Anda di halaman 1dari 8

MODUL 5 PERILAKU NON-VERBAL

VOCAL BEHAVIOR

VOCAL BEHAVIOR
Vocalics merupakan sebuah studi mengenai nilai komunikatif perilaku vokal atau
biasa juga disebut dengan paralanguage. Parabahasa (Paralanguage) dapat mencakup semua
isyarat lisan dalam aliran ucapan lisan. Vocal behavior ini merupakan hal yang sangat penting
dampaknya karena dapat menentukan persepsi isi verbal dari pesan yang disampaikan.
Namun terkadang isyarat vokal pada seseorang dapat bertentangan dengan nilai pesan yang
disampaikannya.
Vocal behavior juga memiliki peran yang penting dalam mengatur interaksi dengan
orang lain. Vokal behavior tidak hanya mengontrol percakapan dengan gerakan tubuh dan
perilaku mata, tetapi vocal behavior juga dapat memberi sinyal dengan suara kepada
pendengar. Pada vocal behavior, cara kita berbicara pun dapat memberi tahu orang lain
mengenai status kita, latar belakang, jenis kelamin, usia, daerah kita berasal, dsb. Maka
dengan menggunakan vocal behavior ini pendengar dapat mengumpulkan informasi dengan
akurat dan juga dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat stereotip pengirim
dengan beberapa cara.

Kategori Vokal Behavior


Perbedaan utama antara berbicara dan menulis yaitu adanya paralanguage. Misalnya
ketika kita membacakan sebuah pidato maka suasana vokal di sekitar pidato itu adalah inti
dari paralanguage tersebut. Pada tahun 1958 Trager mengklasifikasikan semua aktivitas yang
menyangkut paralinguistik sebagai salah satu dari beberapa kategori. Adapun kategori yang
dikemukakan oleh Trager yaitu :
 Voice Set, merupakan sebuah keadaan dimana ketika berbicara, maka kita melakukan apa
yang telah dideskripsikan oleh Trager yaitu “Setting”. Voice set juga ini berkaitan dengan
lingkungan vokal atau latar belakang kontekstual yang merupakan ukuran hasil dari suara
pembicara, yang melibatkan beberapa karakter pribadi. Voice set berkaitan juga dengan
siapa yang menjadi pembicaranya, seperti informasi yang disampaikan dapat membantu
kita agar lebih mudah menafsirkan kata – kata secara lebih akurat. Karena menurut Trager,
voice set setiap individu sangat berbeda, tergantung pada indikasi adanya antusiasme dan
emosi dalam suara ketika sedang berbicara.
 Voice qualities and vocalizations, Pada kategori ini, Trager membedakannya menjadi 2
yaitu, yang pertama kualitas suara merupakan sebuah modifikasi dari isyarat vokal yang
menyertai kata – kata yang diucapkan, kualitas suara ini bisa berupa tempo, resonansi,
ritme, artikulasi, nada. Kemudian yang kedua yaitu vokalisasi, yang merupakan isyarat
vokal yang dapat di dengar, tidak memiliki struktur bahasa. Vokalisasi ini dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu :
 Vocal Characterizer ( Karakter Vokal ) Yaitu yang mengacu pada suara non bahasa.
Seperti tertawa, menangis, merintih, menguap, terisak.
 Vocal Qualifier ( Kualifikasi Vokal ) Yaitu bertugas untuk memberikan variasi dalam
kalimat yang diucapkan. Meliputi tinggi nada, insensitas, dan luas.
 Vocal segregate ( Pemisahan Vokal ) Yaitu sebuah tanda vokal yang dapat di dengar
namun bukan karena linguistik. Contohnya : ssst, uh-huh. Segregasi vokal uh – dan huh
berfungsi sebagai pengganti ujaran verbal.

 Voice printing, merupakan suara yang khas dari seseorang yang akan menjadi alternatif
untuk mengidentifikasi seseorang, sama seperti sidik jari dan analisa DNA. Voice printing
dapat mengidentifikasi karakteristik dari orang tersebut. Salah seorang tokoh yang
bernama Weitz telah melakukan penelitian mengenai voice printing. Kemudian dia
mencatat bahwa menggunakan pengenalan vokal dan pencetakan suara dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mengidentifikasi dalam menyelesaikan kasus kriminal.
 Silence and Pause, dianggap sebagai aspek yang penting dalam berkomunikasi.Silence
and Pause ini dibedakan menjadi 2 yaitu yang pertama unfilled pause yaitu berlaku untuk
jeda yang diam, dan filled pause yaitu jeda yang masih bergumam. Jeda yang tidak terisi
atau diam yaitu merupakan sebuah periode ketika aktivitas vokal berhenti. Sedangkan Jeda
yang terisi dapat berupa interupsi biasanya diisi dengan suara yang dapat di dengar (eh,ah).
Jeda terisi dan tidak terisi dapat diklasifikasikan sebagai 3 fenomena yaitu keheningan
ragu – ragu, psikolinguistik, dan interaktif . Menurut Goldman-Eisler (1968), jeda adalah
gramatikal ketika terjadi pada : sebelum konjungsi, sebelum kata ganti relatif, sebelum
klausa adverbial, dsb. Jeda juga mungkin nongrammatical, dapat terjadi di tengah atau di
akhir frasa verbal, sebagai celah atau jeda antara kata dan frasa yang diulang.
 Uses of silence in communication, Keheningan dalam komunikasi sering diperlukan oleh
seseorang untuk menyatukan pikirannya. Keheningan juga dapat membangun jarak dalam
hubungan interpersonal. Hening dalam berkomunikasi juga digunakan untuk menunjukkan
rasa hormat kepada orang lain saat orang tersebut sedang berbicara, serta dapat juga untuk
mempertegas suatu point dari pembicaraan.

Vocal Behavior and Turn Interaction Management


Banyak gerakan dan perilaku mata yang digunakan untuk mengatur interaksi bolak –
balik antara seorang pembicara dengan pendengar nya. Maka perilaku seperti itulah yang
digunakan dengan berbagai isyarat vokal untuk memberi sinyal pada orang lain mengenai niat
untuk berbicara atau mendengarkan percakapan. Dalam interaksi balik antara perilaku
bercakap, terdapat 4 perilaku yang menonjol :
 Turn – mainting, yaitu sebuah isyarat uang digunakan seorang pembicara untuk
memberikan sinyal kepada pendengarnya bahwa mereka ingin mempertahankan
pembicaraannya ketika ada dalam situasi dimana pendengar yang lain mungkin mencoba
untuk menyela. Isyarat vokal yang digunakan biasanya berupa peningkatan kenyaringan
suara, peningkatan kecepatan bicara karena pada umumnya orang lain akan sulit masuk
dalam pembicaraan pada situasi seperti itu. Selain itu isyarat vokal efektif lainnya dalam
pemeliharaan giliran berbicara yaitu dengan penggunaan jeda yang lebih terisi, karena
biasanya pembicara dapat memberi isyarat pada pendengar bahwa dengan jeda mereka
mungkin berada di akhir pemikiran dalam berbicara.
 Turn – Yielding, yaitu sebuah isyarat yang diberikan kepada lawan bicara yang lain bahwa
dirinya bida mulai berbicara dan kita pun ingin mendengarkan pembicaraannya, sesi ini
biasanya digunakan pada saat kita selesai berbicara dengan lawan bicara yang pertama.
Isyarat yang biasa digunakan yaitu dengan penurunan nada suara yang tegas, selain itu
biasanya frase trailing – off biasanya lebih umum digunakan ketika pembicara membujuk
pendengar untuk dapat memulai pembicaraan. Perubahan intonasi yang menyimpang dari
naik turunnya suara secara normal biasanya merupakan sinyal turn – yielding, dan
kecepatan berbicara juga dapat memberi sinyal kepada pendengar bahawa pembicara
melepaskan giliran berbicara. Adapun waktu yang diperlukan seseorang untuk memulai
berbicara setelah orang lain berhenti disebut juga degan latensi respons.
 Turn – Requesting, yaitu saat dimana kita memikirkan sejenak saat sedang mendengarkan
orang berbicara, dan menunggu saat pembicara berhenti walaupun hanya sebentar namun
kita dapat memulai pembicaraan lagi. Namun ketika hal itu terjadi maka bisa
menggunakan cara seperti memberikan isyaran non verbal yang membantu untuk mereka
mengerem pembicaraannya. Biasanya dapat dimulai dengan awal yang gagap, atau bisa
juga dengan meningkatkan tanggapan kita pada pembicaraannya.
 Turn – Denying, yaitu saat dimana ada kalanya pendengar mengirimkan sinyal kepada
pembicara bahwa mereka tidak ingin mengambil giliran berbicara. Atau pemberhentian
berbicara yang biasa terjadi saat tidak ada topik pembicaraan lagi yang harus dibahas.
Pada saat seperti ini tingkat respon kita menjadi rendah dan isyarat vokal yang ditunjukkan
pun berupa mempersilakan lawan bicara kita untuk meneruskan pembicaraannya, namun
tidak untuk menghentikan pembicaraan. Isyarat non verbal yang biasanya digunakan yaitu
dapat berupa mengangkat jari bersama dengan alis, mencondongkan tubuh kedepan,
memalingkan muka, memutar tubuh, dsb.
Interruptions ( Gangguan )
Tannen ( 1990 ) mengungkapkan bahwa wanita lebih banyak berbicara di tempat
pribadi, sedangkan pria lebih banyak berbicara di tempat umum, kemudian ia juga
mengatakan bahwa ada 3 jenis interupsi yaitu :
 Pertama, jenis interupsi yang sering dialami yaitu dengan cara saling menyela terus
menerus sehingga tercipta nya konflik.
 Kedua, jenis interupsi yang didasarkan pada konten yang tidak relevan dengan
percakapan.
 Ketiga, jenis interupasi berupa pertanyaan.
Dari ketiga jenis interupsi itu kita harus bisa berpikir mengenai interupsi yang pantqas
digunakan untuk seseotang, dan juga kita harus mempertimbangkan apa maksud dati
interupsi itu sendiri.

Accent and Dialect ( Aksen dan Dialek )


Aksen dan dialek yang digunakan dalam vocal behavior ini dapat dinilai sebagai
sebuah persepsi yang dimiliki seseorang mengenai cara bicara dari orang lain. Aksen dapat
mengacu pada berbagai kata – kata yang diucapkan, cara membaca (pronunciation),
kemudian aksen juga termasuk pada perhatian paralinguistik. Sedangkan dialek, di sisi lain,
mengacu pada penggunaan kata – kata yang berbeda untuk mengarah pada arti yang serupa,
serta dialek biasanya berkaitan dengan etnis atau budaya tertentu, dan dialek juga termasuk
pada perhatian linguistik. Pada dasarnya persepsi mengenai dialek dan aksen dapat muncul
ketika seseorang
menemukan pola bicara yang tidak sesuai dengan biasanya. Faktor yang berkontribusi pada
persepsi aksen juga dapat mencakup kepada fenomena vokal.
Mulac (1976) menunjukkan bahwa kita menilai aksen orang lain menurut tiga dimensi
utama. Penelitiannya menunjukkan bahwa aksen dievaluasi pada

1. Status sosial intelektual (status, pekerjaan, pendapatan, melek huruf),


2. Kualitas estetika (seberapa menyenangkan atau tidak menyenangkan aksennya), dan
3. Dinamisme (seberapa agresif, tegas, kuat, keras, atau aktif suaranya).

EFEK PERILAKU VOKAL

Perilaku vokal dapat mempengaruhi interaksi kita dengan orang lain dalam beberapa
cara. Halaman berikut menyajikan diskusi tentang efek isyarat vokal pada ekspresi emosi,
penilaian kepribadian, kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk membujuk orang lain,
dan penyampaian yang efektif.

Perilaku dan Perasaan Vokal

Penelitian tentang ekspresi vokal emosi sering menggunakan teknik contentfree


speechI, yaitu pendengar diminta untuk menilai emosi mana yang diekspresikan dalam suara
orang lain sementara isi pidato yang sebenarnya dibuat menjadi tidak dapat dipahami. Ini
mirip dengan mendengar tetangga Anda berdebat tanpa bisa membedakan apa yang mereka
katakan satu sama lain. Anda tentu dapat mengetahui bahwa mereka marah, tetapi Anda tidak
dapat mengetahui alasannya.

Studi yang menggunakan pendekatan content-free-speech cukup membantu pemahaman


kita tentang isyarat vokal mana yang mengomunikasikan emosi tertentu. Gugup, marah,
sedih, dan bahagia adalah perasaan yang paling mudah ditafsirkan dari isyarat vokal saja. Di
sisi lain, kejutan, ketakutan, dan cinta seringkali sulit untuk dinilai. Meskipun suara mereka
biasanya berbeda satu sama lain, pria dan wanita menggunakan aktivitas vokal yang sama
untuk mengekspresikan perasaan yang sama. Misalnya, kedua jenis kelamin menggunakan
peningkatan volume saat mengekspresikan kemarahan, meningkatkan kecepatan dan nada
selama ketidaksabaran, dan sebagainya Sebagian besar penelitian tentang isyarat vokal dan
ekspresi emosional tampaknya menunjukkan lima temuan yang konsisten:

1. Emosi negatif lebih akurat diidentifikasi daripada perasaan positif.


2. Kemampuan pendengar untuk mengidentifikasi emosi dalam suara dipengaruhi oleh
kemampuan pembicara untuk menyandikan perasaan ke dalam suaranya.
3. Mereka yang memantau dan mengendalikan perasaan mereka sendiri dapat lebih
akurat mengidentifikasi perasaan orang lain melalui isyarat vokal.
4. Ketika Anda berbicara dengan orang lain dari budaya Anda sendiri, lebih mudah
untuk mengidentifikasi berbagai ekspresi vokal.
5. Perasaan halus lebih sulit dideteksi
Scherer dan Osinsky (1977) menggambarkan isyarat vokal dan keadaan emosional yang
terkait dengannya. Berdasarkan penelitian vokal, berikut adalah isyarat yang sering dikaitkan
dengan emosi:

- Kesedihan: tempo lambat, nada rendah, sedikit harmonik, datar, sedikit aktivitas,
hambar, tidak berwarna
- Marah: tempo cepat, nada tinggi, kenyaringan, banyak harmonik, pahit, tidak
menyenangkan, kasar
- Jijik: tempo lambat; banyak harmonik; datar, suara keras; intonasi kecil; menjijikkan
- Takut: meninggikan kontur, tempo cepat, melengking, sumbang, tidak harmonis,
menusuk
- Minat: nada datar, tempo sedang, harmonik sedang, lincah, waspada
- Kejutan: tempo cepat, nada tinggi, nada naik/turun, banyak harmonik, kaget,
tercengang
- Happiness: tempo cepat, variasi nada lebih tinggi, aktif, hidup, animasi, ceria
Perilaku dan Kepribadian Vokal

Addington sangat tertarik pada apakah isyarat vokal secara konsisten menciptakan
penilaian kepribadian stereotip tentang orang lain. Addington digunakan dalam
penelitiannya laki-laki dan perempuan dianggap memiliki jenis kualitas vokal. Berikut ini
adalah ringkasan singkat dan umum dari temuan Addington.

1. Nafas
Suara nafas ditandai dengan pernafasan yang terdengar saat berbicara. Umumnya,
pria dengan suara serak dianggap oleh orang lain lebih muda dan lebih artistik. Sesak
napas yang ekstrem pada pria mungkin sering dikaitkan dengan persepsi kewanitaan
dan homoseksualitas. Nafas pada wanita cenderung menimbulkan penilaian feminitas
dan petiteness. Wanita dengan kualitas vokal ini dianggap lebih cantik, lebih
bersemangat, lebih bersemangat, dan seringkali lebih dangkal.
2. Ketipisan
Untuk sebagian besar, wanita dengan suara tipis lebih cenderung dianggap belum
dewasa secara sosial dan fisik. Mereka juga dianggap lebih tidak dewasa secara
emosional dan mental. Persepsi ketidakdewasaan ini umumnya dianggap penilaian
negatif.
3. Datar
Suara datar, baik pada pria atau wanita, cenderung dikaitkan dengan persepsi yang
sama. Suara datar untuk kedua jenis kelamin lebih cenderung menciptakan persepsi
maskulinitas dan kelesuan. Selain itu, orang dengan suara yang lebih datar dianggap
lebih dingin dan lebih menarik diri.
4. Sengau
Menurut penelitian Addington, sifat sengau pada pria dan wanita memicu beragam
persepsi negatif secara sosial, seperti kemalasan, kecerdasan rendah, dan kebosanan.
5. Ketegangan
Ketegangan vokal juga ditemukan berhubungan dengan penilaian orang lain terhadap
kita. Dalam karya Addington, pria umumnya terlihat lebih tua jika memiliki suara
yang
tegang. Selain itu, mereka dianggap kurang mengalah dalam percakapan. Ketegangan
suara pada wanita lebih cenderung memprovokasi persepsi pembicara yang lebih
muda, lebih emosional, lebih feminin, dan lebih bersemangat. Wanita dengan suara
tegang juga dianggap kurang cerdas.
6. Tenggorokan
kerongkongan pada laki-laki adalah karakteristik yang positif dan diinginkan. Bagi
wanita, persepsi yang disebabkan oleh kualitas vokal ini hampir persis kebalikannya.
Pembicara ini dicirikan sebagai tidak emosional, jelek, tidak sopan, malas, lebih
banyak lagi. maskulin, kurang cerdas, ceroboh, tidak artistik, naif, neurotik, apatis,
rendah hati, dan tidak menarik
7. Orotunditas
Kualitas ini mengacu pada kekokohan, kejelasan, dan kekuatan suara. Laki-laki
dengan orotunditas meningkat dianggap energik, lebih canggih, menarik, bangga,
antusias, dan artistik. Persepsi umum laki-laki adalah bahwa mereka lebih ekspresif,
terbuka, dan estetis. Banyak karakteristik kepribadian yang serupa dikaitkan dengan
perempuan. Wanita dengan suara yang kuat dan kuat dipandang lebih suka berteman,
lebih hidup, dan sensitif secara estetika. Namun, menurut Addington, mereka juga
dianggap tanpa humor dan bangga

Tingkat peningkatan

Pada dasarnya, pembicara dengan kecepatan bicara yang lebih cepat terlihat lebih
bersemangat dan ekstrovert daripada mereka yang berbicara dengan kecepatan lebih lambat.
Itu mungkin berarti bahwa pembicara yang lebih cepat dianggap lebih berorientasi sosial.
Yang lain telah mencatat bahwa peningkatan kecepatan berbicara terkait dengan persepsi
kompetensi atau kredibilitas pembicara. Orang-orang yang dapat berbicara lebih cepat
dengan sedikit atau tanpa ketidaklancaran arus bicara mungkin tampak lebih yakin dengan
apa yang mereka katakan dan karena itu tampak lebih percaya diri (Kimble & Seidel, 1991;
Markel, 1965).

Meningkatkan varietas dalam nada

Temuan Addington menunjukkan bahwa laki-laki yang menggunakan lebih banyak


variasi nada dianggap dinamis, banci, dan cenderung estetis. Wanita dipandang lebih dinamis
dan ekstrovert

Perilaku dan Pembelajaran Vokal

Perilaku vokal dapat meningkatkan kejelasan pesan verbal. Kejelasan pesan verbal secara
langsung berkontribusi pada kemampuan pendengar untuk memahami presentasi lisan.
Ungkapan verbal jelas bagi pendengar sebagian karena pembicara telah menggunakan
kualitas vokalnya untuk menekankan, menonjolkan, atau menunjukkan bagian-bagian tertentu
dari pesan. Isyarat vokal dapat memberi sinyal kepada pendengar bagian mana yang mungkin
paling penting, misalnya. memiringkan kata atau frasa dan selanjutnya berkontribusi pada
kemampuan pendengar untuk mempertahankan materi (McCroskey, 2001)

Perilaku Vokal dan Persuasi


Satu studi tentang perilaku vokal dan persuasi menemukan bahwa kecepatan kita
berbicara dapat mempengaruhi kemampuan kita untuk membujuk orang lain. Singkatnya,
semakin cepat kita berbicara (tentu saja dengan alasan), semakin besar kemungkinan kita
mempengaruhi pendengar kita. Mungkin ada stereotip tentang wiraniaga yang berbicara
cepat. Penjelasan yang mungkin untuk temuan ini adalah bahwa kecepatan bicara yang lebih
cepat, seperti yang kami catat sebelumnya, sering dikaitkan dengan persepsi kompetensi,
keahlian, dan kecerdasan. Jika kita sebagai pendengar merasakan karakteristik tersebut dalam
pembicara, kita lebih cenderung menganggap mereka sebagai sumber yang kredibel dan
akibatnya untuk mempercayai pesan mereka.

Perilaku dan Daya Tarik Vokal

Zuckerman dan Driver menemukan bahwa mereka setuju bahwa pembicara dengan suara
yang lebih menarik dinilai lebih baik daripada pembicara dengan suara yang kurang menarik.
Suara yang menarik dianggap dominan, disukai, dan berorientasi pada pencapaian (Semic,
1999).

Perilaku Vokal dan Keyakinan

Telah diberikan selama bertahun-tahun bahwa jika seorang pembicara terdengar percaya
diri, dia akan dianggap percaya diri. Ada banyak cara di mana seorang pembicara dapat
menunjukkan kepercayaan pada apa yang dia katakan. Ini sering dilakukan dengan
pernyataan verbal seperti "Saya yakin akan hal ini," "Saya tahu ini dengan baik," dan "Saya
ahli di bidang ini." Dimungkinkan juga untuk menunjukkan kepercayaan diri melalui cara
nonverbal, seperti dengan berbicara lebih cepat, lebih keras, lebih tegas, dan dengan
dominasi. Ketika orang yakin dengan apa yang mereka katakan, mereka memancarkan
kepercayaan secara vokal dan verbal. Keyakinan ini ditunjukkan dengan ucapan yang lebih
keras dan waktu respons yang lebih cepat. Semakin asertif seseorang, semakin besar
kemungkinan dia akan merespons dengan percaya diri. Dan tanggapan percaya diri diberikan
lebih keras, lebih antusias, dan lebih bersemangat.

Karakteristik Vokal dari Pengiriman Yang Baik

Ada enam kualitas vokal tertentu yang dapat secara langsung mempengaruhi kemampuan
Anda untuk menjadi pembicara persuasif. Karena kualitas-kualitas ini berharga di luar batas-
batas sempit berbicara presentasi, kami ulangi di sini.

1. Pertama, pengatur suara sangat penting,


2. kecepatan bicara sebagai faktor yang memengaruhi kemampuan Anda untuk
membujuk orang lain
3. penggunaan nada untuk memperjelas dan menonjolkan poin-poin penting dari pesan
verbal
4. Artikulasi yang bagus adalah elemen keempat dari suara yang perlu dipertimbangkan
dalam pesan persuasif Anda
5. Pidato yang membujuk orang lain juga harus fasih, kualitas vokal penting kelima.
Pidato lancar adalah tuturan yang mengalir dengan lancer
6. jeda efektif dapat digunakan untuk menarik perhatian pada ide-ide tertentu

Anda mungkin juga menyukai