberapa

ahli dapat disimpulkan, bahwa layanan bimbingan kelompok

merupakan sebuah layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk

membentuk pribadi individu yang dapat hidup secara harmonis,

dinamis, produktif, kreatif dan mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya secara optimal.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

bimbingan kelompok ada 2, yaitu: 1) tujuan umum, 2) tujuan khusus.


29

3. Komponen Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (2004:4) Dalam layanan bimbingan kelompok

berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota

kelompok.

a. Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok (PK) adalah Konselor yang terlatih dan

barwenang menyelenggarakan praktek konseling professional.

1) Karakterisitik PK

Untuk menjalankan tugas dan kewajiban profesionalnya, PK

adalah seorang yang:

a) Mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga

terjadi dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara

anggota kelompok yang bebas, terbuka dan demokratik,

konstruktik, saling mendukung dan meringankan beban,

menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa

nyaman, mnggembirakan, dan membahagiakan; serta mencapai

tujuan bersama kelompok.

b) Berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi,

menjembatani, mengikatkan, memperluas dan mensinergikan

konten bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok.

c) Memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan

nyaman, sabar member kesempatan, demokratik dan

kompromistik (tidak antagonistik) dalam mengambil


30

kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan

dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura disiplin dan kerja

keras

2) Peran PK

Dalam mengarahkan suasana kelompok melalui dinamika

kelompok, PK berperan dalam:

a) Pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta

(terdiri atas 8-10 orang), sehingga terpenuhi syarat-syarat

kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika

kelompok, yaitu:

1. terjadi hubungan anatra anggota kelompok, menuju

keakraban diantara mereka.

2. tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota

kelompok, dalam suasana kebersamaan

3. berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk

mencapai tujuan kelompok

4. terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota

kelompok, sehingga mereka masing - masing mampu

berbicara

5. terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok

ini

6. berusaha dan mampu “tampil beda” dari kelompok

lain.
31

7. berusaha dan mampu “tampil beda” dari kelompok

lain.

8. kegiatan bimbingan kelompok

9. Penilaian segera (laiseg) hasil layanan bimbingan

kelompok

10. Tindak lanjut layanan.

b. Anggota kelompok

Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota

bimbingan kelompok. Untuk terselenggaranya bimbingan kelompok

seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi

sebuah kelompok yang memiliki persyaratan sebagaimana tersebut di

atas.

1) Besarnya kelompok

Kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan

mengurangi efektifitas bimbingan kelompok. Kedalaman

dan variasi pembahasan menjadi terbatas, karna sumbernya

(yaitu para anggota kelompok) memang terbatas.

2) Homogenitas/heterogenitas kelompok

Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan

sumber-sumber yang bervariasi. Dengan demikian, layanan

bimbingan kelompok memerlukan anggota kelompok yang

dapat menjadi sumber-sumber bervariasi untuk membahas

suatu topik atau memecahkan masalah tertentu.


32

3) Peranan anggota kelompok

1. Aktivitas mandiri

Peran anggota kelompok (AK) dalam layanan

bimbingan kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk

para AK itu sendiri. Masing-masing AK beraktifitas

langsung dan mandiri dalam bentuk: 1) mendengar,

memahami dan merespon dengan tepat dan positif (3-

M); 2) berpikir dan berpendapat; 3) menganalis,

mengkritisi dan berargumentasi; 4) merasa,

berempati dan bersikap; 5) berpartisipasi dalam

kegiatan bersama.

2. Aktifitas mandiri masing-masing AK itu

diorientasikan pada kehidupan bersama dalam

kelompok, kebersamaan ini diwujudkan melalui: 1)

pembina keakraban dan keterlibatan secara

emosional antar AK; 2) kepatuhan terhadap aturan

kegiatan dalam kelompok; 3) komunikasi jelas dan

lugas dengan lembut dan bertatakrama; 4) saling

memahami, member kesempatan dan membantu; 5)

kesadaran bersama untuk menyukseskan kegiatan

kelompok.
33

4. Asas Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (2004:13) adapun asas dalam bimbingan kelompok

adalah:

a) Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan

kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh

diketahui oleh AK dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.

b) Kesukarelaan

Kesukarelaan anggota kelompok sejak awal rencana

pembentukan kelompok oleh konselor (PK)

c) Asas-asas lain

Dinamika dalam bimbingan kelompok semakin intensif dan

efektif apabila semua AK secara penuh menerapkan asas kegiatan

dan keterbukaan. Prayitno, dkk (2017:100) satu hal lagi yang perlu

dipersiapkan oleh guru BK/ Konselor ialah keterampilan

memantapkan asas kerahasiaan kepada seluruh peserta.

5. Prosedur dan Pelayanan Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (2012:170-179), menyebutkan bahwa layanan

bimbingan kelompok diselenggarakan melalui tahap pembentukan,

tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

a. Tahap I: Pembentukan
1) Pengenalan dan pengungkapan tujuan Tahap pengenalan dan

pengungkapan tujuan merupakan tahap pengenalan dan tahap


34

pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam sebuah

kelompok.

2) Terbangunnya kebersamaan Kelompok yang sudah terbentuk di

tahap awal yang merupakan tahap pembentukan, agaknya baru

menjadi suatu kumpulan orangorang yang belum saling mengenal.

Dalam keadaan ini, peran utama pemimpin kelompok dalam

menstimulus dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru

dalam suasana kelompok yang diinginkan.

3) Keaktifan pemimpin kelompok Pemimpin kelompok memusatkan

usahanya pada penjelasan tentang tujuan kegiatan penumbuhan

rasa saling mengenal antara anggota menumbuhkan sikap saling

mempercayai dan menerima serta dimulainya pembahasan tentang

tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.

4) Beberapa teknik pada tahap awal Teknik yang dapat dilakukan

antara lain teknik pertanyaan dan jawaban, teknik perasaan dan

tanggapan dan teknik permainan kelompok.

b. Tahap II: Peralihan

1) Suasana kegiatan Pemimpin kelompok menjelaskan peran para

anggota kelompok dalam kelompok bebas (jika kelompok

tersebut menang kelompok bebas) atau kelompok tugas (jika

kelompok tersebut memang kelompok tugas). Kemudian

pemimpin kelompok menawarkan apakah para anggota

kelompok siap memulai kegiatan tersebut


35

2) Jembatan tahap pembentukan tahap kegiatan Tahap kedua

menetapkan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.

Jika perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap

pertama seperti kegiatan kelompok, asas kerahasiaan,

kesukarelaan, dan keterbukaan, Diulangi, ditegaskan, dan

dimantapkan kembali.

c. Tahap III: Kegiatan Kelompok

Tahap kegiatan merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-

aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak dan masing-

masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari

pemimpin kelompok.

d. Tahap IV: Pengakhiran

1) Frekuensi Tindakan

Pengakhiran kegiatan kelompok sering diikuti oleh pertanyaan:

Apakah kelompok akan bertemu kembali dan melanjutkan

kegiatan, dan berapa kalikah kelompok tersebut harus bertemu.

2) Pembahasan keberhasilan kelompok

Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan

kelompok nggaknya dipusatkan pada pembahasan dan

penjelasan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu

menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari (dalam suasana

kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.


36

D. Penelitian Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa kajian penelitian

serupa yang dijadikan sebagai sumber referensi atau acuan untuk

mengembangkan penelitian, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Silvi Lufita, S.Pd yang berjudul

“Pengaruh Teknik Modeling Simbolik dalam Mengurangi Kenakalan

Remaja Pada Siswa Kelas XI IIS di SMAN 5 Merangin”. Hasil penelitian

ini menujukan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik Modeling

Simbolik dapat mengurangi perilaku kenakalan remaja. Persamaan

penelitian ini adalah layanan dan teknik yang diberikan sama yaitu layanan

bimbingan kelompok menggunakan teknik Modeling untuk mengurangi

kenakalan remaja.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ita Rosita yang berjudul “Meningkatkan

Kedisiplinan Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik

Modeling” Hasil penelitian ini menujukan bahwa bimbingan kelompok

dengan teknik Modeling dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.

Persamaan penelitian ini adalah layanan dan teknik yang diberikan sama

yaitu layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik Modeling untuk

meningkatkan kedisiplinan siswa. Penelitian ini juga menunjukkan sebuah

perubahan akan perilaku siswa dalam tingkat disiplin belajar jadi bisa

dijadikan acuan untuk mengurangi perilaku bolos dalam pembelajaran dan

menjadi lebih sadar dan disiplin akan tanggung jawab tugas sebagai siswa.
37

E. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kenakalan remaja

Jensen (Karto,2001:14)

Kenakalan melawan Mengurangi kenakalan


Teknik Live Modeling
status: remaja
(Layanan Bimbingan
Kenakalan remaja yang Kelompok) perilaku bolos
mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan
cara membolos, alfa, dan
lain-lain.
Gambar 2. 1Kerangka Konseptual

F. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu kenakalan remaja yang

melawan status yaitu kenakalan remaja perilaku bolos dapat berkurang jika

diterapkanya teknik Live Modeling dalam layanan bimbingan kelompok

topic tugas.
BAB III

METODE PENELITIAN TINDAK LAYANAN

A. Settting PTL

Penlitian yang dilakukan adalah peneliitian tindak layanan. Menurut

Sutja, dkk (2017:140) PTL sesungguhnya adalah usaha penemuan

perbaikan atau pemantapan praktik layanan Bimbingan Konseling yang

dilakukan secara sistematis, berdaur ulang (siklus), bersifat reflektif yang

dilakukan praktisi BK secara mandiri atau kolaboratif dalam setting kelas,

kelompok atau individu.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi Peneltian dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Jambi, Sekolah

ini beralamat di Jl. Kol. M. Kukuh No.46, Paal Lima,Kec. Kota Baru,

Kota Jambi, Jambi 36129

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam Tiga (3) siklus, siklus 1

dilaksanakan dengan 2 kali Tindakan, siklus 2 dilaksanakan berdasarkan

refleksi terhadap siklus 1, dan siklus 3 dilaksanakan berdasarkan refleksi

terhadap siklus 2. Setelah siklus 3 selesai direfleksikan kembali.

Selanjutnya hasil penelitian dilaporkan.

38
39

B. Subjek Penelitian

Menurut Sutja dkk (2017:148) mengemukakan bahwa subjek

penelitian yaitu pihak atau sekelompok individu yang terlibat atau dikenai

secara langsung oleh tindakan/layanan, sama halnya dengan populasi dan

sampel dalam penelitian konvesional. Kriteria pengambilan sampel (subjek

penelitian) yaitu purposive sampling. Kriteria siswa yang menjadi subjek

penelitian yaitu siswa yang memiliki perilaku bolos dengan kriteria a)

Sering meninggalkan kelas dalam jam belajar b) Sering berkumpul dengan

teman geng c) Tidak mengirim surat izin kalau tidak masuk d) Meminta izin

keluar pada jam pelajaran tertentu e) Meninggal kan sekolah pada pelajaran

tertentu tanpa ijin dan tidak kembali kesekolah. Subjek penelitian saya yaitu

siswa kelas XI IPS 1 di SMAN 6 Kota Jambi yang terdiri dari 10 orang

siswa, untuk itu peneliti hendak mengurangi perilaku bolos dan alfa tersebut

dengan mengadakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik Live

Modeling.

39
40

Tabel 3 1 Subjek Penelitian

No Nama Siswa Kode Siswa


1 AL XI IPS 1
2 AS XI IPS 1
3 AR XI IPS 1
4 CA XI IPS 1
5 FR XI IPS 1
6 FG XI IPS 1
7 IR XI IPS 1
8 JS XI IPS 1
9 FK XI IPS 1
10 NS XI IPS 1

C. Instrument Penelitian

1. Data dalam lapangan

Dalam membantu menyelesaikan penelitian ini dan menemukan data

yang sesuai dan akurat, peneliti menggunakan instrument-instrumen

yaitu berupa observasi, angketdan wawancara sebagai berikut :

Teknik Analisis Data

Terdapat teknik yang digunakan dalam penelitian tindak layanan (PTL)

Data yang diperoleh dari hasil item observasi diolah menggunakan

rumus sebagai berikut :


41

∑ 𝑓𝑥
𝑃= × 100%
∑ 𝑓𝑛

Keterangan

P: Persentase yang dihitung

F: Frekuensi yang dieperoleh

N: Jumlah keseluruhan responden/data

(Sutja, dkk. 2017:103).

Kriteria interpretasi Ketika menginterpretasikan hasil analisis data,

kriteria interpretatif digunakan untuk memfasilitasi penulisan bahasa

penelitian sesuai dengan standar dan referensi dan untuk menarik kesimpulan.

Kriteria interpretasi rata-rata variabel penelitian menggunakan kriteria

interpretasi persentase aspek kualitas sebagai berikut:

No Interval Kategori

1 89-100% Sangat Tinggi


2 60-88% Tinggi
3 41-59% Sedang
4 12-40% Rendah
5 <12% Sangat Rendah

Untuk dapat memilih teknik dan alat pengumpulan data yang sesuai

dengan permasalahn PTL, berikut ini teknik pengumpulan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


42

Alat pengumpulan Data

Didalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1) Observasi

Menurut Sutja, dkk (2017:151) Observasi adalah

cara pengumpulan data dimana peneliti terjun kedalam

proses layanan dengan cara megamati layanan tersebut

secara langsung, atau melihat dengan mata kepalanya.

Bentuk observasi pada penelitian ini yaitu observasi terbuka

yang dimana pengamatan tidak dilakukan oleh peneliti tetapi

oleh orang lain yang khususnya ditugasi secara terbuka

sebagai observer (pengamat) dengan menggunakan lembar

pengamatan (sutja, dkk, 2017:152)

Tabel 3 2 Pedoman Observasi Bimbingan Kelompok

Variabel Indikator Deskriptor


1. Tahap 1. Menyambut anggota kelompok
pembentukan
kelompok 2. Mengajak anggota kelompok berdoa
3. Menciptakan suasana akrab dengan
menanyakan kabar, kegiatan dll
4. Menjelaskan tujuan bimbingan
kelompok dengan teknik Live
Modeling
5. Menjelaskan azaz dalam bimbingan
kelompok
2. Tahap 1. Menjelaskan tugas pemimpin
Bimbingan Peralihan kelompok dan peranan
43

Kelompok 2. Menjelaskan tugas anggota kelompok


dan peranan
3. Mengadakan Ice Breaking
3. Tahap 1. Menjelaskan tema bimbingan
Kegiatan kelompok
2. Menerapkan teknik Live Modeling
4. Tahap 1. Menyimpulkan hasil kegiatan
Pengakhiran
2. Merefleksi hasil layanan
3. Menutup Kegiatan

2) Intervieu atau Wawancara

Rahardjo dan Gudnanto (2011: 125) menjelaskan

bahwa wawancara atau interview adalah suatu teknik

memahami siswa dengan cara melakukan komunikasi

langsung (face to face relation) antara pewawancara

(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee)

untuk memperoleh keterangan atau informasi tentang siswa.

Munandir (dalam Rahardjo dan Gudnanto, 2011:

124) menyatakan bahwa wawancara merupakan satu teknik

untuk mengumpulkan data tentang diri pribadi, tentang

pribadi siswa pada latar sekolah dengan maksud mengenal

dan memahami siswa.

Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti dalam

proses penelitian ini adalah dengan interview pada konseli

dan pada guru BK. Hasil wawancara digunakan untuk


44

melengkapi dan juga sebagai penguat dari hasil observasi

yang dilakukan terutama berkaitan dengan permasalahan

siswa.

D. Prosedur

Prosedur PTL dalam penelitian ini adalah:

Siklus I Siklus II Siklus III

RENCANA RENCANA RENCANA

REFLEKSI TINDAKAN REFLEKSI TINDAKAN REFLEKSI TINDAKAN

EVALUASI EVALUASI EVALUASI

Gambar 3. 1 Prosedur PTL

Sutja, dkk, 2017:164


Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kegiatan siklus I

1. Rencana Tindakan PTL

Setelah ditentukan tindakan/layanan yang akan diterapkan, maka

dibuat rencana tindakan PTL. Rencana ini sesungguhnya adalah inti dari

RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan), namun RPL baru merupakan

rencana tindakan/layanan dan belum merupakan rencana tindakan PTL.

Rencana tindakan PTL berisi tentang tindakan/layanan serta rencana

tentang pengumpulan data, baik menyangkut teknik serta alat

pengumpulan data, dan skenario penelitian (Sutja, dkk, 2017:164).


45

2. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan kolaboratif

bersama guru pembimbing disekolah, peneliti akan bertindak sebagai

pelaksana layanan sedangkan guru pembimbing akan bertindak sebagai

observer.

Deskripsi secara umum dari pelaksanaan tindakan dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) Tahap Pembentukan

a) Perkenalan

b) Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, dan asas dari bimbingan

Kelompok

c) Menjelaskan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok

d) permainan

2) Tahap Peralihan

a) Menanyakan perasaan anggota kelompok

b) Menanyakan kesiapan anggota kelompok

3) Tahap Kegiatan

a) Pemimpin kelompok mengemukakan topik yang akan di bahas

b) Setiap anggota kelompok mengemukakan pendapatnya mengenai

topik yang dibahas. Anggota kelompok dengan bebas

mengemukakan pendapat tentang topik yang di bahas.

c) Pemimpin kelompok bertanya kepada anggotanya apakah ada

tambahan atau pemberian contoh sehingga seluruh anggota


46

kelompok menanggapi bahwa permasalahan telah dibahas dengan

tuntas.

4) Tahap Pengakhiran

a) Pemimpin kelompok mengemukakan kepada seluruh anggota

kelompok bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

b) Pemimpin kelompok mengajak seluruh anggota kelompok untuk

menyimpulkan topik yang telah dibahas dan mengungkapkan pesan

atau kesan selama kegiatan berlangsung

c) Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya akan

dilanjutkan pada minggu depan

d) Mengemukakan pesan dan harapan setelah mengikuti kegiatan

3. Evaluasi

Tahapan evaluasi adalah tahap untuk menganalisis dan memaknai

data yang terkumpul pada tahap pelaksanaan penelitian, baik data tentang

proses maupun data tentang hasil.

Menurut Sutja, dkk (2017:167) Untuk dapat melakukan evaluasi

seperti ini ada beberapa kegiatan yang mesti dilakukan yaitu sebagai

berikut:

a. Memastikan seluruh alat evaluasi, seperti lembaran observasi yang

digunakan telah diisi lengkap. Apabila ada yang kurang lengkap,

usahakan dilengkapi, sehingga sebelum diolah telah di pastikan data

terjaring secara lengkap.


47

b. Memaparkan data yang diperoleh dalam bentuk tabel, atau grafik

sehingga lebih menarik dan mudah di pahami dan tidak lagi berbentuk

instrument yang di gunakan, tetapi menggambarkan kondisi lapangan

yang diamati.

c. Mereduksi data atau menyederhanakan data tersebut dengan

menggunakan analisis yang sederhana, seperti mencari rata-rata,

kecenderungan atau persentase apabila data bersifat kuantitatif, atau

menyatukan data dalam ukuran kualitas tertentu apabila bersifat

kualitatif.

d. Menafsirkan atau interprestasi data tersebut, penafsiran memungkinkan

peneliti menggunakan kriteria umum seperti kriteria penafsiran

persentase, standar baku atau kriteria penilaian yang berlaku secara

umum, peneliti dapat membuat kriteria sendiri sesuai dengan keinginan

peneliti, seperti dari sudut nilai kepraktisan, waktu atau kepuasan.

e. Menyimpulkan hasil yang dicapai, yaitu memberi keputusan bahwa

hasil yang dicapai telah memperlihatkan kualitas tertentu sehingga

dapat dijadikan sebagai informasi yang dapat dipercaya.

4. Refleksi

Setelah melakukan evaluasi dan mengetahui hasilnya, sesuai atau tidak

sesuai dengan harapan, hendaknya hasil dari evaluasi yang telah diperoleh

dikritis dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri kemudian

mencari jawaban kenapa itu terjadi. Adapun refleksi yang dilakukan

peneliti, yaitu:
48

1) Peneliti menganalisis data observasi sesudah dilakukan tindakan

pelaksanaan layanan bimbingan kelompok.

2) Peneliti mencari kekurangan dan membuat perencananaan perbaikan

untuk menyempurnakan tindakan yang telah dilakukan pada setiap

tindakan.

3) Peneliti melakukan tindakan ulang sekaligus memperbaiki kekurangan

yang terjadi pada tindakan sebelumnya.

Setelah mendapat hasilnya, maka apapun hasilnya akan menentukan

langkah dalam penelitian selanjutnya. Beberapa pertanyaan untuk memadu

refleksi adalah sebagai berikut :

a) Apakah tahap-tahap pelaksanaan layanan yang dilakukan telah sesuai

dengan prosedur yang tetapkan ?

b) Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan layanan ?

c) Apa kekuranagan serta hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan

layanan ?

d) Apa rencana perbaikan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya ?

2. Perencanaan kegiatan siklus II

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan dalam perencanaan disiklus II ini

adalah:

1) Melaksanakan rencana siklus yang telah diperbaharui dari pelaksanaan

siklus I.
49

2) Menyampaikan topik yang sesuai dengan keadaan klien setelah

pelaksanaan siklus I.

3) dan juga subjek bimbingan yang sama dengan pelaksanaan siklus I.

Siklus dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I yang telah

dilakukan.

2. Pelaksanaan

Sama halnya di pelaksanaan siklus I, Pada siklus II ini peneliti dan

kolaborator juga mengevaluasi dan mengobservasi proses pelaksanaan

layanan.

3. Evaluasi

Menyimpulkan hasil yang dicapai pada siklus I dan menentukan

perencanaan yang akan di lakukan pada siklus II, yaitu memberi keputusan

bahwa hasil yang dicapai telah memperlihatkan kualitas tertentu sehingga

dapat dijadikan sebagai informasi yang dapat dipercaya.

4. Refleksi

Berdasarkan Refleksi yang pada siklus ke II diharapkan dapat

diperbaiki oleh peneliti sehingga dapat memberikan upaya pengurangan

perilaku bolos melalui teknik yang digunakan pada bimbingan kelompok

untuk melihat tindakan apa saja yang diperlukan untuk pelaksanaan siklus

III.

3. Perencanaan kegiatan siklus III

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan dalam perencanaan siklus III ini adalah:


50

1) Melaksanakan rencana siklus yang telah diperbaharui berdasarkan sisi-

sisi lemah yang telah diketahui dari pelaksanaan siklus II.

2) Menyampaikan topik yang sesuai dengan keadaan klien setelah

pelaksanaan siklus II.

2. Pelaksanaan siklus

Pelaksanaan siklus III tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus

pada siklus II. Layanan dilakukan oleh konselor yang sama dan juga subjek

bimbingan yang sama dengan pelaksanaan siklus I dan II. Tindakan

dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari siklus II yang telah dilakukan.

3. Evaluasi

Sama halnya di pelaksanaan siklus I dan II, Pada siklus III ini

peneliti dan kolaborator juga mengevaluasi dan mengobservasi proses

pelaksanaan layanan.

4. Refleksi

Berdasarkan Refleksi pada siklus III, maka diketahui apakah

kegiatan yang telah dilakukan mendatangkan hasil yang efektif dan sesuai

dengan yang diharapkan yaitu terjadinya pengurangan perilaku bolos siswa.


51

E. Jadwal Penelitian

Berikut ini merupakan jadwal siklus penelitian yang akan menjadi panduan

dalam penelitian yang akan dilaksanakan :

Tabel 3 3 Jadwal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok

No. HARI/TANGGAL KEGIATAN TEMPAT

1. Selasa/1 November 2022 Bimbingan Kelompok Perpustakaan

2. Senin/7 November 2022 Bimbingan Kelompok BK

3. Senin/ 14 November 2022 Bimbingan Kelompok Perpustakaan

4. Senin/21 November 2022 Bimbingan Kelompok Perpustakaan

5. Jum’at/24 November 2022 Bimbingan Kelompok Perpustakaan

6. Rabu/30 November 2022 Bimbingan Kelompok Perpustakaan


BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Siklus
1. Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian ini dimulai pada hari jum’at, 28

Oktober 2022 peneliti menyerahkan surat izin penelitian kepada

staff tata usaha SMAN 6 Kota Jambi. Di hari yang sama peneliti

bertemu dengan guru BK yang mengampu kelas XI IPS 1 untuk

membahas mengenai penelitian yang akan dilakukan, dan menemui

anggota kelompok untuk menjalin hubungan yang dekat sebelum

dilaksanakan bimbingan kelompok bertujuan agar memperlancar

jalannya bimbingan kelompok serta peneliti memberitahukan bahwa

peneliti akan mengadakan bimbingan kelompok sekaligus

mendiskusikan waktu luang untuk pelaksanaan bimbingan

kelompok.

Pada hari Selasa tanggal 1 November 2022, pelaksanaan

siklus I pada penelitian tindakan layanan BK dilaksanakan

berlandaskan pengkajian dari kondisi dan fenomena yang diperoleh

dari hasil wawancara dan observasi dengan guru BK.

Adapun detail perencanaan kegiatan yang akan dilakukan

untuk pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:

52
53

1. Menyiapkan RPL

2. Menyiapkan lembar observasi

3. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera dan tripod

b. Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanan tindakan layanan bimbingan kelompok pada

siklus I terdiri atas dua kali Tindakan dengan mengangkat tema

tentang kenakalan remaja. Bimbingan kelompok dengan

menggunakan teknik Live Modeling bertujuan untuk agar siswa-

siswi mengerti tentang kenakalan remaja sebab,akibat dan dampak

yang ditimbulkan oleh perilaku kenakalan remaja. Adapun uraian

pelaksanaan tindakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik

Live Modeling ialah sebagai berikut:

1) Tindakan I

Hari/Tanggal/Pukul : Selasa, 1 November 2022

Tempat : Perpustakaan SMAN 6 Kota Jambi

Pelaksana : Hizatul Amnah

Observer : Guru BK (Elfrida Sinaga S.Pd)

Jumlah siswa : 10 siswa

Tabel 4. 1 Tabel Skenario Bimbingan kelompok Tindakan I pada Siklus I

No Tahapan Kegiatan

1 Tahapan 1. Peneliti membuka Tindakan dengan salam


Pembentukan 2. Peneliti mengajak anggota kelompok untuk
beroda
3. Peneliti mempersilahkan anggota kelompok
untuk memperkenalkan dengan
54

menggunakan permainan”lempar bola


salju”
4. Peneliti menjelaskan tujuan bimbingan
kelompok yang akan dilaksanakan
5. Peneliti menjelaskan asas-asas dalam
bimbingan kelompok
2 Tahap Peralihan 1. Peneliti menjelaskan tentang kegiatan
bimbingan kelompok
2. Peneliti menjelaskab tugas dan peranan
anggota kelompok pada saat bimbingan
berlangsung
3. Peneliti menanyakan kesepakatan dan
kesiapan anggota kelompok untuk
memasuki tahap kegiatan
3 Kegiatan inti 1. Peneliti menyampaikan tema bimbingan
kelompok yaitu “kenakalan remaja perilaku
bolos”
2. Peneliti memberikan pertanyaan kepada
anggota kelompok dengan tujuan agar
peneliti dapat melihat sejauh mana
pengetahuan anggota kelompok dengan
materi yang dibawakan
3. Peneliti kembali menanyakan pengalaman
yang pernah dialami berdasarkan
tema”kenakalan remaja perilaku bolos”
4. Peneliti menanyakan apa itu kenakalan
remaja dan jenis-jenis nya
5. Peneliti menanyakan pengalaman mereka
yang pernah melakukan perilaku bolos
6. Peneliti menanyakan apa faktor penyebab
mereka melakukan perilaku bolos
7. Peneliti mananyakan dampak dari perilaku
bolos
8. Peneliti menanyakan bagaimana cara
mereka agar tidak melakukan bolos
9. Setelah selesai pembahasan materi peneliti
melakukan teknik Live Modeling dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok untuk
mengurangi perilaku bolos
55

4 Pengakhiran 1. Menjelaskan bahwa kegiatan akan segera


berakhir
2. Menyimpulkan kembali hasil pembahasan
3. Mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan
- Pemahaman siswa
- Kesan siswa
4. Menutup dengan doa
5. Mengucapkan salam

a) Tahap pembentukan

Pada tahap pembentukan, peneliti selaku pemimpin

kelompok menerapkan layanan bimbingan kelompok dengan

menggunakan teknik Live Modeling dan mengangkat topik

tentang kenakalan remaja perilaku bolos. Tujuan diangkatnya

topik ini untuk agar siswa mampu dan memahami bagaimana

perilaku kenakalan remaja itu sangat berdampak buruk bagi

kehidupan masa depan mereka terutama perilaku bolos yang

sering terjadi di sekolahan. Peneliti mengawali Tindakan

dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar peserta

bimbingan kelompok dari mereka semua merespon dengan baik

apa yang peneliti sampaikan. Kemudian peneliti mengajak

mereka untuk berdoa agar kegiatan hari ini bisa dilaksanakan

dengan lancer dan dipimpin oleh salah satu anggota kelompok.

Selanjutnya peneliti menjelaskan tentang prosedur yang akan

dilakukan didalam bimbingan kelompok secara singkat. Setelah

itu peneliti menanyakan apakah sudah memahami apa yang


56

dijelasakan peneliti mengenai bimbingan kelompok,anggota

kelompok menjawab sudah bisa memahami.

b) Tahap peralihan

Pada tahap ini peneliti menyampaikan topik bimbingan

kelompok yang akan dibahas pada hari itu.

c) Tahap kegiatan

Pada tahap ini peneliti mengajak anggota bimbingan

kelompok untuk mendiskusikan mengenai topik kenakalan

remaja perilaku bolos. Peneliti menanyakan apa itu kenakalan

remaja “CA menjawab perilaku remaja yang menyimpang dari

nilai-nilai sosial”, “AR menjawab kenanakalan remaja itu

seperti tawuran,bolos, “FR menjawab merokok,gank motor

bullying dan pacaran diluar batas”. Kemudian peneliti

menjelaskan lagi apa itu kenakalan remaja dan selanjutnya

peneliti menanyakan pernahkah mereka melakukan kenakalan

remaja dan kenakalan remaja yang seperti apa. “FR menjawab

saya pernah keluar lokasi sekolah kak”, “IR saya tidak masuk

kelas karna tidak mengerjakan tugas”, “NS saya pernah bolos”.

“JS mengatakan pernah bolos”. Setelah itu peneliti meminta

kembali anggota kelompok untuk aktif dalam menyampaikan

pendapat mereka.peneliti menanyakan apa faktor penyebab

kalian melakukan bolos karna kenakalan yang dilakukan

mereka hampir semuanya bolos. “CA menjawab karena tidak


57

suka dengan guru mata pelajaran yang diikuti”, “AR keluar pada

jam pelajaran untuk bermian ps”, “FG tidak mengerjakan tugas

jadi ia sering bolos”, “AL mengikuti teman bolos”, “IR ikut

teman”, “NS ikut teman”. Setelah itu peneliti menanyakan

bagaimana perasaan mereka ketika melakukan bolos “CA

menjawab rasanya tidak tenang”, “NS gugup dan takut”, “AR

sedikit takut”, “AS biasa saja”,. Setelah itu peneliti mananyakan

anggota yang belum mengeluarkan pendapat ternyata mereka

masih takut akan mengemukakan pendapatnya dan peneliti

menjelaskan kembali tentang asas kerahasiaan yang ada dalam

bimbingan konseling. Setelah pembahasan materi selesai

peneliti mengemukakan teknik Live Modeling yang dimana

peneliti mencontohkan salah satu perilaku bolos yang pernah

terjadi di suatu sekolah dan akibat yang timbul dari perilaku

bolos tersebut sehingga diharapkan akan membuat efek jera

terhadap perilaku yang di contohkan oleh peneliti kepada

anggota kelompok dan diharapkan mengalami perubahan

perilaku baru. Namun anggota kelompok masih terlihat pasif

dalam kegiatan kelompok ada beberapa siswa yang merasa malu

mengemukakan pendapatnya terlihat dari suara yang kecil dan

kurang jelas, lebih memilih diam, dan menampakkan gerak-

gerik yang tidak nyaman. Anggota kelompok yang mau

memberikan respon pun hanya anggota kelompok itu-itu saja.


58

Tidak terasa adanya dinamika kelompok bahkan tanya jawab

antar anggota kelompok.

d) Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran peneliti meminta anggota

kelompok untuk menyimpulkan apa saja yang mereka dapat dari

awal hingga menjelang bimbingan kelompok selesai, setelah itu

peneliti menyimpulkan kegiatan bimbingan kelompok tersebut.

Setelah menyampaikan kesimpulan peneliti menutup dengan

salam.

Berikut data hasil Tindakan I pada siklus I:

Tabel 4. 2 Tabel Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota


Kelompok Tindakan I

No Nama Siswa F Persentase Kategori

1 AL 2 40% Rendah
2 AS 1 20% Sangat rendah
3 AR 2 40% Rendah
4 CA 2 40% Rendah
5 FR 1 20% Sangat rendah
6 FG 1 20% Sangat rendah
7 IR 1 20% Sangat rendah
8 JS 1 20% Sangat rendah
9 FK 1 20% Sangat rendah
10 NS 2 40% Rendah
Jumlah rata-rata 12 24% Sangat rendah
59

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat

perilaku/sikap siswa rendah. Hal tersebut dapat dilhat dari persentase

penilaian. Semua siswa menunjukkan sikap berdasarkan persentase.

2) Tindakan II

Hari/Tanggal/Pukul : Senin, 7 November 2022

Tempat : Kantor BK SMAN 6 Kota Jambi

Pelaksana : Hizatul Amnah

Observer : Guru BK (Elfrida Sinaga S.Pd)

Jumlah siswa : 10 siswa

Tabel 4. 3 Skenario Bimbingan kelompok Tindakan II pada Siklus I

No. Tahapan Kegiatan

1 Tahapan 1. Peneliti membuka Tindakan dengan


Pembentukan salam
2. Peneliti mengajak berdoa
3. Peneliti menjelaskan tujuan Tindakan
4. Peneliti menjelaskan tentang
kesepakatan waktu
2 Tahap Peralihan 1. Peneliti mengkondisikan anggota
kelompok untuk mengikuti sesi
bimbingan konseling
2. Peneliti menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan
3 Kegiatan inti 1. Peneliti menjelaskan kembali bahasan
topik minggu lalu
2. Peneliti menjelaskan tentang tujuan
teknik live modeling
3. Peneliti menjelaskan dan berdiskusi
tentang pentingnya kehadiran
4. Peneliti menyimpulkan hasil diskusi
4 Pengakhiran 1. Peneliti menjelaskan bahwa kegiatan
akan segera berakhir
60

2. Peneliti Menyimpulkan kembali hasil


pembahasan
3. Mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan
- Pemahaman siswa
- Kesan siswa
4. Menutup dengan doa
5. Menucapkan salam

a) Tahap pembentukan

Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam dan mengajak

anggota kelompok untuk berdoa sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing agar kegiatan dapat berjalan dengan

lancer. Setelah itu peneliti menanyakan kabar peneliti juga

mengucapkan terimakasih atas kehadiran semua anggota kelompok

untuk kemnali ikut seta dalam kegiatan layanan bimbingan

kelompok.

Selanjutnya peneliti menanyakan apakah mereka masih mengingat

dengan topik minggu lalu dari pelaksanaan layanan bimbingan

kelompok yang telah dilakukan, beberapa anggota menjawab masih

ingat dan menyebutkan topik kenakalan remaja. Peneliti masih

membahas tema bimbingan kelompok minggu lalu karna agar

anggota belum benar-benar paham akan pentingnya menjahui

kenakalan remaja.
61

b) Tahap peralihan

Peneliti menyampaikan topik pembahasan dan menjelaskan

kembali proses bimbingan kelompok serta tugas-tugas anggota

kelompok.

c) Tahap kegiatan

Pada tahap ini peneiliti mengulas sedikit topik yang telah

dibahas pada Tindakan sebelumnya agar para anggota bimbingan

kelompok bisa aktif dalam melakukan kegiatan yang akan

berlangsung. Dan menjelaskan kembali sekilas tentang bimbingan

kelompok sebelum memasukin pembahasan tema Tindakan II.

Topic pada peretemuan II ini lebih kepada pembahasan tentang

perilaku bolos. Peneliti menanyakan kembali apa itu kenakalan

remaja. “FR menjawab kenakalan remaja merupakan perilaku yang

tidak baik yang dilakukan sejumlah remaja sekolah”, “AS menjawab

sejumlah kelompok anarkis yang meresahkan”, “IR melakukan

tindak yang tidak wajar”, “FK lalai dalam tugas sebagai siswa”, NS

melakukan bolos”, “CA menjawab serupa dengan NS”, “FG

perilaku menyimpang”, “AR pelanggaran aturan”. Peneliti

memberikan apresaiasi atas keberanian yang dimiliki para anggota

atas mengeluarkan pendapatny. Selanjutnya Peneliti menanyakan

kenapa bolos termasuk dalam kenakalan remaja. “NS menjawab

bolos merupakan perbuatan tidak baik untuk siswa dan melanggar

aturan sekolah”, “Al bolos itu termasuk perbuatan nakal”, “JS bolos
62

melanggar aturan” peneliti menyadari banyak yang tidak menjawab

ternyata mereka tidak terlalu paham kenapa bolos juga termasuk

dalam kenakalan remaja. Kembali peneliti jelaskan mengenai

perilaku bolos bahwa perilaku bolos akan menyebabkan gagal dalam

pembelajaran ,mengganggu kegiatan belajar teman-teman sekelas

dan masih banyak akibat yang ditimbulkan dan bolos termasuk

kenakalan remaja karna melanggar norma aturan siswa sebagai

pelajar karena tidak melakukan tenggung jawab sebagai siswa,

setelah dijelaskan mereka paham kenapa bolos menjadi salah satu

jenis kenakalan remaja. Peneliti menanyakan kenapa alasan mereka

mebolos pada saat jam pembelajaran. “FG banyak sekali tugas”, “JS

tidak menyukai mata pembelajaran yang diikuti”, “FR tidak suka

dengan guru yang mengajar pembelajaran”, “CA ikut tidak masuk

dengan teman yang tidak masuk”, “NS ikut teman”, AR lebih

memilih bermain game dari pada masuk”, “IR ikut teman bolos”,

“FK mengikuti teman”. Peneliti bertanya mengenai dampak bolos

yang dilakuan. “NS kami banyak ketinggalan pembelajaran”, “AL

nilai yang menurun”, “FR tidak mengerti pembelajaran

sebelumnya”, “AR berdampak buruk pada masa depan”, peneliti

memberikan apresiasi kepada anggota yang berani menjawab dan

peneliti menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh

perilaku bolos bahwa selaian berdampak pada diri sendiri bolos juga

berdampak ke sekolah,masyarakat pada diri sendiri yaitu seperti


63

yang kalian bilang bisa ketinggalan pembelajaran dan menurunnya

prestasi akademik. Melanggar teta tertib sekolah maka akan sulit

untuk menuju masa depan yang baik. Dan peneliti mencontohkan

salah satu kasus bolos yang terjadi di sebuah sekolah menengah atas

di Kabupaten Sarolangun di tangkap oleh satpol PP akibat bolos

dalam jam pelajaran, puluhan siswa pelajar sekolah yang ditertibkan

di saat bolos terdiri dari pelajar SMK 4 Sarolangun SMA 10 Batin

VIII dan sekolah MAN Sarolangun. Yang dimana pelajar tersebut

ditertibkan Satpol PP setelah koordinas oleh kepala Dinas

Disparpora Sarolangun di belakang rumah susun pemerintah

Kabupaten Sarolangun sedang melakukan tongkrogan dan

berkeliaran pada saat jam pelajaran. Jika tidak ingin merugikan diri

sendiri dan banyak pihak maka janganlah kalian bolos jauhi bolos

agar masa depan kalian baik.

d) Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran peneliti meminta anggota kelompok

untuk menyimpulkan apa saja yang mereka dapat dari awal hingga

menjelang bimbingan kelompok selesai, setelah itu peneliti

menyimpulkan kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Setelah

menyampaikan kesimpulan peneliti menutup dengan salam.


64

Tabel 4. 4 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok


Tindakan II

F
No Nama Siswa Persentase Kategori

1 AL 2 40% Rendah
2 AS 2 40% Rendah
3 AR 3 60% Sedang
4 CA 3 60% Sedang
5 FR 2 40% Rendah
6 FG 2 40% Rendah
7 IR 1 20% Sangat rendah
8 JS 1 20% Sangat rendah
9 FK 2 40% Rendah
10 NS 3 60% Sedang
Jumlah rata-rata 21 42% Rendah

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa terjadi

peningkatan sikap siswa yang ditunjukkan oleh naiknya persentase

dari beberapa orang siswa setelah melakukan bimbingan kelompok

pada Tindakan kedua di siklus pertama.

c. Evaluasi Siklus I

Melalui hasil observasi yang diisi oleh kolabolator yang akan

digunakan untuk penilaian proses terhadap pelaksanaan tindakan

yang dilaksanakan peneliti, dengan tujuan untuk mengetahui

kekurangan atau hal yang belum maksimal dilakukan saat

pelaksanaan penelitian tindakan layanan. Hasil observasi tersebut

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


65

Tabel 4. 5 Hasil observasi proses pelaksanaan siklus I


No. Tahap Bimbingan Kelompok Nilai Keterangan

PERENCANAAN

1. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyiapkan rencana pelaksanaan
layanan (RPL).

2. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


menyiapkan materi yang akan
disampaikan saat melaksanakan
layanan.

3. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


menetapkan sasaran kegiatan
pemberian layanan.

4. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


menyiapkan bahan dan sumber bahan
untuk kelompok tugas.

PELAKSANAAN

Fase 1 : Pembentukan

5. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyiapkan waktu dan tempat
pelaksanaan layanan.

6. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menerima anggota kelompok dengan
terbuka dan mengucapkan terima kasih

7. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


membuka kegiatan dengan salam,
berdo’a dan dilanjutkan dengan
memperkenalkan diri.

8. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyampaikan pengertian, tujuan dan
kegiatan kelompok dalam rangka
bimbingan kelompok.

9. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menjelaskan asas dan cara pelaksanaan
bimbingan kelompok.

PELAKSANAAN

Fase 2 : Peralihan
66

10. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


menanyakan kesiapan siswa sebelum
memulai kegiatan layanan dan
memberikan kesempatan bertanya jika
masih ada siswa yang belum
memahami tugas dan tanggung jawab
dalam melakukan kegiatan.

11. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


memberikan penjelasan kembali secara
singkat tentang tugas dan tanggung
jawab anggota kelompok.

12. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 1 Tidak tepat


melaksanakan permainan untuk
pengakraban dan supaya semangat
dalam melaksanakan kegiatan.

PELAKSANAAN

Fase 3 : Kegiatan inti

13. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


mengungkapkan topik atau
permasalahan yang akan dibahas.

14. Membahas topik dengan melakukan 2 Kurang tepat


tanya jawab dengan anggota kelompok.

15. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


membahas topik secara mendalam dan
tuntas.

16. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 1 Tidak tepat


melaksanakan kegiatan selingan untuk
menghilangkan kejenuhan anggota
kelompok.

17. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


melaksanakan teknik yaitu teknik Live
Modeling (model langsung).

18. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


menjelaskan mengenai tekni Live
Modeling.

19. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


memberikan contoh langsung mengenai
perilaku kenakalan remaja

21. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


memperhatikan anggota kelompok
67

ketika memberikan teknik Live


Modeling

22. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


memberikan apresiasi untuk anggota
kelompok yang bermain peran.

PELAKSANAAN

Fase 4 : Penyimpulan

23. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


meminta anggota mengungkapkan
kesan dan hasil kegiatan.

24. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


meminta anggota menyiapkan
kesimpulan dan komitmen.

PELAKSANAAN

Fase 5 : penutup

25. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


memberitahukan bahwa kegiatan akan
berakhir.

26. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


mengungkapkan hasil, pesan dan
harapan.

27. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


membahas kegiatan lanjutan.

EVALUASI

28. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


mengamati pastisipasi dan aktivitas
anggota kelompok selama kegiatan.

29. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menanyakan pemahaman anggota
kelompok.

30. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 1 Tidak tepat


menanyakan manfaat yang didapat
anggota kelompok,

Jumlah 65 Cukup tepat

Rata-rata 2,1

Keterangan: (1) Tidak tepat, (2) Kurang tepat, (3) Sangat tepat
68

Berdasarkan hasil tabel observasi di atas menunjukkan nilai

rata-rata yaitu 2,1 Proses tindakan mencapai 72% berjalan cukup baik,

ada beberapa tahapan yang masih pemimpin kelompok belum kuasai.

Pada tahap pembentukan peneliti kurang menghangatkan suasana

dengan menanyakan kabar anggota kelompok, peneliti kurang

meningkatkan minat anggota kelompok yang dimana disebabkan

karena suara kurang terdengar oleh anggota kelompok dan suara bising

dari luar membuat saat kegiatan berlangsung ada anggota kelompok

yang bermain HP dan ngobrol dengan teman sebelahnya, peneliti tidak

dapat membuat anggota kelompok untuk terbuka dan bebas

mengungkapkan pendapatnya. Pada tahap peralihan peneliti tidak

memperhatikan apakah anggota kelompok sudah benar-benar siap atau

belum dan tidak mengulangi atau menegasan tentang kegiatan yang

akan dilakukan.

Selain itu dalam melaksanakan kegiatan peneliti masih ada

beberapa kata dan pernyataan yang diajukan kurang dapat dipahami,

tepat dan sesuai oleh anggota kelompok yang membuat anggota

bingung, karena kosa kata yang diungkapkan masih ada kata yang

diulang-ulang tanpa disadari, tentunya hal ini juga akan membuat fokus

anggota kelompok sedikit terganggu sehingga beberapa anggota

kelompok ada yang memainkan HP serta mengobrol dengan teman

disebelahnya.
69

Tabel 4. 6 Kriteria Keberhasilan siklus 1

Pernyataan Frekuensi Presentase Kualitas

1 1 20% Kurang baik

2 2 40% Kurang baik

3 2 40% Kurang baik

4 2 40% Kurang baik

5 3 60% Baik

6 3 60% Baik

Jumalah 13 43,3% Kurang baik

Berdasarkan hasil yang diamati oleh observer, tingkat kehadiran

siswa pada siklus 1 ini setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok

dengan teknik live meodling yaitu 43,3% masih belum bisa dikatakan

berhasil dan kriteria keberhasilan peneilti adalah 80%.

d. Refleksi Siklus I

1. Terdapat ucapan yang keliru saat peneliti akan menjelaskan

mengenai teknik Live Modeling

2. Peneliti tidak melakukan atau mengajak anggota kelompok untuk

melakukan kontrak atau perjanjian pada saat tekniklive miodeling.


70

3. Peneliti selaku pemimpin kelompok kurang tegas dalam mengontrol

anggota kelompok.

4. Salah pemilihan tempat, BKP tidak di laksanakan di ruang bk

sehingga fokus anggota kelompok terpecah karena banyak teman

mereka yang ada di sekitar.

5. Suara peneliti yang kurang terdengar jelas, masih ada kata-kata yang

diulang, membuat anggota kelompok bingung, membuat siswa ada

bermain HP serta mengobrol dengan teman disebelahnya sehingga

membuat fokus siswa terganggu.

6. Terdapat kendala kamera peneliti mati pada saat kegiatan inti dan

video yang di ambil hilang dikarenakan HP peneliti mati

2. Pelaksanaan Siklus II

a. Perencanaan

Hasil refleksi pada siklus I ditemukan adanya beberapa hal

yang belum maksimal dilaksanakan oleh peneliti dalam melakukan

perannya sebagai pemimpin kelompok pada setiap kegiatan

tindakan. Hal-hal yang kurang tersebut sekaligus menjadi

pertimbangan perbaikan pada pelaksanaan tindakan layanan pada

siklus II. Kelanjutan perbaikan pelaksanaan tindakan pada siklus II

dapat dilihat pada proses dan hasil pelaksanaan kegiatan layanan

bimbingan kelompok yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi. Pelaksanaan siklus II

dilakukan dengan mengadakan dua kali Tindakan.


71

b. Pelaksanaan siklus

Sebelum melakukan tindakan peneliti membuat perancangan

untuk tindakan yang akan dilaksanakan. Adapun detail peencanaan

kegiatan yang akan dilakukan untuk pelaksanaan siklus dua adalah:

1) Menyiapkan RPL

2) Menyiapkan lembar observasi

3) Menyiapkan alat bantu dokumentasi yaitu kamera dan tripod.

1) Tindakan I

Hari/Tanggal/Pukul : Senin, 14 November 2022

Tempat : Perpustakaan SMAN 6 Kota Jambi

Pelaksana : Hizatul Amnah

Observer : Guru BK (Elfrida Sinaga S.Pd)

Jumlah siswa : 10 siswa

Tabel 4. 7 Skenario Layanan Bimbingan Kelompok Tindakan I Pada Siklus II

No Tahapan Kegiatan

1 Tahapan 1. Peneliti membuka Tindakan dengan


salam
Pembentukan
2. Peneliti mengajak anggota kelompok
untuk beroda
3. Peneliti menjelaskan tujuan bimbingan
kelompok yang akan dilaksanakan
4. Peneliti menjelaskan asas-asas dalam
bimbingan kelompok
2 Tahap Peralihan 1. Peneliti menjelaskan tentang kegiatan
bimbingan kelompok
2. Peneliti menjelaskab tugas dan peranan
anggota kelompok pada saat bimbingan
berlangsung
72

3. Peneliti menanyakan kesepakatan dan


kesiapan anggota kelompok untuk
memasuki tahap kegiatan
3 Kegiatan inti 1. Peneliti memberikan tema yang akan
dibahas pada BKP
2. Peneliti memberikan pertanyaan kepada
anggota kelompok dengan tujuan dapat
melihat sejauh mana pengetahuan
anggota kelompok dengan materi yang
dibawakan
3. Peneliti menanyakan pengalaman yang
pernah mereka lakukan ketika bolos
4. Peneliti menanyakan penyebab mereka
melakukan bolos
5. Peneliti menanyakan apa saja yang
merka lakukan ketika melakukan bolos
6. Peneliti menanyakan bagaimana mereka
bisa melakukan bolos saat jam belajar
7. Peneliti menanyakan dampak setelah
mereka melakukan bolos
8. Setelah selesai pembahasan peneliti
menjelaskan teknik Live Modeling
4 Pengakhiran 1. Menjelaskan bahwa kegiatan akan
segera berakhir
2. Menyimpulkan kembali hasil
pembahasan
3. Mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan
-Pemahaman siswa
-Kesan siswa
4. Menutup dengan doa
5. Mengucapkan salam
73

a) Tahap pembentukan

Kegiatan diawali peneliti dengan menyambut anggota

kelompok dengan ramah dan tama agar anggota kelompok

mendapatkan kesan yang baik, peneliti mempersilahkan anggota

kelompok untuk duduk kemudian memulai kegiatan layanan

bimbingan kelompok. Peneliti memulai kegiatan dengan tidak

lupa mengucapkan salam, anggota kelompok tersenyum

kemudian menjawab salam.

Kemudian peneliti mengajak membaca doa terlebih dahulu

menurut kepercayaan masing-masing. Lalu peneliti mencoba

menjelaskan kembali tentang kegiatan yang akan dilakukan,

dimulai dari pengertian layanan bimbingan kelompok,

tujuannya, asas-asasnya dan menanyakan kepada anggota

kelompok apakah sudah paham atau belum apa yang sudah di

jelaskan oleh anggota kelompok tadi, jika belum peneliti akan

menjelaskan kembali yang belum dimengerti anggota kelompok.

b) Tahap peralihan

Peneliti menjelaskan tentang kegiatan bimbingan kelompok

yang akan dilangsungkan. Peneliti mengkondisikan anggota

kelompok agar siap melakukan kegiatan pada hari tersebut.

c) Tahap kegiatan

Pada tahap ini peneliti menanyakan pemahaman mengenai

perilaku bolos terhadap anggota bimbingan kelompok dan


74

semua anggota sudah mengerti dan paham akan perilaku bolos

yang sudah juga di bahas diTindakan sebelumnya. Kemudian

peneliti menanyakan kepada anggota kelompok pengalaman-

pengalaman yang pernah melakukan bolos. “AL menjawab saya

pernah tidak masuk dikarenakan saya malas mengikuti

pembelajaran karna saya tidak menyukai mata pelajaran hari itu

dan saya memutuskan untuk tidak masuk kelas pada saat

pelajaran itu kak”, “CA menjawab saya tidak masuk karna saya

ikut teman sehingga saya tidak masuk juga kak soal nya nggak

enak kalau nggak ada teman jadi saya tidak masuk karna dia

tidak masuk. “FR saya bermain game dengan teman yang lain

sekolah dengan saya kak jadi saat jam pelajaran terkahir saya

langsung pulang dan tidak mengikuti pembelajaran. “NS

menjawab saya pernah alfa karna tidak mengirimkan surat

kepada guru kelas dikarenakn saya izin tidak masuk sekolah

kak.” Selanjutnya peneliti menanyankan pengalaman yang lain

karena yang menjawab cuma mereka lalu peneliti menjelaskan

tidak perlu takut untuk menjwab karna kita memilki asa

kerahasiaan. Dan setekah itu “AS menjawab saya waktu itu tidak

masuk dikarenakan lagi tidak menyukai guru pelajaranya kak

dan akhirnya saya malas masuk.” “IR menjawab saya tidak

masuk karena menghindar dari tugas kak soal nya saya belum

mengerjakan tugas tersebut saya takut dimarahi guru jadi saya


75

tidak masuk.”. Peneliti menanyakan bagaimana perasaan mereka

saat melakukan bolos? “AS menjawab biasa aja kak”. “FK

menjawab agak sedikit resah kak sebenarnya”. “NS takut masuk

BK kak”. “AL biasa aja kak”. “CA nggak ada kak”. Peneliti

memberikan apresiasi karena mereka sudah berani

mengeluarkan pendapat dan jujur dengan alas an mereka. Penliti

menanyakan setalah melakukan bolos apa dampak yang mereka

terima? Dan semua dari mereka menjawab mereka di bawa

keruang BK sekolah dan diberi sanksi. Selanjutnya peneliti

melakukan tenik Live Modeling yang dimana peneliti

mencontoh kan sebuah dampak dan konsekuensi yang pernah

dialami peneliti sendiri saat melakukan bolos agar timbul

keasadaran bagi mereka jika yang mereka lakukan itu sangat

tidak benar untuk dilakukan.

d) Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran peneliti meminta anggota kelompok

untuk menyimpulkan apa saja yang mereka dapat dari awal

hingga menjelang bimbingan kelompok selesai, setelah itu

peneliti menyimpulkan kegiatan bimbingan kelompok tersebut.

Setelah menyampaikan kesimpulan peneliti menutup dengan

salam.
76

Tabel 4. 8 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok Tindakan I

No Nama Siswa F Persentase Kategori

1 AL 3 60% Sedang
2 AS 2 40% Rendah
3 AR 3 60% Sedang
4 CA 3 60% Sedang
5 FR 3 60% Sedang
6 FG 2 40% Rendah
7 IR 2 40% Rendah
8 JS 2 40% Rendah
9 FK 3 60% Sedang
10 NS 3 60% Sedang
Jumlah rata-rata 26 52% Rendah
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, terlihat bahwa terjadi

peningkatan sikap siswa yang ditunjukkan oleh naiknya persentase

dari beberapa orang siswa setelah melakukan bimbingan kelompok

pada Tindakan kedua di siklus pertama.

2) Tindakan II

Hari/Tanggal/Pukul : Senin, 21 November 2022

Tempat : Kantor BK SMAN 6 Kota Jambi

Pelaksana : Hizatul Amnah

Observer : Guru BK (Elfrida Sinaga S.Pd)

Jumlah siswa : 10 siswa

Tabel 4. 9 Skenario Layanan Kelompok Tindakan II Pada Siklus II

No Tahapan Kegiatan

1 Tahapan 1. Peneliti membuka Tindakan dengan


salam
Pembentukan
2. Peneliti mengajak anggota
kelompok untuk beroda
77

3. Peneliti menjelaskan tujuan


bimbingan kelompok yang akan
dilaksanakan
4. Peneliti menjelaskan asas-asas
dalam bimbingan kelompok
2 Tahap Peralihan 1. Peneliti menjelaskan tentang
kegiatan bimbingan kelompok
2. Peneliti menjelaskab tugas dan
peranan anggota kelompok pada
saat bimbingan berlangsung
3. Peneliti menanyakan kesepakatan
dan kesiapan anggota kelompok
untuk memasuki tahap kegiatan
3 Kegiatan inti 1. Peneliti memberikan tema yang
akan dibahas pada BKP
2. Peneliti memberikan pertanyaan
kepada anggota kelompok dengan
tujuan dapat melihat sejauh mana
pengetahuan anggota kelompok
dengan materi yang dibawakan
3. Peneliti menanyakan penyebab
mereka melakukan bolos
4. Peneliti menanyakan dampak
setelah mereka melakukan bolos
5. Setelah selesai pembahasan peneliti
menjelaskan teknik Live Modeling
4 Pengakhiran 1. Menjelaskan bahwa kegiatan
akan segera berakhir
2. Menyimpulkan kembali hasil
pembahasan
3. Mengevaluasi kegiatan yang
telah dilaksanakan
-Pemahaman siswa
-Kesan siswa
4. Menutup dengan doa
5. Mengucapkan salam
78

a) Tahap pembukaan

Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam dan mengajak

anggota kelompok untuk berdoa sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing agar kegiatan dapat berjalan

dengan lancer. Setelah itu peneliti menanyakan kabar peneliti

juga mengucapkan terimakasih atas kehadiran semua anggota

kelompok untuk kemnali ikut seta dalam kegiatan layanan

bimbingan kelompok. Selanjutnya peneliti menanyakan apakah

mereka masih mengingat dengan topik minggu lalu dari

pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang telah dilakukan,

beberapa anggota menjawab masih ingat dan menyebutkan

materi yang dibahas minggu lalu. Peneliti masih membahas tema

bimbingan kelompok minggu lalu. peneliti mencoba

menjelaskan kembali tentang kegiatan yang akan dilakukan,

dimulai dari pengertian layanan bimbingan kelompok,

tujuannya, asas-asasnya dan menanyakan kepada anggota

kelompok apakah sudah paham atau belum apa yang sudah di

jelaskan oleh anggota kelompok tadi.

b) Tahap peralihan

Peneliti menjelaskan tentang kegiatan bimbingan kelompok

yang akan dilangsungkan. Peneliti mengkondisikan anggota

kelompok agar siap melakukan kegiatan pada hari tersebut.


79

c) Tahap kegiatan

Pada tahap ini peneliti mengulas kembali materi yang akan

di bahas pada Tindakan II peneliti menanyakan sampai sejauh

mana prmahaman yang diketahui oleh anggota kelompok. Ada

yang sudah paham dan sebagian masih ada yang belum bisa

mengungkapkan pemahaman mereka. Selanjutnya peneliti mulai

dengan menanyakan masih ingat kenapa bolos termasuk dengan

kenakalan remaja? “CA menjawab karna tidak sesuai dengan

prilaku yang siswa biasanya kak”.”NS menjawab melanggar

aturan sekolah kak, karna kenakalan termasuk yang melanggar

aturan”. “FR menjawab lalai dari tugas sebagai seorang siswa

kak”. Peneliti memberikan apresiasi kepada anggota yang

mejawab dan peneliti menjelaskan kembali perilaku kenakalan

bolos kenakalan remaja adalah suatu kenyataan dan semakin

nyata terjadi di zaman sekarang banyak anak telah terlibat

berbagai macam perlakuan yang menyimpang dari norma. Salah

satu yang sering dilakukan siswa yaitu dengan melakukan bolos

yang melanggar aturan yang ada di sekolah, mogok belajar di

sekolah. Membolos merupakan kegagalan perkembangan yang

terjadi pada remaja karna melanggar tata tertib yang ada di

sekolah. Selanjutnya peneliti menanyakan dampak setelah

mereka melakukan bolos?. “JS biasanya kami di panggil ke BK

kak”. “FK ketika kami bolos kami ketinggalan pelajaran dan


80

harus menerima konsekuensi hukuman yang diberikan guru

mata pelajaran kak.”. “AR ada yang di panggikl orang tua kak”.

Peneliti menjelaskan dampak yang terjadi jika mereka

melakukan bolos, bolos selain berdampak pada diri sendiri juga

berdampak pada orang sekitar pada sekolah bahakan

masyarakat.dampak pada diri senidiri adalah siswa yang

bersangkutan akan ketinggalan pelajaran seperti yang dikatakan

teman kita tadi dan bahkan ada yang sampai tinggal kelas karna

sering tidak masuk sedangkan terhadap sekolah adalah siswa

lain akan kehilangan sebagian waktu belajar karna guru

memberikan sanksi kepada pelaku bolos. Dalam masyarakat

dapat berpotensi salah dalam pergaulan sehingga dapat

menimbulkan tindak kejahatan. Selanjutnya peneliti

mencontohkan dimana peneliti menunjukan perilaku yang

menimbulkan rasa takut bagi anggota agar tidak melakukan

bolos. Dalam pemberian teknik modeling terhadap siswa yang

membolos, peneliti berupaya semaksimal mungkin sehingga

siswa bisa mengikuti arahan yang diberikan oleh peneliti yang

telah di contohkan. Model yang di gunakan yaitu peneliti sendiri

sesuai dengan kebutuhan siswa yang suka membolos dan

diharapakan munculnya tingkah laku baru setelah pemberian

teknik modeling.
81

d) Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran peneliti meminta anggota kelompok

untuk menyimpulkan apa saja yang mereka dapat dari awal

hingga menjelang bimbingan kelompok selesai, setelah itu

peneliti menyimpulkan kegiatan bimbingan kelompok tersebut.

Setelah menyampaikan kesimpulan peneliti menutup dengan

salam.

Tabel 4. 10 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok


Tindakan II

No Nama Siswa F Persentase Kategori

1 AL 4 80% Tinggi
2 AS 3 60% Sedang
3 AR 3 60% Sedang
4 CA 4 80% Tinggi
5 FR 4 80% Tinggi
6 FG 3 60% Sedang
7 IR 3 60% Sedang
8 JS 3 60% Sedang
9 FK 3 60% Sedang
10 NS 4 80% Tinggi
Jumlah rata-rata 34 68% Tinggi

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, terlihat bahwa terjadi

peningkatan sikap siswa yang ditunjukkan oleh naiknya persentase

dari beberapa orang siswa setelah melakukan bimbingan kelompok

pada Tindakan kedua di siklus kedua. Yang telah banyak mengalami

peningkatan sudah mengerti cara dan tujuan bimbingan kelompok.


82

c. Evaluasi Siklus II

Melalui hasil observasi yang diisi oleh kolabolator yang akan

digunakan untuk penilaian proses terhadap pelaksanaan tindakan

yang dilaksanakan peneliti, dengan tujuan untuk mengetahui

kekurangan atau hal yang belum maksimal dilakukan saat

pelaksanaan penelitian tindakan layanan. Hasil observasi tersebut

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 11 Hasil observasi proses pelaksanaan siklus II


No. Tahap Bimbingan Kelompok Nilai Keterangan

PERENCANAAN

1. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyiapkan rencana pelaksanaan
layanan (RPL).

2. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyiapkan materi yang akan
disampaikan saat melaksanakan
layanan.

3. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menetapkan sasaran kegiatan
pemberian layanan.

4. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


menyiapkan bahan dan sumber bahan
untuk kelompok tugas.

PELAKSANAAN

Fase 1 : Pembentukan

5. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyiapkan waktu dan tempat
pelaksanaan layanan.

6. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menerima anggota kelompok dengan
terbuka dan mengucapkan terima kasih

7. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


membuka kegiatan dengan salam,
83

berdo’a dan dilanjutkan dengan


memperkenalkan diri.

8. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyampaikan pengertian, tujuan dan
kegiatan kelompok dalam rangka
bimbingan kelompok.

9. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menjelaskan asas dan cara pelaksanaan
bimbingan kelompok.

PELAKSANAAN

Fase 2 : Peralihan

10. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menanyakan kesiapan siswa sebelum
memulai kegiatan layanan dan
memberikan kesempatan bertanya jika
masih ada siswa yang belum
memahami tugas dan tanggung jawab
dalam melakukan kegiatan.

11. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


memberikan penjelasan kembali secara
singkat tentang tugas dan tanggung
jawab anggota kelompok.

12. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Tidak tepat


melaksanakan permainan untuk
pengakraban dan supaya semangat
dalam melaksanakan kegiatan.

PELAKSANAAN

Fase 3 : Kegiatan inti

13. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


mengungkapkan topik atau
permasalahan yang akan dibahas.

14. Membahas topik dengan melakukan 2 Kurang tepat


tanya jawab dengan anggota kelompok.

15. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


membahas topik secara mendalam dan
tuntas.

16. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 1 Tidak tepat


melaksanakan kegiatan selingan untuk
84

menghilangkan kejenuhan anggota


kelompok.

17. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


melaksanakan teknik yaitu teknik Live
Modeling (model langsung).

18. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


menjelaskan mengenai tekni Live
Modeling.

19. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


memberikan contoh langsung mengenai
perilaku kenakalan remaja

21. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


memperhatikan anggota kelompok
ketika memberikan teknik Live
Modeling

22. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 sangat tepat


memberikan apresiasi untuk anggota
kelompok yang bermain peran.

PELAKSANAAN

Fase 4 : Penyimpulan

23. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


meminta anggota mengungkapkan
kesan dan hasil kegiatan.

24. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


meminta anggota menyiapkan
kesimpulan dan komitmen.

PELAKSANAAN

Fase 5 : penutup

25. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


memberitahukan bahwa kegiatan akan
berakhir.

26. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 sangat tepat


mengungkapkan hasil, pesan dan
harapan.

27. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


membahas kegiatan lanjutan.

EVALUASI
85

28. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


mengamati pastisipasi dan aktivitas
anggota kelompok selama kegiatan.

29. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menanyakan pemahaman anggota
kelompok.

30. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Tidak tepat


menanyakan manfaat yang didapat
anggota kelompok,

Jumlah 73 Tepat

Rata-rata 2,4

Keterangan: (1) Tidak tepat, (2) Kurang tepat, (3) Sangat tepat

Berdasarkan hasil observasi diatas diperoleh nilai rata-rata 2,4.

Proses tindakan mencapai 75 % berjalan cukup baik, sedangkan hasil dari

tindakan mencapai 80%. Pada pelaksanaan siklus kedua ini masih belum

optimal dan sepenuhnya benar. Masih terdapat beberapa poin yang dinilai

masih belum tepat Kekurangan peneliti pada siklus ini yaitu tidak menjelaskan

secara penuh apa itu teknik live modeling dan tidak menanyakan kesan seerti

apa yang didapat maupun perasaannya setelah melaksanakan layanan

konseling kelompok dengan teknik ini. Dan beberapa kali peneliti masih grogi

itu terlihat pada posisi duduk yang tidak tenang dan cara bicara peneliti masih

ada kata-kata yang tidak jelas di ucapkan.


86

Tabel 4. 12 Kriteria Keberhasilan siklus II

Pernyataan Frekunsi Presentase Kualitas

1 4 80% Sangat baik

2 4 80% Sangat baik

3 4 80% Sangat baik

4 4 80% Sangat baik

5 2 40% Kurang baik

6 3 60% Baik

Jumalah 21 70% Baik

Berdasarkan hasil yang diamati oleh observer, tingkat kehadiran

siswa pada siklus 2 ini setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok

dengan teknik live meodling yaitu 70% masih belum bisa dikatakan

berhasil dan kriteria keberhasilan peneilti adalah 80% dan sudah hampir

mendekati kriteria keberhasilan yang ingin di capai oleh peneliti.

d. Refleksi

1. Bahasa peneliti masih berbelit-belit sehingga klien kebingungan

maksud dari pertanyaan peneliti ketika menanyakan tanggapan

mengenai materi dan pendapat-pendapat anggota kelompok

sebelumnya.
87

2. Peneliti sudah bisa membangkitkan minat anggota kelompok

sehingga mereka terlihat bersemangat dalam mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok.

3. Suara peneliti terdengar dan tidak adanya kosa kata yang

diulang-ulang sehingga membuat anggota kelompok dapat

mendengar jelas sehingga masih ada anggota kelompok yang

bermain HP, mengobrol dan tidak fokus dalam mengikuti

kegiatan.

4. Pada pelaksanaan siklus ketiga, peneliti berencana untuk

menjelaskan teknik tersebut dengan jelas serta menggunakan

bahasa yang mudah di pahami, dan menanyakan kesa-kesan

pelaksanaan layanan kepada anggota kelompok layanan.

5. Peneliti berharap dalam melakukan siklus ketiga nantinya

dapat memberikan yang optimal dan sesuai dengan prosedur

yang telah dibuat, sehingga pemberian layanan nantinya dapat

berjalan dengan baik dapat terentaskan dengan tepat.

4. Pelaksanaan Siklus III

a. Perencanaan

Hasil refleksi pada siklus II ditemukan adanya beberapa hal

yang belum maksimal dilaksanakan oleh peneliti dalam melakukan

perannya sebagai pemimpin kelompok pada kegiatan pemberian

tindakan. Hal-hal yang kurang tersebut sekaligus menjadi


88

pertimbangan perbaikan pada pelaksanaan tindakan layanan pada

siklus III.

b. Pelaksanaan Siklus

Sebelum memberikan tindakan peneliti membuat

perancangan untuk tindakan yang akan dilaksanakan. Adapun detail

peencanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk pelaksanaan siklus

dua adalah:

1) Menyiapkan RPL

2) Menyiapkan lembar observasi

3) Menyiapkan alat bantu dokumentasi yaitu kamera dan

tripod.

1) Tindakan I

Hari/Tanggal/Pukul : Jum’at , 24 November 2022

Tempat : Perpustakaan SMAN 6 Kota Jambi

Pelaksana : Hizatul Amnah

Observer : Guru BK (Elfrida Sinaga S.Pd)

Jumlah siswa : 10 siswa

Tabel 4. 13 Skenario Bimbingan kelompok Tindakan I pada Siklus III

No Tahapan Kegiatan

1 Tahapan 1. Peneliti membuka Tindakan dengan


salam
Pembentukan
2. Peneliti mengajak anggota kelompok
untuk beroda
3. Peneliti menjelaskan tujuan bimbingan
kelompok yang akan dilaksanakan
89

4. Peneliti menjelaskan asas-asas dalam


bimbingan kelompok
2 Tahap Peralihan 1. Peneliti menjelaskan tentang kegiatan
bimbingan kelompok
2. Peneliti menjelaskab tugas dan peranan
anggota kelompok pada saat bimbingan
berlangsung
3. Peneliti menanyakan kesepakatan dan
kesiapan anggota kelompok untuk
memasuki tahap kegiatan
3 Kegiatan inti 1. Peneliti memberikan tema yang akan
dibahas pada BKP
2. Peneliti memberikan pertanyaan kepada
anggota kelompok dengan tujuan dapat
melihat sejauh mana pengetahuan
anggota kelompok dengan materi yang
akan dibawakan.
3. Peneliti mengajak para anggota untuk
berdiskusi mengenai perilaku disiplin.
4. Setelah selesai pembahasan peneliti
menjelaskan teknik Live Modeling
4 Pengakhiran 1. Menjelaskan bahwa kegiatan akan
segera berakhir
2. Menyimpulkan kembali hasil
pembahasan
3. Mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan
-Pemahaman siswa
-Kesan siswa
Menutup dengan doa
Mengucapkan salam
90

a) Tahap Pembukaan

Seperti halnya pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada

siklus pertama dan kedua, pada siklus ketiga ini peneliti memulai

layanan dengan mengucapkan salam,doa dan memberikan pertayaan

terbuka guna membina susasana yang hangat dan memberikan

apresiasi kepada anggota kelompok karena sudah bersedia mengikuti

layanan bimbingan kelompok pada siklus ketiga ini. Kemudian

peneliti mengajak anggota kelompok melakukan ice breaking untuk

menghangatkan suasana, menjalin hubungan lebih baik, serta

meningkatkan konsentrasi anggota kelompok. Melakukan Ice

breaking yang dinamakan dengan “tembak dor tidak kena” dimana

diberikan agar menimbulkan semangat pada para anggota. Peneliti

menanyakan kesiapan anggota kelompok apakah sudah siap untuk

memulai ke kegiatan inti, dan anggota kelompok menjawab sudah

siap.

b) Tahap peralihan

Peneliti menjelaskan tentang kegiatan bimbingan kelompok yang

akan dilangsungkan. Peneliti mengkondisikan anggota kelompok agar

siap melakukan kegiatan pada hari tersebut.

c) Tahap Inti

Pada tahap ini peneliti kembali menanyakan kesiapan anggota

memasuki tahapan inti. Selanjutnya peneliti mulai menanyakan apa yang

dimaksud dengan perilaku disiplin?. “NS menjawab tepat waktu kak”.


91

“AR menjawab patuh aturan kak”. “CA disiplin itu tertib kak”. “Al tidak

menunda-nunda waktu”. Peneliti menanyakan kepada anggota yang lain

kenapa tidak menjawab ternyata mereka masih tidak terlalu berani

mengungkapkan pendapat mereka. Dan peneliti menjelaskan apa itu

disiplin, disiplin adalah pengendalian diri untuk menaati peraturan yang

ditetapkan oleh diri sendiri atau orang lain, seperti keluarga, lembaga

pendidikan, masyarakat, bangsa, atau agama. Disiplin juga mengacu pada

kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang lain. Peneliti

menanyakan apakah anggota sudah paham dengan apa yang peneliti

sampaikan. Selanjutnya peneliti bertanya menurut kalian disiplin itu apa

saja?. Kebanyakan jawaban yang mereka beri sama yaitu disiplin waktu.

Peneliti lalu menjelaskan bahwa memang benar bahwa disiplin itu disiplin

waktu adalah disiplin waktu adalah seseorang bisa menggunakan waktu

dengan baik dan membaginya. Waktu sangat berharga dan salah satu

kunci sukses adalah penggunaan waktu dengan baik. Ada juga disiplin

ilmu yang dimana disiplin Ilmu adalah biasanya disebut dengan disiplin

akademik. Disiplin selanjutnya ada disiplin pribadi yaitu memberikan

orientasi diri terhadap tujuan yang diinginkan melalui latihan

pengembangan. Oleh karna itu setiap orang memiliki kepribadian dan

perilaku yang berbeda. Peneliti menanyakan tujuan dari sikap disiplin?.

“FR menjawab agar selalu patuh aturan kak”. “CA biar tidak tepat waktu

masuk sekolah dan mengerjakan tugas”. Peneliti membarikan apresiasi

untuk anak yang menjawab. Peneliti menjelaskan bahwa tujuan disiplin


92

ini adalah pengembangan pengembangan diri dan pengendalian diri

tanpa campur tangan atau kendali dari luar. Peneliti meminta anggota

menyebutkan contoh dari disiplin. “AL masuk sekolah”. “AS memakai

seragam sesuai ketentuan”. AR membuat surat izin tidak masuk kak”. CA

sopan kepada guru,teman,dan warga sekolah”. FR belajar dengan tekun”

FG membuang sampah pada tempatnya”. IR membayar iyuran sekolah”

JS piket kelas”. FK tidak membolos sekolah kak”. NS tidak ribut jikalau

jam kosong”. Peneliti memberikan apresiasi untuk mereka yang

memberikan pendapat. Setelah itu peneliti mencontohkan perilaku

disiplin yang bisa di contoh untuk anggota dan untuk mereka tirukan

sehingga dapat menimbulkan perilaku baru yang bisa merubah tingkah

laku mereka.

d) Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran peneliti meminta anggota kelompok untuk

menyimpulkan apa saja yang mereka dapat dari awal hingga menjelang

bimbingan kelompok selesai, setelah itu peneliti menyimpulkan

kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Setelah menyampaikan

kesimpulan peneliti menutup dengan salam.

Tabel 4. 14 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok


Tindakan I

No Nama Siswa F Persentase Kategori

1 AL 5 100% Sangat tinggi


2 AS 4 80% Tinggi
3 AR 3 60% Sedang
93

4 CA 4 80% Tinggi
5 FR 4 80% Tinggi
6 FG 4 80% Tinggi
7 IR 4 80% Tinggi
8 JS 4 80% Tinggi
9 FK 3 60% Sedang
10 NS 4 80% Tinggi
Jumlah rata-rata 39 78% Tinggi

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, terlihat bahwa terjadi

peningkatan sikap siswa yang ditunjukkan oleh naiknya persentase

dari beberapa orang siswa setelah melakukan bimbingan kelompok

pada Tindakan pertama di siklus ketiga. Yang telah banyak

mengalami peningkatan sudah mengerti cara dan tujuan bimbingan

kelompok. Dan hamper semua anggota sudah aktif dalam

menyampaikan pendapat mereka. Sehingga persentase yang

ditunjukkan sudah 78% sehingga sudah hamper sesuai dengan

pelaksanaan bimbingan kelpmpok.

2) Tindakan II

Hari/Tanggal/Pukul: Rabu,30 November 2022

Tempat : Perpustakaan SMAN 6 Kota Jambi

Pelaksana : Hizatul Amnah

Observer : Guru BK (Elfrida Sinaga S.Pd)

Jumlah siswa : 10 siswa


94

Tabel 4.16 Skenario Bimbingan kelompok Tindakan II pada Siklus III

No Tahapan Kegiatan

1 Tahapan 1. Peneliti membuka Tindakan dengan


salam
Pembentukan
2. Peneliti mengajak anggota kelompok
untuk beroda
3. Peneliti menjelaskan tujuan bimbingan
kelompok yang akan dilaksanakan
4. Peneliti menjelaskan asas-asas dalam
bimbingan kelompok
2 Tahap Peralihan 1. Peneliti menjelaskan tentang kegiatan
bimbingan kelompok
2. Peneliti menjelaskab tugas dan peranan
anggota kelompok pada saat bimbingan
berlangsung
3. Peneliti menanyakan kesepakatan dan
kesiapan anggota kelompok untuk
memasuki tahap kegiatan
3 Kegiatan inti 1. Peneliti memberikan tema yang akan
dibahas pada BKP
2. Peneliti memberikan pertanyaan kepada
anggota kelompok dengan tujuan dapat
melihat sejauh mana pengetahuan
anggota kelompok dengan materi yang
akan dibawakan.
3. Peneliti mengajak para anggota untuk
berdiskusi mengenai perilaku disiplin.
4. Setelah selesai pembahasan peneliti
menjelaskan teknik Live Modeling
4 Pengakhiran 1. Menjelaskan bahwa kegiatan akan segera
berakhir
2.Menyimpulkan kembali hasil pembahasan
3.Mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan
95

-Pemahaman siswa
-Kesan siswa
Menutup dengan doa
Mengucapkan salam

a) Tahap Pembukaan

Seperti halnya pelaksanaan layanan bimbingan kelompok

pada siklus pertama dan kedua, pada siklus ketiga ini peneliti memulai

layanan dengan mengucapkan salam,doa dan memberikan pertayaan

terbuka guna membina susasana yang hangat dan memberikan

apresiasi kepada anggota kelompok karena sudah bersedia mengikuti

layanan bimbingan kelompok pada siklus ketiga ini. Peneliti

menanyakan kesiapan anggota kelompok apakah sudah siap untuk

memulai ke kegiatan inti, dan anggota kelompok menjawab sudah

siap.

b) Tahap Peralihan

Peneliti menjelaskan tentang kegiatan bimbingan kelompok

yang akan dilangsungkan. Peneliti mengkondisikan anggota

kelompok agar siap melakukan kegiatan pada hari tersebut.

c) Tahap Inti

Peneliti menyampaikan bahwa pada Tindakan kali ini sama

dengan Tindakan sebelumnya yaitu membahas topik terlebih

dahulu mengenai perilaku “disiplin jauhi perilaku bolos”.

Peneliti mulai mengajukan pertanyaan apa itu disiplin?. “CA

menjawab sikap menghormati, menghargai, tunduk pada


96

peraturan yang berlaku baik, secara tertulis dan tidak tertulis’.

“AS menjawab perilaku seseorang dengan cara yang terbiasa

melakukan sesuatu”. “FR mejawab pengendalian diri atas

ketaatan terhadap aturan”. “NS menjawab sikap konsisten dalam

melakukan sesuatu”. “JS menjawab tidak menolak sanksi

apabila terjadi pelanggaran terhadap kewajiban dan wewenang

yang diberikan”. “IR menjawab sikap yang dapat bertindak dan

bertindak atas dasar kode etik tertentu”. Peneliti menjelaskan

kesimpulan yang bisa di tarik dari pendapat para anggota kita

dapat menarik kesimpulan. Disiplin adalah sikap rela

sepenuhnya untuk menaati segala aturan dan norma yang ada

dalam pelaksanaan tugas sebagai bentuk tanggung jawab apa

pun. Bagaimanapun, sikap disiplin adalah tertanam pada prinsip

seseorang. Itu artinya sikap disiplin bisa dipelajari dan bukan hal

naluriah yang begitu saja didapatkan. Orang sukses tidak lepas

dari kedisiplinan karena kedisiplinan merupakan salah satu sikap

yang harus dimiliki orang agar bisa sukses. Namun, hal ini

diabaikan oleh banyak orang. Kemalasan adalah salah satu

penyebab orang menggunakan disiplin diri. Meski demikian,

sikap disiplin itu tidak mengenal usia. Setiap orang

diperbolehkan untuk memulai, dan disiplin harus dimulai sejak

dini agar dapat melakukan hal-hal baik di masa depan. Peneliti

menjelaskan contoh agar menumbuhkan rasa disiplin yang ada


97

pada diri. Pertama niat Semuanya dimulai dengan sengaja. Agar

kita menjadi orang sukses, kita perlu menyadari bahwa kita

melakukan apa yang kita butuhkan disiplin. Yang penting

niatnya harus tulus dan kuat. Yang kedua jangan meremehkan

sesuatu, bahkan hal sekecil apa pun. Anggap saja semuanya

penting. Hal ini bahkan lebih penting bahwa disiplin

menunjukkan dirinya. Namun, banyak yang malas untuk

melatih hal-hal tertentu dan menganggapnya sebagai angin kecil

yang lewat secara alami dan ceroboh misalkan kalau kita dapat

tugas dari guru langsung dikerjakan dan jangan menunda-nunda

dengan berpikiran “ah nanti saja kan masih banyak waktu

sampai tugas akan dikumpulkan”. Yang ketiga pikiran dan

kesadaran diri. Yang selanjutnya komitmen, Paling tidak, kita

harus berkonsentrasi pada segala hal dalam hidup ini. Seperti

halnya disiplin, komitmen juga dapat membakar semangat kita

untuk bersikap disiplin tanpa ragu-ragu. Hal ini untuk

memastikan bahwa kedisiplinan yang telah kita bangun tidak

berkurang atau hilang jika terjadi masalah besar. Dan yang

terakhir ada latihan yaitu ada pepatah mengatakan “Ala bisa

karena biasa” Tentu saja, ini menyiratkan apa yang kita lakukan.

Jadi sikap disiplin itu bisa diciptakan dengan mulai belajar

sedikit demi sedikit dan berlatih dari hal- hal yang kecil terlebih

dahulu.
98

Peneliti mencotohkan perilaku disiplin peneliti ketika masih

sekolah. Yang diaman peneliti mencontohkan bagaiman hari

yang dijalani oleh peneliti berjalan dengan sesuai jadwal yang

telah di atur oleh peneliti agar menjadi disiplin.peneliti membuat

kegiatan terjadwal dari mulai bangun sampai mau tidur lagi dan

semua itu dilakukan setiap hari agar terbiasa dan tidak ada lagi

rasa terpaksa dalam melakukam kegiatan sehari-hari.

Tabel 4. 15 Jadwal Keseharian Kegiatan

No. Jam Kegiatan

1 04.30 Bangun tidur

2 04.30-05.00 Sholat subuh

3 06.00-06.30 Belajar setelah subuh

4 06.30-07.00 Siap untuk keperluan sekolah dan mandi

5 07.00 Pergi berangkat sekolah

6 07.00-12.00 Sekolah pondok

7 12.00-12.30 Istirahat dan sholat

8 12.30-13.00 Lanjut sekolah Umun SMA

9 13.00-17.30 Sekolah

10 17.30-18.00 Pulang sekolah dan mandi


99

11 18.00-19.00 Sholat berjama’ah di masjid

12 19.30 Sholat isya berjama’ah

13 20.00-22.00 Kegiatan belajar

14 22.00- 22.30 Hapalan pelajaran

15 23.00 Harus tidur

16 03.00 Tahajjud

Jadwal yang dibuat harus konsisten dilakukan agar terbiasa

dan menjadi bisa awalnya memang agak sulit untuk dilakukan tetapi

jika di jalani dengan iklhas maka akan menimbulkan perilaku yang

disiplin dengan sendiri nya dengan ada nya pembuatan jadwal bisa

merubah kebiasaan perilaku bolos dan peneliti mengharapkan anggota

bisa mengikuti apa yang peneliti contohkan untuk mereka.

d) Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran peneliti meminta anggota kelompok

untuk menyimpulkan apa saja yang mereka dapat dari awal

hingga menjelang bimbingan kelompok selesai, setelah itu

peneliti menyimpulkan kegiatan bimbingan kelompok tersebut.

Setelah menyampaikan kesimpulan peneliti menutup dengan

salam.
100

Tabel 4. 16 Persentase Hasil Observasi Sikap Anggota Kelompok


Tindakan II

No Nama Siswa F Persentase Kategori

1 AL 5 100% Sangat tinggi


2 AS 5 100% Sangat tinggi
3 AR 4 80% Tinggi
4 CA 5 100% Sangat tinggi
5 FR 5 100% Sangat tinggi
6 FG 5 100% Sangat tinggi
7 IR 4 80% Tinggi
8 JS 4 80% Tinggi
9 FK 5 100% Sangat tinggi
10 NS 5 100% Sangat tinggi
Jumlah rata-rata 47 94% Sangat tinggi

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, terlihat bahwa terjadi

peningkatan sikap siswa yang ditunjukkan oleh naiknya persentase

dari beberapa orang siswa setelah melakukan bimbingan kelompok

pada Tindakan kedua di siklus ketiga. Yang telah banyak mengalami

peningkatan sudah mengerti cara dan tujuan bimbingan kelompok.

Dan sudah semua anggota sudah aktif dalam menyampaikan

pendapat mereka. Sehingga persentase yang ditunjukkan sudah 94%

sehingga sudah sesuai dengan pelaksanaan bimbingan kelpmpok.

c. Evaluasi Siklus III

Melalui hasil observasi yang diisi oleh kolabolator yang akan

digunakan untuk penilaian proses terhadap pelaksanaan tindakan

yang dilaksanakan peneliti, dengan tujuan untuk mengetahui

kekurangan atau hal yang belum maksimal dilakukan saat


101

pelaksanaan penelitian tindakan layanan. Hasil observasi tersebut

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 17 Hasil observasi proses pelaksanaan siklus III


No. Tahap Bimbingan Kelompok Nilai Keterangan

PERENCANAAN

1. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyiapkan rencana pelaksanaan
layanan (RPL).

2. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyiapkan materi yang akan
disampaikan saat melaksanakan
layanan.

3. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menetapkan sasaran kegiatan
pemberian layanan.

4. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


menyiapkan bahan dan sumber bahan
untuk kelompok tugas.

PELAKSANAAN

Fase 1 : Pembentukan

5. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyiapkan waktu dan tempat
pelaksanaan layanan.

6. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menerima anggota kelompok dengan
terbuka dan mengucapkan terima kasih

7. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


membuka kegiatan dengan salam,
berdo’a dan dilanjutkan dengan
memperkenalkan diri.

8. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menyampaikan pengertian, tujuan dan
kegiatan kelompok dalam rangka
bimbingan kelompok.
102

9. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menjelaskan asas dan cara pelaksanaan
bimbingan kelompok.

PELAKSANAAN

Fase 2 : Peralihan

10. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menanyakan kesiapan siswa sebelum
memulai kegiatan layanan dan
memberikan kesempatan bertanya jika
masih ada siswa yang belum
memahami tugas dan tanggung jawab
dalam melakukan kegiatan.

11. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


memberikan penjelasan kembali secara
singkat tentang tugas dan tanggung
jawab anggota kelompok.

12. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Tidak tepat


melaksanakan permainan untuk
pengakraban dan supaya semangat
dalam melaksanakan kegiatan.

PELAKSANAAN

Fase 3 : Kegiatan inti

13. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


mengungkapkan topik atau
permasalahan yang akan dibahas.

14. Membahas topik dengan melakukan 2 Kurang tepat


tanya jawab dengan anggota kelompok.

15. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


membahas topik secara mendalam dan
tuntas.

16. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


melaksanakan kegiatan selingan untuk
menghilangkan kejenuhan anggota
kelompok.

17. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


melaksanakan teknik yaitu teknik Live
Modeling (model langsung).
103

18. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menjelaskan mengenai tekni Live
Modeling.

19. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


memberikan contoh langsung mengenai
perilaku kenakalan remaja

21. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 2 Kurang tepat


memperhatikan anggota kelompok
ketika memberikan teknik Live
Modeling

22. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 sangat tepat


memberikan apresiasi untuk anggota
kelompok yang bermain peran.

PELAKSANAAN

Fase 4 : Penyimpulan

23. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


meminta anggota mengungkapkan
kesan dan hasil kegiatan.

24. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


meminta anggota menyiapkan
kesimpulan dan komitmen.

PELAKSANAAN

Fase 5 : penutup

25. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


memberitahukan bahwa kegiatan akan
berakhir.

26. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 sangat tepat


mengungkapkan hasil, pesan dan
harapan.

27. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


membahas kegiatan lanjutan.

EVALUASI

28. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


mengamati pastisipasi dan aktivitas
anggota kelompok selama kegiatan.

29. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menanyakan pemahaman anggota
kelompok.
104

30. Peneliti sebagai pemimpin kelompok 3 Sangat tepat


menanyakan manfaat yang didapat
anggota kelompok,

Jumlah 84 Tepat

Rata-rata 2,8

Keterangan: (1) Tidak tepat, (2) Kurang tepat, (3) Sangat tepat

Berdasarkan table hasil observasi diatas didapat nilai rata-rata 2,8.

Proses tindakan mencapai 80 % berjalan baik, sedangkan hasil dari tindakan

mencapai 84% dimana masih terdapat langkah yang dinilai kurang tepat

oleh kolaborator. Secara garis besar pelaksanaan konseling pada siklus

ketiga ini sudah baik namun masih belum apat dikatakan sempurna. Pada

siklus ketiga ini sudah terlaksana dengan baik dinamika kelompok, klien

mengemukakan pendapatnya dengan baik. Peneliti sudah berusaha untuk

melaksanakan siklus ini dengan baik.

Tabel 4. 18 Kriteria Keberhasilan siklus III

Pernyataan Frekunsi Presentase Kualitas

1 5 100% Sangat baik

2 4 80% Sangat baik

3 5 100% Sangat baik

4 5 100% Sangat baik

5 4 80% Sangat baik

6 5 100% Sangat baik


105

Jumalah 28 93% Sangat baik

Berdasarkan hasil yang diamati oleh observer, tingkat kehadiran

siswa pada siklus 3 ini setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok

dengan teknik live meodling yaitu 93% sudah bisa dikatakan berhasil

dan kriteria keberhasilan peneilti adalah 80% dan itu sudah mencapai

kriteria keberhasilan yang ingin di capai oleh peneliti dan hasil siklus 3

bisa dikatakan berhasil.

d. Refleksi Siklus III

Berdasarkan pelaksanaan dan evaluasi dari hasil siklus III

hasilnya sudah mencapai kategori “Tinggi”. Didalam kegiatan siswa

sudah terlihat serius dalam mengikuti layanan. Setelah pengkajian

ulang karena peneliti sudah merasa puas dengan kegiatan pada siklus

ini, maka kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik live

modeling untuk selanjutnya dihentikan. Hal tersebut disebabkan

karena peneliti menerapkan refleksi siklus I dan Siklus II pada

pelaksanaan siklus III. Dan anggota kelompok sudah

memperlihatkan menurunnya perilaku bolos yang dimiliki.


106

Tabel 4. 19 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Angota Kelompok

NO Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Inisial Tindakan1 Tindakan 2 Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 1 Tindakan 2

F % F % F % F % F % F %

1. AL 2 40% 2 40% 3 60% 4 80% 5 100% 5 100%

2 AS 1 20% 2 40% 2 40% 3 60% 4 80% 5 100%

3 AR 2 40% 3 60% 3 60% 3 60% 3 60% 4 80%

4 CA 2 40% 3 60% 3 60% 4 80& 4 80% 5 100%

5 FR 1 20% 2 40% 3 60% 4 80% 4 80% 5 100%

6 FG 1 20% 2 40% 2 40% 3 60% 4 80% 5 100%

7 IR 1 20% 1 20% 2 40% 3 60% 4 80% 4 80%

8 JS 1 20% 1 20% 2 40% 3 60% 4 80% 4 80%

9 FK 1 20% 2 40% 3 60% 3 60% 3 60% 5 100%

10 NS 2 40% 3 60% 3 60% 4 80% 4 80% 5 1005

Rata – rata 12 24% 21 42% 26 52% 34 68% 39 78% 47 94%


107

Tabel 4. 20 Rekapitulasi Kriteria Keberhasilan Siklus

Kriteria Kriteria keberhasilan Kriteria keberhasilan

No keberhasilan 1 1 1
Pernyataan
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

F % F % F %

1 1 1 20% 4 80% 5 100%

2 2 2 40% 4 80% 4 80%

3 3 2 40% 4 80% 5 100%

4 4 2 40% 4 80% 5 100%

5 5 3 60% 2 40% 4 80%

6 6 3 60% 3 60% 5 100%

Jumlah 13 43,3% 21 70% 28 93


108

A. Gambaran Umum
Tabel 4. 21 Subjek Penelitian

No Nama Siswa Kode Siswa


1 AL XI IPS 1
2 AS XI IPS 1
3 AR XI IPS 1
4 CA XI IPS 1
5 FR XI IPS 1
6 FG XI IPS 1
7 IR XI IPS 1
8 JS XI IPS 1
9 FK XI IPS 1
10 NS XI IPS 1

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI IPS

1 SMA Negeri 6 Kota Jambi, terdapat 10 orang siswa yang tergolong

kedalam siswa yang memiliki kenakalan remaja perilaku bolos. Adapun

kriterianya yaitu dilihat dari kriteria a) Sering meninggalkan kelas dalam

jam belajar b) Sering berkumpul dengan teman geng c) Tidak mengirim

surat izin kalau tidak masuk d) Meminta izin keluar pada jam pelajaran

tertentu e) Meninggal kan sekolah pada pelajaran tertentu tanpa ijin dan

tidak kembali kesekolah. Dalam penelitian ini untuk mengurangi perilaku

bolos , peneliti menerapkan teknik Live Modeling pada pelaksanaan layanan

bimbingan kelompok.
109

Layanan bimbingan kelompok adalah salah satu alternatif untuk

mengurangi perilaku bolos siswa sesuai dengan tujuan layanan bimbingan

kelompok itu sendiri yaitu mangatur kehidupan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang peneliti lakukan

bersama kolabolator yaitu terjadi pengurangan terhadap kenakalan remaja

perilaku bolos pada siswa. Pada awalnya siswa melakukan sering bolos,

setelah diselenggarakan bimbingan kelompok dengan Live Modeling siswa

terlihat sudah mulai memperlihatkan sikap atau perilaku yang displin dalam

belajar, hal tersebut disebabkan siswa memahami apa yang telah peneliti

jelaskan selama bimbingan kelompok.

Hal tersebut dibuktikan dengan data observasi yang di isi oleh guru

BK , dimana hasil observasi menunjukkan adanya pengurangan perilaku

bolos siswa. Observasi yang dilakukan pada siklus I hanya memperoleh

43% dengan kekurangan yang sudah di jelaskan di atas. Untuk memperbaiki

kekurangan pada siklus pertama (I) peneliti mengadakan siklus kedua (II)

dengan hasil yang sedikit lebih memuaskan dibandingkan siklus pertama

dimana tingkat perilaku bolos menurun sebanyak 70%, namun masih ada

kekurangan yang perlu diperbaiki seperti yang telah dijelaskan pada

sebelumnya. Dan Siklus ketiga (III) dilakukan untuk memperbaiki siklus

pertama dan kedua. Dimana peneliti hanya perlu memperbaiki sedikit saja

dari siklus dua, pada siklus tiga hasil observasi yang dilakukan oleh guru
110

BK, perilaku bolos siswa berkurang sebanyak 93% sesuai dengan

persentase yang diharapkan oleh peneliti.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Penelitian ini yang berjudul “Upaya Mengurangi Kenakalan Remaja

Perilaku Bolos Melalui Penerepan Teknik Live Modeling Dalam Layanan

Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XI IPS 1 Sman 6 Kota Jambi”.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka secara umum

disimpulkan bahwa dengan pemberian layanan bimbingan kelompok

dengan teknik Live Modeling dapat mengurangi perilaku perilaku bolos

siswa di kelas XI IPS 1 SMAN 6 Kota Jambi. Menurunnya perilaku bolos

siswa tersebut dapat dilihat dari hasil observasi pada setiap siklus dan

terlihat dari absensi kehadiran siswa dikelas sudah tidak melakukan bolos.

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan 3 siklus berdasarkan dari hasil

yang didapat setelah melaksanakan penelitian dengan menerapkan Teknik

Live Modeling sebanyak tiga kali siklus enam kali tindakan, dapat dilihat

bahwa pelaksanaan siklus I tindakan pertama memperoleh nilai keaktifan

anggota kelompok sebesar 24% dimana masih jauh dari keaktifan,

kemudian siklus I tindakan kedua hasil nilai rata-rata dari proses

pelaksanaan sebesar 2,1 atau 72% berjalan cukup baik, rata-rata nilai

keaktifan anggota kelompok pada tindakan kedua sebesar 42% dan

berdasarkan hasil observasi dari kolabolator presentase kriteria keberhasilan

siswa yaitu sebesar 43,4 % dimana masih jauh dari kriteria keberhasilan.

111
112

Pelaksanaan siklus II tindakan pertama memperoleh nilai keaktifan

anggota kelompok sebesar 52% dimana masih jauh dari keaktifan,

kemudian siklus II tindakan kedua hasil nilai rata-rata dari proses

pelaksanaan sebesar 2,4 atau 75% berjalan cukup baik, rata-rata nilai

keaktifan anggota kelompok pada siklus tindakan II sebesar 68% anggota

sudah mulai aktif dalam kegiatan dan berdasarkan hasil observasi dari

kolabolator presentase kriteria keberhasilan siswa yaitu sebesar 70 %

dimana hampir mencapai dari kriteria keberhasilan.

Pelaksanaan siklus III tindakan pertama memperoleh nilai keaktifan

anggota kelompok sebesar 78% dimana siswa sudah aktif dalam kegiatan

kelompok, kemudian siklus III tindakan kedua hasil nilai rata-rata dari

proses pelaksanaan sebesar 2,8 atau 80% berjalan baik, rata-rata nilai

keaktifan anggota kelompok pada tindakan ke II sebesar 94% dan

berdasarkan hasil observasi dari kolabolator presentase kriteria keberhasilan

siswa yaitu sebesar 93% sudah bisa dikatakan berhasil dan kriteria

keberhasilan peneilti adalah 80% dan itu sudah mencapai kriteria

keberhasilan yang ingin di capai oleh peneliti dan hasil siklus 3 bisa

dikatakan berhasil.

Maka dari hasil melaksanakan tiga siklus, peneliti menyimpulkan

penerapan teknik Live Modeling mampu mengurangi perilaku bolos siswa.

Pada penelitian ini siklus yang dikategorikan memperoleh hasil yang baik

yaitu pada siklus ke III. Hasil observasi juga mendukung bahwa dalam

siklus ketiga ini angota kelompok yang telah mampu memahami dan dapat
113

mengurangi kenakalan remaja perilaku bolos siswa. Dan anggota kelompok

mampu menjalankan tugasnya dengan baik saat menjadi anggota bimbingan

kelompok. Dan kesimpulan secara menyeluruh bahwa teknik Live Modeling

dalam bimbingan kelompok efektif membantu siswa dalam mengurangi

kenakalan remaja perilaku bolos pada siswa kelas XI IPS 1 SMAN 6 Kota

Jambi.

B. SARAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang disampaikan,

Adapun saran untuk pihak-pihak terkait antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Siswa yang telah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok

dengan teknik Live Modeling untuk mengurangi kenakalan remaja

prilaku bolos siswa diharapkan tetap disiplin dengan perilaku baru

yang timbul setelah melakukan bimbungan kelompok.

2. Bagi Sekolah

Bagi sekolah lebih mendukung setiap kegiatan bimbingan dan

konseling di sekolah karena pelaksanaan kegiatan tersebut

diharapkan dapat membantu siswa untuk keluar dari permasalahan

yang ada di sekolah.

3. Bagi Guru Bk

Bagi guru bimbingan dan konseling agar dapat ini diterapkan

sebagai salah satu bentuk bantuan bagi para siswa yang tengah

memerlukan bantuan yang tanpa di sadari permasalahan ini sering


114

terjadi pada peserta didik. Untuk menerapkan teknik Live Modeling

agar mengurangi perilaku bolos melalui layanan bimbingan

kelompok.

4. Bagi peneliti

Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan dasar penelitian lanjutan

dengan memvariasikan variabel tentang penerapan teknik ini untuk

memperkaya keilmuan bimbingan dan konseling.

C. IMPLIKASI
Berdasarkan temuan hasil penelitian mengenai upaya mengurangi

perilaku bolos siswa melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik

Live Modeling. Peneliti menemukan bahwa ada perubahan yang dialami

oleh anggota bimbingan kelompok setelah dilaksanakan bimbingan

kelompok dengan teknik Live Modeling selama 3 siklus. Dilihat

berdasarkan hasil penelitian, dimana hasil observasi yang diberikan

sebelum melakukan siklus I dan sesudah melakukan siklus III mengalami

perubahan ke arah yang lebih baik. Dan hasil observasi yang dilakukan oleh

guru BK langsung dan hasil yang menunjukan adanya perubahan ke arah

yang lebih positif. Guru bimbingan konseling bisa menggunakan layanan

bimbingan kelompok untuk mengurangi kenakalan remaja perilaku bolos

dalam program tahunan agar semua siswa tidak memiliki permasalahan

kehadiran yang dimana sangat membuat masalah bagi siswa maupun

sekolah.
115

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah, Hamzah, Farial (2018). Layanan Bimbingan kelompok dengan Teknik


Self. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Arifiyani, Nurul. 2015. Penanggulangan Kenakalan Remaja Menurut Konsep
Kartini Kartono ditinjau dari Perspektif Pendidikan islam. Skripsi.
Semarang: Program Pasca Sarjana UNW.
Abimanyu, Soli; Manrihu, Thayeb. (1996). Tehnik Dan Laboratorium Konseling.
Anjaswarni, Dkk. 2019. Deteksi Dini Potensi Kenakalan Remaja dan Solusi “save
remaja milenial”. Sidoarjo:Zifatama Jawara.
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
Damayanti Anisa, F., & Setiawati, D., “Studi Tentang Perilaku Membolos Pada
Siswa SMA Swasta di Surabaya”,no.1 (2013): 454-461.
Fauzan, Lutfi. 2012. Teknik Modeling dalam Konseling. Modeling dalam
Konseling.https://lutfifauzan.wordpress.c om/2009/12/23/teknikModeling.
Faizah Noer Laela, 2017. Bimbingan Konseling Keluarga dan Remaja.
Surabaya:UIN Sunan Ampel
Gunarsa,Singgih dan Ny. Y. Singgih, (2006). Psikologi Untuk Membimbing.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hallen, A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching
Ita Rosita, “Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Dengan Teknik Modeling”, no.2 (2014), Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas: Pekalongan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Kartono, Kartini. 2010. Phatologi Sosial Kenakalan Remaja. Kencana : Jakarta.
Kartono, Kartini. 1987. Kamus Psikologi. Bandung. CV. Pionir Jaya
Kartono, Kartini. (1991). Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang bermasalah.
Jakarta: Rajawali Press
Lufita, Selvi. 2021. Pengaruh teknik Modeling simbolik dalam mengurangi
kenakalan remaja kelas XI Iis di SMAN 5 Merangin. Skripsi.
Jambi:Universitas Jambi
Management Untuk Mengurangi Perilaku Siswa Membolos Di SMPN 29
Banjarmasin Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur :
Berbeda, Bermakna, Mulia. 4(1).
116

Masri, Subekti. 2016. Bimbingan Konseling : Teori dan Prosedural. Angkasa


Timur : Bandung.
Musfah, Jejen. 2017. Manajemen Pendidikan. Jakarta. Kencana.
Sahril, Dkk. 2017. Peran Teknik Modeling dalam Menanggulangi Kenakalan
Siswa di SMAN 5 Palopo.Skripsi Palopo:Universitas Muhammadiyah
Palopo
Sarwono, S. W. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.
Sudarsono. 2012. Kenakalan Remaja. PT Rineka Cipta : Jakarta
Sukron, Muhammad. 2017. Hubungan teman sebaya dengan kenakalan remaja
di SMAN 8 Kota Jambi. Skripsi. Jambi:Universitas Jambi
Sutja, A. 2016. Teori dan Aplikasi Konseling, dari Psikoanalisa Sampai Gestalt.
Yogyakarta : Penerbit WR.
Sutja , A. dkk. 2017. Penulisan Skripsi untuk Prodi Bimbingan dan konseling.
Yogyakarta: Penerbit WR.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Jakarta:Depdiknas.
Prasetio, Danu. 2017. Identifikasi factor-faktor penyebab kenakalan remaja pada
siswa kelas VIII di SMPN 25 Kota Jambi. Skripsi. Jambi:Universitas
Jambi.
Prayitno, Afdal, Ifdil, dan Zadrian Ardi. 2017. Layanan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok yang berhasil(Dasar dan Profil). Bogor: Ghaila
indonesia
Prayitno, 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Dan Konseling Kelompok.
Padang: Universitas Negeri Padang.
Prayitno. 2004. Seri layanan konseling. Padang.
Prayitno., & Amti, E. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.
Rineka Cipta.
Rasimin., M.H. 2017. Bimbingan dan Bimbingan kelompok. Jambi: Bumi Aksara.
Rasimin & M. Hamdi, 2018. Bimbingan dan Bimbingan kelompok. Jakarta. PT
Bumi Aksara.
Ririn Noprianti, Hengki Yandri, Dosi Juliawati, “Perilaku Membolos Siswa
Menengah Atas di Era Revolusi Industri 4.0”, No.1 (2017):115-215.
117

Lampiran 1 Pedoman Wawancara


Nama Responden :

Jabatan :

Pengantar

1. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mendapatkan infomasi

mengenai perilaku bolos peserta didik.

2. Wawancara diadakan ketika responden sedang memiliki waktu

luang. Peneliti mengadakan wawancara berkaitan dengan kehadiran

peserta didik.

A. Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana kehadiran peserta didik kelas XI IPS I secara umum di

SMA Negeri 6 Kota Jambi?

2. Apa saja pelanggaran yang sering dilakukan peserta didik di kelas

XI IPS I secara umum di SMA Negeri 6 Kota Jambi?

3. Apakah peraturan/tata tertib sekolah berjalan dengan bagaimana

semestinya?

4. Apakah pada kelas kelas XI IPS I memiliki perilaku bolos tinggi?

5. Biasanya apa yang menjadi penyebab mereka melakukan bolos?

6. Bagaimana tanggapan Ibu apabila ada peserta didik yang melanggar

tata tertib Sekolah dan melakukan perilaku bolos tersebut?

7. Hukuman atau konsekuensi apakah yang diberikan oleh sekolah

untuk peserta didik? yang melanggar peraturan di sekolah?


118

8. Usaha-usaha apa saja yang guru bimbingan dan konseling lakukan

untuk mengatasi pada maslah peserta didik berupa bolos tersebut?

9. Sejauh mana ketercapaian/kefektifan usaha yang dilakukan oleh

sekolah dalam mengatasi masalah ketidak hadiran peserta didik

tersebut?

10. Apakah sebelumnya guru bimbingan dan konseling sudah pernah

menerapkan bimbingan kelompok dengan teknik Live Modeling

untuk mengurangi perilaku bolos kelas XI IPS I di SMA Negeri 6

Kota Jambi?
119

Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)


BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER GENAPA TAHUN PELAJARAN 2022/2023

A Komponen Layanan Bimbingan Kelompok


B Bidang Layanan Pribadi
C Topik / Tema Layanan Kenakalan Remaja Perilaku Bolos
D Fungsi Layanan Pemahaman
E Tujuan Umum Peserta didik/konseli dapat mengetahui bentuk atau jenis
kenakalan remaja, dampak terhadap pribadi dan lingkungan
serta berusaha untuk menghindarinya
F Tujuan Khusus Peserta didik/konseli dapat memahami pengertian kenakalan
remaja
Peserta didik/konseli dapat memahami jenis-jenis dan sebab
kenakalan remaja
Peserta didik/konseli dapat memahami akibat yang
ditimbulkan oleh perilaku kenakalan remaja
G Sasaran Layanan Kelas 11 IPS 1
H Materi Layanan Pengertian kenakalan remaja perililaku bolos
Jenis-jenis dan sebab kenakalan remaja
Akibat yang ditimbulkan oleh bolos
I Waktu 2 Kali Tindakan x 45 Menit
J Sumber Materi
K Metode/Teknik Live Modeling
L Media / Alat -
M Pelaksanaan
1. Tahap Awal /Pedahuluan
a. Pernyataan Tujuan 1. Peneliti membuka dengan salam dan berdoa
2. Membina hubungan baik dengan peserta didik
(menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking)
3. Menyampaikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai
b. Penjelasan tentang 1. Memberikan langkah-langkah kegiatan, tugas dan
langkah-langkah tanggung jawab peserta didik
kegiatan 2. Kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini kita akan
melakukan kegiatan selama 1 jam pelayanan, kita sepakat
akan melakukan dengan baik.
c. Mengarahkan Peneliti memberikan penejelasan tentang topik yang akan
kegiatan (konsolidasi) dibicarakan
d. Tahap peralihan Peneliti menanyakan kesiapan peserta didik melaksanakan
( Transisi) kegiatan, dan memulai ke tahap inti
2. Tahap Inti
Kegiatan peserta didik Melakukan Brainstorming/curah pendapat
120

Kegiatan Guru Memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan


BK/Konselor dilakukan secara operasional dan menanyakan kepada peserta
didik/konseli tentang kegiatan yang akan dilakukannya.
Menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan bimbingan.
Apabila menggunakan teknik yang sudah dipilih maka,
peneliti menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas dan
tanggung jawab siswa.
Mengajak peserta didik untuk brainstorming/curah pendapat
Mengevaluasi hasil diskusi peserta didik
Membuat catatan-catatan observasi selama proses layanan
Mengemukakan intstruksi-instruksi tentang Live Modeling
Menggunakan penejelasan khusus yang terkait penggunaan
teknik Live Modeling
3. Tahap Penutup Peserta didik menyimpulkan hasil kegiatan
Peserta didik merefleksi kegiatan dengan mengungkapkan
kemanfaatan dan kebermaknaan kegiatan secara lisan
Peneliti memberi penguatan dan rencana tindak lanjut
Peneliti menutup kegiatan layanan dengan mengajak peserta
didik bersyukur/berdoa dan mengakhiri dengan salam
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses Peneliti melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses
yang terjadi :
1. Melakukan Refleksi hasil, setiap peserta didik menuliskan
di kertas yang sudah disiapkan.
2. Mengamati sikap atau atusias peserta didik dalam
mengikuti kegiatan
3. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan
pendapat atau bertanya
4. Mengamati cara peserta didik dalam memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan peneliti
2. Evaluasi Hasil Evaluasi dengan instrumen yang sudah disiapkan, antara lain :
1. Evaluasi tentang suasana Tindakan
2. Evaluasi terhadap topik yang dibahas
3. Evaluasi terhadap cara peneliti dalam menyampaikan
materi
4. Evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti
Menghormati, Mahasiswa Penelitian
Guru BK,

Elfrida Sinaga, S.Pd. Hizatul Amnah


NIP. A1E118026
121

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)


BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER GENAPA TAHUN PELAJARAN 2022/2023

A Komponen Layanan Bimbingan Kelompok


B Bidang Layanan Pribadi
C Topik / Tema Layanan Bolos itu merugikan lo!
D Fungsi Layanan Pemahaman
E Tujuan Umum Peserta didik/konseli dapat mengetahui bentuk atau jenis
perilaku bolos, dampak terhadap pribadi dan lingkungan jika
terus menerus melakukan bolos.
F Tujuan Khusus Peserta didik/konseli dapat memahami perilaku bolos
Peserta didik/konseli dapat memahami jenis-jenis dan sebab
kenapa mereka melakukan bolos dan merubah perilaku
negatif tersebut agar tidak dilakukan lagi.
Peserta didik/konseli dapat memahami akibat yang
ditimbulkan oleh perilaku bolos yang dapat merusak nilia
akademis mereka dan masa depan mereka.
G Sasaran Layanan Kelas 11 IPS 1
H Materi Layanan Pengertian kenakalan remaja perililaku bolos
Jenis-jenis dan sebab bolos yang dilakukan
Akibat yang ditimbulkan oleh bolos
I Waktu 2 Kali Tindakan x 45 Menit
J Sumber Materi
K Metode/Teknik Live Modeling
L Media / Alat Handphone dan Tripod
M Pelaksanaan
1. Tahap Awal /Pedahuluan
a. Pernyataan Tujuan 1. Peneliti membuka dengan salam dan berdoa
2. Membina hubungan baik dengan peserta didik
(menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking)
3. Menyampaikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai
b. Penjelasan tentang 1. Memberikan langkah-langkah kegiatan, tugas dan
langkah-langkah tanggung jawab peserta didik
kegiatan 2. Kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini kita akan
melakukan kegiatan selama 1 jam pelayanan, kita sepakat
akan melakukan dengan baik.
c. Mengarahkan Peneliti memberikan penejelasan tentang topik yang akan
kegiatan (konsolidasi) dibicarakan
d. Tahap peralihan Peneliti menanyakan kesiapan peserta didik melaksanakan
( Transisi) kegiatan, dan memulai ke tahap inti
2. Tahap Inti
Kegiatan peserta didik Melakukan Brainstorming/curah pendapat
122

Setiap anak mengemukakan pendapatnya menanggapinya,


dan seterusnya bergantian sampai selesai.
Kegiatan Guru Memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan
BK/Konselor dilakukan secara operasional dan menanyakan kepada peserta
didik/konseli tentang kegiatan yang akan dilakukannya.
Melakukan proses pelaksanaan kegiatan bimbingan.
menggunakan teknik yang sudah dipilih maka, peneliti
menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas dan tanggung
jawab siswa. Serta teknik modeling yang digunakan saat
materi layanan yang dilakukan pada kegiatan hari itu.
Mengajak peserta didik untuk brainstorming/curah pendapat
Mengevaluasi hasil diskusi peserta didik
Membuat catatan-catatan observasi selama proses layanan.

3. Tahap Penutup Peserta didik menyimpulkan hasil kegiatan


Peserta didik merefleksi kegiatan dengan mengungkapkan
kemanfaatan dan kebermaknaan kegiatan secara lisan
Peneliti memberi penguatan dan rencana tindak lanjut
Peneliti menutup kegiatan layanan dengan mengajak peserta
didik bersyukur/berdoa dan mengakhiri dengan salam
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses Peneliti melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses
yang terjadi :
1. Melakukan Refleksi hasil, setiap peserta didik menuliskan
di kertas yang sudah disiapkan.
2. Mengamati sikap atau atusias peserta didik dalam
mengikuti kegiatan
3. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan
pendapat atau bertanya
4. Mengamati cara peserta didik dalam memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan peneliti
2. Evaluasi Hasil Evaluasi dengan instrumen yang sudah disiapkan, antara lain :
1. Evaluasi tentang suasana Tindakan
2. Evaluasi terhadap topik yang dibahas
3. Evaluasi terhadap cara peneliti dalam menyampaikan
materi
4. Evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti

Menghormati, Mahasiswa Penelitian


Guru BK,

Elfrida Sinaga, S.Pd. Hizatul Amnah


NIP. A1E118026
123

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)


BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER GENAPA TAHUN PELAJARAN 2022/2023

A Komponen Layanan Bimbingan Kelompok


B Bidang Layanan Pribadi
C Topik / Tema Layanan Ayoo displin agar tidak bolos!
D Fungsi Layanan Pemahaman
E Tujuan Umum Peserta didik/konseli dapat mengetahui bentuk atau jenis
perilaku disiplin, dampak terhadap pribadi dan lingkungan.
F Tujuan Khusus Peserta didik/konseli dapat memahami pengertian disiplin
Peserta didik/konseli dapat memahami pentingnya perilaku
disiplin dan menerapkan ke kehidupan sehari-hari
Peserta didik/konseli dapat memahami akibat yang
ditimbulkan oleh perilaku disiplin
G Sasaran Layanan Kelas 11 IPS 1
H Materi Layanan Pengertian dan pemahaman perilaku disiplin
Jenis-jenis dan bentuk perilaku disiplin
Manfaat yang didapat setelah menerapakan perilaku disiplin
I Waktu 2 Kali Tindakan x 45 Menit
J Sumber Materi -
K Metode/Teknik Live Modeling
L Media / Alat Handphone dan Tripod
M Pelaksanaan
1. Tahap Awal /Pedahuluan
a. Pernyataan Tujuan 1. Peneliti membuka dengan salam dan berdoa
2. Membina hubungan baik dengan peserta didik
(menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking)
3. Menyampaikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai
b. Penjelasan tentang 1. Memberikan langkah-langkah kegiatan, tugas dan
langkah-langkah tanggung jawab peserta didik
kegiatan 2. Kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini kita akan
melakukan kegiatan selama 1 jam pelayanan, kita sepakat
akan melakukan dengan baik.
c. Mengarahkan Peneliti memberikan penejelasan tentang topik yang akan
kegiatan (konsolidasi) dibicarakan
d. Tahap peralihan Peneliti menanyakan kesiapan peserta didik melaksanakan
( Transisi) kegiatan, dan memulai ke tahap inti
2. Tahap Inti
Kegiatan peserta didik Melakukan Brainstorming/curah pendapat sebelum
melakukan masuk kedalam materi pembahasan yang akan
dilakukan pada kegiatan yang akan dilakukan.
124

Kegiatan Guru Memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan


BK/Konselor dilakukan secara operasional dan menanyakan kepada peserta
didik/konseli tentang kegiatan yang akan dilakukannya.
Menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan bimbingan.
Apabila menggunakan teknik yang sudah dipilih maka,
peneliti menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas dan
tanggung jawab siswa.
Mengajak peserta didik untuk brainstorming/curah pendapat
Mengevaluasi hasil diskusi peserta didik
Membuat catatan-catatan observasi selama proses layanan
3. Tahap Penutup Peserta didik menyimpulkan hasil kegiatan
Peserta didik merefleksi kegiatan dengan mengungkapkan
kemanfaatan dan kebermaknaan kegiatan secara lisan
Peneliti memberi penguatan dan rencana tindak lanjut
Peneliti menutup kegiatan layanan dengan mengajak peserta
didik bersyukur/berdoa dan mengakhiri dengan salam
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses Peneliti melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses
yang terjadi :
1. Melakukan refleksi hasil, setiap peserta didik menuliskan
di kertas yang sudah disiapkan.
2. Mengamati sikap atau atusias peserta didik dalam
mengikuti kegiatan
3. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan
pendapat atau bertanya
4. Mengamati cara peserta didik dalam memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan peneliti
2. Evaluasi Hasil Evaluasi dengan instrumen yang sudah disiapkan, antara lain :
1. Evaluasi tentang suasana Tindakan
2. Evaluasi terhadap topik yang dibahas
3. Evaluasi terhadap cara peneliti dalam menyampaikan
materi
4. Evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti

Menghormati, Mahasiswa Penelitian


Guru BK,

Elfrida Sinaga, S.Pd. Hizatul Amnah


NIP. A1E118026
125

Lampiran 3NILAI KEAKTIFAN SUBJEK


Hari/ tanggal : Selasa, 1 November 2022

Pimpinan Kelompok : Hizatul Amnah

Pengamat : Guru BK

Aspek : Bimbingan Konseling

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK


1 2 3 4 5 6
No NAMA Mengajukan Menjawab Menolak Mendukung Mengemukakan Jumlah
pertanyaan pertanyaan jawab teman solusi masalah
teman
1 AL 2 1 1 2 1 2
2 AS 1 1 2 1 1 1
3 AR 2 1 1 2 1 2
4 CA 1 2 1 2 1 2
5 FR 1 1 2 1 1 1
6 FG 2 1 1 1 1 1
7 IR 1 1 1 2 1 1
8 JS 1 2 1 1 1 1
9 FK 1 1 1 2 1 1
10 NS 1 1 1 2 1 2
Jumlah 12

Catatan: Nilai 1 tidak aktif, 2 sedikit aktif, dan nilai 3 sangat aktif
126

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK

Hari/ tanggal : Senin, 7 November 2022

Pimpinan Kelompok : Hizatul Amnah

Pengamat : Guru BK

Aspek : Bimbingan Kelompok

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK


1 2 3 4 5 6
No NAMA Mengajukan Menjawab Menolak Menduku Mengemukakan Jumlah
pertanyaan pertanyaan jawab ng teman solusi masalah
teman F
1 AL 2 1 1 1 2 2
2 AS 2 1 1 2 1 2
3 AR 3 1 1 2 2 3
4 CA 1 2 1 2 2 3
5 FR 1 1 2 1 1 2
6 FG 2 1 1 1 1 2
7 IR 1 1 2 1 1 1
8 JS 1 1 1 2 1 1
9 FK 1 2 1 2 1 2
10 NS 2 3 1 1 2 3
Jumlah 21

Catatan: Nilai 1 tidak aktif, 2 sedikit aktif, dan nilai 3 sangat aktif
127

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK

Hari/ tanggal : Senin, 14 November 2022

Pimpinan Kelompok : Hizatul Amnah

Pengamat : Guru BK

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK


1 2 3 4 5 6
No NAMA Mengajukan Menjawab Menolak Mendukung Mengemukakan jumlah
pertanyaan pertanyaan jawab teman solusi masalah
teman
1 AL 2 2 1 1 2 3
2 AS 2 1 1 2 2
3 AR 3 1 1 2 2 3
4 CA 3 2 1 2 1 3
5 FR 1 3 1 2 2 3
6 FG 1 2 1 3 1 2
7 IR 2 3 1 1 1 2
8 JS 1 1 1 2 3 2
9 FK 3 2 1 3 1 3
10 NS 2 1 1 2 3 3
Jumlah 26
Aspek : Bimbingan Kelompok

Catatan: Nilai 1 tidak aktif, 2 sedikit aktif, dan nilai 3 sangat aktif
128

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK

Hari/ tanggal : Senin 21 November 2022

Pimpinan Kelompok : Hizatul Amnah

Pengamat : Guru BK

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK


1 2 3 4 5 6
No NAMA Mengajukan Menjawab Menolak Mendukung Mengemukakan jumlah
pertanyaan pertanyaan jawab teman solusi masalah
teman
1 AL 3 3 1 2 3 4
2 AS 2 3 1 3 1 3
3 AR 2 3 1 1 2 3
4 CA 3 2 1 2 2 4
5 FR 2 3 1 2 3 4
6 FG 3 1 2 3 1 3
7 IR 1 1 2 2 2 3
8 JS 3 2 1 3 1 3
9 FK 2 3 1 1 3 3
10 NS 3 2 1 3 2 4
Jumlah 34
Aspek : Bimbingan Kelompok

Catatan: Nilai 1 tidak aktif, 2 sedikit aktif, dan nilai 3 sangat aktif
129

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK

Hari/ tanggal : Jum’at 24 November 2022

Pimpinan Kelompok : Hizatul Amnah

Pengamat : Guru BK

Aspek : Bimbingan kelompok

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK


1 2 3 4 5 6
No NAMA Mengajukan Menjawab Menolak Mendukung Mengemukakan jumlah
pertanyaan pertanyaan jawab teman solusi masalah
teman
1 AL 2 3 2 3 2 5
2 AS 3 2 1 2 2 4
3 AR 2 1 2 3 1 3
4 CA 3 2 2 1 2 4
5 FR 3 2 1 2 3 4
6 FG 2 3 2 1 2 4
7 IR 2 3 3 1 3 4
8 JS 3 2 2 2 1 4
9 FK 3 1 1 2 2 3
10 NS 2 3 1 2 2 4
Jumlah 39

Catatan: Nilai 1 tidak aktif, 2 sedikit aktif, dan nilai 3 sangat aktif
130

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK

Hari/ tanggal : Rabu, 30 November 2022

Pimpinan Kelompok : Hizatul Amnah

Pengamat : Guru BK

Aspek : Bimbingan Kelompok

NILAI KEAKTIFAN SUBJEK


1 2 3 4 5 6
No NAMA Mengajukan Menjawab Menolak Mendukung Mengemukakan jumlah
pertanyaan pertanyaan jawab teman solusi masalah
teman
1 AL 2 3 2 3 2 5
2 AS 2 3 2 2 3 5
3 AR 3 2 3 1 3 4
4 CA 3 2 3 2 2 5
5 FR 2 2 2 3 2 5
6 FG 3 2 2 2 3 5
7 IR 3 3 1 2 2 4
8 JS 3 2 1 2 2 4
9 FK 2 2 3 2 3 5
10 NS 3 2 2 2 2 5
Jumlah 47

Catatan: Nilai 1 tidak aktif, 2 sedikit aktif, dan nilai 3 sangat aktif
131

Lampiran 4Lembar Observasi Minggu I Tindakan I

No Subjek AKTIVITAS/KEGIATAN Komentar


Memperkenalkan nama,tempat
1 AL Masih tahap perkenalan
tinggal dan hobi bermain game
Memperkenalkan nama,tempat
2 AS tinggal dan hobi bermain dan Masih tahap perkenalan
suka warna hitam
Memperkenalkan nama,tempat
3 AR tinggal dan hobi bermain Masih tahap perkenalan
badmintoon
Memperkenalkan nama,tempat
4 CA tinggal dan hobi shopping dan Masih tahap perkenalan
suka boneka
Memperkenalkan nama,tempat
5 FR Masih tahap perkenalan
tinggal dan hobi menonton film
Memperkenalkan nama,tempat
6 FG tinggal dan hobi memancing Masih tahap perkenalan
dan berjalan.
Memperkenalkan nama,tempat
7 IR tinggal dan hobi Masih tahap perkenalan
memdengarkan musik
Memperkenalkan nama,tempat
8 JS Masih tahap perkenalan
tinggal dan hobi membaca buku
Memperkenalkan nama,tempat
9 FK Masih tahap perkenalan
tinggal dan hobi footshal
Memperkenalkan nama,tempat
10 NS tinggal dan hobi menonton Masih tahap perkenalan
drama
132

Lampiran 5Lembar Observasi Minggu I Tindakan II

No Subjek AKTIVITAS/KEGIATAN Komentar


Belum terlalu akitif dalam kegiatan
masih malu untuk mengajukan Masih awal
1 AL
pertanyaan. tetapi sudah mulai Tindakan
tertarik dalam kegiatan.
Masih takut-takut untuk
2 AS Malu untuk beropini
mengungkapkan pendapat.
Semangat untuk melaksanakan Senang mengikuti
3 AR
bimbingan kelompok bkp
Ikut bimbingan kelompok dengan Senang mengikuti
4 CA
serius bkp
Sudah tidak malu untuk Tidak takut untuk
5 FR
menyampaikan opini beropini
Senang ikut bimbingan kelompok Senang mengikuti
6 FG
dan sudah mulai aktif bkp
Masih agak takut menyampaikan Masih di awal
7 IR
Opini Tindakan

Senang mengikuti
8 JS Semangat mengikuti kegiatan bkp
bkp
Tidak terlalu aktif dalam kegiatan
9 FK Malu-malu
Bkp
Sangat aktif berbicara dalam
10 NS Pandai berbicara
kegiatan bkp
133

Lampiran 6Lembar Observasi Minggu II Tindakan I

No. Subjek AKTIVITAS/KEGIATAN Komentar


Sudah mulai datang tepat waktu
Sudah ada sedikit
1 AL kesekolah dan tidak telat dan tidak
Perubahan
bolos
Sudah mengurangi kumpul dan
Keinginan kuat
2 AS mengitkutin kawan teman kelas
untuk berubah
lain untuk keluar kelas
Masih sering keluar izin saat jam
3 AR pembelajaran dan tidak masuk lagi Belum memahami
setelah itu
Tidak masuk kelas dikarenakan Belum
4 CA
tidak mengerjakan tugas dari guru tersampaikan
2 hari telat masuk sekolah tapi Tidak ada sikap
5 FR
tidak bolos disiplin
Ikut teman tidak masuk kelas pada Mengikuti teman
6 FG
jam jam tertentu saja
Malas masuk karna tidak suka Tidak boleh
7 IR
dengan guru mata pelajaran begitu
Tidak mengerjakan tugas tepat
waktu pada mata pelajaran tertentu Belum adanya
8 JS
dan tidak masuk karna tugas belum sikap disiplin
selesai
Tidak mengirim surat izin ketika
9 FK Tidak izin
tidak masuk
Ikut-ikut teman tidak masuk pada Mengikuti teman
10 NS
jam pelajaran terakhir saja
134

Lampiran 7Lembar Observasi minggu II Tindakan II

No. Subjek AKTIVITAS/KEGIATAN Komentar


Sudah datang tepat waktu
1 AL kesekolah dan tidak ikut-ikut Sudah lebih baik
teman
Masih ada kumpul dengan temang
Belum ada
2 AS segeng dari kelas lain dan tidak
perubahan
masuk
Sepertinya susah bagi AR untuk
Tidak menyukai
3 AR tidak keluar kelas pada jam
mapelyang diikuti
pembelajaran yang tidak dia suka
Sudah tidak lagi melalaikan tugas
dari guru mata pelajaran agar tidak
4 CA Sudah lebih baik
takut dan bolos karna tidak
mengerjakan tugas
Berusaha datang kesekolah tepat
5 FR Sudah lebih baik
waktu dari sebelumnya
Pada saat mata pelajaran mtk FG
keluar ikut teman nya tidak masuk Tidak ada
6 FG
pada jam pelajaran itu karna tidak kemauan
menyukai mata pelajaran tersebut.
Sudah takut dengan hukuman yang
7 IR telah diberikan guru karna tidak Sudah lebih baik
masuk pada jam pelajaran
Sudah mengusahakan tugas selesai
8 JS Sudah lebih baik
tepat waktu

9 FK Masuk sekolah dan tidak izin lagi Lebih baik

Masuk kelas tepat waktu dan tidak


10 NS Sudah lebih baik
ikut teman lagi
135

Lampiran 8Lembar observasi Minggu III Tindakan I

No. Subjek AKTIVITAS/KEGIATAN Komentar


Sudah tidak lagi telat dan selalu
Keingingan kuat
1 AL masuk pada saat waktu
untuk berubah
pembelajaran
Sudah tidak ikut teman kumpul
Sudah lebih baik
2 AS pada saat jam pelajaran dan tidak
dari sebelumnya
bolos
Tidak lagi bolos saat jam pelajaran
Sudah lebih baik
3 AR walau mata pelajaran yang tidak
dari sebelumnya
disukai
Masuk tepat waktu dan
mengumpulkan tugas pada waktu Sudah lebih baik
4 CA
yang telah ditentukan dan tidak dari sebelumnya
bolos
Rajin masuk sekolah dan tidak lagi
Sudah lebih baik
5 FR terlambat pada saat datang pagi
dari sebelumnya
sekolah tidak bolos
Mengikuti pembelajaran Sudah lebih baik
6 FG
sebagaimana mestinya dari sebelumnya
Mengikuti pembelajaran
7 IR Sudah baik
sebagaimana mestinya
Tidak melakukan tindakan bolos
8 JS Sudah baik
dengan keluar tanpa izin
Mengikuti pembelajaran
9 FK Sudah baik
sebagaiman mestinya
Mengikuti pembelajaran
10 NS Sudah baik
sebagaimana mestinya
136

Lampiran 9Lembar Observasi Minggu III Tindakan II

No. Subjek AKTIVITAS/KEGIATAN Komentar


Sudah tidak membolos pada saat
1 AL Sudah baik
jam pembelajaran

Sudah tidak membolos pada saat


2 AS Sudah baik
jam pembelajaran

Sudah tidak membolos pada saat


3 AR Sudah baik
jam pembelajaran

Sudah tidak membolos pada saat


4 CA Sudah baik
jam pembelajaran

Sudah tidak membolos pada saat


5 FR Sudah baik
jam pembelajaran

Mengikuti pembelajaran
6 FG Sudah baik
sebagaiman mestinya

Mengikuti pembelajaran
7 IR Sudah baik
sebagaiman mestinya

Mengikuti pembelajaran
8 JS Sudah baik
sebagaiman mestinya

Mengikuti pembelajaran
9 FK Sudah baik
sebagaiman mestinya

Mengikuti pembelajaran
10 NS Sudah baik
sebagaiman mestinya
137

Lampiran 10 KRITERIA KEBERHASILAN SKLUS I

Skala Penilaian

No. Pernyataan 1 2 3 4 5

1 siswa tidak melakukan bolos dalam 1 – 2 


kali Tindakan

2 Siswa meninggalkan kelas saat jam 


pembelajaran

3 Siswa tidak kumpul dengan teman satu 


geng

4 Siswa mengirimkan surat jika tidak 


masuk

5 Siswa tidak meminta izin keluar pada 


jam pembelajaran

6 Siswa tidak keluar lokasi sekolah tanpa 


izin

Keterangan : Jambi...........................2022

1. Sangat tidak setuju Mengetahui,


2. Tidak Setuju Obsever
3. Ragu – Ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju

Elfrida Sinaga S.Pd


138

Lampiran 11KRITERIA KEBERHASILAN SKLUS II

Skala Penilaian

No. Pernyataan 1 2 3 4 5

1 siswa tidak melakukan bolos dalam 1 – 2 


kali Tindakan

2 Siswa meninggalkan kelas saat jam 


pembelajaran

3 Siswa tidak kumpul dengan teman satu 


geng

4 Siswa mengirimkan surat jika tidak 


masuk

5 Siswa tidak meminta izin keluar pada 


jam pembelajaran

6 Siswa tidak keluar lokasi sekolah tanpa 


izin

Keterangan : Jambi...........................2022

1. Sangat tidak setuju Mengetahui,


2. Tidak Setuju Obsever
3. Ragu – Ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju Elfrida Sinaga S.Pd
139

Lampiran 12KRITERIA KEBERHASILAN SKLUS III

Skala Penilaian

Pernyataan 1 2 3 4 5

1 siswa tidak melakukan bolos dalam 1 – 2 


kali Tindakan

2 Siswa meninggalkan kelas saat jam 


pembelajaran

3 Siswa tidak kumpul dengan teman satu 


geng

4 Siswa mengirimkan surat jika tidak 


masuk

5 Siswa tidak meminta izin keluar pada 


jam pembelajaran

6 Siswa tidak keluar lokasi sekolah tanpa 


izin

Keterangan : Jambi...........................2022

1. Sangat tidak setuju Mengetahui,


6. Tidak Setuju Obsever
7. Ragu – Ragu
8. Setuju
9. Sangat setuju Elfrida Sinaga S.Pd

Anda mungkin juga menyukai