Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AMNESTY PAJAK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Hukum Pajak”

Dosen Pengampu:

Hj. Ifa Mutiatul Choiroh, SH., M.Kn

Disusun oleh:

Uswatun Khasanah (C972219077)

Enggar Stya Fransisca (C92219090)

Kharisma Fatkur R (C92219104)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Amnesty Pajak” ini dengan baik dan tepat
waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda tercinta Nabi Muhammad
SAW.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Hj. Ifa Mutiatul
Choiroh, SH., M.Kn sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Pajak yang telah
membimbing penulis dalam menyusun tugas ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dan sebagai bahan pelengkap nilai
semester lima program studi Hukum Ekonomi Syariah untuk mata kuliah hukum pajak di
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat kepada para
pembaca dan penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun supaya penulis dapat menyempurnakan makalah selanjutnya.

Surabaya, 20 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ..............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Amnesty Pajak ........................................................................................ 4


B. Dasar Hukum Amnesty Pajak ................................................................................... 5
C. Sejarah Amnesty Pajak ............................................................................................. 6
D. Latar Belakang Amnesty Pajak ............................................................................... 10
E. Subjek Amnesty Pajak ............................................................................................ 11
F. Syarat Amnesty Pajak ............................................................................................. 12
G. Mekanisme Amnesty Pajak..................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amnesti pajak merupakan kebijakan baru pemerintah di bidang perpajakan yang
diharapkan akan meningkatkan kemauan membayar pajak pada semua wajib pajak di
masa yang akan datang. Setelah kebijakan pengampunan berakhir akan diterapkan
penegakan hukum bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan kewajiban perpajakannya,
maka Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk lebih terbuka atas kewajiban
perpajakannya melalui kebijakan Amnesti Pajak. Upaya penegakan hukum diterapkan
berdasarkan informasi yang telah dimiliki selama pelaksanaan kebijakan pengampunan.
Tujuan yang diharapkan jika tax amnesty diimplementasikan yaitu akan dapat
mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat
digunakan sebagai pendorong investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk
mendorong perekonomian nasional. Amnesti Pajak sifatnya self essessment, sehingga
Wajib Pajak melakukan penaksiran sendiri atas harta yang akan dilaporkan dalam Surat
Pernyataan. Harta yang berupa kas, nilainya didasarkan pada nilai nominal. Selain kas,
harta dinilai berdasarkan nilai wajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Amnesty Pajak?
2. Apa dasar hukum Amnesty Pajak?
3. Bagaimana sejarah Amnesty Pajak?
4. Bagaimana latar belakang Amnesty Pajak?
5. Apa saja subjek Amnesty Pajak?
6. Apa saja syarat Amnesty Pajak?
7. Bagaimana mekanisme Amnesty Pajak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Amnesty Pajak.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Amnesty Pajak.
3. Untuk mengetahui sejarah Amnesty Pajak.
4. Untuk mengetahui latar belakang Amnesty Pajak.
5. Untuk mengetahui subjek Amnesty Pajak.
6. Untuk mengetahui syarat Amnesty Pajak.
7. Untuk mengetahui bagaimana mekanis Amnesty Pajak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Amnesty Pajak


Amnesti merupakan adopsi dari Bahasa Yunani yaitu amnestia, Artinya adalah
suatu pernyataan terhadap orang banyak yang terlibat dalam tindak pidana untuk
meniadakan akibat hukum pidana yang timbul dari tindak pidana tersebut. Amnesti
diberikan kepada orang-orang yang sudah ataupun yang belum dijatuhi hukuman.
Amnesti adalah sebuah tindakan hukum yang mengembalikan status tak bersalah kepada
orang yang sudah dinyatakan bersalah secara hukum.
Menurut KBBI pengertian dari amnesti adalah pengampunan atau
penghapusan hukuman yang diberikan oleh kepala negara kepada seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan tindak pidana tertentu. Amnesti merupakan hak
prerogatif Presiden dalam tatanan yudikatif. Contoh pemberian bentuk amnesti yang
pernah diberikan oleh suatu negara adalah amnesti pajak.
Amnesty pajak merupakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak
dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan.
Kewajiban perpajakan yang mendapatkan Pengampunan Pajak terdiri atas kewajiban
Pajak Penghasilan, dan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.1
Pengampunan pajak biasa disebut dengan Amnesti Pajak. Undang-undang
Pengampunan Pajak ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2016, yang dimaksud pengampunan pajak menurut undang-undang ini yaitu
“Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai
sanksi administrasi perpajakan dan sanksipidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini”.

1
Isep H. Insan & Tisha Nidia Maghijn, Petunjuk Pelaksanaan Pengampunan Pajak (KP.P.I) Dilengkapi Tata
Cara Permohonan dan Fasilitas Penanaman Modal yang Berkaitan dengan Pengampunan, Penghapusan,
Penyusutan, Pembebasan, dan Penghentian Pajak, Cetakan ke I, (Surabaya: Sinar Wijaya, 1984), 78.

4
B. Dasar Hukum Amnesty Pajak
Pasal 1 angka 1 UU Pengampunan Pajak menyebutkan bahwa Pengampunan
Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
Dasar hukum amnesty pajak :
- UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
- Peraturan Menkeu Nomor 118/PMK 03/2016 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 tahun
2016 tentang Pengampunan Pajak.
- Peraturan Menkeu Nomor 119/PMK.03/2016 tentang Penetapan Bank persepsi yang
bertindak sebagai penerima uang tebusan dalam rangka pelaksanaan Pengampunan
Pajak.
- Peraturan Dirjen Pajak PER 07/PJ/2016.
- SE dirjen Pajak No. SE -30/PJ/2016.
Tujuan Pengampunan Pajak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (2) UU
Pengampunan pajak adalah sebagai berikut :
1. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta,
yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik,
perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;
2. Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan
serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan
terintegrasi; dan
3. Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk
pembiayaan pembangunan.
Berdasarkan uraian di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan tax
amnesty Ada tiga tujuan yang menjadi target pelaksanaan tax amnesty di Indonesia.
Pertama, meningkatkan likuiditas domestic, penurunan suku bunga dan investasi dan
perbaikan nilai tukar rupiah melalui pengalihan harta. Kedua, mempercepat reformasi
perpajakan dan ketiga, meningkatkan penerimaan negara dari pajak.2

2
Budi Ispiyarso, Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia, Adminitrative Law
& Governance Journal Volume 2 Issue 1, (March 2019), 50.

5
C. Sejarah Amnesti Pajak

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang pernah melaksanakan


pengampunan pajak. Sejak tahun 1964 sampai dengan tahun 2008, tercatat Indonesia
telah melakukan tiga kali pengampunan pajak, yaitu pada tahun 1964, tahun 1984, dan
tahun 2008.

Sejarah tax amnesty di Indonesia dimulai pada tahun 1964 atau 20 tahun setelah
Kemerdekaan Indonesia. Kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait pengampunan
pajak (tax amnesty) ini bertujuan untuk mengembalikan dana revolusi, melalui perangkat
Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres).

Sejarah tax amnesty tahun 1964 ini berakhir pada 17 Agustus 1965. Saat itu,
Penjelasan oleh Kepala Inspeksi Keuangan Jakarta Drs. Hussein Kartasasmita yaitu,
sampai bulan Juli tahun 1965, jumlah dana yang diterima dari tax amnesty hanya
sejumlah Rp. 12 miliar. Jumlah tersebut sama jumlahnya dengan penerima dana SWI
(Sumbangan Wajib Pajak Istimewa) Dwikora. Hal ini dianggap sangat aneh karena
memang seharusnya penerimaan dana dari tax amnesty lebih besar jika dibandingkan
dengan dana pungutan SWI Dwikora. Sejarah tax amnesty mencatat, rendahnya
pemasukan dari dana hasil tax amnesty ini akibat dari banyaknya pungutanpungutan
lainnya, yaitu diantaranya Gekerev dan SWI Dwikora. Hal ini berakibat mengurangi
daya bayar pajak para wajib pajak.

Sejarah tax amnesty tahun 1984 merupakan pelaksanaan kebijakan tax amnesty
kedua. Sama halnya dengan tahun 1964, pada tahun 1984 Indonesia mencatat sejarah tax
amnesty. Tetapi, bukan untuk mengembalikan dana revolusi, melainkan untuk mengubah
sistem perpajakan di Indonesia dari official-assesment (besarnya jumlah pajak ditentukan
oleh pemerintah) diubah ke self-assesment (besarnya pajak ditentukan oleh wajib pajak
sendiri). Sejarah tax amnesty di Indonesia tahun 1984 ini mengalami kegagalan karena
memang sistem perpajakan belum terbangun.

Namun ternyata, tax amnesty tersebut diperpanjang lagi sampai dengan 30


November 1965. Perpanjangan masa pembayaran tax amnesty tersebut, bertujuan
memberikan kesempatan lagi kepada para wajib pajak yang memang melakukan
kesalahan, utamanya dalam melakukan penghitungan harta kekayaan, seperti contohnya
melaporkan harta berdasarkan harga yang tertera/tercantum dalam kwitansi, padahal

6
seharusnya penghitungan berdasarkan harga yang berlaku saat itu. Indonesia pernah
menerapkan pengampunan pajak pada tahun 1984. Demikian juga minimnya
keterbukaan dan peningkatan akses informasi. Namun pelaksanaannya belum efektif
karena wajib pajak sendiri kurang merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem
administrasi perpajakan secara terpadu dan menyeluruh. Pemberian tax amnesty tidak
sekedar menghapus hak tagih atas wajib pajak namun yang lebih penting lagi sebenarnya
adalah memperbaiki sikap dan perilaku wajib pajak, sehingga diharapkan akan terjadi
peningkatan penerimaan negara di masa yang akan datang.

Pada dasarnya pemerintah dapat mencari format terbaik yang bisa


diimplementasikan bila tax amnesty diterapkan. Pemerintah juga dapat mengkaji dan
belajar dari negara yang telah mengimplementasikan kebijakan pengampunan pajak
seperti Afrika Selatan, Italia, India, Korea Selatan dan lain-lain. Pemerintah Afrika
Selatan menerapkan strategi melalui “Pull and Push Strategy”. Mekanisme strategi Pull
adalah dengan menarik atau memberikan insentif kepada wajib pajak agar wajib pajak
tertarik untuk ikut serta dalam program ini. Salah satu caranya adalah dengan
penghapusan denda dan/atau bunga pajak terutang atau pembayaran tebusan dengan tarif
yang rendah. Push, dimaksudkan memberikan tekanan atau rasa tidak nyaman
seandainya wajib pajak tidak mau berpartisipasi.

Di Afrika Selatan banyak warga negara Afrika Selatan sebelumnya yang


menyimpan dana atau hartanya di luar negeri dengan berbagai alasan. Bukan saja untuk
menghindari ketentuan regulasi terhadap pengawasan nilai tukar (exchange control
regulations), namun juga kesulitan mengungkapkan sumber-sumber yang diperoleh di
dalam dan luar negeri. Tingkat pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh di luar
negeri di masa lalu di Afrika Selatan cukup tinggi. Misalnya bunga yang diperoleh dari
bank dan rekening kepemilikan atas properti di luar negeri yang harus dikenai pajak.
Tujuan utama amnesti pajak di Afrika Selatan antara lain, adalah :3

1. Mewajibkan penduduk Afrika Selatan patuh terhadap ketentuan pengawasan devisa


(exchange control) dan masalah-masalah perpajakan pada umumnya;

3
S. Sari, Amnesti Pajaka : Sejarah Dan Efektivitas di Berbagai Negara, Journal of Applied Business and
Economics, Vol. 3, No. 3, (Mar 2017), 139-147.

7
2. Memberi kewenangan bagi South African Revenue Services (SARS) dan Exchange
Control Department of the South African Reserve Bank (SARB) mengawasi aset
milik warga Afrika Selatan yang berada di luar negeri;
3. Memfasilitasi pengembalian aset yang berada di luar negeri;
4. Meningkatkan penerimaan pajak di masa yang akan datang.

Dalam sejarahnya, Afrika Selatan telah melaksanakan amnesti pajak tiga kali,
yaitu pada 1995, 1996 dan 2003. Selain itu, pada 2003 diberlakukan special amnesty,
dimana ruang lingkupnya dibatasi hanya pada pengakuan aset rakyat atau wajib pajak
yang ada di luar negeri, juga transaksi yang berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas
devisa. Secara lebih spesifik, amnesti pajak ini dibatasi hanya kepada mereka yang
memiliki aset di luar negeri namun belum membayar pajak di masa lalu. Dalam
pengampunan pajak ini, jenis pajak yang diampuni hanya terbatas pada PPh Orang
Pribadi (Personal Income Tax), termasuk juga pajak atas warisan (estate duty).
Sedangkan PPN dan withholding taxes tidak termasuk dalam program ini. Banyak hal
yang dapat menjadi masukan dengan merujuk keberhasilan Afrika Selatan dalam
melakukan amnesti pajak. Adanya program amnesti ini sebagai bagian dari program
pengelolaan perpajakan secara baik yang merupakan tulang punggung penerimaan
negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saat ini penerimaan
negara dari sektor perpajakan telah mencapai 70-80% dalam APBN sehingga hal tersebut
sudah merupakan masalah nasional, sebagaimana pada penerapan tax amnesty tahun
2003 memberikan penghapusan tuntutan tindakan pidana yang terbatas hanya yang
menyangkut pidana perpajakan dan peraturan lalu lintas devisa.

Dengan demikian kepemilikan aset di luar negeri yang berasal dari aktivitas
ilegal atau kriminal lainnya, seperti hasil korupsi, hasil kejahatan, hasil transaksi
narkoba, ataupun hasil pencucian uang (money laundering), tidak berhak untuk
mendapatkan pengampunan pajak. Khusus bagi aset yang disimpan di dalam negeri dan
berasal dari penghasilan dalam negeri namun belum dilaporkan dan dipenuhi kewajiban
perpajakannya, tidak akan mendapatkan fasilitas pengampunan ini, SARS tetap akan
memberikan fasilitas dalam bentuk penghapusan atas sanksi denda sebesar 200% dan
juga pemberian kelonggaran dalam mencicil kewajibannya. Di sini SARS tidak
memberikan fasilitas penghapusan maupun pengurangan hutang pokok pajak dan
bunganya.

8
Dalam kasus tax amnesty negara Afrika Selatan, antusias masyarakat Afrika
Selatan dengan adanya fasilitas amnesti ini sangat besar, terlihat dari trend pendaftaran
secara eksponal dimana proporsi jumlah wajib pajak dan masyarakat yang mendaftar saat
menjelang deadline melonjak secara drastis. Bagi wajib pajak yang diterima
permohonannya harus membayar uang tebusan dalam jangka waktu tiga bulan terhitung
sejak tanggal persetujuan aplikasi amnestinya. Ada beberapa kondisi amnesti pajak
sebagaimana yang dijalankan pemerintah Afrika Selatan dapat diterapkan di Indonesia,
setidaknya dijadikan bahan pertimbangan dan masukan informasi pengampunan pajak.
Perlu diperhatikan ada beberapa persyaratan mendasar yang harus dipenuhi pemohon
sebelum menjalankan program tax amnesty di Afrika Selatan. Beberapa hal penting yang
menjadi acuan atau langkah-langkah implementasi program tax amnesty, antara lain :4

1. Penelitian dan pengumpulan data sebelum pelaksanaan program pengampunan


pajak sangat diperlukan;
2. Optimalisasi strategi “pull and push”;
3. Mendefinisikan dan mengkomunikasikan, maksud dan tujuan dari program secara
tepat dengan baik;
4. Mendapatkan persetujuan dan komitmen yang kuat dari seluruh jajaran organisasi;
5. Mendapatkan persetujuan dan dukungan yang kuat dari parlemen;
6. Tidak melakukan perubahan persyaratan administrasi di tengah jalan, misalnya
perubahan bentuk dan isi formulir, setelah program diumumkan;
7. Pastikan bahwa program amnesti memberi manfaat sekaligus kenyamanan bagi
yang berpartisipasi, sebaliknya menimbulkan rasa was-was yang tinggi bila tidak
berpartisipasi;

Secara teori, suatu negara cukup sekali memberlakukan pengampunan pajak


agar bisa menghasilkan dampak maksimal. Namun, dalam praktiknya banyak negara
yang menerapkan pengampunan pajak berkali-kali.

Sebagai gambaran, India telah membuat pengampunan pajak sebanyak 12 kali


hingga tahun 1997. Akan tetapi sekarang ini Pemerintahan Narenda Modi memberi
waktu 4 bulan terhitung sejak 1 Juni 2016, kepada warga India untuk meningkatkan
kepatuhan pajaknya.5

4
Harry Yusuf A, www.pajak2000.com/newsprint.php?id=307, diakses pada 21 November 2021.
5
Http://www.pajak.go.id/content/amnesti-pajak , diakses tanggal 21 November 2021.

9
Kemudian, 45 negara bagian Amerika Serikat telah menjalankan 111
pengampunan pajak sepanjang 1982-2011. Jika dirata-rata, setiap negara bagian
menjalankan dua kali pengampunan pajak. Sementara, Indonesia telah melaksanakan
empat kali pengampunan pajak. Sebelum tahun ini, amnesti pajak diberlakukan pada
1964, 1984, dan 2008.

Beda dengan sebelumnya, pengampunan pajak tahun ini juga menyasar harta
konglomerat Indonesia di luar negeri. Jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar Rp. 4
ribu triliun. Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi mengatakan, pengampunan
pajak tak semata-semata bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dalam
jangka pendek. Tapi juga memperluas basis pajak. “Kami tidak hanya fokus pada uang
tebusan yang sebesar Rp. 165 triliun. Ada juga repatriasi, deklarasi, dan kewajiban
membayar tunggakan pajak”, katanya saat konferensi pers, Selasa (6/9). “Tujuan
amnesti pajak adalah mendapatkan basis pajak yang baru”.

D. Latar Belakang Amnesti Pajak

Adapun yang menjadi latar belakang Tax Amnesty di Indonesia adalah sebagai
berikut :

1. Tax Amnesty diberlakukan di Indonesia karena banyaknya harta milik warna negara
Indonesia baik yang di dalam atau diluar negeri yang belum atau belum semuanya
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
2. Tax Amnesty bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dan pertumbuhan
perekonomian serta untuk kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan
kewajiban membayar pajak, maka dari itu menerbitkan kebijakan Pengampunan
Pajak.
3. Kasus Panama Pappers, yaitu sebuah dokumen yang mencantumkan banyaknya
pengusaha yang memiliki harta diluar negeri, terutama di negara-negara yang bebas
pajak seperti negara Panama.

Tax amnesty (pengampunan pajak) di Indonesia dilakukan melalui tiga periode.


Periode pertama berlangsung dari 28 Juni 2016-30 September 2016, dilanjutkan periode
kedua yang mulai dari 1 Oktober 2016-31 Desember 2016, periode ketiga berlangsung
pada 1 Januari 2017-31 Maret 2017. Wajib pajak yang ingin mengikuti program

10
pengampunan pajak sebaiknya memperhatikan periodisasi pemberlakuan pengampunan
pajak berikut besarnya uang tebusan.

Disamping adanya tarip uang tebusan yang murah, pemerintah memberikan


beberapa kemudahan kepada wajib pajak yang ingin mengikuti program tax amnesty.
Kemudahankemudahan tersebut seperti: dihapuskannya sanksi administratif,
ditiadakannya pemeriksaan pajak untuk penindakan dengan tujuan pidana,penghapusan
segala pajak-pajak yang terutang, Penghentian pemeriksaan pajak bagi yang sedang
diperiksa, Tidak dikenakannya PPh Final untuk pengalihan harta berupa saham, bangunan,
atau tanah. Khusus bagi wajib pajak yang menyimpan hartanya di negara lain, mereka
harus merepatriasi hartanya atau menyalurkan hartanya yang selama ini tersimpan di luar
untuk diinvestasikan di Indonesia selama tiga tahun. Investasi tersebut dapat berbentuk
obligasi BUMN, investasi keuangan pada bank dalam negeri, obligasi perusahaan-
perusahaan dalam negeri, kerjasama dengan pemerintah atau badan usaha sebagai
investasi pada pembangunan infrastruktur, obligasi lembaga pembiayaan pemerintah, dan
investasi lain yang sesuai dengan ketentuan perundangundangan.6

E. Subjek Amnesti pajak

Subyek pengampunan pajak diatur dalam Bab III khususnya Pasal 3 UU


Pengampunan Pajak. Subyek pengampunan pajak adalah semua wajib pajak berhak atas
pengampunan pajak, dengan cara mengungkapkan harta yang dimilikinya melalui surat
pernyataan. Pihak yang dapat memanfaatkan pengampunan pajak adalah :Wajib Pajak
Orang Pribadi, Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah(UMKM), Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib
Pajak. Sedangkan yang dikecualikan dari subyek pengampunan pajak adalah wajib pajak
yang : dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap oleh
Kejaksaan, dalam proses peradilan; atau menjalani hukuman pidana,atas Tindak Pidana di
Bidang Perpajakan. Jenis pajak yang menjadi obyek pengampunan pajak adalah (Pasal 4
UU Pengampunan Pajak) : Pajak Penghasilan (PPh), PPN (Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM).

6
Sri Rohartati, Penerapan Amnesti Paja (Tax Amnesty) sebagai Alternatif Pemerintah, Jurnal Sosial dan Ilmu
Ekonomi, Volume I, Nomor 02, (November 2016), 188.

11
F. Syarat Amnesti Pajak

Mengacu pada ketentuan pada Tax Amnesty Jilid I, berikut ini adalah persyaratan
yang harus dipenuhi oleh wajib pajak apabila hendak mengajukan pengampunan pajak
atau tax amnesty:

1. Telah terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


2. Membayar dan melunasi seluruh Uang Tebusan
3. Melunasi seluruh Tunggakan Pajak
4. Melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau melunasi pajak yang seharusnya
tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti
permulaan dan/atau catatan penyidikan.
5. Telah menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) PPh terakhir bagi Wajib Pajak yang
telah memiliki kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan, dan;
6. Mencabut permohonan:
• Pengembalian kelebihan pembayaran pajak

• Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam Surat Ketetapan Pajak


dan/atau Surat Tagihan Pajak yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang
terutang

• Pembetulan atas Surat Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan

• Keberatan

• Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar

• Banding

• Gugatan

• Peninjauan Kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan dan
belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.

7. Akan menginvestasikan harta bersih di dalam negeri atau ke instrumen Surat Berharga
Negara (SBN) atau tidak dilakukan investasi di dalam negeri tapi dengan tarif lebih
tinggi.

12
G. Mekanisme Amnesty Pajak
1) Wajib Pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
tempat lain yang ditentukan oleh Menteri untuk meminta penjelasan mengenai
pengisian dan pemenuhan kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan dalam Surat
Pernyataan, yaitu:
a) Bukti pembayaran Uang Tebusan;
b) Bukti pelunasan Tunggakan Pajak bagi Wajib Pajak yang memiliki
Tunggakan Pajak;
c) Daftar rincian Harta beserta informasi kepemilikan Harta yang dilaporkan;
d) Daftar Utang serta dokumen pendukung;
e) Bukti pelunasan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang
seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan;
f) Fotokopi SPT PPh Terakhir; dan
g) Surat pernyataan mencabut segala permohonan yang telah diajukan ke
Direktorat Jenderal Pajak
h) Surat pernyataan mengalihkan dan menginvestasikan Harta ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3
(tiga) tahun terhitung sejak dialihkan dalam hal Wajib Pajak akan
melaksanakan repatriasi;
i) Melampirkan surat pernyataan tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3
(tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya Surat Keterangan dalam hal Wajib
Pajak akan melaksanakan deklarasi;
j) Surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha bagi Wajib Pajak yang
bergerak di bidang UMKM.
2) Wajib Pajak melengkapi dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk mengajukan
Amnesti Pajak melalui Surat Pernyataan, termasuk membayar uang tebusan, melunasi
tunggakan pajak, dan melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang
seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan
bukti permulaan atau penyidikan.
3) Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar atau Tempat Lain yang ditentukan Menteri Keuangan.
4) Wajib Pajak akan mendapatkan tanda terima Surat Pernyataan.

13
5) Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri menerbitkan Surat Keterangan
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
diterima Surat Pernyataan beserta lampirannya dan mengirimkan Surat Keterangan
Pengampunan Pajak kepada Wajib Pajak.
6) Dalam hal jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri belum menerbitkan Surat
Keterangan, Surat Pernyataan dianggap diterima.
7) Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali dalam
jangka waktu terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan
tanggal 31 Maret 2017 di mana Surat Pernyataan Kedua dan Ketiga dapat
disampaikan sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat Pernyataan
sebelumnya dikeluarkan.7

7
https://www.online-pajak.com/tax-amnesty-dan-tujuannya-di-indonesia, diakses pada 21 November 2021.

14
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian dari amnesty adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang
diberikan oleh kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang melakukan
tindak pidana tertentu. Amnesty pajak merupakan penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang
perpajakan.
Dasar hukum amnesty pajak yakni UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak, Peraturan Menkeu Nomor 118/PMK 03/2016 tentang Pelaksanaan
UU Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, Peraturan Menkeu Nomor
119/PMK.03/2016 tentang Penetapan Bank persepsi yang bertindak sebagai penerima
uang tebusan dalam rangka pelaksanaan Pengampunan Pajak, Peraturan Dirjen Pajak
PER 07/PJ/2016, SE dirjen Pajak No. SE -30/PJ/2016.

Syarat amnesty pajak yakni telah terdaftar dan memiliki (NPWP), Membayar dan
melunasi seluruh Uang Tebusan, Melunasi seluruh Tunggakan Pajak, Melunasi pajak
yang tidak atau kurang dibayar, atau melunasi pajak yang seharusnya tidak dikembalikan
bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/ catatan
penyidikan, Telah menyampaikan (SPT) PPh terakhir bagi Wajib Pajak yang telah
memiliki kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan,
Mencabut permohonan, Akan menginvestasikan harta bersih di dalam negeri atau ke
instrumen (SBN) atau tidak dilakukan investasi di dalam negeri tapi dengan tarif lebih
tinggi.

Mekanisme amnesty pajak Wajib Pajak yakni datang ke Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri untuk
meminta penjelasan mengenai pengisian dan pemenuhan kelengkapan dokumen yang
harus dilampirkan dalam Surat Pernyataan, Wajib Pajak melengkapi dokumen-dokumen
yang akan digunakan untuk mengajukan Amnesti Pajak melalui Surat Pernyataan, Wajib
Pajak menyampaikan Surat Pernyataan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar/ tempat Lain yang ditentukan Menteri Keuangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Isep H. Insan & Tisha Nidia Maghijn, Petunjuk Pelaksanaan Pengampunan Pajak (KP.P.I)
Dilengkapi Tata Cara Permohonan dan Fasilitas Penanaman Modal yang Berkaitan
dengan Pengampunan, Penghapusan, Penyusutan, Pembebasan, dan Penghentian
Pajak, Cetakan ke I, Surabaya: Sinar Wijaya, 1984.

Budi Ispiyarso, Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia,


Adminitrative Law & Governance Journal Volume 2 Issue 1, March 2019.

S. Sari, Amnesti Pajaka : Sejarah Dan Efektivitas di Berbagai Negara, Journal of Applied
Business and Economics, Vol. 3, No. 3, Mar 2017.

Harry Yusuf A, www.pajak2000.com/newsprint.php?id=307, diakses pada 21 November


2021.
Http://www.pajak.go.id/content/amnesti-pajak , diakses tanggal 21 November 2021.

Sri Rohartati, Penerapan Amnesti Paja (Tax Amnesty) sebagai Alternatif Pemerintah, Jurnal
Sosial dan Ilmu Ekonomi, Volume I, Nomor 02, November 2016.

https://www.online-pajak.com/tax-amnesty-dan-tujuannya-di-indonesia, diakses pada 21


November 2021.

16

Anda mungkin juga menyukai