ASSESMEN GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : An. AJ No RM :
Umur : 4 tahun 3 bulan Ruang : Mawar 2, A2, Kelas III
Sex : Laki-laki Tgl Masuk : 1/03/2022
Pekerjaan : Tidak bekerja Tgl Kasus : 2/03/2022
Pendidikan : Tidak sekolah Alamat : Depok
Agama : Islam Diagnosis medis : Gizi buruk tipe marasmik
suspek B20
Kesimpulan:
Pasien An. Aj mengalami masalah defisiensi zat gizi makro, gastrointestinal serta terdapat infeksi
pada kulit.
Pembahasan:
Permasalahan pada pasien An. Aj ini disebabkan oleh kurangnya wawasan orang tua terkait
kebutuhan gizi yang baik untuk anak. Selain itu, masalah ekonomi juga menjadi faktor lain yang
menyebabkan timbulnya permasalahan yang dialami oleh pasien An. Aj. Hal ini dapat dilihat dari
riwayat pola makan pasien pada usia 0-7 bulan pasien An. Aj tidak diberikan ASI melainkan
langsung susu formula, ketika usia 7 bulan sudah diberikan makanan bubur instan, dan ketika usia 1
tahun hingga sekarang makanan sering dimakan hanya nasi kecap abon dan mie goreng.
Berdasarkan riwayat gizi, pasien An. Aj memiliki pola makan yang kurang baik, karena ia tidak
mengonsumsi protein hewani maupun nabati, tidak dibiasakan untuk makan buah-buahan, sayuran,
ayam dan daging karena pasien An. Aj tidak menyukainya, serta lebih sering dan suka untuk
mengonsumsi minuman manis dan jajanan.
2
B. ANTROPOMETRI
PB/TB Berat Badan L. Kepala L. Dada
95 cm 9,4 kg 46 cm 55 cm
Untuk menginterpretasikan data antropometri digunakan rumus Z-score pada tiga indeks yaitu
berat badan menurut usia (BB/U), tinggi badan menurut usia (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB).
Kesimpulan :
*Nilai Median dan nilai -1 SD diperoleh dari tabel berat badan menurut usia, tinggi badan
menurut usia, dan berat badan menurut tinggi badan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak
BB = BB - BB Med
U BB Med - (Tabel -1 SD)
= 9,4 - 16,8
16,8 - 14,8
= -7,4
2
= -3,7 → Kategori Berat Badan Sangat Kurang
(Severely Underweight)
TB = TB - TB Med
U TB Med - (Tabel -1 SD)
= 95 - 105
105 - 100,7
= -10
4,3
= -2,3 → Kategori Sangat Pendek (Stunted)
3
BB = BB - BB Med
TB BB Med - (Tabel -1 SD)
= 9,4 - 14,1
14,1 - 13
= -4,7
1,1
= -4,2 → Kategori Gizi Buruk (Severely Wasted)
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Pemeriksaan Nilai normal Awal Masuk RS Interpretasi
darah
Alb 3,5-5 g/dl 2,19 g/dl Rendah
GDS 80-106 mg/dl 83 mg/dl Normal
Na 137-145 mmol/L 125 mmol/L Rendah
K 3,6-5 mmol/L 2,4 mmol/L Rendah
Cl 98-107 mmol/L 96 mmol/L Rendah
Ca 4,5-5,8 mEq/L 1,99 mEq/L Rendah
WBC 4,8-10,8.103/ml 7,21.103/ml Normal
RBC 4,7-6,1.106/ml 5,28. 103/ml Normal
HGB 14-18 g/dl 12,1 g/dl Rendah
HCT 42-52 % 34,3 % Rendah
MCV 79-93 fL 65 fL Rendah
MCH 27-31 pg 22,9 pg Rendah
4
MCHC 33-37 g/dl 35,3 g/dl Normal
PLT 150-450.103/µl 112.103/ml Rendah
Neu 50-70 % 61,3 % Normal
Lymph 25-40 % 22,2 % Rendah
Mono 2-8% 15,5% Tinggi
Eu 2-4% 0,6% Rendah
Baso 0,1% 0,4% Tinggi
CRP kuantitatif - < 5 mg/dl -
Kesimpulan :
Banyak jenis tes biokimia memiliki hasil yang rendah atau di bawah nilai normal untuk unsur-
unsur seperti natrium, kalium, kalsium, klorin, dll. Tes-tes ini didasarkan pada hasil pengukuran
biokimia. Dalam kasus ini, AJ mengalami muntah dan diare, yang menyebabkan kadar garam,
kalium, dan klorin di dalam tubuhnya rendah. Selain itu, nilai Hb yang rendah menunjukkan
bahwa anak AJ mengalami anemia. Jika dibandingkan dengan pemeriksaan yang memberikan
hasil yang buruk, hanya sedikit pemeriksaan yang menunjukkan hasil normal. Pemeriksaan
biokimia untuk GDS, WBC, RBC, MCHC, dan neutrofil menunjukkan hasil yang normal. Di sisi
lain, tes monosit dan basofil memberikan hasil yang baik. Kadar monosit yang melebihi kadar
normal berhubungan dengan infeksi yang menyerang tubuh. Kadar basofil yang tinggi dapat
terjadi karena reaksi alergi atau peradangan.
Nadi
80 – 100 x/menit 120 x/menit Takikardi
Pernafasan
20 – 24 x/menit 24 x/menit Normal
Suhu
36,5°C - 37°C 36,5°C Normal
5
Pemeriksaan Hasil
Mulut dan gigi
Mukosa bibir kering, dehidrasi, terdapat
stomatitis yang dapat menurunkan asupan
makan.
Kulit
Terdapat tanda diaper rash.
Kesimpulan :
Pada pasien An. AJ, kesadaran pasien normal, namun kondisinya terbilang lemah karena adanya
pemeriksaan lain yang memiliki hasil tidak normal, diantaranya, seperti tekanan darah pasien
menunjukkan dibawah batas normal, yaitu 90/50 mmHg dan dapat dikatakan pasien An. AJ
mengalami hipotensi yang disebabkan karena memiliki gangguan makan dan kurang asupan
glukosa. Detak jantung atau hasil pemeriksaan nadi pasien juga menunjukkan di atas normal,
yaitu 120 x/menit dan dapat dikatakan pasien An. AJ mengalami takikardi dimana kondisi
jantung yang berdetak lebih cepat, melebihi batas normal karena pasien mengalami dehidrasi
cairan elektrolit akibatnya organ tidak mendapatkan pasokan cairan elektrolit dengan cukup.
Pernafasan pasien An. AJ masih berada dalam batas normal, yaitu 24 x/menit dengan suhu yang
normal juga, yaitu 36,5°C. Pasien An. AJ memiliki tanda fisik lain diaper rash hal ini juga
berkaitan dengan pasien yang memiliki riwayat infeksi kulit, setelah dilakukan pemeriksaan
biokimia, pasien mengalami defisiensi limfosit yang mengakibatkan tubuh menjadi rentan
terhadap infeksi kemudian juga menyebabkan pasien jadi memiliki kulit yang sensitif.
Kebutuhan
1.623,8 60,8 45 243,57
6
% Asupan/Kebutuhan
18% 7% 25% 17%
7
● I+J = 1476,2 + 147,62
= 1623,8 Kkal → Total Kebutuhan Energi
15% 𝑥 𝐾𝐸
Kebutuhan Protein = 4
15% 𝑥 1623,8
= 4
= 60,8 gram
25% 𝑥 𝐾𝐸
Kebutuhan Lemak = 9
25% 𝑥 1623,8
= 9
= 45
60% 𝑥 𝐾𝐸
gram Kebutuhan Karbohidrat = 4
60% 𝑥 1623,8
= 4
= 243,57 gram
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil recall 24 jam dan perhitungan di atas, dapat diketahui, bahwa pasien An.
AJ memiliki asupan energi sebesar 18%, asupan protein sebesar 7%, asupan lemak sebesar
25%, dan asupan karbohidrat sebesar 17%. Asupan zat gizi tersebut masih terbilang defisit
(<80%) jika dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi yang seharusnya terbilang adekuat
(80-110%), (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012).
F. TERAPI MEDIS
Jenis Obat Fungsi Interaksi dengan zat gizi Solusi
Ampicilin Anti infeksi Ampicilin dapat memengaruhi Memantau kadar vitamin K
flora usus yang berpotensi dan menyesuaikan asupan
memengaruhi sintesis vitamin K jika perlu dapat
oleh bakteri usus. dipertimbangkan.
Suplemen zat besi dapat Untuk meminimalkan
mengurangi penyerapan ampicilin potensi interaksi ini,
bila dikonsumsi secara bersamaan. sebaiknya mengonsumsi
suplemen zat besi
setidaknya dua jam
8
sebelum atau setelah
mengonsumsi ampicilin.
Ampicilin dapat dikonsumsi Disarankan untuk
dengan atau tanpa makanan. mengikuti petunjuk khusus
Namun, makanan tertentu, yang diberikan oleh
terutama yang tinggi lemak, dapat penyedia layanan
menunda penyerapan ampicilin. kesehatan atau pada label
obat.
Gentamicin Antibiotik Pemberian gentamicin secara Dianjurkan untuk
bersamaan dengan mineral memisahkan pemberian
tertentu, seperti kalsium, gentamisin dan suplemen
magnesium, atau aluminium, dapat mineral atau antasida
membentuk kompleks yang setidaknya dua jam untuk
mengurangi penyerapan antibiotik. menghindari interaksi ini.
Antibiotik aminoglikosida, Pemantauan kadar B12 dan
termasuk gentamicin, dapat pemberian suplemen jika
mengganggu penyerapan vitamin perlu dapat
B12 dalam usus. Penggunaan dipertimbangkan.
gentamicin dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan
kekurangan vitamin B12 pada
beberapa individu.
Gentamicin dikenal dengan
Mempertahankan hidrasi
potensi nefrotoksisitas (toksisitas
dan nutrisi yang memadai,
ginjal) dan ototoksisitas (masalah
termasuk asupan protein
pendengaran dan keseimbangan). yang tepat, penting untuk
mendukung fungsi ginjal.
Gentamicin dapat memengaruhi Memastikan diet seimbang
keseimbangan elektrolit, dan dengan asupan cairan yang
individu yang menerima terapi sesuai adalah penting.
gentamisin mungkin memerlukan
pemantauan elektrolit.
Asam Folat Suplementasi - -
Zat Gizi
9
2. DIAGNOSIS GIZI
- NC-1.4
Terjadi gangguan fungsi gastrointestinal, dapat dilihat dari keadaan pasien yang
mengalami muntah, diare, dan anoreksia selama sakit.
- NC-3.2
Penurunan berat badan yang tidak direncanakan atau diharapkan berkaitan dengan kondisi
pasien yang diare akut serta pola makan yang tidak baik. Terlihat dari berat badan pasien
yang terjadi penurunan sebanyak 4,9 kg.
- NB-1.1
Kurangnya pengetahuan orang tua pasien terkait gizi serta kurangnya edukasi dan informasi
terkait gizi. Dapat terlihat dari tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sesuai,
menyukai minuman yang manis, dan tidak menyukai buah dan sayur.
- NI-2.1
Penurunan nafsu makan mual yang disebabkan oleh penyakitnya, asupan protein pasien tidak
adekuat yang berkaitan dengan alergi, masalah ekonomi rendah, dan ketidaksukaan terhadap
makanan bergizi.
10
3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Tujuan Diet:
a. Meningkatkan nafsu makan.
b. Mencegah dan mengatasi masalah dehidrasi.
c. Memenuhi kebutuhan zat gizi mikro yang sudah sesuai dengan alergi yang
diderita pasien.
d. Meningkatkan status gizi dan kondisi kesehatan pasien.
2. Syarat / Prinsip Diet:
a. Makanan yang diberikan harus dalam bentuk cair berupa F75 dan F100.
b. Pada fase stabilisasi, pemberian makanan dilakukan lebih sering dalam jumlah yang
sedikit, F75 diberikan sebanyak 12x/hari setiap 2 jam sekali (12x) atau 8x/hari
setiap 3 jam sekali.
c. Pada fase transisi, pemberian energi dinaikkan secara bertahap dan disertai
perubahan pemberian formula dari F75 ke F100.
d. F100 diberikan sebanyak 6x/hari dengan porsi kecil setiap 4 jam sekali.
e. Pada fase rehabilitasi, mulai menurunkan jumlah formula yang diberikan, F100
dan makanan tambahan berupa tekstur cair sebanyak 5x/hari.
f. Asupan nutrisi diberikan dalam bentuk oral.
g. Kebutuhan energi/hari sebanyak 1.623,8 Kkal.
h. Kebutuhan protein sebanyak 60,8 gram.
i. Kebutuhan lemak sebanyak 45 gram.
j. Kebutuhan karbohidrat sebanyak 243,57 gram.
k. Mengonsumsi makanan yang kaya akan kandungan vitamin dan mineral.
11
SDA
= 5% x A
= 5% x 913
= 45,65 (B)
A+B
= 958,65 (C)
Pertumbuhan
= 12% x C
= 12% x 958,65
= 115
(D) C +
D
= 1.073,65 (E)
Aktivitas
= 25% x E
= 25% x 1.073,65
= 268,4 (F)
F+E
= 1.342 (G)
Feses
= 10% x G
= 10% x 1.342
= 134,2 (H)
G+H
= 1.476,2 kkal
b. Protein
c. Lemak
d. Karbohidrat
12
60% x kebutuhan 60% x kebutuhan 60% x kebutuhan 60% x kebutuhan
energi energi energi energi
= 60% x 940 kkal = 60% x 1.410 kkal = 60% x 2.068 kkal = 60% x 1.476,2 kkal
= 564 kkal = 846 kkal = 1.240,8 kkal = 885,72 kkal
= 141 gram = 211,5 gram = 310.2 gram = 221,43 gram
e. Cairan
13
kekurangan pentingnya pasien dan keluarga
nutrisi dan asupan pasien sedang
penurunan status makanan yang menjalani rawat inap
gizi. cukup serta dan ketika pasien
- Menjaga agar bergizi sesuai hendak pulang dari RS.
status gizi tetap dengan
baik. kebutuhan.
- Membahas
aspek
psikososial
yang mungkin
dapat
mempengaruhi
asupan
makanan,
stress, depresi
dan
memberikan
dukungan
motivasi untuk
perubahan.
Pembahasan :
Tujuan diet pada kasus ini adalah untuk meningkatkan nafsu makan agar berat badan pasien
bisa kembali ideal, mencegah dan mengatasi masalah dehidrasi, memenuhi kebutuhan zat gizi
mikro yang sesuai dengan alergi yang diderita oleh pasien, serta meningkatkan status gizi dan
kondisi kesehatan pasien. Perbaikan gizi perlu dilakukan dengan memberikan dan memberitahu
pentingnya kebutuhan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang sesuai dengan
kebutuhan pasien agar dapat mencapai tujuan diet. Selain itu, makanan yang diberikan kepada
pasien An. AJ juga perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan keluhan pasien saat makan, yaitu
muntah, diare, dan anoreksia, sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Pasien juga mengalami
peningkatan kebutuhan terkait dengan kondisi gizi buruk yang dialami, yaitu marasmik.
Kebutuhan energi pasien dihitung menggunakan rumus Nelson yang selanjutnya dikoreksi
dengan faktor aktivitas. Kebutuhan protein pasien dipilih sebesar 3 gr/kg BB/hari karena berada
di fase transisi yang ditujukan untuk tubuh pasien beradaptasi terhadap pemberian energi dan
protein yang semakin meningkat. Kebutuhan lemak yang dipilih sebesar 25%, normal sesuai
14
15
dengan TEE, dan kebutuhan karbohidrat sesuai dengan kebutuhan pasien. Terapi diet yang
diberikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien, yaitu TETP dalam bentuk makanan cair
yang diberikan secara oral.
B. IMPLEMENTASI
1. Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
- Jenis Diet/Bentuk Makanan/Cara Pemberian : TETP / Cair dan saring / Oral
- Paranteral nutrisi : -
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Standar RS 1.476,2 23.5 41 221,43
Infus - - - -
Kebutuhan (planning) 1400 25 50 220
% standar/kebutuhan 105,4% 94% 82% 100,2%
Pembahasan diet RS :
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa standar diet RS sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan energi, protein, dan karbohidrat. Adapun untuk lemak, standar diet RS belum
memenuhi kebutuhan dari pasien dengan baik.
2. Rekomendasi Diet :
Transisi
a)
16
Cu = 2,1
Osmolaritas = 359 mosm/L
Siang Bubur Saring Sayur Beras Putih 50
(12.00) Kacang Merah
Jagung 15
Dada Ayam 30
Kacang Merah 20
Labu Siam 25
Wortel 25
Minyak Sayur 10
Pisang Ambon Pisang Ambon 50
Nilai Gizi
Mengingat kondisi pasien dua hari sebelum masuk rumah sakit tidak mau makan dan minum,
terdapat demam, sariawan, batuk, pilek, serta BAB cair, dan memiliki BB ≥ 7 kg. Memasuki
fase transisi, diet berdasarkan rekomendasi untuk mengatasi gizi buruk fase ini, yaitu dengan
memberikan ⅔ Formula F100 + ⅓ makanan lunak. Diet berdasarkan rekomendasi ini
merupakan bagian dari pendekatan perawatan yang digunakan pada anak-anak yang
mengalami gizi buruk tipe marasmik suspek B.20. Formulasi ini adalah formulasi nutrisi
khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi kritis selama fase transisi, dimana
diet pada fase ini diberikan untuk memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi
terhadap pemberian energi dan protein yang semakin meningkat guna mempersiapkan
pasien masuk ke dalam fase stabilisasi. Formula F100 adalah nutrisi tinggi energi yang
digunakan dalam pengobatan gizi buruk akut. Formula F100 tinggi lemak, protein, dan
karbohidrat, serta vitamin dan mineral penting. Formulasi ini membantu mempercepat
pemulihan dengan menyediakan energi dan nutrisi esensial dalam jumlah tinggi. Melihat
kondisi pasien yang memiliki BB ≥ 7 kg, maka dari itu penerapan diet berdasarkan
17
rekomendasi ini diikuti dengan pemberian makanan lunak. Nutrisi lunak atau makanan yang
lunak mungkin termasuk makanan yang lebih mudah dikonsumsi oleh pasien yang masih
dalam fase transisi. Ini dapat berupa makanan yang dimasak dengan lembut, mudah dicerna,
dan tidak memberikan tekanan berlebih pada sistem pencernaan yang masih lemah.
4. Penerapan konseling
Permasalahan Tujuan Materi Konseling Keterangan
Asupan oral - Mencegah - Memberikan edukasi Sasaran:
inadekuat terjadinya kepada pasien dan Pasien dan
penurunan keluarga mengenai keluarga pasien
pentingnya asupan
status gizi
yang bergizi yang
dan sesuai dengan Waktu:
mencegah kebutuhan sehari-hari, Ketika pasien
terjadinya dan pencegahan sedang dirawat
kekurangan kekurangan nutrisi. inap tanggal 1
nutrisi. - Memberikan edukasi Maret 2022 dan
- Menjaga agar kepada pasien dan diingatkan kembali
keluarga mengenai
status gizi ketika pasien
pengaruh psikologis
tetap baik seseorang terhadap hendak pulang dari
dan optimal, perilaku makan dan rumah sakit.
sehingga penyakitnya.
kondisi - Memberikan motivasi Lokasi:
badan sehat. kepada pasien dan Kamar pasien,
keluarga agar saling Bangsal Mawar 2,
membantu dalam
A2, Kelas III
menyadarkan diri
untuk memenuhi
makanan bergizi Media:
yang sesuai dengan Lisan
kebutuhan.
Peningkatan - Memenuhi - Memberikan edukasi Sasaran:
kebutuhan zat kebutuhan kepada pasien dan Pasien dan
gizi (energi dan energi dan keluarga pentingnya keluarga pasien
protein) memilih jenis makanan
protein
yang mengandung
berdasarkan tinggi energi dan Waktu:
dengan protein, serta Ketika pasien
kondisi pentingnya memilih sedang dirawat
pasien, serta jenis makanan yang inap tanggal 1
kebutuhan sesuai dengan Maret 2022 dan
sehari-hariny kebutuhan sehari-hari. diingatkan kembali
- Memberikan edukasi
a. ketika pasien
agar keberlangsungan
- Menjaga agar pemenuhan nutrisi hendak pulang dari
pemenuhan dapat terus berlanjut, rumah sakit.
nutrisi dapat dan dapat lebih disiplin
18
terus dalam menerapkan Lokasi:
berlanjut pola hidup sehat, Kamar pasien,
serta dapat seperti menghindari Bangsal Mawar 2,
menerapkan faktor-faktor malas A2, Kelas III
pola hidup dan tidak perduli
sehat. dengan asupan yang Media:
bergizi.
Lisan
19